TMCBLOG.com – Tidak ayal lagi orang kerap membandingkan mana yang terbaik antara Valentino Rossi dengan Marc Marquez. Ini sebenarnya agak sulit dijabarkan karena buat TMCBlog sendiri salah satu yang membuatnya sulit dibandingkan adalah karena kedua pembalap hebat ini memiliki era keemasan yang berbeda.
The Doctor mendominasi “era romantika” kelas primer dimana sepeda motor balap kelas tertinggi ini butuh yang namanya seni tinggi dalam menghandlenya. Motornya sendiri lebih ‘murni’, motor yang sangat minimal andil sistem elektronik. Sementara Marc sampai saat ini terutama di tahun 2019 memonopoli era yang disebut “era teknis” kelas primer MotoGP. Era dimana butuh analisa mendalam terhadap semua detail mekanik, sistem elektronik, aerodinamika dan hal-hal ngejelimet lainnya.
Di era romantika, malam sebelum race day bisa dilakukan pesta. Di era teknis sampai beberapa menit sebelum lomba pun setiap grafik, setiap data pun harus tetap dipelajari. Apalagi kalau saat kualifikasi dan race memiliki perbedaan situasi cuaca.. pokoke judule ribet pol 😀 . Yes di era teknis ini setiap perubahan mekanik, elektronik, aerodinamika bisa menghasilkan perbedaan yang signifikan.
TMCBlog baca di Corsedimoto, judul yang terbaca seakan Dovi menilai salah satu pembalap dari dua pembalap idola ini adalah lebih baik dari pembalap yang satunya lagi. Namun menurut TMCBlog yang dimaksud Dovizioso adalah baik Vale dan Marc merupakan dua pribadi terbaik di grid MotoGP pada masanya . . Coba cek deh apa yang disampaikan Dovi ini :
“Menurut saya, Vale memiliki lebih banyak bakat, dia ( Marc ) banyak menganalisis dan bekerja, tetapi apa yang dia ( Vale ) lakukan dan telah lakukan, semua yang dia menangkan lebih didasarkan pada bakat dan naluri daripada Marc. “
Yang TMCBlog bisa kunyah-kunyah dari komentar Dovizioso di atas adalah baik Marc dan Vale merupakan dua pembalap yang bisa mengoptimalisasi apa yang dibutuhkan pada masa keemasan mereka. Vale bisa menjadi yang terbaik di masa romantisme yang lebih membutuhkan naluri dan bakat. Namun bukan artinya Vale tidak jago dalam analisis dan riset. Sementara Marc menjadi yang terbaik di masa teknis dimana dibutuhkan talenta dalam menganalisis, riset dan tentunya mencoba apa yang ia dan teamnya riset. Namun bukan juga berarti Marc tak memiliki naluri dan bakat. Kalo nggak ada naluri, mana bisa ia menggunakan elbownya untuk menyelamatkan diri dan motornya posisi crash.
Jadi dari komentar Dovi menurut TMCBlog jawaban bisa dibagi dua tergantung apa yang ditanya . . Kalau ditanya, siapa yang terbaik dalam soal memaksimalkan bakat saat era keemasan? Jawabnya sudah pasti Valentino Rossi. Namun kalau pertanyaannya, siapa yang terbaik dalam soal memaksimalkan analisis, Trial-error pada era keemasannya? Jawabannya tentu mengarah ke Marc Marquez.
Melihat apa yang disampaikan oleh Dovi TMCBlog sedikit mau beropini bahwa mungkin juga karena itu di masa ‘Romantisme GP’ individu jauh lebih di signifikan eksis dibandingkan motor dan team. Sementara di saat ini butuh kombinasi terbaik antara individu (pembalap), motor dan team untuk jadi yang terbaik, CMIIW . .. Silahkan dikomentari sob, karena sangat dimungkinkan ada dari sobat sekalian yang tidak sependapat dengan TMCBlog 😀
Taufik of BuitenZorg
Ooo seperti itu
Tetep aja, soal koar2 di microphone si anu ga ada tandingannya….
the power of microphone
Kalo keduanya lahir dimasa yg sama, mungkin salah satunya akan jadi max biaggi wannabe.
Pembalap hebat yg ga pernah juara premiere class. Entah itu 93 atau 46
kamu ngapain sih?curcol?
Hahaha banyak war di artikel ini. Wak haji yg menang deh.
Ini orang kesetanan membabi buta sendiri hehehe obatnya abis om? Awas nanti dipasung
Kesimpulannya..
Punya era masing masing.. And now.. Adalh eranya mm93.
Namun melihat dari jamannya.. Era modern adlah era dimana pembalap cerdas dan berbakan yg akan juara..
Semakin besar power motor.. Maka semakin rumit dan njelimet sistem yg mengontrol..
2hp/kg tanpa traction control.. Bisa mencelat pembalap saat pertama tarik gas.
Hahahaha pasukan banteng…bani tengah.
Dari kelima pembalap yg saya sebutkan diatas, semuanya pernah di Honda. Statemen Takeo Yokoyama yg pernah mas Taufik tulis, bisa menggambarkan betapa begitu istimewanya si Marc ini. Bahkan kompetitor macam Ducati saja merasa sdg bertarung hanya dgn Marc, bukan dgn Honda. Sebuah pengakuan yg sangat jujur saya kira.
iya seperti itu bro 😀
tetap VR lah, kalau sekarang MM lebih hebat di masa teknis itu karena perbedaan umur.
ga bisa dibandingkan dalam masa beda umur.
inget jg apa kata stoner tentang rossi : “kalau tanpa elektronik, Rossi akan juara”.
andai rossi dan MM seumur saat ini, VR akan lebih baik.
udah pernah liat marquez pake mesin minim elektronik, belum kan, ga bisa apple to apple sebenarnya, yg jelas saat ini pun kita bisa liat marquez melakukan hal yg luat=r biasa yg tidak terkait denga elektronik, masih inget saving low side pke dengkul sama sikut..thats technique
Haelah… Tiap hari adu argumen rossi vs marquez. Sekalian aja adu fisik alias adu nyali jotos jotosan.
bakat dan kerja keras
Bakat nyanyi siapa donk…
Berarti rossi gak bisa untuk di jaman sekarang
Cuma sayang malah tetep dipake yamaha pabrikan
Nah iaa.. mngkon masih susah mengganti rider si Y.. takut kehilangan Market atau takut dianggap gak balas budi sama Vale.hehe. Sprti saat Lorenzo jurdun aja masih mempertahankan si itu yg smpe skrg 10 tahun zonk jurdun.
Bukan dorna yang takut kehilangan rossi,tp rossi sendiri yang takut usaha dagangannya ngga laku kalau dia pensiun…
Udah ngga ada yg menarik daru seorang rossi,buktinya sejak rossi di ducati ngga ada satupun tim yang berminat sama rossi,silahkan di cari beritanya kalau ngga percata,hanya yamaha yang masih mau pakai jasanya dengan catatan rossi mau di gaji hanya separuhnya dari gaji dia wkt sblm pindah ke ducati..karena udh ngga ada pilihan akhirnya rossi mau menerima penawaran yamaha,yaah dari pada ngga dapet tim bisa² dia nganggur, kalau sampai nganggur gimana nasib usaha merchandise nya? Emang ada fans yg masih mau beli nerchandisenya kalau idolnya udh pensiun?
hahaha emang elu ngurusin dagangan pasar malem…
masak analisisnya cm gegara takut nganggur sma mempertahankan merchandisenya doang??? bacot banyak tp ga jelas.
klo Y mempertahankan vale 10 tahun tanpa jurdun trs ngapain H ngekepin Dani? pasti alasan yg sama kenapa masih mempertahankan pembalap2 itu di pabrikan.
pemikiran yg cerdas man
di era romantika malem seblum balap bisa pesta gitu? pesta bakar² ayam apa jagung gituu….???
pantesan ada yg di juluki The Doktor dan The Professor 😀 sekilas sama namun dlm kondisi yg berbeda
Kalau the doctor itu julukan dari rossi untuk dirinya sendiri…
Kalau theprofesor itu julukan dari orang lain untuk marc…
Doctor sama prof kelasnya lebih tinggi prof ya gan,
Coba aja tu liat titel orang, kalo prof pasti dah khatam doctor, sedang doctor belum tentu prof
So you know lah
Let him sing a song Yesterday the beatless ????
Profesor itu jabatan untuk dosen senior, klo doctor itu gelar pendidikan. Bukan masalah tinggi yg mana
Pembalap alakadarnya yang cuma bisa jadi penantang juara dunia karena motor komentari pembalap-pembalap yang lebih hebat.
IMHO, Dia lebih banyak berhubungan secara langsung dengan kedua juara dunia dibandingkan Anda dan saya yg cuma pembalap sofa, So I’d rather believe anything he said than yours
yaelah, situ nongol cuman buat ngomong gitu doang…….
Kalau saya sih lebih percaya omongan jurnalis ketimbang ente maupun pembalap. Kenapa? Omongan jurnalis biasanya objektif, analisa juga berdasar riset dia. Sementara anda cuma berandai2 dan nonton, pembalap pun ngomong cuma berdasar yang dia pengen. Crutchlow aja kalau ngomongin skill Lowes lebih tinggi dari aslinya, sampai bilang Redding gak cocok buat ganti cuma karena Lowes temennya, Redding bukan temennya.
G juga, jurnalis pun ada yg nulis karena subyektifitasnya, g cuman pembalap doang. Karena menurut Oxley, jurnalis saat ini ada yg berusaha terlalu dekat dengan beberapa pihak (rider, team principal, etc), seperti kata Oxley, “…I was always told as a young journo that if everyone in the paddock hates you then you’re doing a good job”
But, you’re right on point kl situ lebih percaya omongan jurnalis daripada saya……….
Ko gitu… Mo obyektif tp yg diliat siapa yg ngomong bukan apa yg diomongin
Jurnalis di percaya? Objektif? Perlu banyak jalan-jalan
Betul Wak….setuju..dua duanya Terbaik….punya masanya….di cabang olahraga manapun..Legend tetap ada….akan selalu ada calon Legend baru…itu akan terus menghidupkan olahraga itu sndiri..yang disayangkan pendukungnya….hiduplah damai…semuanya Hebat…peace..salam satu asal
Sama kayak karaoke, semua org bsia singing a song, tapi tidak semua memiliki suara yang merdu
tepat banget ini
https://berbagibikerblog.blogspot.com/2019/10/tatap-muka-dengan-aprilia-shiver-900.html
Jadi GP era dulu tinggal gass ya wak?, pembalap sudah Percaya Diri pada motor, grip ban, sirkuit dll.
Sementara era sekarang harus memikirkan hal-hal teknis lain yang kalo salah strategi bisa stragel?
Gak juga sih…
Inget2 lagi cerita vale ketika debut
Ketika dia merasa rider lain lambat krn jaga ban
Ya cuma itu, faktor teknis yg jadi perhatian gak sebanyak sekarang
Krn sekarang ada di zaman sgt kompetitif, dimana lebih cepat 0.1s akan dikejar mati2an
Sehingga faktor teknis yang diperhatikan menjadi lebih mendetail
Btw kalo diliat2 motogp mirip siklus f1 dgn sedikit terlambat bbrp thn
Semua ada masa nya…..
Ada masa dimana nanti motogp pake mesin metik jagoannya Komeng UHuy
Saya pikir di jaman dulu pun peran motor,tim dan pembalap sangat berpengaruh terhadap hasil akhir,terutama pembalap dan crewchief, itu alasan kenapa rossi selalu membawa crewchief nya kemanapun dia pergi.. tapi di saat motogp semakin modern di mana pembalap bukan hanya di tuntut memiliki skil membalap dia juga di tuntut memiliki skil analisis di atas trek,.
Dan dari hasil race² di era modern ini saya berani katakan rossi hanya memilik skil membalap tapi belum cukup skill untuk analisis,saat ini hanya MM yang punya skil membalap di atas rata² sekaligus memilik skil analisis terbaik di antara pembalap² lainnya,..
Kita bisa perhatikan, setiap HRC membuat mesin baru bisa di pastikan mesin itu bukan di buat untuk salah satu pbalapnya,tetapi di buat berdasar ego HRC sendiri,barulah berasamaan musim berjalan sedikit demi sediki ada penyesuaian part untuk pembalap tertentu,silahkan di perhatikan selama berkarir di motogp udah berapa kali marc merubah gaya balapnya? Pdhl motor yg di pake tetep honda² juga,sudah kebayang kan tingkat kecerdasan MM dalam hal skil membalapnya? Oya..tulisan saya ini bukan untuk di baca oleh fans rossi karena pasti ngga bakal setuju..
Menurut tmcblog sendiri gimana tentang alanisanya tentang perubahan² gaya yang MM lakukan di tiap² musim nya?
Sama aja ohm, rossi jg dr jaman gp500 ke rcv213 pasti rubah2 gaya balap menyesuaikan karakter mesin. Pindah ke yamaha yg inline juga langsung back to back juara dunia lagi. Intinya mah emang masa rossi sudah habis, jd gak usah di banding2 kan. Bahas yg muda2 aja sekarang, tp gak usah nyinyir juga ke rossi. Biarlah dia bergelut dgn masa tuanya
Sejak kapan Rossi pake RC213V?
CMIIW koreksi sob, Rossi dulu pake Honda RC212V V5. Suaranya gak ada lawan :v
RC212V itu yg 800cc 4cyl
RC211V itu yg 990cc 5cyl
RC213V itu yg 1000cc 4cyl
Tambahan aja, motor Honda yg pernah dipake Rossi di Kelas MotoGP
NSR500 Tahun 2000-2001
RC211V Tahun 2002-2003
Emang pernah Rossi pakai RCV213..?!
Salah semua yak, eng ing eng :v
kalo baca paragraf terakhir yang jelas2 beda pendapat ya domenicali lah
Ya bagaimanapun keduanya sekedar berpendapat… ya wajar kalo bersilangan
Apalagi dlm koment nya domnicali juga mengandung unsur yg menyudutkan dovi
Jika kemudian dovi membela diri ya wajar
Anggap aja sepertu puig vs jolor
Masalah rider dengan romansanya, sebenarnya kondisinya g ky gitu jg. Dulu juga banyak kok rider yg wlpun memiliki talent, juga punya sensitifitas tinggi dan kepresisian dalam hal teknis, seperti misalnya King Kenny, Lawson, Doohan, dsb. Kemampuan yang hampir sama dengan Marc Marquez. Mknya, kl F1/4 bersama Yamaha dan AR42 bersama Suzuki g segera menemukan best form-nya kynya dalam dua-tiga tahun ke depan, MotoGP bakal terjebak dalam era dominasi Marquez yang memiliki precision seperti Kenny Roberts, Determination dan killing intent seperti Doohan, Front end sense seperti Spencer, dan kemampuan Mind games seperti Rossi……..
Imho ,bisa diartikan dicari real contender paket komplit, rider yang konsisten tidak angin2nan n motor yang mumpuni biar perebutan gelar sampai akhir seri,
paket komplit spesial pakai telor 😀
@AIM-1N
“MotoGP bakal terjebak dalam era dominasi Marquez yang memiliki precision seperti Kenny Roberts, Determination dan killing intent seperti Doohan, Front end sense seperti Spencer, dan kemampuan Mind games seperti Rossi……..”
ente banyak baca atau memang jam terbangnya sudah tinggi nih?
salut saya. jelas, tajam, tepat
pandangan dovi begitu karena dovi sudah menyaksikan vale di dua kondisi, dominan teknik/skil dan dominan teknologi, sedangkan dovi hanya bisa melihat marc di jaman dominann teknologi. pertanyaannya apakah marc akan melempem klo ada dijaman teknik skill mendominasi, klo saya akan bilang tidak ad tiga alasn, satu, dijaman penuh teknologi kyk sekarang pun kita disuguhi skill marc yg tidak ada duanya kyk skil saving from low side pke dengkul dan sikut, dua, terus kemampuan adaptasi luar biasa, dari megang motor yg ada asimonya, sampe megang motor ancur ancuran dari segi handling gara gara penyeragaman ECU pake MM, tiga, attitude yg luar biasa sebagai seorang olahragawan yg menjadikan balapan sebagai fokus utama ga ada istilah mewekan, bisa meningkatkan moral tim garasi dia, selalu berkata postif meski tengah dalam kondisi sulit, kombinasi hal hal kyk gitu yg bikin marc bakal bisa jadi raja, baik di era skil maupun teknologi. itu kata saya
Setuju ini, dovi bisa dibilang lawan rossi dari dulu juga.
Bener juga
Vale bisa dinilai dikedua era
Marc hanya bisa dinilai era saat ini
Ujung2nya cuma bisa dikira2 bagaimana marc jika diera lalu
Keduanya punya naluri dan bakat balap yg jempolan, tinggal menunggu waktu marc umur 40 klo mau membandingkan keduanya… Tapi apapun itu baik Rossi maupun Marc sama2 lbh hebat dari rata2 pembalap dimasanya.
Kalo boleh tau, seperti apa perbandingan yg apple to apple ketika marc umur 40?
Imho ane sendiri gak yakin marc masih balap motogp d umur 40
Prediksi ane marc pensiun dikisaran mid 30an
Marc haruskah membalap ampe 40thn ???
lalu dipaksa kaga nikah2 ampe tua kyk yg onoh biar adil komparasinya gitu ???
walau saya penunggang honda,tapi tidak gembira kalau mm menang
Musim kapan kira2 ada pembalap yg sanggup kalahkan mm,apapun motornya
Belum rusuh karena kloningan elu belum beraksi. Bocah aneh pembuat rusuh tingkahnya masih sok netral?
Menganalisa suatu keadaan juga merupakan bakat, TDK semau org mampu menganalisa suatu keadaan , kemudian mencari solusi dan memecahkan permasalahan-permasalahan.
Agree…
Hrs dipahami terlebih dahulu apa yg dimaksud dovi dgn “bakat”
setuju2 saja sih dengan pendapat yg TMCblog jabarkan
tinggal buat yg tidak setuju dan selalu menjelek2kan salah satu rider
mending dibuat aja sekalian wak buktikan di lintasan antara pendukung 93 vs 46 yg selalu adu bacot ga abis2.
biar baku hantam di atas lintasan dan biar tau gimana rasanya bawa motor balap supaya ga asal komen
cuma pendapat aja wak.
makanya saya berusaha banget melihat apa yang ‘sebenarnya’ mau disampaikan Oleh Dovi dan cover both side
Gini aj ..coba 93 dan 46 balapan pke nsr 500cc..
Siapa yg menang… itu jwaban.ny yg bener…
Klo nhomongin masa ea bner semua…karna jawabanny pke kta ANDAI
balapan di PS ya ?
