TMCBLOG.com – Selama ini secara umum Fabio Quartararo menuntut Yamaha untuk segera memberikan update penambahan power dari Yamaha M1 agar bisa kompetitif dengan mesin mesin V4 di grid MotoGP. Yamaha pun serius menanggapi permintaan ace rider-nya ini dengan menghadirkan Luca Marmorini dengan gerbong Marmotor-nya khusus untuk menangani jeroan mesin CP4 Yamaha M1 . .

Selama Quartararo bergabung sejak awal di kelas MotoGP bersama Yamaha merasa bahwa M1 tidak pernah ada update performa yang signifikan pada torsi dan power dari mesin ini. Dan ia berharap tahun depan motor yang juga dikembangkan oleh test rider – Cal Crutchlow ini memiliki output yang meningkat, namun begitu ternyata sang test rider agak sedikit berbeda pendapat dengan Fabio. Menurut Cal ke-inferior-an dari power M1 bukanlah isu utama yang harus segera diupdate. Weleh, setelah ‘nyuruh’ pembalap lain diam di rumah kalau Marc Marquez pindah ke Ducati sekarang berbeda pendapat dengan rider utama pabrikannya lagi.

“Kami tidak membutuhkan lebih banyak power. Kami membutuhkan mesin (dengan respon) yang lebih halus.” kata Crutchlow. “Katakanlah semua motor memiliki 300 hp. Di pintu keluar tikungan mana pun Anda tidak menggunakan (maksimum) 300 hp, Anda menggunakan 200 hp. Jika [sekarang] Anda menginginkan lebih banyak power Anda dapat menaikkannya. Naikkan powernya dan Anda tidak akan keluar dari tikungan dengan mulus.”

“Kami tidak membutuhkan lebih banyak tenaga. Percayalah kepada saya. Saya tahu apa yang dilakukan pabrikan lain. Berapa Newton meter [torsi] yang mereka gunakan saat keluar tikungan. Kami menggunakan lebih banyak dan mesinnya tidak mulus. Jadi kita perlu menuju ke arah performa motor yang lebih mulus.”

“Saat kita berada di kondisi demikian. Seperti motor 2019, Anda akan melihat akselerasi motornya. Di ujung straight akan lebih cepat karena motor ini lebih cepat keluar dari tikungan. Sekarang kami mengalami spin (di exit corner). Saya sudah menguji mesin ini [M1 2023] tahun lalu dan mengatakan mesin ini akan menimbulkan masalah dan sekarang kami menghadapi masalah tersebut.”

Respon throttle yang lebih halus dibandingkan tahun lalu ditengarai memang merupakan update terpenting yang diperoleh para pembalap Ducati yang menggunakan GP23 tahun 2023 ini dan bisa kita lihat hasilnya. Untuk Yamaha, jika memang opini Cal ini akurat dan Fabio keukeuh ingin merasakan power yang lebih tinggi; Bisa dilakukan dengan menggeser power band ke RPM lebih rendah menggunakan elektronik atau secara mekanis via penggunaan panjang pipa knalpot yang berbeda (umumnya piipa knalpot lebih panjang) namun itupun sejatinya bukan perkara simple seperti kalimat yang TMCBlog tuliskan ini . . . Kita akan lihat hasil YZR-M1 musim 2024 nanti deh.

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

65 COMMENTS

      • Ya cal Crutchlow kenyang pengalaman

        Jurdun WSS600, Pebalap WSBK, Yamaha Tech3, Ducati Desmosedici, Honda RC213V

        Taro??? Bukannya mengecilkan, dia minim pengalaman beda pabrikan, 1000cc yang dimaksud

      • Cal memberikan feedback dari sudut pandang dirinya yang sudah pernah pakai Ducati dan Honda (mesin V4).
        Selama di sana, Cal bisa kencang bahkan di Honda bisa menang beberapa kali.
        Cal jg pernah jadi bagian dari development motor Ducati dan Honda pada masanya.
        So, orang yg di posisi itu pasti bisa ngeliat sifat asli motor dan berusaha maksimalin potensinya, bukan ngubah satu sektor aja karna seperti kejadian musim ini dimana mesin M1 jadi sedikit lebih bertenaga tapi di sektor lainnya jadi inferior yang justru menghilangkan sifat alami sejak M1 dibangun.

