TMCBLOG.com – Race weekend MotoGP Aragon 2019 menurut tmcblog sangat berbeda dengan Gelaran Seri sebelumnya di Brno, Silverstone maupun Misano. Di seri GP ke 200nya ini tmcblog melihat Sepertinya Marc Marquez sudah sangat siap race Bahkan sebelum Race weekend Dilansgungkan. Marc dan team sudah sangat memperhitungkan masak masak Bakal seperti apa cuaca, Mereka yakin benar bahwa tidak ada efeknya apapun untuk ‘absen’ di sesi yang nggak ada hubungannya dengan Race seperti FP3 dan Warm-Up. Buat apa buang buang Tenaga dan alokasi ban buat sesuatu yang tidak mewakili Riset Setup yang akan dilakukan untuk hari ahad, buat apa Jadi yang tercepat di sesi yang tidak akan dirasakan saat race. Pada akhirnnya Winners Takes It ALL ; tercepat di FP3 dan Warm-up adalah catatan yang akan terhapus dari memori orang ketika orang lain yang jadi Juara saat Race day. Ungkapan sadis sih, Namun ada benarnya juga. So Jangan kaget Ketika Marc Marquez Langsung melakukan Tekanan dengan menghasilkan Laptime Yang hanya 0,2 detik lebih lambat dari Rekor dan meninggalkan yang lain 2 detik dibelakang. Sampai saat ini yang sempat keluar dari mulur Marc Saat menjelaskan soal FP1 adalah karena ia dan team sangat yakin tak akan bisa maksimal di FP3 karena kondisi cuaca dan . .. memang forecast itu cukup akurat sih
Semua yang dilakukan Marc dan team terlihat sangat sistematis. Mereka tahu waktu waktu mana saja Yang tidak memungkinkan Untuk riset sehingga memaksimalkan waktu yang tersisa. DI FP1 Torehkan Benchmark Yang efek bonusnya bisa jadi hadir demoralisasi, Lalu Di FP4 ia melakukan apa Yang biasa dilakukan di Warm-up Yakni Long Lap atau simulasi Race dengan melakukan 17 lap Back To Back. Yeps Grand Strategi Khusus Aragon sepertinya sudah dirancang mungkin semenjak sehari setelah race Di Misano atau bahkan jauh sebelum itu. Oke itu baru strategi memaksimalkan Timing . . Lalu Seperti apa Strategi teknisnya ? Nah ini Juga yang menarik.
Strategi Marc Marquez di Aragon ini terutama soal pemaksimalan Honda RC213V menurut tmcblog memang agak Unik dan mungkin jauh dari tebakan kita semua. Kita semua mungkin Mahfum bahwa Honda RC213V Model 2019 telah di-tweak sedemikian rupa Oleh HRC untuk mengejar defisit ketertinggalan Power, Torsi dan Top Speed. Pokoknya Performa ducati benar benar jadi acuan di sini Oleh Honda. Oleh karena itu Kita bisa lihat di 13 Seri belakangan Top SPeed Honda nggak terlalu ‘malu maluin’ dibandingkan dengan Ducati tahun 2019 ini dan di beberapa sirkuit yang memang mengagungkan Top Speed seperti Losail dan Mugello, Marc dan RC213V ada di sana siap bersaing dengan Desmosedici.
Namun begitu Menurut Marc Dengan Penambahan Performa Honda RC213V keuntungan utamanya bukan Membuat Honda Jadi menyamai Ducati menjadi yang paling kencang di Grid, namun membuat Kombinasi Mard dan Honda RC213V lebih memiliki derajad Kebebasan dalam menentukan Mode apa yang akan diaplikasikan . . dan ini artinya Saat ini – Paling tidak Untuk Marc Marquez – Honda Punya beberapa Mode yang bisa langsung sesuai kemauan dan Strategi Yang dipilih . . Ya pilih mirip seperti Mode Comfort, sport atau sport+ di CBR250RR mungkin hehe
Dan ini tmcblog lihat Terjadi di sepanjang race weekend, Marc Marquez melakukan Paling sedikit dua strategi berbeda. Saat Melakukan Time attack di FP1 dan Kualifikasi (Q2), Marc terlihat melakukan Mode yang memaksimalkan hampir semua Potensi dari Honda RC213V termasuk Top speed .. Oleh karena itu Jangan heran Jika di FP1 dan Q2 Top Speed maupun Top Speed rata rata Marc ada di Peringkat atas, bahkan bila dibandingkan dengan Ducati . . . Namun ini tidak terjadi saat ia melakukan Riset race Pace dan Saat Race, Menurut tmcblog mode Yang diaplikasikan Marc di kedua sesi ini berbeda . .
Sobat Bisa lihat Data saat race dilangsungkan. Marc hanya berada di Posisi 20 jika bicara soal Top SPeed dan Top Speed Rata rata. Data Empirisnya Top Speed Marc Lebih lambat hampir 13 km/jam dibandingkan Top SPeed Dovizioso, dan bahkan Kalah 5 km/jam dibandingkan dengan Maverick Vinales . . . So Jika Saat race berlangsung Komentator sampai menggunakan Kata kata ” embarasssing “ Saat melihat Top Speed Maverick Vinales ‘diasapin’ dengan Mudah Oleh Dovizioso di Back-Straight . . Mungkin (bani andai andai) Kalau Saat itu Kejadiannya antara Dovizioso VS Marquez, maka ke-inferioran Top Speed Marc akan lebih parah dari apa yang diperlihatkan Maverick. Namun sepertinya Bukan itu Senjata rahasia Marc Marquez di Aragon tahun ini . . Untuk mendiskusikannnya lebih lanjut mari Kita simak Grafik Berikut ini .
Jika Laptime Top 5 di padukan dalam satu Grafik emmang terlihat dimana specialnya Marc Marquez ini. Ia Push semenjak awal dan bahkan Di Lap 2 ia langsung torehkan laptime tercepat. Hal ini memang sangat Logis dilakukan secara Ban Belakang Soft umumnya lebih Cepat dibawa siap time attack karena dapat mencapai Suhu Ideal pemakaian yang lebih cepat dibandingkan dengan ban Belakang hard seperti Yang dipakai beberapa pembalap Khususnya pembalap Yamaha.
Terlepas dari Latime edan Marc di 6 Lap pertama dan Lap ke 11-12, secara umum Harusnya Andrea Dovizoso Punya kesempatan bertarung dengan Marc. Walaupun sudah menggunakan Holeshot Devices, memang posisi start dari Dovi dari Posisi 10 boleh dibilang menghalanginya untuk mengejar Marc semenjak awal. Marc Marquez Sendiri sepertinya tidak menyangka Bahwa Ducati Khususnya Dovizioso Bisa bangkit di Aragon. Hasil hasil latihan bebas dan Kualifikasi awalnya masih memperlihatkan Yamaha yang akan punya potensi menemani Marc Di Podium. Untungnya Marc Melakukan Strategi Ngacir semenjak awal sehingga Ia langsung menentukan Benchmark jarak beberapa Kebon detik dan fakta ini Boleh dibilang sulit untuk dikejar oleh Dovi walaupun Memiliki advantage Top speed 10-13 km/jam lebih tinggi di straight.
Namun begitu, apakah Marc Menggunakan Top Speed Untuk menghasilkan Laptime Kencang di Lap ke dua sampai lap Ke 6 ? Kayaknya Nggak sob silahkan cek ke daftar di atas deh . . . Top Speed Marc di lap lap awal cuma 332-333 km/jam sementara Dovi bahkan sempat torehkan 346 km/jam atau 13 km/jam lebih kencang dari Marc . .. see, ? Bukan Top Speed resepnya. Jadi apa dong?
Kesaksian Aleix Espargaro
Salah satu yang mungkin bisa menjelaskan adalah soal kesaksian dari Aleix Espargaro saat dirinya mendapati berada di belakang marc Marquez saat Kualifikasi ke dua (Q2) Aleix Mengaku bahwa awalnya ia berfikir bahwa Marc ada di Dunia yang berbeda sehingga nggak akan mungkin ia bisa mengikuti Marc. Namun ternyata Menurut Aleix perkiraannya tidak sepenuhnya benar, ternyata Ia Bisa mengikuti Marc.
“So it was strange because he braked not super-late, but before he arrived at the apex of the corner he released the front brake and when he leaned and put his body in a really low position, before touching the throttle, the corner speed he can carry is unbelievable. . .” Yes menurut Kakak dari Pol Espargaro ini kepada Crash.net Ia merasa Aneh saat melihat Marc Marquez tidak melakukan Pengereman yang telad ( biasannya untuk menghasilkan Top Speed tinggi) dan Bahkan Marc Melakukan pengereman lebih dahulu ketimbang dirinya. Yang ia bisa Lihat dan saksikan adalah ketika Marc Mau menghampiri Apex, ia lepas tekanan Tuas rem untuk mengurangi pengereman, melakukan rolling Speed dengan posisi nikung sangat rendah.
Dan Resep ini menurut kesaksian Aleix menghasilkan Corner speed yang sangat tidak bisa dipercaya ( sangat cepat). So Minimal Kita Ketahui bahwa di Aragon ini pada Saat Riset race pace dan saat race, marc Tidak mengandalkan Mode Top Speed . . Ia melakukan Mode Kedua yang sepertinya lebih mengandalkan Corner Speed … hmmm koq kayak aneh ya, umumnya V4 nikungnya cenderung menyudut dan tidak smooth mengandalkan Mid-Corner speed. . . . ah sudahlah, Buat tmcblog ini mengartikan bahwa dengan modal perubahan performa RC213V tahun 2019 ini membuat Kombinasi Marc Marquez dan Honda bisa mengembangkan banyak kombinasi Gaya Balap yang bisa dipilih sampai sampai ia bisa mengemulasikan gaya balap I4 menggunakan V4 walaupun mungkin dengan inisiasi, karakter dan syarat-ketentuan berlaku yang tentunya berbeda.
Mode Top Speed atau Mode Corner Speed sepertinya merupakan Dua Mode yang tidak bisa dikombinasikan, artinya Jika Marc Ingin lakukan Mode Top Speed maka Ia akan Late Brake sehingga sulit untuk bisa melakukan hal yang sempat di ceritakan Oleh Aleix espargaro yakni melakukan Corner speed . . Mode Top Speed akan menghasilkan Mode menikung yang menyudut. Sementara Jika Marc Mau aplikasikan Corner speed, maka ia harus lebih cepat melakukan pengereman .. Untuk membantu membayangkan ini Mungkin Sudah kayak Irit dan Kencang .. kalau irit susah kencang dan Kalau lagi kencang ya susah irit ,cmiiw. Namun Seperti Juga mtoor motor berteknologi variable valve, Dua mode RC213V ini bisa dipilih kapan Mau Top Speed kapan mau Corner Speed, seperti Pilihan kapan mau irit dan Kapan mau kencang, imho.
Di Thailand Mendatang menurut tmcblog Marc akan mencoba melihat dulu kondisi Tarck dan Juga kekuatan lawan. Tahun 2018 Lalu Dovi sangat Kuat di Buriram dan di 2019 sudah pasti Dovi akan sekuat tenaga mencoba untuk mendelay kesempatan Marc mengunci gelar Juara dunia GP-Ke 8 nya di Thailand. Dan melihat ini Jelas Dengan Dua Straight yang lumayan edan Panjangnya, Diperkirakan Ducati akan kembali lagi memperlihatkan senjata Utama nya di Top Speed. Dan menurut tmcblog Marc akan memainkan Mode yang berbeda dibandingkan Aragon, Mode yang akan kembali memaksimalkan Top Speed RC213V untuk kembali bejaban dengan Ducati.
Di Kubu Yamaha, Aragon kembali memperlihatkan Bahwa sebenarnya dua Pembalap yang ambil pernan penting adalah Maverick Vinales dan Fabio Quartararo. Jika di Misano Fabio Lebih dominan dibanding Maverick, Namun di Aragon Ini jelas Laptime race Maverick terlhat lebih kencang dari Fabio. Penyebabnya apa ? Menurut tmcblog kemungkinan besar mengarah ke perbedaan Limit RPM sebesar 500 rpm yang selama ini dirumorkan menjadi pembeda kedua Yamaha M1 yang dibesut Fabio dan Maverick. Bicara data, Top Speed Fabio 7 km/jam lebih lambat dari Maverick, Sementara Bicara Top Speed Rata rata, Fabio Kalah 5,3 km/jam . .. 500 rpm bisa membuat perbedaan segitu ya ?
Dihadiri Langung oleh Chairman and Executive Director of Yamaha Motor Co, Ltd Mr Hiroyuki Yanagi di Aragon kemarin Jelas Punya nilai Positifnya. Kejadian di Back Straight dan straight dimana dengan mudahnya Dovizioso dan Miller melewati Maverick Vinales dan sekaligus menunda Podium tentunya seakan Menajdi ‘ pesan Khusus ‘ yang tentunya akan dibawa terbang ke Iwata – Jepang sebagai Bahan Evaluasi persiapan Mesin 2020 dan seterusnya.
Memang sih, selama era motoGP 4 tak Yamaha belum pernah tercatat dan diingat oleh mindset orang memiliki Performa top Speed yang mengerikan. Sejak awal Yamaha Konsern di Motor Yang mudah di-Handling, riders Friendly, dan Kapabilitas performa di Corner speed yang aduhai. Namun permasalahannya adalah Motor Motor V4 sekarang ini sudah dapat mendekati dan mengemulasi Kelebihan Yamaha ini sementara Keunggulan V4 belum bisa dijabani Oleh Yamaha. Kalau terus terusan dibiarkan kedepan tetap akan jadi Ganjalan Buat Yamaha.
Taufik of BuitenZorg
Baca Juga :
- Analisis Pasca race MotoGP Qatar 2019 . . . RC213V meningkat, namun Belum Cukup !
- Analisis Pasca race MotoGP Argentina 2019 . . Marc Marquez seperti race di dunianya sendiri !
- Analisis Pasca Race MotoGP Austin 2019 . . Fokus di Rins VS Rossi !
- Analisis Pasca Race MotoGP Jerez 2019 . . Marc Memang Terbaik di Jerez !
- Analisis Pasca Race MotoGP Le Mans 2019 . . . RC213V Baru, Mentalitas Baru !
- Analisis Pasca race MotoGP Mugello 2019 . . . Ducati Terkencang, Honda mendekat !
- Analisis Pasca Race MotoGP Assen 2019 . . . Maverick Layak Juara, Marquez P2 Sudah Seperti Victory
- Analisis pasca race MotoGP Sachsenring 2019 . . . Dari gocekan di grid start sampai strategi manage ban saat race !
- Analisis Pasca Race MotoGP Austria 2019 . . . Strategi Dovizoso Sukses permainkan Marquez !
- Analisis Pasca Race MotoGP Silverstone 2019 . . . FIX, Marc Marquez ‘dikadalin’ Alex Rins !
- Analisis Pasca Race MotoGP Misano 2019 . . . Ilmuwan berwerpak Balap !
- Analisis Pasca Race MotoGP Aragon 2019 . . . Dua Mode dalam satu race weekend !
Juara
Wkwkwkwkwkkw
Setahun lalu pada test pertengahan musim, mesin dgn top speed lebih tinggi telah di perkenalkan yamaha. Tp mbah oci menilai pointless krn merusak balance secara keseluruhan, lebih liar katanya.
Klo sekarang di perkenalkan lg tp ujung tombak di ganti jd neng vina dan f1/4, saya yakin yamaha bisa bersaing musim depan
wis tuo ….. alon alon asal kelakon ae nduuuk
Makan tuh input aki aki, ?
Bisa juga RcV213 dibawa lemot tapi juara sekebon…
Betul kata Marc awal musim RcV 2019motor bunglon..
Jadi , konsekuensi/faktor Marc berani pake “mode comfort” :
1. Pake soft tyre (walau cuma 1);
2. Start Dovi jauh dr front grid;
3. Marc dan tim anggap yamaha/suzuki (inline4) cukup mengancam di Aragon ,
meski realnya krg tepat 🙂
4. ……..
Marc dg timnya kayaknya lebih maju dr tim lain ya. Perhitungannya akurat…canggih…tim lain harus study banding sama les dulu sama tim nya marc kayaknya…hehe…
Prestasi dan Mentalitas yang udah teruji dilintasan, tidak banyak bacot kayak itu tu the power of microphone
Gimana ngga cacingan, satu dekade kagak dapet gizi sama vitamin championship.
The Professor tak henti-hentinya membuat semua yg terlibat dan semua penikmat motogp berdecak kagum kepadanya, atas apa yg dilakukannya….
nimbrung dlu baru baca
permasalahannya adalah Motor Motor V4 sekarang ini sudah dapat mendekati dan mengemulasi Kelebihan Yamaha ini sementara Keunggulan V4 belum bisa dijabani Oleh Yamaha
cakep, seperti prediksi ane jg.
Ia melakukan Mode Kedua yang sepertinya lebih mengandalkan Corner Speed … hmmm koq kayak aneh ya, umumnya V4 nikungnya cenderung menyudut dan tidak smooth mengandalkan Mid-Corner speed
dari mimisan ane dah liat ini orang gila(skill mantap). speed corner v4 marc ga kalah di sana. wong dr pertengahan race f1/4 udh di sundul sundul dan aneh nya itu di mid corner bukan du straigh. cmiiw
Dimisano sebenernya udah dikasih liat potensinya sama marc, tp luput dr mata orang banyak
Ketika itu marc nyalip maverick di mid corner, bukan di entry apalagi trek lurus
imo…
bahkan sebenernya sudah terlihat di tikungan terakhir; di 2 lap terakhir; saat race di Mugello.
Marc terlihat sudah bisa melibas tikungan cepat itu dengan racing line yg lebih dalam, lebih rapi, minim ngesot2 (di banding musim2 sebelumnya)
wuhuuu mantab, sampe puyeng ane
Dengan power motor normal terlemot,
Marc menang sekebon…
Mau ngeles apa lagi…
*) F1/4 kan minus 500 rpm..
baca dulu baru komen……
mantap wak.. artikel kek ginian yang selalu ditunggu….
Bahwa sebenarnya dua Pembalap yang ambil peran penting adalah Maverick Vinales dan Fabio Quartararo.
????
Ucio gak dianggap ?
Tukang ngelap helm ga masuk itungan?
pertamaxxxx
kunci sukses hrc adalah percaya sama pawang hujan.. dah gitu saja
T=M.C²
??
Kalau motoGP di sini, forecast gak berlaku 🙂
wak kaji selalu jos ulasannya…
M1 perlu coba pakai VVA biar dapat top speed tinggi kali ya??
Kalaupun saat itu marc berhadapan dgn dovi marc akan gati mode dari mode sport ke sport+ toh, kemarin dia gak ketemu dovi jadi buat apa pake sport+ ?
idem bro hehe..
Jenius
The Profesor beyond The Doctor
Kunci gelar di chang keren tapi di motegi lebih uambyaaaaar
Kebiasaan baca dulu baru coment. ?
Tambahan komen ngawur wak
Seakan jadi pesan klo MM jg bs make motor i4 d masa depan dg cr mengemulasi nikung ala2 i4 😀
Masuk kategori bani andai2 g y ini? 🙂
tentu, karena marquez juga punya pengalaman juara dunia dengan mesin i4
CBR600RR inline 4…
Wih kenyang bacanya ???
Wak Ada (bani andai) rencana rcv balik V5 lagi biar balance Kaya I4 apa sekalian ganti I4 di 2020 (andai) haahhahaahaha Mr Takeo berharapa 2022 silinder di bebaskan
14 pasal masih do godok di de pr …
Hahahahahaha i4 om
memang mm93 ga ngumbar power di aragon ini, manajemen bannya top, plus karena ga musti fight, racing line nya mm93 ini sempurna, ini pasti udah doi pikirin sebelumnya
Rc213v 2019 ini kayak Kapak Maut Naga Geni 212 (213 deng ?) kalo bukan orang yg tepat yg pake gak bakal keluar maksimal kekuatan aslinya (ya jadi kapak biasa aja), Crutchlow yg geradakan maupun Lorenzo yg halus contohnya masih kesusahan sampai sekarang
Apa Sinto gendeng nya HRC (takeo Yokoyama) emang khusus buatin itu untuk si Wiro sableng(Marc) ??
“Whosoever holds this bike, if he be worthy, shall possess the power of HONDA!”
Jadi siapakah pembalap yg akanjadi kapten amerika nya ??? 😀
Masing2 hero dalam komik kan punya senjata khusus yg hanya bisa dipakai oleh pemiliknya, sama kan seperti marc dgn rcv213v (versi mm93)
berharap lorenzo ubah gaya balapnya setelah sembuh total. pengen liat dapat 1 podium di tahun ini dn rcv.
lupakan gaya riding dg ducati, apalagi yamaha
“…Motor Motor V4 sekarang ini sudah dapat mendekati dan mengemulasi Kelebihan Yamaha ini sementara Keunggulan V4 belum bisa dijabani Oleh Yamaha…”
kedepannya, V4 masih punya lebih banyak ruang untuk improve dan berkembang dibanding I4…
Iyes, sedangkan POWER & AKSELERASI yang jadi kelebihan V4 makin sulit diikutin oleh I4.
Itu PR yang masih menghantui I4. Kubu suziku juga mengeluhkan hal yg sama. Denger-denger Rins juga minta tambahan power untuk mesin suziku 2020 (?)
Marc marquez memang brilian, ga kaya rekan setimnya..
di buriram nanti diperkirakan ada duel seru marc vs dovi kayanya.
Patut dinantikan
harusnya artikel ini hadir sebelum ress…. biar f beye nggak terlalu menderita wak… kalo begini jadi bener semua dong ulasanya wak haji….
kalo gitu judulnya bakalan : ” Forecast Pra Race MotoGP Aragon 2019 ” dong
Bentul…
Tinggal ditambah 2 paragraf terakhir hasil race…
Dengan RCV marc membalap seolah menggunakan M1 atau GSX..
Dan hasilnya.. Lawan ketinggalan 4 kecamatan.
Indikasi tes RCV 2020 yg mungkin akan ada kombinasi power untuk speed dan stabilitas untuk conner speed..
Jadi tinggal menyesuaikan sesuai kebutuhan di sircuit.. Sircuit umbar power.. Tinggal klik setiing power gede.. Sircuit coner speed.. Klik seting stabilitas ok..
Bakalan jadi senjata paling siip dgn pbalap paling siip sedunia..
Aslinya 7 kecamatan…
Lepas gas.. selebrasi..
Finish 4 kecamatan..
Ditinggal mancing dulu ekekekekek
ulasannya selalu betul kalo res udah usay…. muheee..canda wak!
mirip cocoklogy, tp dg data dan fakta yes 🙂
ini lebih mirip sama klx offroader yg d bantai oleh revo pencari kayu bakar.. hhh. mo top speed berapapun masih kalah sama skil yg punya rumah.
Jadi inget pas KTM kalah sama Supra…. Cuma lupa judulnya di yetebe. Bener memang skill ngga bisa boong, motor sebagus apapun kalo yg bawanya ngga bisa memaksimalkan dan ngga tahu trik bawanya ya alamat jadi motor biasa biasa aja.
Mumpung Kandungan Enzime monoamine oxidase enzyme (MAO) masih sedikit jadi bisa maksimalkan semua kemampuan motor tanpa perlu pikir panjang atau bergidik ketakutan karena umur mulai menua ?
swingarm karbon nota emang jozzz…
Motor RCV + marquez yang kompetitif disemua track,seperti juventus di liga serie A….tanpa lawan sepadan akhirnya autoscudeto berjilid-jilid….
Jadi membayangkan sasis M1 dicangkokin mesin V4….hemmm… Yamaha gak memikirkan ambil opsi ini wak?
saya pikir belum tentu berhasil . . . Setiap mesin dan Sasis harus ada kecocokan desain yang berhubungan satu dengan yang lain . . Mungkin maksudnya Honda Dan yamaha Merger . . yang satu Development berbasis Mesin, satu lagi development berbasis Sasis, keduanya bersinergi membuat satu Produk misalnya Yamahonda mungkin namanya
Yamaha udah pernah, YZR-M1 MY 2004.
Sampe MY2003, Yamaha masih punya masalah yang sama ky YZR-500, struggle with front end feel. Malah jaman GP500 smp bikin YZR-500 0WL dengan mesin single crank yang sama ky NSR-500, cm g pernah bener-bener turun, karena sama ky Honda, Yamaha paling anti nyontek lawan beratnya.
Akhirnya masalah front end motor Yamaha kelar setelah berkolaborasi dengan (ex) Honda –Burgess
Astagfirullah.. jd sia2 donk gelarnya selama ini yg dibangga2in beliau om?
tahun 2015 saat jorge lorenzo juara dunia, ia sempat memaksimalkan yamaha di top speed & akselerasi wak, seperti di mugello, ngga bisa melewati ducati memang tapi melewati honda, sayang sejak 2015 itu yamaha seperti jalan di tempat, yang lain udah balapan lari, hehehe…
2015, RC213V emang bermasalah dalam hal power delivery karena salah menentukan crankshaft mass. Alih-alih dapat tambahan speed, yg ada malah ban selip saat open throttle, dan godeg saat close throttle.
‘…Terlepas dari Latime edan Marc di 6 Lap pertama, Lap ke dan 11-12…’
ini lap ke berapa sebenarnya mas Taufik ??
saya cari ke bolak-balik atas bawah kok tidak menemukan kolom podkes untuk analisa race aragon ini mas ??
belum dibuat
artinya akan menyusul ya mas. alhamdulilah
‘…Terlepas dari Latime edan Marc di 6 Lap pertama, Lap ke 11 dan 12…’
Kurang datanya wak…
Imho… Kunci marc ngacir di awal lap
Sbg gambaran 3 lap awal marc nabung banyak
Lap 1 saja lebih cepat 1.2s dr miler (terdekat)
Lap 2 lebih cepat 0.5s
Lap 3 lebih cepar 0.3s
Dan marc baru nyentuh ordo 1.49 di lap 6
Kalo mau liat best time per sektor diantara top 5
Sektor 1 marc (31.204) hanya kalah dr fabio (31.166)
Sektor 2 marc paling atas (30.611) paling banyak juga cetak ordo 30.x
Sektor 3 marc 2x cetak ordo 20.9 yg gak bisa disamain sama rider lain
Sektor 4 marc (25.523) hanya bisa lebih cepat dr miller n fabio, lebih lambat 0.2s dr dovi sbg penguasa sektor ini
Bwt tambahan aja
makasih tambahannya , sip
imo…(maaf bila belibet)
di sektor 4, Marc sebenernya masih punya simpanan 0.3 – 0.4 second yg tidak “dipergunakan” sebagai akibat pembatasan top speed yg diSENGAJA untuk menghemat kompon ban belakang
….
mengingat sektor 4 dihitung mulai dr awal straight yg cukup panjang, kemudian sebuah tikungan cepat ke kiri yg cukup panjang pula, kemudian dilanjutkan sebuah straight pendek hingga garis finish,
….
maka bisa terlihat bahwa Marc melibas straight di sektor 4 dengan top speed “lemot” yg relatif setara dengan Quartararo,
namun memiliki Speed Last Corner yg lebih tinggi dr duo rider inline4 terdepan (Vinalez-Quartararo) secara RATA2 sepanjang race berlangsung
….
dan bila seperti ini, maka senjata “rahasia” si Marc di Aragon ini seharusnya bisa diterapkan pula di Valencia.
Bisa jadi…
D kualifikasi marc bisa sapet 25.1
Even carl bisa dapet 25.4 pas race
Bisa jadi memang marc tidak terlalu push di backstraight
Di race kali ini menurut ane marc “cukup santai”
Push di lap awal sisanya hanya jaga jarak
Bisa jadi ini juga yg bikin topspeed marc tertahan selain untuk jaga ban tentunya
Top speed marc memang tidak setinggi maverick
Tp sepanjang race top speed marc cukup ke jaga di kisaran 331-333
Hanya lap terakhir yg 328 (u know why, waktu marc si sektor 4 lap terakhir cuma 27.x)
Maverick di lap 8-22 top speednya ada dikisaran 328-329 sedangkan fabio di lap yg sama dikisaran 326-329 (sempet 330-331di lap 9-11)
Kalo diliat tiap lap ane sih kurang setuju kalo topspeed marc hanya setara fabio
Trus kalo liat layout di artikel sebelumnya
Sektor 4 tidak dimulai dr awal backstraight, tp dr pertengahan
hmm okelah
tapi…
klo mengenai layout track, mengenai posisi sektor 4,
gue pake patokan dr situs “motogp.com/” itu sendiri
jadi harusnya lebih bs dipercaya karena info didapat dr situs motogp itu sendiri
bisa diliat di:
“…/en/event/Aragon#info-track”
disana terlihat awal sektor 4 / akhir sektor 3 ada di awal backstraight, bukan di pertengahan
Kalau IG warrior, pada maunya si dia itu yg selalu terbaik terbaik terbaik.. sampe cara selebrasi aja di banding2in.. mana yg elegan mana yg norak.. mana mau tau mereka strategi2 macam gini.. wong gimana mau buka wawasan soal strategi, yg mereka baca cuman seputar ban msh spinning ban msh spinning ban msh spinning..
Tumben Yamaha ga disebut salah milih ban Wak ?
Btw disini ga ngeliat ADV wak…
Gw ga mau nulis lagi di kota mana, kan kebaca melalui IP address ama wak haji.
yang salah pilih satu embalap doang atau semua pembalap yamaha merasa salah pilih Ban ?
Ya yg make hard dong Wak… Ya semuanya.
Hahaha
Gw bukan tipe yg doyan ngebully salah satu rider demi rider idolanya.
Ip adress kadang tidak akurat, misal anda di aceh tp bisa terbaca sebagai medan.
“– Honda Punya beberapa Mode yang bisa langsung sesuai kemauan dan Strategi Yang dipilih”
——————————————————
Habis ini ada blog dengan judu; “Terbukti, HRC mencurangi ECU DORNA dengan menginstall ASIMO di motor Marquez”
wah iya memang ada yang begitu ?
ntar saya bikinin kisi-kisinya, Wak. Tinggal dikembangkan sama imaginasi blogger ato insta fluencernya.
point 1. Komentar Aleix tentang corner speed Marc
point 2. Analisa pasca race di sini
point 3. Q2, Marc pake Beast mode yg mementingkan power
Point 4. Saat Race, Marc pake Sports + mode biar smooth dan mengoptimalkan ban ghoib…….
#kapokmukapan
hahahaha…walaupun wak haji tulisannya mencerdaskan…selalu ada yg berusaha membelokan..aneh yah…
Apa iya, kok saya blm baru tau ada istilah mencurangi ECU, setau saya di ECU ada beberapa pengaturan yg tidak bisa di rubah, dan ada yg bisa di rubah, kalo mau mengajukan perubahan harus di setujui dorna, dan di lakukan di awal musim.
Sebenarnya saya juga aneh, melihat gap yang terlalu jauh, kalo saya kira itu seperti motor nya Alvaro Bautista di super bike
Kalo teknologi asimo diterapkan di rcv kan memang benar adanya bro AIM-1N, bisa liat di fanpagenya facebooknya Asimo diposting sekitar tahun 2016. Mungkin lebih tepatnya di IMU bukan di ECU. Cmiiw
Iya gan, rcv JG di kasih teknologi ridding asis plus Fitur pemetaan setelah akusisi grab beberapa tahun Lalu, itu kalo ga Ada Marc di atasnya bisa jalan sendiri sampe finish. Hebat ya Honda mungkin ke depan akan Ada hazard sama pass beam. Biar semakin di depan. Colek me if I’m wrong
Nope, tekonologi ASIMO bukan dibenamkan di RC-V, tapi memang direalisasikan dalam bentuk robot humanoid. Nama projectnya “Dynamic Automated Near-Intelligent” atau disingkat project DANI. Tapi engineer Honda bikin kesalahan, sehingga parameter dimensinya jadi berubah dan OSnya menggunakan Windows Vista. Makanya sering crash.
Akhirnya dianggap project gagal, dan dipetieskan. Tapi kemudian mantan engineer HRC di KTM yg mengetahui project tersebut akhirnya mengakuisisi project DANI dari HRC. (sumber: https://motogpnews.com/2018/09/18/the-dani-pedrosa-project-sold-to-ktm/)
lucu juga baca itu artikel, bisaan menganalogikan kisah sebenarnya dengan sebuah robot
tagline blognya: “News as it happens, when it happens, and even if it doesn’t happen”
Isinya satire mulu…..
Wlpun menggunakan teknologi ASIMO, y g berarti ASIMOnya kemudian dijejelin k sasis RC-V.
IIRC. Shuhei emang mengadopsi sebagian teknologi ASIMO untuk memperbaiki desain traction control yg dia buat sebelumnya. Seperti yg diketahui, sebelum menjadi team principal Repsol Honda, Nakamoto sempat jadi Senior Technical Director Honda F1 team. Dan saat menjadi team principal, Nakamoto berusaha mengaplikasikan traction control untuk mengoptimalkan RC212V agar lebih mudah dikendalikan, karena percuma power gede tapi power deliverynya serampangan.
Cuma di sini, Nakamoto salah perhitungan, dia mengaplikasikan traction control F1 secara mentah-mentah ke RC212V, padahal dynamic motor dan mobil berbeda. Dynamic motor juga dipengaruhi dari perubahan body positioning rider. Sehingga model yang dibuat g selamanya bisa diaplikasikan pada kondisi yang sebenarnya.
Di saat yang bersamaan HRC juga memiliki project ASIMO, dan project ASIMO ini lah Nakamoto berusaha mengadopsi kontrol tiga dimensi ASIMO untuk kemudian dikembangkan dan digunakan untuk motor (dhi. RC212V). (Pelase, CMIIW), teknologi yang diadopsi beberapa diantaranya terkait multidimensional inclinometer untuk mendeteksi kondisi motor (miring atau tegak, hard braking atau accelerating, dsb). Dan dari hasil deteksi tersebut, kemudian ECU mengendalikan power delivery.
Artikel becandaan mah itu om, Intinya honda masih menggunakan Asimo as sourced-electronics dengan target to make the bike more self-aware and more accurate. Chief Electric Engineer of HRC Japan Masanori Takahashi pernah bilang : “We have applied ASIMO’s inclination estimation technology to the MotoGP motorcycle… The required information to estimate the inclination is basically same,”. However, where ASIMO needs this data to keep from falling on his facemask, on the bike it modulates the engine’s output. “We don’t directly control the posture of MotoGP motorcycle. We control the engine power to prevent over-slip, and as a result the deviations of the pitch and roll are reduced.” “The biggest advantage of this technology is the high precision and high responsibility of the estimation of the pitch and roll angle of the MotoGP machine under hard conditions with heavy centrifugal force and vibration.”
Yg jd pertanyaan
Apa ea juma rcv mm yg pasang asimo ( teori konspirasi ) untuk mengurangi kecurigaan
Melihat betapa susahnya pembalap lain mengendarai rcv 213 2019
Brasa njomplang
Bukan dipasangi asimo, lebih tepatnya di jejali teknologi asimo. Seperti bro aimin bilang kalo dipasangin asimo trus diumpetin dimana robotnya ?
Apakah cuma motor mm yg di jejali teknologi asimo, sepertinya tidak mungkin soalnya 2014 pedrosa juga menggunakan perangkat “asimo” yang sama dengan marquez.
2019 kan udah g ada inhouse ECU. Pabrikan diberi kesempatan untuk propose algoritmanya untuk dicompile Magentti Marelli di dalam ECUnya, tapi y pasti g semuanya bisa difasilitasi, terutama karena untuk menjalankan algoritma tersebut pasti butuh masukan dari sensor lainnya d luar IMU. Seperti misalnya teknologi yang diterapkan Honda untuk in-house ECU-nya melibatkan beberapa rangkaian gyroscope dan accelerometers. Sementara saat ini, bahkan IMU pun dibatasi oleh DORNA.
Dan bagi pabrikan sendiri, Algoritma tersebut merupakan bagian dari kekayaan intelektual mereka, g mungkin mereka mau memberikan seluruhnya kepada Magnetti Marelli
Wak Haji, bikin chanel youtube yg berisi berita n analisa motogp dong…biar youtube ttg motogp gak diisi analisa bodoh para fans buta n jelek2in rider
ya paling channel tmcblog aja ya ?
Boleh wak , channel indonesia yg bahas motogp kebanyakan skrg ini cuma kompor² fp aja?
Mantap wak, siap auto teken tombol sub n Tombol kloneng2.
Iya wak, bangsa ini perlu dicerdaskan biar ga kemakan hoax berlarut2 tentang ban ghoib, anak emas dorna dll…
Nah ini setujuu langsung sukrep chanelnya wak aji
Cucu dari Opa Mandra
Mantap, puas baca artikelnya
Tinggal satu mode lagi yg belum dikeluarkan Marquez andai lawan mulai bisa menyamai levelnya..
Mode 1 : Top Speed (Hard Brake with sliding godek2)
Mode 2 : Corner Speed
Mode 3 : Stoner Mode alias powerslide.. Buka gas jauh lebih awal saat akan exit corner
Tiga Mode ini dikuasai Marquez, dia bakal jadi unbeatable rider ever.. Juara Dunia MotoGP 15x
Walah masih level beatable aja udah dibilang ga seru lah, ga berani pindah pabrikan lah, ga entertainment lah ?
Gimana kalo unbeatable? Bisa2 di banned karena terlalu dewa ?
keknya sliding dengan godek udah kagak bisa deh karena fix ecu.
mode 1(v2) : Late brake dengan ban belakang terangkat sambil pasang kaki buat rem tambahan hingga sepatu berasap.
Ntar lama2 brembo kerjasama sm alpinestar nih bikin boot yang bagian tumitnya dipasang kampas rem gara2 marc, atau alpinestar-astra otoparts..??
Perasaan dari awal musim juga udah kelihatan kok “anehnya” rcv+marc saat melibas fast corner ? kombinasi pembalap alien + teknologi alien ya gini nih ?
Ada Satu lagi sih yg menurut saya “aneh”
Mode racing menang sekebon…
Mode comfort menang sekebon…
Mode semitrail di gravel pun bisa…
Buat apa pindah pabrikan…
Emang bisa ngasih motor model begini…
Kemana aja cocok,dah jago dari orok dia mah ?
Ducati sekarang Kan udh JD motor terbalik. Dan itu hasil pengembangan dovi. JD blm bisa di katakan hebat
Aleix oerformanya emang bagus d Aragon. Jd blm bisa dijadikan sbg patokan perkembangan Aprilia jg
Kira2 ada yg di kadal ? in gak Wak….. ??
dari konten artikel ini, apakah bisa diartikan kalau mm93 mampu (lagi-lagi) menunjukkan spektrum kemampuannya dalam beradaptasi dengan paket motor sekaligus sirkuit berikut karakternya? gak sabar lihat kompetisi tahun2 mendatang ketika fabio (dan rider2 muda lainnya) semakin matang untuk meladeni mm93, yg tentu juga menarik disimak perkembangannya
Saya rasa pembalap muda lainnya bakal belajar jg dr video dan latihan dirtbike. Ada pembalap kuat pasti akan ada penggantinya yg lbh kuat. Terus begitu.
kalau kita lihat cara Marc di depan corong mikrofon kadang yang disampaikannya hanya hal hal datar dan normatif belaka. Saya sendiri kalo denger marc Bicara seperti di press con atau debrief kadang gregetan . . dia cuma bilang, fokus buat race, race sekarang sama saja dengan race yg dulu dulu soal target bla bla bla . . pas Balapan .. 4 detik , 6 detik bahhh, kurang asem kamu Marc 😀
nah soal Spektrum ini lah Yang cuma bisa dilihat dan diketahui lewat analisa data dll
Wah espargaro mempertegas lagi tuh buat pembalap v4 lain kalau mau cepat corner speed dgn tuh motor. Rem saat dekat tikungan biar ban angkat lalu bersamaa dgn lepas rem arahkan motor sambil miringkan body. Begitulah cara MM bisa cepat ditikungan. Kyknya semua bs melihat dr tayangan video..cma kyknya belum ada yang mau mencoba melatihnya. Mgkn dgn latihan dirtbike bakal terbiasa pembalap lain. Kabarnya vr buat trek baru yg mirip latihan dirtbikenya. Nah kyknya mau cetak pembalap tandingan tuh kedepannya.
Lah kan si mbah udah punya ranch, tapi gak ada salahnya juga sih bikin lagi haha
Mantap wak, puas baca artikel sampe komen2nya hehe keep it up ?
Serius nanya.. kok bisa tau kapan depan ngerem? ada lampu rem kah
Kalau rider feelingx udah sensitif banget, di kecepatan konstant dan cepat ketahuan kalau motor depan kita melakukan deselerasi. Kurang lebih mirip lah dari sudut pandang kita nyundul2 ban di tikungan, bedanya ini di trek lurus ? #Cmiiw
Ditunggu popaisnya eh podcasts nya wak
Disalip ducati mah bukan karena ban, cz power nya yg memble hahaha… eh tp ada bnernya jg sih, kehabisan ban, jd lambat (plus power memble) akhirnya kena tabok ducat i??
Hemat saya sih
Speed corner “mode” MM93 cuma efektif kalo saat riding sendirian
Soalnya kalo pas fight (terutama lawan ducati) susah utk rem lebih awal, keburu ditutup oleh rider ducati saat mau masuk apex
Tabokannya pedes bener Mas Bro….
ini sama pertanyaannya..kenapa hanya Ros yg terbelakang di ymh,,,sementara tiga yg lain jauh ke depan
ymh sebaiknya mulai skrg tdk usah berpikir juara seri…fokus sj pd test untuk thn 2020 siapa tau sdh bisa tdk semakin terbelakang
uiii…mantul banget
Selalu menarik membaca analisa pak haji, pernyataan soal motor dengan mesin V4 baik dari Ducati dan Honda sudah mendekati atau bahkan lebih baik dari motor mesin Inline 4 dari Yamaha sekarang, memang kenyataannya begitu sih.
Honda punya jalannya sendiri.
Sebenernya mau dijadiin karakter V4 ‘tulen’ pun bisa aja; diciptakan untuk gaspol dan braking yg mantap. Tapi nanti jadi Dukati banget.
Dijadiin ‘manusiawi’ pun bisa aja, yg bisa diajak kompromi saat cornering. Tapi nanti jadi bersifat ke-Yamaha Yamaha an, dan akan samar DNA dari V4-nya.
Bukannya Honda krisis identitas seperti yg pernah disindir oleh orang dukati itu tuh, tapi namanya motor (mesin) gimanapun karakternya dirancang oleh enjineer tujuannya adalah satu : bikin rider nya juara.
Terbukti sindiran orang dukati itu pun terkesan jadi pepesan kosong karena Honda nyatanya berhasil merancang mesin yg membuatnya jadi tim dengan hasil race tersukses di kejuaraan MotoGP. The number says it all.
Menurut gua malah kurang panjang, pengen liat cacing gelud antara Maverick, miller ama Dovi
dari analisa awal sampai akhir rangkuman nya adalah marc sentris wak