Rossi is Rossi, Marc is Marc…punya jamannya sendiri2, sama kayak pembalap yg sebelum2 nya, tapi kalau dibilang kenceng mana, lihat aja lap record yg ada, motor jadul atau motor sekarang…Rossi sendiri dulu pernah bilang kalau tanpa teknologi pembalap hanya dapat memaksimalkan potensi motor 60-65 %, beda dengan saat ada teknologi…jadi kalau mau balik pakai motor tanpa teknologi y dipikir2 dulu aja hehehe
“Semua ada masanya”
Mark my words ya para fans boy. Dulu pun nonton gp rasanya lebih monoton dari sekarang. Zaman Doohan 5x juara seolah nggak ada lawan, sudah gitu yang podium ya sesama gaspol ngondah juga. Zaman Rossi di Honda juga sama, kayanya susah banget dikalahin.
Tapi toh semuanya berlalu dan berganti
Terlepas dari keduanya memang beda generasi, saat ini yang the goat tentu rossi karena sampai generasi sekarang masih balapan dan masih sering top 10. Menarikya era rossi dia bisa kasi hiburan sepanjang balapan,sengaja menunggu lawan lalu saling salip. Mungkin ini jg karena karakter motor ya,kalau MM lakukan itu dengan mesin v4 bakal senggal senggol pembalap lain karena kemampuan utama ditrek lurus bukan salip”an ditikungan. Karena bakal harus sleding,nikung lebih rendah yg dan habisin ban. Kembali kepenonton… Sukanya yang mana. Mungkin saat fabio bisa jabanin MM bakal sering terjadi balapan seru.
wak haji dan mamang dovi bener banget menurut ana.. ntar 10 taun lagi atau kurang ataupun lebih.. pasti muncul era baru.. jagoan baru.. rossi n marq bakal mengisi album legenda motogp seperti legenda2 sebelumnya..
yups
mereka mengira hanya karena sekarang jamannya motor 4 tak yg dilengkapi dgn beragam perangkat elektronik, itu berarti rider jawara jaman now itu lbh payah, no skill, dll.
W*F ????
Mereka abai untuk meng-compare HP yg dimiliki motor MotoGP jaman now yg makin besar serta lap time yg juga makin meningkat.
Mereka abai apa saja latihan2 extra & effort yg udah dilakukan para pembalap top diluar trek hanya agar tetap bisa fit & kompetitif saat race
“Jangan hanya karena DULU elu paling jago ngetik pake mesin tik, lalu sekarang disodorin laptop dgn beragam fitur di dalamnya, lalu tiba2 elu kedodoran, ketinggalan dr yg lain, elu malah cuma nyalahin laptopnya !!!”
Saya suke saya suke
Bagian ngetril dan tanktop
????
Kesimpulannya kembali ke 1 hal, yaitu mereka berdua terbaik di masanya. Dan sekarang sprtinya adalah masanya MM93.
Sebenernya 10 thn lalu vale gak muda2 amat
Soal itu ane lebih percaya kata doohan soal masa seorang rider hanya 10 tahun
Kalo dihitung2 10 thn lalu mungkin sudah bukan masanya vale lg
Yang TMCBlog bisa kunyah-kunyah dari komentar Dovizioso di atas adalah baik Marc dan Vale merupakan dua pembalap yang bisa mengoptimalisasi apa yang dibutuhkan pada masa keemasan mereka.
Premis yg muncul :
Rossi clear mendominasi di era romantika. Fact
Rossi juga clear melempem di era teknis. Fact
Marquez clear mendominasi di era teknis. Fact
Apakah Marquez pasti melempem di era romantika??
Ini konsekwensi dari meng-compare dua minimum dari yg berbeda zaman..
Yang jelas, setelah Rainey dominan..
Doohan tanpa coup pada Rainey, hanya Schwantz..
Tanpa mengurangi rasa hormat, Criville dan Roberts Jr termasuk Biaggi, Sette Capirossi bukan yg sepadan untuk VR, maka dia mendominasi era tsb, tanpa head to head dengan Doohan..
Mulai berubah ketika Hayden Dani Stoner Jorge berdatangan, dominasi VR jelas tergerus..
Marquez? dia datang disaat JL masih dalam peak, dan VR masih kompetitif..
MM jelas tahu apa atribut dan effort yg diperlukan agar optimal pada masanya..
Menurut saya, sepertinya Era Teknis Marc Saat ini bisa jadi akan jadi ‘Era Romantika’ dimata Pembalap pembalap di 10-15 tahun yang akan datang,
sehingga pertanyaan ” Apakah Marquez pasti melempem di era romantika?? ”
Tidak bisa ditarik mudur seperti pertanyaan apakah “Rossi pasti melempem di era Agostini ?” bisa jadi Baru akan terjawab di 10-15 taun mendatang saat era kita saat ini dianggap sebagai ‘era Romantika’ bagi Pebalap 10-15 tahun yang akan datang . . Mungkin eranya anak Sudharmono yang masih kecil itu ya saat dia seumuran kelas MotoGP nanti ?
akur Wak, tiap top rider di eranya pasti akan menjadi benchmark bagi rider selanjutnya, seperti Rossi yg kemudian menjadi benchmark bari para rider selanjutnya seperti Pedrossa, JL, hingga Marquez. Sehingga untuk bisa dominan, maka mereka harus melakukan hal yang sama dengan Rossi. Begitu juga saat ini, bagi para rider muda, pasti mereka menjadikan Marquez sebagai benchmark.
setuju wak, rata rata pun pembalap masuk itungan jaya itu cuma 5-10 tahunan, tapi bakal beda cerita dengan marc marquez, dengan attiude seperti yg dia miliki sekarang, figur pembalap idaman kru di garasi, olah skil yg mumpuni, mental olahragawan nomor wahid, kita bakal ngelihat cristiano ronaldo di MotoGP. bakal ngelihat pembalap dengan performa level tinggi dalam waktu yang lama, lebih lama dari pembalap yg pernah ada termasuk mendekati rekor agostini, kalau tuhan mengizinkan.
’92, Doohan juga udah siap-siap coup d’état kl g gara-gara kejadian di Assen dan dokter Assen yg merawat cidera kakinya asal-asalan (sampe mau dipotong), di akhir musim dengan absen di empat seri, dia masih di posisi dua klasemen akhir.
Banyak yang bilang kl dominasi Doohan gara-gara Rainey dan Schwantz pensiun, kl g, dia g bakalan juara dunia lima tahun berturut-turut. Sebagian emang bener, tapi banyak yg lupa, saat mereka masih balapan pun, Doohan juga sering mengalahkan mereka di lintasan. Di musim 91, posisi klasemen akhir Doohan hanya selisih 9 point dari Rainey. Di musim ’93 saat kakinya belum sembuh 100% pun, dia masih bisa mengalahkan Schwantz di San Marino dengan infamous safe-nya. Bahkan di Laguna Seca, dia sempat memimpin di depan sebelum akhirnya crash akibat kelelahan di Corkscrew (yg posisi jatuhnya di tengah track dan dia g bisa langsung berdiri akibat masalah di kaki kanannya), sementara Schwantz cuma di posisi empat.
Biaggi sebenarnya lawan sepadan buat VR, karakternya yg akhirnya menghambat dia mengeluarkan seluruh kemampuannya di track (mirip Iannone lah)
kok selalu enak yo baca komentar2 bro satu ini.
Saya suka comment ini, teoritis dan sistematis banget.
Keliatan kayaknya umurnya udah sepuh ni 🙂
Semua ada masa nya…
Sy suka rossi dr dulu, tp memang skrg era nya marquez..
Rossi terseok2 di era gp moderen, krn motogp skrg, stamina+teknik+skill+motor+adaptasi wajib berimbang.
Mungkin kl skrg masih era 500cc 2 tak, marquez berkurang dominasi nya.
Secata teknik elbow down nya ga bakalan kepake di motor 500cc 2 tak, jaminan mutu jumpalitan naek kuda lumping.
Tp kenyataan skrg, era nya motogp modern dan era marquez.
Semoga ada rival marquez yg berimbang, biar ttp seru motogp …
motor doohan bobot 138 kg dan 185 hp sementara motor marc 164 kg dan 260 ++ hp. lu kata motor doohan lebih liar? cek power to weight ratio nya.
Motor GP-500 belum dilengkapi “electronic wotnots” (mengutip ucapan Doohan) yg mengatur power delivery, kontrol traksi, dsb seperti sekarang. Saking delicatenya, Doohan harus “feathering the clutch” tiap kali change gear kl g mau tiba-tiba high side.
Motor sekarang, four stroke yg power deliverynya lebih predictable dibandingkan two stroke, ganti gigi pun ky naik grand impreza yg tinggal injek gigi g pake kopling.
apapun itu tetap tidak terbandingkan, bahwa tanpa elektronik pebalap lebih hebat, itu baru kesimpulan awal yang highly hypotethical. bahwa dengan bantuan elektronik lebih memudahkan pebalap itu juga baru asumsi hypotethical, dikarenakan power motor yang melonjak drastis.
i would call it a tad. saya percaya ceteris paribus, semua situasi dan kondisi yang membantu dan menghambat semua pebalap di garis start adalah adil, fair and square, sama besar dan sama kecil, dan dialami oleh semua pebalap tanpa terkecuali. mereka yang kalah, selalu mencari2 alasan dan pembenaran adalah pecundang sejati.
Bentar, komen situ membandingkan antara lebih liar mana mesin Doohan dengaBentar, komen situ membandingkan antara lebih liar mana mesin Doohan dengan mesin modern kan. Dan saya pun menjawabnya dalam koridor tersebut, AFAIK motor GP-500 two stroke biarpun PWR-nya lebih kecil, minimnya kontrol elektronik dan power band yang unpredictable mengakibatkan motor lebih susah dikendalikan dan resiko highside lebih tinggi dibandingkan motor modern saat ini yg power deliverynya diatur secara elektronik (Dl tiap sesi race, paling g ada satu kejadian highside). Kl ini dibilang highly hypotethical, y sama hypotethicalny ky pernyataan yg menyatakan bahwa motor dg PWR lebih tinggi akan lebih susah dikendalikan.
“bantuan elektronik lebih memudahkan pembalap baru asumsi hypotethical”, rasanya kurang tepat juga. Banyak rider yg mengakui kalau better electronics means less work for them. Kl g, ngapain Yamaha susah payah bajak electro engineer Ducati. Atau Marquez yang menyatakan bahwa MY2013 adalah best bike karena dia g harus susah payah kontrol pergelangan tangan untuk mengatur power delivery. Emang bener kl “tanpa elektronik pembalap lebih hebat” adalah pernyataan yang kurang tepat dan highly biased, karena pada dasarnya rider yang hebat adalah yang mampu menaikkan limit berdasarkan kondisi yang ada saat ini. Mesin MotoGP modern dilengkapi dengan control electronic yang fungsi utamanya adalah menaikkan level keamanan dalam kompetisi (termasuk pengembangan dalam track safety dan riding apparatus). Higher safety level means less problem to think about during the race, sehingga rider pun akan berusaha upping the limits. Itulah yang membedakan Ago, Hailwood, Roberts, Lawson, Spencer, Rainey, Schwantz, Doohan, Rossi, dan Marquez dengan pembalap lainnya.
@apaansih
situ uda pernah naik motor 2tak berapa HP berapa kg?
situ uda pernah naik motor 4tak dengan TC berapa HP berapa kg?
pernah naik 2tak? kalau belum silahkan dicoba dulu.
anggapan bahwa tanpa elektronik itu menjadikan pembalap lebih hebat karena konsentrasi pembalap harus dipecah menjadi banyak hal misal seputar traksi akibat ledakan mesin yang tiba² (hal yang sudah jauh ‘diminimalisir’ dengan elektronik, ingat kan ada yang naek RCV tapi kabel sensor roda belakangnya putus trus dia terpelanting karena gasnya dibetot langsung).
pembalap jaman dulu itu banyak yang suka ‘main kopling’ supaya lonjakan powernya bisa dikontrol, bukaan gas dikontrol manual, dst. kalau sekarang? gas pol, rem pol, pikirin ‘their pace’.
kalau situ masih ga percaya, ya silahkan coba² dulu motor 2tak yang liar².. klo ga dapet ya jangan alasan ga nemu motornya ya, itu namanya pembenaran akan kemalasan
Kl yg dimaksud Pedrossa, masalahnya bukan karena dia open throttle, tapi matinya sensor akibat kabel sensor TC putus dibaca oleh ECU sebagai illogical data sehingga otomatis ECU mengurangi power delivery dan terjadi hi-side.
Jadi murni kesalahan sistem, bukan karena ridernya keenakan buka gas
Seperti kata doohan kalaupun marc pake nsr pasti cuma butuh waktu adaptasi sebentar yntuk marc jago nunggangin nsr, dan gw percaya kata doohan, secara pas debut marc langsung bisa adaptasi jurdun dengan rcv yg terkenal sulit
Era 2 tak, bukaan gas sewaktu mau keluar apex ga seperti era motogp modern. Dengan angle posisi motor masih miring, throttle udah bisa di buka cepat kl era skrg.
Tau kejadian marc nyenggol sensor throttle pedrosa sebelum tikungan, yg membuat pedrosa jumpalitan?
Kl bilang elektronik ga punya peran besar di era motogp modern, silahkan baca dan cati referensi yg lebih banyak.
Marquez > Rossi di era moderen itu fakta yg menyakitkan buat FBR tp benar adanya.
Tp andai Marquez vs rossi di era 500 cc,lain cerita, bisa jadi lebih berimbang.
Marc itu raja motogp modern saat ini.
Rossi masih “dipake” krn namanya masih menjual. Kalo ngga, ga mungkin yamaha masih mempertahankan nya.
Itulah sebabnya di kalimat awal saya sebut, keduanya tak terbandingkan, walaupun tetap ada esensi yang tidak dapat dijelaskan, yang tetap akan selalu sama.
dalam sebuah kompetisi, pada certain critical point, faktor pembeda itu bukan mesin, bukan regulator, bukan regulasi, bukan faktor alam, atau yang sejenisnya, tetapi imajinasi pikiran. Mesin itu terukur dan terbatas, imajinasi tidak terukur dan tidak terbatas.
Intinya.. Lap time lebih cepat di bandingkan jaman gp 2T. Itu sudah membuktikan jika motor sekarang juga sama sulitnya dgn jman 2T. Di jaman 2T harus pembalap yg pintar memainkan kopling dan gas.. Nah di jaman modern.. Pembalap harus pintar dlm analisa berbagai komponen..
Kalau menurut saya sih kenapa jaman romantisme tuh Sekarang hilang, Ya karena persaingan sekarang bener2 ketat.
pembalap MotoGP skill n talent nya udah 11-12, yang bedain analytic skill nya, 0,001 berharga banget buat capai kemenangan.
Bagaimana presisi nya JL99 ngelahap tikungan (waktu di yamaha), gimana MM93 maksimalin smua potensi RC213v.
Saya masih yakin kalo era alien muncul di tahun 2000an awal, Rossi ga akan punya gelar juara sebanyak sekarang (bani andai2 nih)
b46ut sirkuit ini adalah pebalap paling overrated sealam semesta dan sealam ghoib mbah dukun. tahun 2011 sama2 menggunakan ducati, b46ut dapet point 139, sementara hayden dapet 132 point. bukti sudah berbicara, b46ut hanya “sangat sedikit” lebih baik drpd hayden.
di kelas primer rossi menang 89 kali dan hanya 10 ksli mengalahkan marc, di kelas primer marc menang 78 kali dan 53 kali “menendang p@nt@tnya” rossi. apalagi yang harus dibuktikan?
Kasihan lu tong kumur2 sendiri sampe berbusa-busa ?
Sampe segitunya benci sama si kakek legend
Bruakakakakakak …
Samasekali gak benci rossi, cuma benci valeban butthurt cry babbies, yg memaksa pengakuan atas berhala pujaannya tanpa dasar argumen, yg membabi buta disrespectful thd pebalap lain. Pakai fakta, jangan pake jumlah, jangan pake microphone…
Kalo Marquez dah 10x jurdun, udah gak relevan lagi dikomparasi ke Rossi..
Apalagi kalo udah melewati rekor 122x kemenangan milik Agostini..
Selesai sudah. The end wkwkwkwk
Kl belum pindah pabrikan, masih belum GOAT…..
Kalo menurut ane yang masih noob ini,
Bakat Rossi memang udah ada di DNA.nya yg ikut ayahnya, Graziano Rossi selain tentu saja lingkungan balap yg sudah dialami oleh Rossi sejak kecil. Pastinya Rossi lebih “khatam” di Classic GP – Early MotoGP. Bahkan boleh dibilang, diumur yg sudah banyak angkanya, Rossi masih bagus dibandingkan para Veteran MotoGP (yah walopun harapan jurdun ke 10 immpossible, but never say never)
On the other hand, CMIIW (karena gak tau sejarah :v), Marquez itu benar2 murni belajar dari nol, bener2 seorang hardworker. Tentu saja tak lepas dari ayahnya, Julia Marquez (kok kayak nama cewek yak :v) yang “menggembleng” anaknya (termasuk Alex) untuk menjadi pembalap yg kuat. Faktanya, Marquez sudah berbakat waktu di Mini GP (which is lawannya seangkatan sama Vinales) dan bisa dilihat track record terdahulu dimana dia selalu push the limit sampai2 pada suatu musim (lupa tahun berapa) mendapat predikat menjadi rider paling sering crash, dan usaha jatuh-bangunnya bisa dilihat hasilnya sudah membuahkan jurdun sebanyak 8 kali diringi dengan pemecahan beberapa rekor yang membuat terkejut dan kejutan bagi sebagian orang.
Bagi saya marc 93 lebih hebat dari rossi 46 , ingat 6 tahun lalu saat marc rookie bisa juara dunia melawan 2 juara dunia (jorge+rossi) yg sama2 di tim mapan….. jangan samakan 93 buat bikin entertaint kaya rossi yg juara seri dibawah tahun 2005 walaupun start dari pit lane… di era elektronik njelimet sekarang emang butuh effort lebih detail buat handling motor….
Rossi pernah mengatakan kalau doi menyesal telah menyianyiakan 3 gelar juara dunia di era keemasannya dulu,, yg pasti 2 gelar yg lepas krn dia pindah dr Yamaha ke Ducati, andai dia ga pindah mungkin lain ceritanya,, dan 1 gelar lagi yg lepas itu yg jadi pertanyaan,, apakah sewaktu di 2006 atau 2015 ???
2006 itu lagi jaya jayanya dia, peluangnya masih lebih besar di yamaha periode I, hanya karena ego dia yg sudah diidentifikasi sama Honda sebelumnya peluang itu terbuang.
Simpel aja ibarat perbadingan mesin tik (era romantika) sama laptop (era teknik), orang jago mesin tik pasti akan bingung pake laptop (dan sepertinya sudah terbukti) sementara kalo yang jago laptop pasti tidak terlalu susah pake mesin tik?
Izanagi… kalau menurut saya vr 46 pindah ke ducati karena pengin all italia jurdun (luar biasa) ingat tim ducati sedang bagus saat itu… kalau 2006 karena jumawa mungkin…. paling gampang kenapa vr 46 tidak bisa handling motor liar sementara marc 93 bisa??? Saya yakin 100% marc 93 mudah handling motor inline atau motor v engine tapi vr46 cuma bisa handing motor inline di era motogp modern
Kalau ada yg bilang level marquez di bawa rossi. Matanya melek merem …melek merem… Cacingan wkwkwkwkwkwk 😀
IIRC, Rossi pindah ke Ducati karena value-nya di Yamaha sudah dinilai lebih rendah dibandingkan JL99. Dan dia berharap dengan Italian Connection, maka kemungkinan dia akan menjadi juara dunia juga jadi lebih baik, mengutip ucapan Toby “I he win the MotoGP it would be like a Pope winning in Monza riding a Ferrari”.
Dan Tim Ducati juga bukan yang terbaik, Stoner keluar dari Ducati karena merasa dia tidak pernah dihargai oleh Ducati, terutama saat kesehatannya bermasalah (problem yang selalu dihadapi oleh rider manapun yg bekerja di bawah manajemen Ducati -Baylis, Cal, Iannone, JL, Miller, Bautista). Dan dampak dari keputusannya, selama dua tahun Rossi harus berkutat dengan masalah front end. Hal positifnya, Casey Stoner menikmati dua tahun masa Rossi di Ducati “It’s quite enjoyable watching him struggling more than I did” #asemtho
Cocok sama comment om odelio
“Menurut saya, Vale memiliki lebih banyak bakat, dia ( Marc ) banyak menganalisis dan bekerja, tetapi apa yang dia ( Vale ) lakukan dan telah lakukan, semua yang dia menangkan lebih didasarkan pada bakat dan naluri daripada Marc. “
Kok gw ga terlalu setuju ya kalo rossi lebih banyak bakat, karena tidak ada fakta memang marc nunggang nsr, tapi kita bisa liat fakta apa yg marc lakuin di 125cc (bisa menang dr posisi buncit setelah baru crash saat warm up lap), moto2 (mungkin kalo tidak cidera didebutnya yg bikin absen beberapa seri kemunhkinan bisa ngalahin bradl di perebutan juara dunia), motogp (dengan adaptasinya yg luar bisa didebutnya dengan rcv yg terkenal liarnya) masa ita vale lebuh banyak bakat? Menurut gw mereka sama2 berbakat…
Tapi marc mempunyai point lebih soal analisis…
Soal naluri, motogp 4 tak sudah berjalan lebih dr satu dekade, tapi kita baru liat teknik save pake siku oleh marc?? Kenapa bisa?? Bukankah itu naluri yg luar biasa sehingga ga crash dan baru marc yg bisa ngelakuin??
Dan doohan pun pernah bilang, marc mungkin butuh waktu sebentar untuk adaptasi dengan nsr, setelah itu marc pasti sudah bisa…
Sy penikmat motobiji dari era romantika sampai era teknis saat ini..
Dari era doohan maen sampai era marq
Wkwkkwkwkwk
Hormat hu….
rossi itu vegeta kalau marc itu brolly
Dan Jack Miller adalah Kakarot
Saya kira tidak demikian mang bro, jangan karena era ini didominasi Marc, opini atau pemikiran kita juga ikut terbawa arus bahwa marc jago dg memaksimalkan segala detail kerumitan di era skrg. Pada dasarnya saya kira bakat doi sudah tidak bisa diragukan, adapun soal memaksimalkan sekelumit detail bla bla bla seperti yg mang bro jabarkan adalah nilai lebih marc, yg memang mempengaruhi performa diatas motor, tp saya kira pengaruhnya tidaklah besar, apalagi jika dibandingkan dengan kemampuan rider. Ada banyak hal lain juga yg mempengaruhi hasil balapan selain masalah tehnis diatas, salah satunya usia dan masanya yg memang tidak bisa dijabarkan dg analisa, ingat Rossi muda mampu mengalahkan para juara yg sebelumnya para juara tsb juga melakukan hal yg sama ketika muda, dan sekarang muncul lagi pemuda dengan bakat dan talenta yg hebat pula. Kesimpulannya adalah., seperti yg wak haji tulis, kedua pembalap tsb berbeda era, jadi rasanya memang ‘sok tahu’ penonton gp saja yg membandingkan keduanya. Jika keduanya terlahir di era dan membalap dg motor yg serupa, sya kira marc tak selevel pun lebih rendah atau lebih tinggi dg Rossi soal kebringasan dan talenta.
yang mengikuti motogp sejak tahun 2000 (debut VR sampe sekarang) dan yg baru mengikuti sejak 2013 (debut MM) ya bisa beda pandangan………
Aku menikmati motogp 2003 sampek sekarang brow .. dan tetep saya memilih marc soal talent nya ..
yamaha gak sepenuhnya salah tetap mempertahanklan rosi karena hubungan baik dan juga penghormatan kpd rosi sebagai salah satu legend yang memberikan juara dunia untuk yamaha ibarat kata gak habis manis ampas dibuang hanya saja yamaha emang lagi trouble , hanya saja akan aik untuk yamaha kalo vinales bisa bersaing didepan sepanjang musim fans rosi juga sdh sangat maklum dia gak menang karena saat rosi berada di 5 besar pun fans tetap memaklumi dan cukup terhibur
Tapi kalau yang di bandingkannya adalah motornya, jelas motor era romantika lebih dicintai.
Nyimak para suhu
Yg pure talent kemana sekarang? Jangan bilang faktor u ya, kan elektronik katanya bisa menghandle semua, kang mancing giliran ditampol pake data kabur.. muke dua
Di era elektronik.. Marc unggul… terbukti… fakta..
Di era non elektronik.. Rossi unggul? Yakin?.. belum terbukti… asumsi.. andai andai…
di era non elektronik mick doohan termasuk rider unggulan diajamannya
Marc pure talent and the real professor..
