TMCBLOG.com – Kami berkesempatan bukan hanya melihat secara langsung bentuk fisik dari skuter listrik Maka Cavalry setelah grand launching-nya, bahkan sempat mencicipi bagaimana impresi berkendaranya walaupun di area yang cukup terbatas. Hal pertama dari impresi fisik adalah bagaimana menurut kami, Maka Cavalry ini memiliki memiliki penampakan dan tongkrongan yang benar-benar proper skuter turing banget, namun memang kali ini ditenagai oleh motor listrik!
Saat pertama kali nyemplak motor ini, ergonomi yang lansgung terasa buat kami adalah ergonomi skuter turing yang jika disejejarkan dengan skuter ICE memang arahnya ke NMAX atau PCX. Posisi bokong duduk, kaki yang bisa dua mode (posisi normal &Â posisi selonjoran) serta handlebar yang tinggi dan agak lebar membuat posisi duduk sangat enak dan cenderung relaks.
Handlebar yang tinggi tidak dibuat terlalu lebar, sehingga saat dicoba tes, TMCBlog masih bisa merasakan bantingan menikungnya masih cukup responsif walau tak se-agile motor motor skuter komuter yang desain setangnya lebih pendek dan rendah dari Cavalry.
Maka Motors mengklaim skuter ini bisa mencapai top speed 105 km/jam. Dan itu kebayang kencang banget buat skuter yang mesinnya memiliki bunyi yang minim sih. Namun di tempat test, kami belum bisa membuktikan klaim ini dan juga klaim jarak jelajah maksimum yang bisa sampai 160 km full charge, begitu juga akselerasi 4,8 detik untuk 0-60 km/jam.
Namun begitu ici-icip mengenai klaim torsi maksimumnya yang besar mencapai 24,2 Nm bisalah diicip-icip terutama ketika Cavalry dipaksa menaiki sebuah tanjakan yang cukup curam hampir mencapai kemiringan 24° (44,5% slope). Dua kali mode nanjak yang TMCBlog coba rolling speed dan berhenti di tengah ramp/tanjakan. Bisa dibilang Cavalry lolos kedua pengujian ini menggunakan mode berkendara Hi-Torque.
Terutama juga yang juga penting adalah ketika TMCBlog mencoba melakukan pengujian hubungan antara rem dan throttle yang ternyata independen satu sama lain. Jadi ketika mengerem saat berhenti di tengah kemiringan ramp, kami masih bisa mengakses throttle gas untuk menjalankan hub-dinamo di velg belakang.
Beberapa skutik kecil yang dibuat di china memisahkan pegereman dan gas. Ketika rem aktif maka gas tidak dapat memberian respon walaupu dibetot sampai full. Mungkin tujuannya demi safety, namun akan bermasalah jika digunakan stop and go di jalanan menanjak misalnya. Namun feel motor mesin bensin yang cukup penting terutama ketika berada di kemiringan jalan yang macet tetap di-setup ada di kontroler Maka Cavalry ini.
Hampir semua sisi ergonomi bisa dibilang proper ke arah ini dan semua ini diperkuat oleh build quality serta finishing yang bisa dibilang sudah mendekati level motor-motor buatan brand Jepang. Sudut-sudut pada panel bodyworknya yang di desain tajam secara visual ternyata cukup lembut karena ternyata rounded ketika diraba oleh kulit.
Suspensi bisa dibilang bekerja sangat balance baik depan maupun belakang. Penempatan baterai di tengah ditengarai banyak memberikan pengaruh keseimbangan ini. Pengereman pun bisa dibilang sangat cukup untuk bisa mengehentikan laju kendaraan. Namun TMCBlog cukup kepo untuk menguji performa pengereman ketika motor ini digeber di atas 50 km/jam nanti. Namun overall, dengan harga 35,85 jutaan saja sepertinya Maka Cavalry ini punya potensi untuk menggoda konsumen Indonesia bahkan jika diskon subsidi tak ada lagi. – @tmcblog
Apakah rebranding dari China (seperti yang udah beredar di sini Polytron, united, dll) atau memang khusus design sendiri kemudian order part ke vendor ??
sepertinya rebranding aja, product design itu mahal pake banget. bikin badge aja gak pada becus.
kalau rebranding, tolong sebutkan merek dan tipe yg ada diluar yg mirip Maka Cavalry ini? karena claim mereka ini mereka develop dari 0 desain nya. mungkin ada beberapa komponen masih impor atau pake vendor. tp itu wajar, brand jepang aja ga semua bikin sendiri.
Desain sangar tp rear fender terlalu polos. Coba desain rear fendernya macem Alva N3. Pasti lbh gagah.