        Sedangkan Fabio sejak awal masuk MotoGP selalu dengan Yamaha M1..
        Gue yakin Fabio selama ini ngerasain kelemahan M1 dan ngiler sama keunggulan motor mesin V4 dgn sekedar ngeliat dari belakang waktu ngekor/towing di trek, atau ngeliat by data laptime atau sebatas denger omongan rider penunggang motor V4.

        Belom tentu karena power mesin yg kurang gede dari kompetitor yg bikin M1 kurang perform, toh selama ini di sirkuit kencang kayak Lusail, Catalunya atau Mugello Yamaha M1 selalu punya potensi menang.
        Dan bukannya selama bbrapa taun ke belakang Rossi dan Vinales ngeluh soal grip roda belakang? Yg diberesin malah mesin dgn nambah power.

        • Setuju dengan Bung Nugie
          Yamaha basicly bukan superior di sisi Power
          Kalo dari pengamatan saya

          Motor Ducati, KTM dan Aprilia pun bukan motor sempurna
          Hanya saja racikannya sudah pass

          Mesin di kurangin horsepowernya untuk durability, Sasis dibuat lbh fleksibel, Agility juga makin oke, Ditambah downforce yang pass

          2 pabrikan jepang ini emang belum bisa menemukan kecocokan antara semua itu

        • Yep, seperti yang pernah di posting TMCBlog soal awal2 Yamaha M1, disitu M1 gak ngejar TopSpeed tapi ngejar Mid End Power, makanya Akselerasinya gile.

    • Masalahnya sekarang ducati sudah improve terlalu banyak, hal yang dahulu menjadi keunggulan yamaha sekarang juga sudah dimiliki ducati, ducati dulu cuma kencang di trek lurus sekarang juga sudah kencang di tikungan, jadi kalau yamaha masih ngandelin keunggulan exit corner doang ya percuma, tetep bakal jadi bulan2an dan di kentutin sama ducati… sudah bener bahwa yamaha kudu berbenah soal power tanpa harus kehilangan keunggulan yang sudah dimiliki

      • “jadi kalau yamaha masih ngandelin keunggulan exit corner doang ya percuma” – Menurut gue gak percuma, karena top speed bisa diraih dengan akselerasi bukan sekedar power band di RPM atas. Ini balap road racing, trek lurusnya terbatas dan punya jarak optimal, bukan balapan di Salt Lake Bonnevile. Dan komen gue di awal gak pake kata ‘doang’ karena ada masalah lain yg Cal belom sebut. Akselerasi – grip roda juga penting. Yg mana kelemahan M1 modern bertahun2 ini gak kelar2.

        Kalo Yamaha mau nambah power, sektor lain juga wajib disentuh. Gak cuma nambah top end power mesin trus masalah langsung beres, buktinya udah keliatan musim ini M1 diaminin buat nambah power malah ngilangin semua sifat alaminya di tikungan. Bukannya makin di depan malah konsisten mundur ke belakang > sirkuit Buddh pengecualian karena faktor ‘buta map’ kebanyakan rider dan karakter layoutnya yang bikin pembalap cepet angkat motor gak kelamaan rebah.

        Ducati bisa lincah karena bantuan udara (perangkat aerodinamika). Aerofairing ini bisa bekerja optimal karena tenaga mesin yang besar bisa ngedorong motor lebih kuat, bukti udah ada tuh, Ducati dan KTM yang punya power besar dan aero bagus bisa melaju kenceng plus lincah di tikungan.

        • Kayaknya problem grip belakang ini udah mentok bang, ga ada solusi deh. Karakter ban skrg mgkin jg ga mendukung, ga kayak jembatan batu. Otak atik ECU jg mentok. tp yg emang aneh ya hodna, pendekatannya tinggal maen aero karena udah punya power besar,kalo yamama kan rumit kalo mau ke arah ducati pengembangannya,lebih jauh

    • Sebenarnya power M1 sudah cukup besar. Terbukti MotoGP India lalu selepas start beberapa tikungan lalu masuk lurusan Quartararo mampu lewat Marquez tapi fokus kamera pada Bezzechi vs Bagnaia

      • Menurut gue ada kesamaan, lambatnya inovasi dari segi pengembangan parts motor. Tapi Honda ini lebih bikin heran karena modal yg mereka punya (manusia dan uang) lebih besar dari Yamaha tapi kayak hilang arah juga. Titik balik di spek motor taun 2022 yg ubah preferensi front end >< rear end kayaknya pengaruh banget tuh..

        • Lambatnya inovasi bisa diliat dari produksi massal nya dimana 1 mesin u/ berbagai model..

