Home MotoGP Livio Suppo Kritisi Man-Management HRC masa kepemimpinan Alberto Puig

Livio Suppo Kritisi Man-Management HRC masa kepemimpinan Alberto Puig

78

TMCBLOG.com – Livio Suppo adalah seseorang yang dimasa lalu memiliki posisi sentral di Ducati Corse dan HRC Honda dimana di kedua Pabrikan ini ia berhasil membawa mereka Juara dunia. Khusus Di Honda ia bertandem dengan Shuhei Nakamoto dalam setiap perjalanan HRC bersama Repsol Honda Team kala itu. Baru baru ini Suppo menyuarakan opininya mengenai situasi dimana Alex Marquez etrlihat dari Luar seperti pembaap Rookie yang tidak diberikan kesempatan membuktikan apapun kepada team Untuk memperlihatkan apakah ia Cukup Worthy Untuk dipertahankan di 2021

hanya satu tahun dan kemudian mengubahnya tanpa melihat penampilannya adalah sesuatu yang agak aneh

“Sejak saya dan Nakamoto pergi, kecuali Marc yang sudah ada di sana, semua yang mereka lakukan belum bisa dibilang sukses besar. Kisah Jorge ( Lorenzo) adalah bencana, aku pikir juga merupakan sebuah bencana saat (mereka) kehilangan Dani dan membiarkannya pergi ke KTM sebagai tester, dan sekarang penandatanganan Pol … Saya pikir Seorang Rookie, tidak peduli apakah dia seorang Marquez atau tidak, hanya satu tahun dan kemudian mengubahnya tanpa melihat penampilannya adalah sesuatu yang agak aneh.  . . “

Livio sedikit Flashback di akhir Musim 2019 “Agak aneh, Ya,  Pada saat itu mereka tidak percaya pada Álex Márquez, Zarco tidak memiliki tim, dan jika Anda memerlukan seorang pembalapuntuk menyelesaikan masalah Jorge hanya satu tahun, Anda dapat kotrak Zarco selama satu tahun dan melihat apa yang terjadi. Saya pikir Zarco akan menerima kontrak selama satu tahun, dan lagi pula Alex (Marquez) sudah memiliki kontrak Moto2 ( bersama Marc VDS) , jadi dia tidak sangat membutuhkan motor “

tidak semua Rookie seperti Marc Márquez. “

Livio Suppo yakin bahwa sebenarnya Alberto Puig bisa menawarkan Alex Márquez kontrak yang berbeda untuk memberinya kepercayaan yang lebih besar: “Jika mereka ingin kontrak Alex Márquez sedikit berbeda, mereka bisa membuatnya kontrak tiga tahun. Ketika saya mulai bekerja di sini, HRC memiliki kebijakan Kontrak Rookie selama tiga tahun: di musim pertama mereka tidak memberinya Target, di musim kedua Anda harus mulai membuat beberapa Target dan jika di ketiga Anda tidak mendapatkan hasil lagi, mereka mengubah Anda. Ini adalah cara serius untuk memiliki Rookie, karena tidak semua Rookie seperti Marc Márquez. “

Alberto Puig – Livio Suppo

Saat ditanya  siapa yang memutuskan penandatanganan dan durasi mereka di HRC ketika dia bertanggung jawab di HRC, Suppo menjawab ” Nakamoto dan saya. Kadang-kadang kami mendengar pendapat dari orang-orang seperti Alberto Puig, karena dia saat itu di sana bekerja sebagai penasihat HRC di Moto3, dan dia memiliki banyak pengalaman dalam memilih pembalap muda, dia melakukan pekerjaan yang baik dengan Movistar Cup, tetapi keputusan ada di tangan saya dan Nakamoto, dan begitu kami telah membuat keputusan, Nakamoto akan ke Jepang dengan daftar pembalap untuk berbicara dengan bos, untuk berbicara tentang anggaran. Sekarang saya tidak tahu cara kerjanya, Alberto memiliki banyak pengaruh dalam tim karena dia adalah mantan pembalap dan Jepang sangat percaya padanya. “

Wah Wah, jangan jangan Bahaya Laten Superbody baru lahir di HRC ?

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

78 COMMENTS

  1. “Sekarang saya tidak tahu cara kerjanya…”
    Ini juga opini pribadi, yg mungkin berdasarkan pengalaman om suppo
    Tapi kembali lagi, kita tidak tahu apa yg sebenarnya terjadi di internal RHT maupun HRC

  2. Terkait daped bener salahnya relatif aih mau liat drmn
    Seinget ane hrc sudah menawarkan posisi brand ambs
    Kalo liat peran tester yg di emban daped di ktm sih positif.
    Disisi lain perbedaan gaya riding jadi pertimbangan hrc untuk merekrut daped jadi tester
    Cuma menurut ane, daped kecewa ketika diganti jolor, ada poin minus untuk puig disitu

    • Ho’oh.
      Dulu ada kabar Jolor memang ngontek japri ke Puig untuk nawarin jasa sbg rider. Trs konon di akhir musim 2018 keputusan Dani kagak dilanjutin untuk musim 2019, pemberitahuannya jg via email doang (?)

      Timeline nya sih gatau ya yg mana dulu.
      Tapi ngedenger berita-berita yg beredar, saya pribadi sih yakin segala yg terjadi bukan sebuah kebetulan. Dan segala yang terjadi sudah pasti seorang manajer yang bertanggung jawab.

      Pokonya semenjak dia datang, segalanya terlihat grasa-grusu. wkwkwk

  3. Seperti yang gw pernah bilang, Puig cuma jago liat bakat pembalap tapi ga jago ngolahnya sampe jadi juara dunia. Banyaj binaan dia yg aslinya berbakat tapi malah gagal juara dunia ato baru juara dunia setelah lepas dari dia. Juga seperti yg gw pernah bilang, manajemen era Puig itu kacau cuma ketolong Marquez aja. Karena prestasi Marquez seolah manajemen Puig sukses, padahal Puig cuma ketolong sama bakay Marquez. Coba kalo RHT ga ada Marquez, prestasi RHT terjun bebas dan diambang kegagalan. Contoh sederhana, sejak era Puig pembalap selain Marquez prestasinya terjun, Pedrosa langganan title contender tiba2 jadi seolah pembalap kelas 2, Lorenzo di pramusim menjanjikan tapi sepanjang musim kaya kehilangan motivasi dan kalo kita tau Lorenzo, cedera ga pernah pengaruhi mental dia selama ini kecuali waktu di Repsol. Kembali lagi sepertu yg pernah gw bilang, Puig lebih cenderung merusak atmosfir RHT, cuma dia masih beruntung ada Marquez yg bikin hasil kegagalannya belum keliatan.

    • Menurut gw lebih bisa dibilang prestasi kalo berhasil tarik Vinales, Rins ato Quartararo ke Repsol. Bergantung sama Marquez 4 tahun dan biarin dia di zona nyaman dengan ga kasih teammate kuat justru bencana. Sekarang gini, kalo tiba2 Marquez merasa puas karena udah kalahin rekor Rossi kemudian dia cuma balap aman macam Petrucci nikmatin gaji 25jt/tahun gimana? Apa ga auto puasa gelar itu HRC? Lain cerita kalo HRC bisa tarik rival terkuat jadi teammate, Marquez bakal tetrl butuh pembuktian diri. Pun kalo terjadi sesuatu diluar dugaan kaya cidera, tiba2 pensiun, ato semacamnya HRC masih punya pembalap kuat lain yg siap isi peran Marquez. Bergantung ke Marquez justru sebuah awal kehancuran, ntar kalo dia betingkah kaya Rossi gimana? Sementara rival kuat Marquez ada di pabrikan masing2. Bisa ngikat Marquez 4 tahun bukan prestasi, justru hal yg paling dihindari HRC bakal terjadi yaitu bakal muncul superbody.

      • Terserah lu mau ga sudi Pol dibilang papan tengah ato engga tapi fakta sejarah 3 nama yg gw sebut secara prestasi di motogp diatas Pol dan fakta sejara juga selama ini Pol cuma pembalap papan tengah. Kalo cuma berdasar cara balap agresif, Sam Lowes sama Scott Redding juga agresif bosqu

      • Tetep jamin. Bisa liat sendiri prestasi Biaggi, Barros, Melandri, Elias, Crutchlow, biarpun pernah mentereng di Yamaha tetep bisa menang di Honda bahkan sebagian dari mereka baru bisa menang setelah naik Honda. Lorenzo bisa aja menang juga di Honda kalo dia mau sabar. 2019 aja sempat balik ke papan atas sebelum crash kemudian seruduk Vinales. Nah pertanyaannya apa Pol pernah mentereng di Yamaha ato KTM? Kalo bisa jawab, sekarang pertanyaan selanjutnya apa dia sanggup naik Honda secara kompetitif? Ngomongin gaya balap, Melandri tergolong lembut tapi malah cocok di Honda dan Redding agresif tapi malah gagal total di 3 mesin V4 yg dia naikin padahal jaman moto2 banyak yg bilang karakter Redding cocok buat Honda?

      • @ganti cangkir @Hamon

        Sebenarnya kita ga boleh lupa rider yang Alien di lintasan diluar ya manusia. Lu jungkir balik bawa motor kayak gitu terus ada petinggi pabrikan yg ngomong yang hebat motornya bukan elu ya siapa yg nerima. Untuk kasus Rossi, jelas itu man management disaster. Rossi pindah, adaptasi terus jurdun itu bikin malu banget buat petinggi yg ngomong begitu.
        Bukan Rossi yg betingkah menurut gw.

        Tapi gw juga sepakat yang harus dikejar Hond-a juga rider lain kayak Vinales, Rins atau Fabio. Kalo soal adaptasi ga ada yang bisa jamin. Oke mereka mantan inline, tapi Lorenzo bisa ganas di Duc-ati begitu klik. Tiga kemenangan Lorenzo di Duc-ati contoh adaptasi yang berhasil. Tapi di Hond-a dia gagal. Kalo cuma ngomong feeling, Alex Rins menurut gw bakal klik dgn Hond-a sementara Vinales mungkin klik ama Du-cati. Fabio kayaknya malah anak inline. Tapi itu feeling, bukan prediksi. Soalnya adaptasi ini susah banget diprediksi.

        Di KTM sendiri, kalo ukurannya podium basah di Valencia, jujur itu gk gw itung. Race di restart n Pol udah crash sebelumnya cuma hoki bisa start ulang. Lebih berasa skill Iannone di Aprilia Philip Island… Pol menurut gw rider papan tengah. Problemnya, motor Hond-a dibikin sebegitu Marc centric sampai kita berharap, bermimpi, ada rider lain yg cocok n bisa bikin MotoGP lebih seru. Bisa jadi itu Pol. Tapi kalaupun Pol cocok disitu, menurut gw juga tetap di papan tengah. Langganan top10 tapi ga podium. Karena podium (terutama 2 n 3 hehehe) juga bakal diperebutkan ama rider pabrikan lain yg lebih bagus dari Pol n udah ngeklik ama motornya.

        Tinggal nanti kita lihat aja, mampu nggak Pol nyalip Dovi. Kalo mampu, ada peluang podium. Kalo nggak, di sirkuit tertentu Marc dan Yama-ha n Suzuki rider… Sirkuit lain Yamaha/Ducati/Suzuki

        Cuma memang selama Marc fit n mau balapan di Hond-a, mereka harusnya emang nyari rider muda, 4 tahun lagi.

      • “Nah pertanyaannya apa Pol pernah mentereng di Yamaha ato KTM?”
        ————————–
        Mentereng dengan KTM? MM93 pun kecil kemungkinan bisa juara dg RC16 skrg, apalagi Pol. Dan Riding style Pol pada dasarnya g cocok dg M1. Mengutip ucapan Oxley di edisi “Pol Espargaro Triangles”, “Pol loves fighting the bike, he used kerb as a traction control”. Podiumnya di Valencia dg KTM jg bukti saat motor tidak terlalu menjadi faktor, kemampuannya bisa menutupi gap yg ada.

        Vinales, Rins, dan Fabio, out of the question, karena mereka sudah terikat kontrak. Cuman Pol yg kontraknya berakhir di 2020

      • Pertanyaan gw cuma butuh dijawab pernah ato enggak, sesimpel itu. Ga usah jawab muter2 kalo ga menjawab pertanyaan. Gw tau kenapa elu jawab muter2 ya karena elu sendiri sadar bahwa jawabannya ‘enggak’.

      • Situ g bakalan bisa nilai kondisi dengan baik dengan menyederhanakan pertanyaan (permasalahan).

        Emang bener Pol g pernah punya prestasi mentereng selama di Tech 3 dan KTM, tapi cuman pakai parameter itu untuk menilai performanya y g adil jg.

        It’s like judging Richard I. Bong is a garbage compared to Erich Hartman.

    • puig tu sebenernya cuma HRD , karena bakat marquez jd keliatan spt team manager,
      santi juga sebenrnya tukang tambal ban, karena bakat marquez jd keliatan spt Race Engineer, Carlo Luzzi tu sebenernya tukang service elektro karena bakat marquez jd keliatan spt Electronics Engineer, owh siapa lagi ? ada yg kelewat?

    • Puig ga bisa sepenuhnya disalahkan soal, prestasi honda yg hanya bisa lewat marquez. Disaat yg sama HRC pesta pora dengan filosofinya, bikin motor yg terkuat dan tercepat. Yg hanya bisa ditaklukkan oleh marquez. Daped aja, yg udah bangkotan ancur badannya disaat HRC ngembangin itu motor. Emg gampang nyari org yg bisa naklukkan banteng marah, ditambah idungnya kemasukan laler,itu karakter rcv era setelah 2015. Puig jelas gagal di lorenzo, tapi siapa yg nyangka, setahun lebih menjinakkan desmo, ancur ancuran pas megang rcv. Pas JL bergabung ke RCV, ini dream team. Semua org salah ga hanya Puig. AM klo menurut saya tidak ada dalam rencana HRC sebelumnya. Pol dari awal ditargetkan buat CC, jadi rencana awal HRC itu MM, JL, Pol di 2021. Era super ma nakamoto HRC terpaksa nurut motor ngikut pembalap. Sekarang semenjak 2016 pembalap harus ngikutin motor. Sampai saat ini yg bisa cuma MM

    • disatu sisi setuju sisi lain nggak, bisa aja walaupun nggak punya marc, RHT bisa bikin motor yang sedikit lebih normal dan hasilnya mungkin kurang lebih mirip ducati, bisa menempatkan beberapa pembalapny dibarisan depan. untuk kasus dani dan jorge setuju, sepengamatan saya ditahun terakhir dani, dia tidak nyaman dengan hadirny puig. jorge dirace awal juga bisa nyodok dibarisan depan, dengan crash jorge, maverick, vale, dovi (terlibat nggak ya agak lupa) di catalunya membuktikan jorge bisa cepat dengan RHT

  4. Terkait jolor, keputusan putus kontrak ada di jolor
    Imho, hrc “cukup baik” dgn tidak mengaktifkan klausul yg melarang jolor gabung ke pabrikan lain di musim 2020

    • Yang memutuskan kontrak mungkin JL, mungkin lho ya karena itu yg keliatan di media kita ga tau apa yg sebenernya terjadi di belakang paddock. Tapi yang bikin motivasi dia buat pensiun adalah lingkungan. Sama kaya kenapa Stoner pensiun, bukan pensiun karena udah ga laku macam Gibernau, Melandri ato Barros tapi murni karena faktor lingkungan yg ilangin motivasi buat lanjut balap. Dan gw rasa Lorenzo alasannya sama kaya alasan Pedrosa mlipir ke KTM, yaitu ada duri dalam daging di RHT. Kalo memang Lorenzo pensiun murni karena dia sendiri, ngapain Lorenzo masih ngebet balapan lagi biarpun cuma wildcard?

      • “Kalo memang Lorenzo pensiun murni karena dia sendiri, ngapain Lorenzo masih ngebet balapan lagi biarpun cuma wildcard?”

        Mungkin krn jolor tau dia gak bakal cocok dgn rcv jaman marc

        • Mungkin lu ga paham tentang kalimat tanya yg difungsikan sebagai penguat argumen berdasarkan fakta tersirat ya?

        • Faktanya lu ga sanggup nangkep maksud gw. Ya gw bisa wajar karena ketutup sama fanatisme pribadi itu hal yg lumrah.

        • Wkwkwk dibilang fanatik lg,
          Apa perlu gw bantah omongan loe perihal daped?
          Daped sudah bukan title contender sejak 2015 n itu belum jaman puig
          Ada perbedaan besar ketika daped lepas dr hrc dgn jolor lepas dr hrc
          N itu cukup bwt bantah praduga ente
          Atw ente yg gak bisa nangkep?

        • Gw jujur aja males ngetik panjang2 buat orang kayak elu, jadi yaa seterah lu aja dah wkwkwkwk

        • Wkwkwk… ya emang terserah gw… kan kolom komen
          Srtidaknya gw komen ada dasar faktanya koq, gak asbun kaya bilang daped yg setengah musim cuma 2x podium di tahun 2015 sbg title contender
          Atw yg bilang puig (vs ducati) mengatakan dia berhasil di hrc berkat management dia padahal puig ngomongin keberhasilan hrc dimasa lalu

        • Mencerna kalimat ‘sejak era Puig pembalap selain Marquez prestasinya terjun, Pedrosa langganan title contender tiba2 jadi seolah pembalap kelas 2’ aja ga bisa ngajak gw debat wkwkwk ada gw bilang tahun berapa? Gw ga bilang 2015 ato berapapun yg lu tambahin sendiri itu. