Home MotoGP Michelin MotoGP 2016-2019 dan seperti apa perubahannya di 2020 nanti

Michelin MotoGP 2016-2019 dan seperti apa perubahannya di 2020 nanti

57

TMCBLOG.com -Michelin sudah menjadi penyuplai tunggal ban MotoGP semenjak 2016. Semenjak empat tahun terakhir paling tidak tercatat sudah ada 4 kali perubahan dari varian ban yang disuplai. Saat tahun pertama 2016 boleh dibilang Michelin seperti meraba kembali dalam pencarian ban jenis apa yang cocok buat motor MotoGP. Mereka membuat ban Slick dengan berbagai konstruksi berbasis data saat terakhir mereka menyuplai team MotoGP ditambah data dari ban varian roaduse mereka. Pilihan konstruksi ban Michelin MotoGP 2016 boleh dibilang sangat luas bahkan sampai hadir perbedaan konstruksi di tiap race/ sirkuit.

Namun akhirnnya disadari bahwa perbedaan konstruksi ban di tiap race menghasilkan masalah yang tak habis-habisnya. Dari sudut pandang pabrikan sendiri, mereka jadi nggak punya sama sekali setup dasar motor karena konstruksi ban yang berubah-ubah setiap race. Menurut informasi dari Mat Oxley berdasarkan input para pembalap, team dan juga data internal, maka di musim 2017 akhirnya dipilihlah satu konstruksi basis (Carcass) dari ban yang akhirnya dipakai sepanjang musim (dan akhirnya konstruksi ini dipakai sampai dengan musim 2019). Dengan ban 2017 ini rerata gap Top-10 berada di angka 24,7 detik.

Setelah memperoleh basis data dari konstruksi 2017, maka di musim MotoGP 2018 Michelin mulai mencoba bermain dengan kompon ban tanpa mengubah konstruksi dari karet. Di 2018 hadir perubahan kompon karet ke arah lebih Soft. Ban Soft ini jelas nge-grip namun tidak durable. Dan karena alasan ketidak-durable-an ini, pembalap harus pintar pintar me-manage throttle gas yang muaranya membuat race semakin rapat. Hasil empiriknya, rerata gap rider Top-10 MotoGP 2018 berada di angka 20 detik. Namun Yamaha meradang karena dengan ban soft yang memiliki karakter kurang durable, ban tidak bisa dipakai sampai akhir race oleh kedua pembalap Factory mereka yaitu Rossi dan Vinales. Pesan ini jelas terdengar sampai Prancis.

Solusinya di musim 2019 ini akhirnya Michelin membuat ban dengan konstruksi yang tidak berubah, namun jenis komponnya lebih kuat dengan harapan dapat lebih durable. Dengan perubahan ini pembalap sedikit lepas dari kungkungan dalam menjaga throttle, mereka bisa lebih bisa full gas sehingga hasil empiriknya sampai dengan seri ke-14 rerata gap Top-10 naik kembali sampai di angka 22,3 detik.

Nah untuk musim MotoGP 2020 nanti, untuk pertama kalinya semenjak 2017 Michelin akan mengubah konstruksi dari ban atau yang biasa disebut-sebut pembalap sebagai Carcass. Carcass sendiri adalah bagian dalam ban yang membentuk strukturnya. Bagian ini akan menyerap semua gaya yang dialami oleh ban. Konstruksi ini dapat diartikan seperti perubahan layout dari layering, proses pabrikasi dan lain lain.

Tujuan dari kehadiran konstruksi baru pada ban Michelin 2020 ini adalah untuk memberikan grip lebih tanpa mengubah karakter balap dari ban, utamanya soal durabilitas. Dengan penambahan karakter grip, diperkirakan Michelin 2020 akan memberikan penambahan performa yang cukup signifikan soal laptime yakni antara 0,4 sampai 0,5 detik per-lap karena pembalap dapat lebih dalam memuntir gas tanpa dikungkung soal efek negatifnya pada durabilitas ban.

