TMCBLOG.com – Via channel Youtube 99Seconds, Jorge Lorenzo bercerita mengenai apa yang terjadi pada dirinya di sekitar pertengahan awal musim 2018 yang boleh dikatakan penuh dengan kejadian ironi. Dikatakan ironi karena pada saat itu hubungan antara dirinya dengan petinggi pabrikan yang ia bela saat itu -Ducati- sedang dalam level paling rendah, sementara itu secara fakta progress development dan riset Ducati untuk membuat Jorge lebih baik di tikungan dan sekaligus menghemat energi untuk menaklukan Desmosedici sudah mulai menemukan titik terang. Terpuruknya hubungan interpersonal Jorge Lorenzo dengan petinggi Ducati saat itu membuat Ia menerima pinangan HRC. Berikut ini kisahnya sesuai dengan apa yang diceritakan Lorenzo.
“Pada 2018, saya adalah pembalap dengan start terbaik, mengerem lebih lambat dari siapa pun dan berakselerasi terbaik. Tapi saya mengalami masalah yang sama berulang kali. Lengan saya kelelahan saat balapan dan itu sangat memperlambat langkah saya dan juga masalah menikung yang membuat roda depan tidak mau berbelok dengan cara yang sama seperti roda belakang.
Sepertinya ini disebabkan oleh aerodinamika, winglet besar yang dimiliki Ducati, yang membuat semacam turbulensi di tengah tikungan, pada kemiringan maksimum, dan dengan ban yang sudah aus membuatnya sangat sulit.”
“Di Le Mans saya berhasil melepaskan diri di depan selama 6-7-8-9 lap, tetapi akhirnya saya menyerah karena pace pembalap di belakang saya. Akhirnya finis di urutan ke-6, 10 detik di belakang Marc Marquez dan hanya mendapatkan 16 poin. Dari empat balapan, saya di urutan ke-14 dalam klasemen. Kalau ini belum cukup, Petrucci, yang secara praktis ditempatkan sebagai pengganti saya di Ducati, finis kedua, mencapai salah satu balapan terbaiknya, dan secara keseluruhan berada di posisi kelima klasemen (saat itu).”
Jorge Lorenzo melihat bahwa karirnya di Ducati yang sudah berada di tahun kedua berada di ujung tanduk. Ia segera mencari alternatif pabrikan lain seperti Suzuki dan Honda sejak saat itu juga “Suzuki, yang sempat menunjukkan ketertarikan pada saya di awal tahun, sepertinya ingin bertaruh pada pembalap yang lebih muda -Joan Mir- jadi pintu tim Suzuki tertutup. Honda, sebuah tim dimana saya mengajukan diri untuk menjadi bagiannya, tampaknya tidak memberi saya jawaban. Dan satu-satunya pilihan yang tampaknya masih terbuka saat itu adalah Petronas, tempat manajer saya Albert Valera bekerja dan sepertinya mereka sedang menciptakan seluruh tim di sekitar saya.”
Namun begitu Jorge Lorenzo merasa bimbang karena jika ia bergabung dengan Petronas yang pada dasarnya akan menggandengan Yamaha maka itu seperti sebuah langkah mundur karena sebelumnya Jorge adalah pembalap di tim factory Yamaha dan ini sempat membuatnya cukup merasa tak ada harapan alias hopeless “Segalanya tampak gelap …. Semua pikiran saya negatif. Saya tidak melihat adanya cahaya di ujung terowongan.”
Namun begitu Jorge Lorenzo meneruskan cerita bahwa semuanya mulai berubah untuknya saat malam hari sesi tes di Barcelona. “Antara Le Mans dan Mugello ada sesi test di Montmelo. Saya tinggal di hotel di Barcelona untuk berlatih sebelumnya dan saat bersepeda saya menerima telepon kejutan dari Alberto Puig, yang memberi tahu saya bahwa dia tidak ingin saya terlalu bersemangat tetapi masih ada kemungkinan bergabung dengan tim Honda pada 2019.”
“Dia (Puig) masih harus berbicara dengan tim Jepang tetapi mereka mengatakan opsi itu menarik, dan hambatan terpenting, yang telah saya antisipasi, adalah bahwa Marquez yang dapat memveto saya untuk bergabung. Tetapi mereka telah berbicara dengan Marc dan dia (Marc) tidak bermasalah jika saya bergabung dengan tim.”
