Home MotoGP Analisis Dua Run Simulasi Sprint Acosta di Buriram . . Sudah...

[DATA] Analisis Dua Run Simulasi Sprint Acosta di Buriram . . Sudah Cukup Siap ?

6

TMCBLOG.com – Lepas sebentar dari pembahasan Ducati, kali ini TMCBlog mau bawa teman-teman sekalian ke sosok pebalap muda masa depan KTM yakni Pedro Acosta yang ternyata pada hari pertama (Rabu) Tes Buriram 2025 telah melakukan dua kali long run. Yang mungkin mendekati simulasi Sprint Race.

Sprint Race di gelaran MotoGP Thailand 2024 sendiri dilakukan sepanjang 13 lap dan dimenangkan oleh Enea Bastianini dengan rerata race pace 1:30,087 detik per-lap. Sementara dari dua kali run yang dilakukan oleh Acosta, run pertama sebanyak 11 lap ia memperoleh rerata pace 1:30,522 detik per-lap dan run kedua Acosta meraih rerata laptime 1:30,335 detik per lap.

Yap, terlepas dari kemungkinan perbedaan kondisi trek Chang saat GP tahun lalu dan tes pekan ini, jika kita lihat dari data sendiri, pada dasarnya memang Acosta butuh untuk mengikis kembali beberapa per-sepuluh detik laptime untuk bisa menyamakan performa Bastianini di atas GP24. Namun memberanikan diri dua kali run simulasi Sprint Race dan sekali simulasi Grand Prix pada hari kedua (kita bahas di next article) tentu adalah sebuah sinyal bahwa minimal secara mental Acosta sudah siap race pembuka di Thailand nanti. – @tmcblog

6 COMMENTS

    • Mungkin bedanya di era itu pembalap terbaik hanya ada 4 orang dengan spek motor yang tentu lebih condong dikembangkan ke arah pemenang

      Namun, sekarang semua bisa menang dan punya chance untuk jurdun
      Cara terbaik ya kompetitif dan konsisten
      Plus masih ada Marc sebagai patokan tertinggi pembalap GP saat ini

      Dengan amunisi baru yg lebih “effortless”
      So, semangat terus generasi muda untuk lebih ekstrim lagi biar bisa head to head dengan Marc, Pecco, dkk

      • Saat itu MM93 di awal kemunculannya di motoGP bisa mendobrak dan mengalahkan dominasi para pembalap Allien motoGP (VR46, Lorenzo dan Pedrosa) dgn menggunakan paket motor yg sama dan kompetitif juga.

        Jika paket motor MM93 saat itu tidak kompetitif, tentu sulit untuk mengalahkan para Allien motoGP dan langsung juara dunia di musim rookie-nya.

        • IMHO kala itu kunciannya ada di inhouse software dan ecu HRC plus dani pedrosa. (mungkin juga Shuhei, dan Livio)
          kali ini ada di motor sebagai satu kesatuan yang utuh , skill, pengalaman, mental ,plus Luigi Dalligna

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version