Ban Michelin 2020 ini telah di ujicobakan oleh pembalap dan mayoritas memberikan feedback yang positif. Jack Miller yang mencoba ban ini di Barcelona, Brno dan Misano mengatakan bahwa ban baru ini memberikan grip yang lebih konsisten sehingga ia bisa lebih mengerti soal gejala spin dengan lebih presisi. Marc Marquez mengatakan bahwa ban ini akan membuat Yamaha bisa lebih cepat, sementara buat Honda dan Ducati menurut Marc ban ini akan membuat pembalap lebih berani menyalurkan torsi mesin ke ban belakang, misalnya ketiak berakselerasi. Sementara Rossi sendiri berpendapat bahwa ban baru ini akan menaikan level balap MotoGP karena memberikan grip yang lebih baik utamanya di sisi dinding ujung samping yang biasanya memang berguna buat melibas speed corner.

Taufik of BuitenZorg

57 COMMENTS

  1. Kayaknya akan dibikin lebih hotlap tyre buat mecahin rekor rekor yg masih dipegang ban Bridgestone di beberapa sirkuit,kayak Aragon kemarin contohnya ??

    Showing that they are more superior than B

  2. Yang menarik adalah, saat Michelin menggunakan ban yang lebih durable di tahun 2019, gap antar pembalap kembali melebar, dan jumlah kompetisi jauh antara pembalap di posisi 1 – 5 jauh berkurang dibandingkan di musim 2018. Dan kita tahu gap siapa yang membuat gap rata-rata tahun ini meningkat. Mknya saya g yakin kl konstruksi ban untuk 2020 akan bisa membuat kompetisi kembali seketat di musim 2017 dan 2018.

    Memang ada banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya faktor motor dan pembalap. Tapi sejak era penerapan unified ECU dan single tyre supplier, bagi pabrikan, motor pun dibangun berdasarkan ban. Dan pembalap pun ride around to get accustomed to the tyre.

    • jgn lupa faktor kekonsistenan bro. klo dovi bisa menjaga performnya sebagus 2017-2018 maka gap akan terpangkas krn marc disibukkan battle dgn dovi. ini malah dia sendiri menurun tahun ini…

      • Om ridho.
        Ini bisa terjadi hanya di sircuit tertentu saja om..
        Karena selama ini.. Duc duc g pernah ribet bermasalah dgn ban..
        Kalo di sikuit straight2 pasti duel.. Tapi lek sircuit berlawanan arah jarum jam dan belok belok.. Emmhh pasti g podium duc duc om.. Ini kita ngomong 2020 ya om.. Xixi

      • Asumsi yang saya pakai, khusus terhadap ban untuk musim 2020 yang dipropose Michelin berdasarkan komentar dari para pembalap. Secara garis besar bisa disampaikan kalau ban 2020 menwarkan durabilitas dan grip yang lebih baik, dan Rossi menambahkan kalau ada perbaikan grip yang lebih baik utamanya di sisi dinding ujung samping yang biasanya memang berguna buat melibas speed corner.

        Dengan grip yang lebih baik, otomatis motor yang mengandalkan traksi untuk berakselerasi dan grip untuk braking memperoleh keunggulan. Tidak hanya itu, dengan dinding ban yang lebih baik, motor yang mengandalkan corner speed pun akan memperoleh hasil lebih baik. Rider yang dapat memanfaatkan kedua kelebihan tersebut dengan baik, kemungkinan besar akan memiliki pace yang lebih cepat dibandingkan rider lain. Dari kondisi-kondisi tersebut, saya bisa mengasumsikan kalau rider yang paling bahagia adalah Marc Marquez (bisa jadi lean angle 65 derajat ke atas bakal sering dilihat di 2020).

        Yah, pada akhirnya memang akan kembali pada pabrikan, apakah mereka bisa menghasilkan paket motor yang bisa memanfaatkan performa yang ditawarkan Michelin. Apakah Ducati bisa menghasilkan GP20 yang memiliki corner speed lebih baik, apakah Suzuki bisa memperbaiki front end GSX-RR, atau Yamaha bisa memperbaiki power delivery M1 untuk melawan dominasi MM93 dan RC213V.

    • Nah.. Bisa jadi.. Yg sekarang sudah g begitu bermasalah dgn ban.. Justru akan lebih cepat di 2020 nanti.. Akselerasi wooss dan ngerem mulus.. karena ban ngegrib bagus dan durabel sepanjang race..
      Bakalan ada aksi nikung pake ngedrif juga ni ntar si mm93 di speed corner..
      Eemmhh mampus.. Xixi

  3. intinya sampai saat nanti ya blum bakalan ada cucuk cucukan model bridgestone yang setiap rider bisa nyalip diluar racing line….karna keluar racing line dikit ndlosor…mau puntir gas lebih takut abis…mau cucukan trus abis juga….

  4. toko elektronik penjual mikoropone disinyalir mendapatkan peningkatan orderan spesial livery kuning dengan angka khusus 4 dan 6, ditambah coretan tangan si ‘itu’. bonus gratis tas plastik mini warna kuning. hehe..

  5. baru tahu saya, hadno punya tim sepakbola juga. tidak hanya dunia roda bundar, bola bundar pun prestasinya juga mengagumkan. nonton pertandingannya menarik ini. hadno fc, juventus-nya jepang. manteup. hehe..

  6. semestinya artikel ini juga dibuatkan podkes juga mas. pasti menarik kalau mendengarkan podkes dari ulasan analisa race misano, analisa race aragon, fek feyer bek feyer, kemudian dilanjut ulasan artikel ini. nyambung terus asik dengarnya.
    sekedar saran saja mas, mudah-mudahan langsung dibuatkan podkesnya. hehe..

  7. Gap p1-p10 22 detik itu karena marc lepas atau kendorin gas pas mau finish kalo lagi mimpin sekecamatan, andai (jadi bani andai2) terus full gas jadi berapa tuh…
    Belum lagi pas austin yg marc dnf, itu juga mimpin balap sekabupaten…
    Jadi gapnya nambah sangat jauh di 2019 ini… CMIW
    Harapan penonton kan gapnya rapat biar lebih banyak overtake…

  8. pembalap harus pintar pintar me-manage throttle gas dan merasakan feeling ban, klo ugal-ugalan ya bisa aja lngsng memimpin P1, tapi ujung2nya gagal podium krn kehabisan ban.. cerita klasik dalam balapan ?

  9. mau laptime makin cepat pake ban cacing [hobby kami mahal] dijamin ngacir se ngacir ngacirnya tu motor
    di straight pun gak bakal terucap kata2 “emberassing” top speed dr komentator ??

  10. Yg jadi masalah bukan bannya, tapi si Marquez yg tetap sanggup cepat meski ban minim grip (bisa karena suhu track dingin, ban belum panas, atau aspal tua yg licin)

    Menaikkan level grip ban, efeknya ya semua jadi lebih cepat.. Included Marquez (mungkin dia bisa rebah sampe 67 derajat??)

    Jadi apa bedanya??

  11. sangat baik bila si ‘itu’ bergabung di tim hadno lagi, tapi bukan hadno motogp, melainkan hadno rugby team, yaitu hadno heat team. pasti si ‘itu’ semakin sehat. hehe..

  12. Kata2 marc , ban 2020 bagus untuk yamaha ,, wkwkwkwk bisa aja loe tong mlintir2 kata2 .. padahal didlam hati marc , wah ban ini paket bagus buat saya , ngegrip sekaligus dinding samping bagus … Nah loe ??? Wkwkwkwk kita nanti akan sering disuguhkan dengan balapan boring , menang sekebon , kena overlap .. hem

  13. Imho, durabilitas & grip berbanding terbalik, spt hal top speed & corner speed. Smkn ngegrip bannya smkn lengket karetnya smkn bnyk karet yg lepas dan nempel/tertinggal di aspal, shg bannya akan smkn cepat gundul…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


Exit mobile version