“Ini membuat saya lebih ceria … tetapi yang terpenting Alberto Puig mengatakan kepada saya untuk menjaga kerahasiaan percakapan. Saya tidak dapat menahan diri untuk tidak memberi tahu pelatih saya Ivan Lopez tetapi tidak kepada orang lain, bahkan manajer saya (Albert Valera) … yang masih sangat fokus pada Petronas.”
Test Barcelona adalah sesi dimana akhirnya Ducati memberikan update development ergonomi berkendara khusus untuk Jorge Lorenzo yakni tambahan modifikasi pada cover tangki bahan bakar “Keesokan harinya saat tes, Ducati akhirnya membawakan saya versi pertama dari tambahan tangki yang terkenal ini. Itu dibuat untuk membantu saya saat pengereman dan saya memverifikasi bahwa tambahan tangki yang mirip sirip itu sangat membantu saya.”
“Mereka membuatnya sedikit lebih besar pada versi kedua dan itu membantu saya di tengah tikungan dengan menahan kaki dan lutut saya sehingga saya bisa membuat lebih relax tangan saya selama beberapa detik di setiap tikungan dan memulihkan energi.
Selain itu, saya masih menyelidiki bagaimana cara meningkatkan kemampuan berkendara saya untuk beradaptasi dengan motor dan saya menemukan bahwa jika saya sedikit memiringkan motor saat masuk ke tikungan, saya akan langsung menuju apex dan saya menggunakan rem belakang untuk menghentikannya sedikit lagi dan masuk dengan kecepatan lebih rendah, dan ini membuat menajdi lebih siap untuk keluar (tikungan). Hal-hal kecil itu membuat saya lebih kompetitif dan saya finis kedua dalam tes tersebut.”
Sementara itu, perkembangan komunikasi dengan Honda terus berlanjut via Alberto Puig dimana sekarang posisinya sudah lebih serius lagi yakni HRC sudah siap menawarkan kontrak Repsol Honda kepada Lorenzo. “Sore hari saya menerima telepon kejutan lagi dan setuju untuk bertemu dengan Alberto Puig di pinggiran sirkuit dan dia memberi saya tawaran pertama. Saya punya beberapa hari untuk menerimanya dan itu adalah kejutan yang menyenangkan karena karena dalam keadaan yang buruk seperti ini. Saya awalnya memperkirakan tawaran yang lebih rendah (dari yang diajukan Honda via Puig).
“Tawaran itu (masih) jauh lebih rendah daripada yang saya dapatkan di Yamaha dan Ducati tetapi saya awalnya memperkirakan lebih rendah lagi. Pada saat itu saya harus memberi tahu Albert (Vallera) tentang hal itu dan beberapa hari setelah tes kami menandatangani kontrak di rumah Alberto Puig jadi Saya secara resmi menjadi pembalap Honda untuk dua musim berikutnya (2019-2020).”
Alkisah, Jorge Lorenzo tiba di Mugello 2021 dengan kesepakatan Honda ditandatangani dan telah disegel, meskipun rumor pertama tidak akan muncul sampai akhir race weekend. “Saya tiba di Mugello tanpa tekanan untuk mencapai hasil dengan segala cara guna mengamankan masa depan saya sendiri. Saya merasa senang dan bersemangat untuk menandatangani kontrak dua tahun dengan tim paling kuat, dengan sejarah terpanjang di kejuaraan; Repsol Honda.”
Saya ditanya pada hari Kamis tentang pernyataan yang dibuat oleh bos Ducati Claudio Domenicali yang mengatakan saya adalah pembalap hebat tetapi belum bisa beradaptasi dengan motor mereka dan mungkin sudah waktunya untuk mencari opsi baru. “Kata-kata itu melukai harga diri saya dan dalam beberapa detik saya menjawab dengan tegas; ‘Saya tidak bisa mengatakan apa-apa kepada bos, karena dia adalah bos, tetapi saya ingin mengatakan kepadanya bahwa saya bukan pembalap hebat, saya seorang juara.”