          Aerox x nmax x r15 x vixion x MX X WR X XSR

          CBR X CB X SONIC X ….

          Sori om, cocokmologi hehehe

        • Dan ini kacaunya sekacau kacaunya. Klo dlu pada nguras fisik tp di beberapa kesempatan masi bisa nyelip di depan

          Kalo input hasil agen sabotase ini waduh, murni beneran sunmori hasilnya

    • Sebenarnya bisa aja make basic mesin yg skrg atau yg lebih powerfull tapi dgn catatan Yamaha juga harus fokus di elektronik nya, jadi biar elektronik yg ngatur manajemen power, skrg kan bukan berapa banyak power yg dihasilkan mesin tapi berapa banyak power yg bisa tersalurkan sempurna ke roda, dan masalah spinning sejak zaman mbah dan Vinales dulu, dan mungkin Yaamha masih belum nemu algoritma elektronik yg pas, kalo ga salah GP23 kan juga ada update elektronik utk tahun ini,

      • Memang ada benernya juga apa kata Cal, tapi Taro juga ga salah, dulu mungkin masih bisa ngandelin speed corner, kalo skrg ga bisa lagi di saat race krn M1 selalu ketutupan motor didepannya saat melakukan corner speed krn menggunakan racing line yg sama, sedangkan M1 membutuhkan racing line yg sempurna biar keluar potensinya, jadi gmn mau kompetitif kalo senjata utamanya ga bisa keluar, giliran ketemu straight langsung ditinggal sekebon, bisa aja sih diantisipasi dgn start dr front row biar bisa getok palu dr awal, tapi masalahnya lagi2 Desmo dkk saat ini bisa lebih kenceng dalam time attack drpd M1 pertanda kalo motor mereka juga improve di semua sektor, makin ga berdaya lah M1,
        Yah ini mungkin efek dr MotoGP modern ya, winglet dan kawan-kawan nya, dulu V4 dan I4 punya karakteristik yg udah pakem, V4 kenceng di straight, berbelok dgn pola V sgt cocok dgn sirkuit stop and go, Inline 4 lemah di straight tapi super kenceng di tikungan flowing dgn pola paraboliknya, dulu disinilah M1 bisa overtake V4 krn berbeda racing line,

  1. Kalau kmrenkmren kepala teknik yg bikin m1 yg batu, yg akhirnya digeser sebagian kerjaannya karna marmorini ikutan.

    Kali ini test ridernya yang batu.

    Embuh, kalau Taro minta power, ya bukan berati maksudnya +++hp dan yg lain kaga diurusin dong.

    Itu mesin basicnya udah 3 musim (Taro sendiri yg pernah bilang, bukan si Akang. Lupa baca dimana akwkaw), dan kita bisa liat improve vs mesin pabrikan lain di 3 musim belakangan ya adanya makin lama makin dikentutin kan.

  2. Taro mungkin membaca spek mesin yg kalah scara brosur di kertas jd mrasa insecure dluan mlawan mesine v4 yg memang faktanya udh beda alam.
    Saran saya mending sediakan fasilitas liburan bareng Taro,Lorenzo Dan Carclo di Bali jd satu

  3. Cal Crutchlow kenyang bung Taro

    – Doi pengalaman Yamaha Tech3 bersaing front row namun gagal motor factory Karena YFR untuk si Mbah comeback dan Tech3 gak mungkin dapet motor factory. Padahal cinta dia 100% Yamaha karena jurdun SuperSport 600 dengan Yamaha satu starting grid dengan Doni tata. Dapat langsung ke MotoGP juga berkat jalur Yamaha
    – Doi pindah ke Ducati karena gak dapet motor factory di Yamaha, namun berakhir sial crash terus
    – Doi pindah LCR Honda, nah disitu apa gak banyak nuntut yang penting balap dan rasa kekeluargaan, karena bersyukur akhirnya ditambah rezekinya dengan dapat motor factory Honda, bahkan jadi Pebalap kepercayaan selain Test rider, juara podium hal yang didapat di LCR Honda juga.
    – Pensiun karena anak-istri, cedera?? Salah… pensiun balap karena Dani Pedrosa cabut dari HRC 🤣, otomatis dia juga gk bisa seperti dulu kala, ditawari Test rider nolak karena ada Bradl yang gak cocok di hati
    – Tawaran Yamaha Test rider hadir gak pikir panjang ambil jaa, karena lumayan buat nafkah anak istri, dan komitmen didepan Yamaha gak celamitan jelalatan ke pabrikan Laen buat comeback macam lord Lorenzo. Langgeng dah YFR