Lihat 2016 & 2019…
dan perlu dicatat, interview doohan bbrp tahun lalu: mau ada tidaknya kontrol elektronik, selama dia rider top maka tidak sulit utk adaptasi, awalnya emang sulit, namun stlh klop ya udah tinggal geber…
https://www.crash.net/motogp/interview/208542/1/mick-doohan-qa
atau contoh paling dekat ya skot redding yg sukses di BSB, sy baru tau ternyata regulasi ajang itu tanpa kontrol elektronik sejak 2012. murni kendali tangan kanan.
lagipula motogp jaman skrg dgn 270-280 hp tanpa kontrol elektronik sama aja bunuh diri…
itu gara gara kebodohan si anu sendiri merasa lebih besar dari merk motor yg dia kendarai, masih inget soal pernyataan si anu soal menyia nyiakan 3 tahun, melepas peluang juara duni…
dan perlu dicatat, interview doohan bbrp tahun lalu: mau ada tidaknya kontrol elektronik, selama dia rider top maka tidak sulit utk adaptasi, awalnya emang sulit, namun stlh klop ya udah tinggal geber…
atau contoh paling dekat ya skot redding yg sukses di BSB, sy baru tau ternyata regulasi ajang itu tanpa kontrol elektronik sejak 2012. murni kendali tangan kanan.
lagipula motogp jaman skrg dgn 270-280 hp tanpa kontrol elektronik sama aja bunuh diri…
Wak haji bukan nya marc lebih suka motor yg sedikit elektronik seperti wawancara dengan mat 2018 kemarin. Klo saya rasa marc 2019 ini digdaya juga bukan sepenuh nya karena ecu. klo ecu saya yakin lorenzo juga bakal bisa juara serie. Karena dasar nya ecu memudahkan pembalap
Seperti film cars 3.
Vr 46 = mcQueen 95
Mm93 = jStorm 20
Bedanya di motogp blm ada tokoh cRamirez 51, dan ga ada antagonis di motogp wkwwk
Imho
Pendapat mas Taufik kelewat moderat, kurang nendang ???.
Saya termasuk yg beruntung bisa menyaksikan masa keemasan 5 pembalap terbaik MotoGP: Dohan, Rossi, Stoner, Lorenzo dan Marquez. Semua hebat dimasanya, tp jika diminta menunjukkan pembeda dari kelimanya adalah: kemampuan BUNGLON. Sorry hanya Marc Marquez yg memiliki kemampuan itu. Benar kata mas Taufik soal kecerdasan Marc dlm membuat analisis. Justru karena inilah Marc mampu beradaptasi dgn cepat, baik yg berkenaan dgn motor, sirkuit atau dirinya sendiri. Jadi andailah Marc hidup dimasa romantisme MotoGP sekalipun, tetap saja kemampuan bunglonnya akan mengungguli semua kompetitornya.
Bukti sahih kemampuan bunglonnya adalah dia mampu mjd kampiun disaat 3 pembalap yg memakai motor yg sama memble.
Jadi jika hanya bermodal bakat, anda hrs memiliki bakat dewa (tdk cukup hanya alien) untuk menekuk bakat seorang Dohan, Rossi, Stoner ataupun Lorenzo dimasa keemasannya.
Kemampuan bunglon adalah kombinasi antara bakat, kecerdasan dan stabilitas mental. Itu yg bisa menumbangkan rekor keempat pembalap yg lain, bahkan bisa melampaui capaian semua pembalap dlm sejarah MotoGP.
hahahah saya ini termasuk bani pertengahan mungkin ya 😀
skip
skip
skip
asiiaaap..
keduanya pembalap hebat..
siapa yg lebih hebat? kita lihat aja suatu saat nanti ketika keduanya udah sama2 pensiun, berapa jumlah total juara dunia yg diperoleh kedua orang hebat ini.
“The Doctor mendominasi “era romantika” kelas primer dimana sepeda motor balap kelas tertinggi ini butuh yang namanya seni tinggi dalam menghandlenya. Motornya sendiri lebih ‘murni’, motor yang sangat minimal andil sistem elektronik. Sementara Marc sampai saat ini terutama di tahun 2019 memonopoli era yang disebut “era teknis” kelas primer MotoGP. Era dimana butuh analisa mendalam terhadap semua detail mekanik, sistem elektronik, aerodinamika dan hal-hal ngejelimet lainnya”
Kita bandingkan era val dan marc
1. seni tinggi dalam menghandle nya , g sependapat kang kalau rossi lebih tinggi menghandle setir dari marc wkwkwkkw , karena apa ? Ya karena marc sebelum dimotogp apa dia dikasih ecu yang kayak robot? Kita kembali buka buka lg history marc sebelum naik ke motogp ,, dan kalau memang dlu lebih kepada rider kenapa waktu mbah pindah pabrikan dia memboyong semua mekaniknya ato kata fans tmc blog (bedol desa)
2. Era dimana butuh analisa mendalam terhadap semua detail mekanik ,, apakah marc di tahun dimana dia naik motogp apa dia paham betul tentang analisa analisa yg njlimet kang? .. dia langsung podium loh kang , dan dia juara juga ,, jangan lupakan itu , entah itu udah dapet ecu yg katanya robot ato bukan tp dia mengalahkan tim mate nya yg saat itu juga masih bagus2 nya …
Kalo menurut ane sih sekarang kemampuan motor baik faktory maupun satelite udah ampir sama, sedangkan dulu masih ada beberapa motor yang kemampuannya jauh dari motor juara,, jadiiiiii menurut ane marq lebih baik karena lawannya sekarang jauh lebih rata kemampuannya
Bandingkan saat mereka di GP125 yang seimbang hebat mana ?
Seri brno 2017 adalah saksi kuncinya.
Apa ad yg paham????
tapi era sekarang gak nemu yang lagi mimpin di depan tiba2 jatuh sendiri he…. hanya jaman gp 500 2 tak yang begitu, paling was2 klo yang didepan norick abe biasanya jatuh sendiri
ada, contohnya marquez di gp c.o.t.a. 2019 bro 🙂
kalau FB udah berdebat pasti kaga ada ujungnya, hanya orang-orang yang mencintai dunia balap aja yang tw suka duka didalam sebuah kompetisi.
VR46 = 9x (dah mau pensiun)
MM93 = 8x (msh bisa bertambah)
Kenapa dulu VR46 gagal di Ducati ya
Katanya pembalap paling berbakat
Di eranya … Malah CS27 yg bisa
Di Ducati dan Honda.
Pendukung MM93 kurang respect ma Rossi, ga usah jumawa/takabur, masing2 ada zamannya. Bisa jadi tahun sepan udah beralih ke zamannya Quartararl
Opini yang MENYEJUKAN jiwa. Mantap wak….!
Nyimak mumpung para suhu pada ngumpul