Sementara Claudio Domenicalli secara terbuka mempertanyakan masa depan Lorenzo, staf teknis pabrik, yang dipimpin oleh Gigi Dall’Igna yang secara umum adalah sosok terkuat yang berniat mendatangkan Lorenzo ke Ducati dan terkenal memang dekat dengan Jorge Lorenzo karena sejarah masa lalu mereka berdua di balapan kelas junior terus memperkenalkan perkembangan lebih lanjut yang ditujukan khusus untuk mengatasi masalah Lorenzo di atas Desmosedici.
“Pada hari Kamis ketika saya tiba di dalam box, saya melihat bahwa Ducati telah membawa saya versi lain dari ‘sirip’ untuk tangki. Mereka mendapat ide dari melihat foto-foto MotoGP lama Honda, Suzuki dan Ducati 10 tahun lalu di mana tangki itu. Bentuknya pun dibuat pas di sekitar lutut. Di sisi lain, tangki Ducati 2018 sangat bulat, sempit, dan rendah. Ducati juga membawa winglet yang lebih sempit dan lebih kecil untuk mencoba mengurangi turbulensi yang saya rasakan di tengah tikungan.”
“Saya dapat memverifikasi di FP1 bahwa sirip tangki baru membantu lebih merilekskan lengan dan mendapatkan energi. Di FP2 kami memasang fairing (winglet) baru dan seperti yang kami harapkan saat menikung, motor tampak lebih ‘bebas’ dan dari telemetri terlihat kami melaju lebih kencang 2-3 km / jam. Jadi kami sudah memiliki dua hal yang membuat kami meningkat.”
http://app-okeefe.jfo7syl77y-pxr4kzxnv4gn.p.temp-site.link/2018/06/24/penjelasan-pembeda-menang-dan-strugglenya-jorge-lorenzo-yang-hanya-100-an-e-saja/
“Di kualifikasi, saya kehilangan posisi terdepan hanya dengan selisih seperseratus detik dari Valentino. Dengan para insinyur kami melihat tiga masalah untuk balapan. Dua di antaranya adalah ban, bagian depan hadir butiran (graining) di sebelah kanan sementara keausan di bagian belakang juga harus ditangani. Masalah ketiga adalah Andrea Iannone (Suzuki) lebih kuat dari sebelumnya dan tercepat di hampir setiap latihan.”
“(Mengenai Iannone) Kami tidak bisa mengendalikannya tapi kami bisa mengendalikan ban. Untuk ban belakang saya harus sangat berhati-hati dengan membuka throttle saat keluar dari tikungan untuk menghindari ban spining, namun untuk masalah butiran/grain di ban depan sebelah kanan saya tidak tahu apa yang bisa saya lakukan.”
“Saya pergi dengan Cristian Gabarrini untuk berbicara dengan Piero Taramasso dari Michelin. Dia mengatakan kepada saya bahwa graining pada dasarnya hadir ketika cengkeraman ban belakang lebih tinggi daripada bagian depan, membuat bagian depan mendorong dan merusak ban.
Untuk menghindari hal ini, saya harus menikung tanpa nge-gas, tetapi mengendarai seperti itu di tikungan pendek seperti Le Mans sangat berbeda dari tikungan cepat panjang dengan sudut kemiringan maksimum seperti Mugello. Saya mencoba (saran Michelin) saat warm-up dan kami melihat graining pada ban depan semakin berkurang dan kemudian saya mencoba untuk lebih memperbaikinya saat balapan.”
“Saya menyalip Rossi di tikungan pertama lap pertama, di tikungan kanan, saya mencoba menerapkan strategi menikung tanpa gas. Saya di posisi pertama, merasa terkendali dan relatif mudah bagi saya untuk bertahan dengan strategi ini. Marc Marquez kemudian menjadi rival terdekat saya dan saya tahu dia lebih berbahaya tetapi ritme saya membuat sulit untuk dia ikuti dan dia terjatuh di lap 5. Ini mengejutkan saya dan saya bisa sedikit rileks.
Rossi mendekati saya tetapi disalip oleh Dovizioso. Saya mengerti itu adalah momen penting karena keunggulan 0,7 detik saya bisa menguntungkan. Saya mendorong sedikit lebih banyak dan mampu unggul sepersepuluh sampai duapersepuluh detik per lap. Saya tahu saya harus melakukannya, sebuah kesempatan besar dan saya sedikit lupa tentang menghemat ban. Dari lap 13 Dovizioso menyerah dan keunggulan saya tiba-tiba menjadi 1,5 detik.”
“Ketika mencapai (keunggulan) 2 detik, saya tahu hanya masalah mekanis yang bisa menghentikan saya, saya menghemat ban, menghitung mundur lap dan mencoba tidak membuat kesalahan. Pada lap terakhir saya memberi kode ‘1’ dengan jari saya saat melewati Pit Box Ducati, lalu melewati garis finis untuk salah satu hari terindah dalam hidup saya.”
Sayang lord hohe pensiun lebih dini
Gara2 crash di Aragon, rusak deh tuh tulang ekor. Tambah runyam lagi pas crash domino di Catalunya.
Mungkinkah jumpalitannya paduka itu ada “peran” dr bos nya? Secara pembalap yg sudah mulai menemukan rahasia naik ducati tiba2 mau lanjut ke musuh bebuyutan si kunyit.
ada versi tiktok gak wak?..
Akibat dari kuping budeg, hilang deh salah satu rider developer terbaik.
Dari pengalaman itu honda langsung gercep sampe datengin lorenzo ke jepang, tapi terlambat ketakutan nya sudah terlalu menghantui
That’s it….. Bagian (2) dong wak, saya tunggu ya…
Dan ketika hohe hoheho jadi sembalap haerse, puig pun berkata “ini motor ente, balapan aja sono ra usah banyak cingcong” dan akhirnya hohe hoheho pun pensiun karena cedera
Ahh kata siapa ? Dia minta tangki kaya ducati, bentuk tangki rcv langsung dirubah. Berbeda bentuk antara tangki lorenzo dan marquez
Boleh tuh dibikin film kyak Rush
niki lorenzo
Niki Lhaa-Udah?
Kalo saja perhitungan, kesabaran, dan kepercayaan ducita ditambah sedikit lg mgk mereka akan lbh cpt memperoleh juara dunia lwt hohe hoheho ???
kena perangkap deh??
Yang paling saya ingat dari lorenzo saat di ducati adalah saat dia menikung entah di seri apa, dia memainkan gear/persneling naik turun…
Onboard Le mans ,cmiiw
Jerez
dan telah dibikin artikel ama wak Haji
Oh salah ingat berarti ?
Oh Jerez di T1 dan backstraight menuju tikungan pedrosa ya
Soalnya seingatku yg pindah gigi naik turun sebelum masuk Chicane le mans,awkwkwk
Hahaaa detail banget ente vrohh..
Klo critanya kyk gini gue telat ngefans lorenz99
Problem di Ducati tuh CEO nya……
berdasarkan pengalaman cara menagani lorenzo di masa lalu, kalau misalkan tahun ini tiba tiba jack miller down lagi mentalnya, atau gak sabaran, gak tenang saat sudah memimpin championship, sebaiknya ducati carikan psikolog buat bantu miller
dari pada kayak mir dan rins di suzuki yang jadi ambyar setelah ditinggal davide brovio ?
atau mirip marc marquez yang gak ditemenin bapaknya di jerez tahun lalu
sekalian lihat videonya Jorge juga dong
Rider pintar ,developer ,
Jadi teringat engkes semenjak ditinggal Pedrosa makin mirip celeng tuh motornya ??
Tim yg ideal butuh rider developer dan rider juara. Sekarang cuma Sijuki yg punya kombo itu.
Saya merasa senang dan bersemangat untuk menandatangani kontrak dua tahun dengan tim paling kuat, dengan sejarah terpanjang di kejuaraan; Repsol Honda !
I told you
Generasi penerus opah Ago ni. Wkwkkw
Menyimak paduka youtube
Kita bisa lihat bagaimana sudut pandang teknis dari pembalap yg ternyata sangat merevolusi apa yg dia pegang.
Tidak ada motor hebat tanpa pembalap hebat.
Buktinya gelar juara lorenzo lebih banyak dari ducati.hehe
CD bikin JL kluar herannya ducati masih pertahankan dia lagi hadeh. Dengan makin banyaknya tim ducati apakah pertanda kekolotan berakhir wak?
Dulu Motogp era 990cc sampai era 800cc HRC punya tim paling banyak tapi kolotnya tetep, sampai Nakamoto-san terus dilajut masuknya Livio Suppo ke HRC baru deh kolotnya berkurang.
Ducati kayanya juga harus melakukan itu