  4. Tinggal cari tau apa kata Alex rins aja nanti di Valencia,dia jg banyak pengalaman apalagi pernah nyicipin gaharnya i4 gsxrr

    Fq minta power lebih
    CC minta mesin smooth
    Eh ternyata nanti rins minta downforce gede
    Makin pusing dah

  5. Ini gak bisa di diemin nih, ini pasti salah jarpis. Jarpis harus out pokoknya titik.
    Eh salah ini kan bukan sayap tapi garpu wkwk

    Btw saya curiga lorenzo gak dipake lagi karena masalah ini, perbedaan pendapat dia sama taro. Kalo gak salah lorenzo pernah bilang gini juga ke media dah.

  6. wah.. kok bs cal komen gitu.. dbndingkan sm yg mana?? jgn2 top end power ymha dh mirip2 hnda (versi trakhir cal), dn cal mrasa problem ymha knp top speed/akselerasi kalah krn kalo di gas dia spin di ujung corner.. ini mirip sprti komen dovi saat join rnf, dovi ok aj kl ad tmbhan power, tp klpun g ad dia jg ok aj kl pngmbangan motornya mngarah ke grip ban blkang.. menarik nih..

    • Melihat beberapa kali di Austria , india atau beberapa kali saat marc di belakang Fabio
      Kayaknya power Yamaha sama dengan Honda tapi Yamaha lebih bagus sedikit dalam akselerasi nya (waktu di India bisa nyalip duo Marc dan mir sebelum turn 4)
      Gw rasa sih ini Yamaha butuh traksi akselerasi yg bagus buat mencapai top speed tinggi / lebih cepat apalagi kalo melawan ducati di gear 3 atau 4 pasti kalah dan inilah peran elektronik jika misalnya Yamaha ada 300hp
      Exit corner butuh 270hp buat mendapatkan efesiensi saat akselerasi dan tidak spin maka baru udah ga ditikungan kayak udah di lurusaan di gear 4 mulai bisa memaksimalkan 300hp nya
      Kurasa itu lah kunci atau cara kerja elektronik nya Ducati

  7. yg dimaksud power sama fq mungkin krn dia ngerasa m1 lemot, padahal lemotnya m1 kan karena spin ban belakang, jd berasa inferior dibanding yg lain , tahunya fq lemot krn kurang power padhal krn spin itu td masalah m1 dr sejak jaman single ecu.pembalap cara definisikan lemot itu beda sama test rider.pembalap semua masalah motor jika kalah dan ga bisa nyalip ya powernya kurang.mana paham spin roda dll teknis lain, disini peran teknisilah yg harus bisa menganalisa yg terbaik untuk settingan m1 macam marmorini, jgn mnerjemahkan keluhan kurang power dr fq secara mentah2 dan lugas dengan menaikkan power motor, yah tambah spin roda belakang, ga bisa belok pula,,,,rolling speed hilang, winglet ga ada yah sama ajah ducati jaman 2013, .. menambah power itu bukan berarti menaikkan horse power, tp menyelaraskan 3 hal, ban/ecu/delivery power ..

  8. sebenarnya inginnya Taro jelas, power naik. cuman respon akselarasi keluar tikungan juga harus halus. untuk sementara Yamaha belum bisa. Untuk Ducati sepertinya sudah ketemu obatnya

  9. Setujuu sama cal,,
    Nambah power buat teknisi itu hal yg mudah,
    Yg susah itu mencari balance motor, soapnya kalau nambah power otomatis agar banyak pr buat mencari titik keseimbangannya,

  10. Saya agak bingung dengan ada yang bilang power, spin BLA BLA BLA … padahal poinnya racik motor yang bisa kenceng stabil dan nurut. Udah. Tugas siapa? Ya tugas mekanik lahh. Gak bisa BUANG!!!

  11. Setelah Motegi 2023, beda terjemahan antara Taro dan Cal, tp kesimpulannya msh kendala yg sama sejak zaman Maverick & Vale, grip roda belakang.
    Klo di KTM masalah serupa kok terkesan solusinya sederhana ya? Tes pra musim berantakan, jelang race pertama ada masukan dari Jack utk sedikit rekayasa elektronik dan berhasil…

  12. Kalo soal Toprak vs Bautista menurutku faktor Aerodinamika dan ECU juga bisa, karena Bautista kayak tinggal betot gas tanpa mikir bakal wheelie dan ngespin ban belakangnya. Sedangkan kalo Toprak yang asal betot gas udah pasti wheelie, belum lagi kalo salah posisi bisa highside. Meski faktor yang paling kelihatan ya RPM dan bobot pembalap. Sejak Tahun lalu Akselerasi Panigale emang ngeri, kalo Topspeed masih bisa diimbangi Honda dan BMW, tapi soal Akselerasi keknya belum.

    • Tapi di race kemarin kayaknya top speed Toprak bisa sih mengimbangi Ducati walaupun ga sesering dan juga efek late brake dia dari sensor speed trap
      Dan terlihat beberapa kali setelah exit turn 4 portimao selalu bagus dengan memanfaatkan cornerspeed bisa juga menyalip Bautista di turn 5

  13. masukan dan analisa Cal ada benarnya, tapi untuk hal ini berati peran elektornik dan settingan ecu yg racikannya harus bisa ketemu

  14. Kayaknya dulu Lorenzo pernah bilang kayak Cal gini, dan misalnya penyakit menahun spin ban belakang diberesin mungkin aja penambahan speed yang sekarang lebih berasa buat Taro. Bayangin M1 bawa speed kenceng dari tikungan dilanjut akselerasi biadab tanpa spinning, imbang kali itu ama dukati di lurusan.

  15. Kalau pake perumpamaan main game nih kaya m1 punya 10 poin rnd nih. Hemat saya, Cal ini maunya sama kaya mekanik yamaha selama ini yg 10 poin rata di semua sisi. Dan mreka ngeliat kalau Taro tuh maunya mayoritas poin ya ke sisi power

    Nah tapi Taro tuh yg saya lihat, maunya m1 tuh “naik level” kaya pabrikan lain, nambah point rnd nya jadi 11 atau 13 atau berapa lah ya. Ya tapi itu kan sotoynya saya aja wkwkw

    • kmaren top speed M1 salah satu yg tertinggi di Jepang tapi apa daya??
      kalo begini sih sepertinya CC masih nyambung sama opini Lorenzo

      • Nah itu, m1 ini kudu naik level gimanapun caranya. Gabisa sekedar main kompromi 1 kelebihan terhadap 1 kelemahan lainnya

  16. gaskeun mang Cal. Power is important but accuracy is everything. Filosofi M1 awalnya mmg bukan top speed . tp smooth corner speed. mungkin kemarin yg didevelop hanya power mesin saja tanpa melihat faktor lain spt sasis dimana itulah yg jadi inti dari development M1. moga2 M1 2024 racikan mang Cal bisa improve

  17. Saya tau maksudnya Taro dan Carl, yang jelas maksudnya hampir sama cuma beda bahasa aja. Taro bilang gitu adalah pada umumnya (biar semua pihak mengetahui), tapi kalau carl bilang gitu hanyalah karena M1 setelah power di usahakan sekarang akslerasinya berkurang, karena dari data untuk beberapa tikungan dan area keluar tikungannya capaiannya M1 berkurang kesepatannya. Kalau Taro yang diinginkan pastinya sifat asli M1 jangan diubah, malah ditingkatkan : Lebih dekat tikungan, melibas lebih cepat dan dalam dan keluarnya secepat kilat, tapi setelah area itu pengennya Powernya M1 lebih dari sebelum2nya , meski setelah 200meter dari area itu powernya sama dari dulu2 gak papa, dia gak mau di area itu jadi bulan2an motor lain. memang tugas berat insinyur M1. Tapi para insinyur pasti pada gemes, andai saja ECU gak ECU bapuk ini pastinya lebih mudah.

  18. Masalah M1 sejak era ecu marelli ditambah ban ngeselin gak pernah bener2 ilang dong.
    Tapi bukannya sejak kehadiran fabio di yamama, masalah spin ban belakang M1 bisa doi atasin karena doi punya feeling yang bagus? Wak aji dulu pernah bikin artikel soal sensitifitas fabio deh.
    Kenapa sekarang muncul lagi? Apa doi udah kehilangan kelebihan tsb?

  19. Sekedar nambahin bang nugie tidak semua test ride harus kencang n juara moto gp buktinya smua pabrikan tidak ada yang memilih test ride yang karakternya seperti marq ataupon casey mereka memilih test ride yang punya sensitifitas tinggi jg byk pengalaman mohon koreksinya kl ad yg kurang pas

  20. Sekedar nambahin bang nugie tidak semua test ride harus kencang n juara moto gp buktinya smua pabrikan tidak ada yang memilih test ride yang karakternya seperti marq ataupon casey mereka memilih test ride yang punya sensitifitas tinggi jg byk pengalaman mohon koreksinya kl ad yg kurang pas

  21. Gw penasaran kan problem Yamaha selalu di bagian belakang atau rear end
    Apakah bagian front end nya sudah maksimal?
    Karena setelah liat battle Toprak dan Bautista gw jadi kepikiran
    Itu motor (Toprak) bagian depannya ngeri banget Daan kayak selalu bisa di tekan atau late brake terus menerus tapi selalu di limit dan ga ada tanda tanda kayak mau jatoh
    Dan banyak yg lupa sebenarnya ada satu lagi senjatanya Ducati ya itu di pengereman apalagi si pecco
    Dan gw lihat Yamaha Fabio memang terlihat lebih terkontrol tapi jika dia push limit selalu overshoot dan frustasi
    So maybe Yamaha ga lupa dalam sektor front end siapa tau bisa di tingkatkan

  22. Ya, mau bagaimana lagi, speed corner yang dulu dibanggakan kalah, balance motor juga kalah, exit corner juga kalah, mesin yang gampang jinak juga sudah bukan lagi kayak dulu. M1 udah kehilangan ciri khas nya yang sempat dimiliki era Fantastic 4.
    Ditambah, Ducati jadi motor paling balance saat ini, liat aja bagaimana Pecco dengan nyaman nya melibas tikungan, atau bagaimana Martin membolak balikkan posisi motor dari exit corner ke entry corner dengan cepat. Ducati udah punya karakteristik RCV dan M1 era Alien Fantastic 4 dalam paketnya saat ini.
    jadi, kalau mau menang, ya minimal, balikkin tuh kelebihan M1 era Fantastic 4. Saat ini, M1 udah kehilangan arah pengembangan.

  23. Kalo lihat dari komen cal sepertinya 2024 yamama akan kembali ke semula yaitu mesin smooth, karena 2023 gagal total. Sepertinya cal ingin motor berfokus untuk keunggulan corner speed. Sebenarnya taro maunya power untuk akselerasi meningkat sehingga tidak menjadi bulan2an di lurusan karena exit corner dengan racing line sempurna tidak akan bisa terjadi saat balapan, pdhl memang susah mendapatkan mesin smooth dicorner tapi badak di akselerasi dan top speed karena itu dua hal yang berseberangan. Ducatong berhasil membuat delivery smooth untuk mengatasi corner, bisa jadi ada settingan ecu atau pengaruh singlet. Belum lagi masalah spin belakang yamama yang dari jaman si mbah 2016 sampe skrg gak kelar, vina pun dari masuk ampe keluar cuma ngeluh elektronik dan spin yang Mgkin bisa jadi krn ecu ama ban. Katemi pun sebenarnya tidak lepas dari masalah spin ini, bahkan baru2 ini katanya hilang setelah pakai sosis carbon. Hendi juga sama skrg masalahnya setelah ganti front end rear end, spin ban dan parahnya kemarin sering sekali highside yang kmgkinan besar masalah ecu.

  24. Intinya kalo Y ini cuma perlu riset jor2an winglet yang cocok. Mesin kayanya uda ok cuma perlu winglet yang pas. Disaat D,A uda pake winglet jlimet. Duo pabrikan jp ini masi aja pake winglet ala kadar

  25. Bukan hanya cal saja yang berpendapat seperti ini, 3 rider kawakan seperti vale, lorenzo dan dovi mengungkapkan hal yang sama.

  26. Tahun 90an awal2 Ducati akan terjun di MotoGP, di website resminya mereka membuat artikel berseri ttg rancang bangun mesin Desmosedici nya.
    Dimulai dari penentuan bore x piston untuk mencapai puston speed paling maksimal.
    Yg menarik adalah torsi vs power.
    Mereka menulis mesin ideal adalah torsi kuat di awal dan menurun gradual seiring naiknya rpm.
    Sebaliknya power rendah di awal dan naik gradual seiring naiknya power.
    Kalau kurva torsi dan power seirama maka akselerasi tdk akan maksimal.
    Jika sama2 kuat diawal rawan wheelie di rpm bawah dan ngempos di rpm atas.
    Sebaliknya kalau sama2 kuat di atas, akselerasi gigi rendah lemot dan liar/sulit dikendalikan di rpm atas

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here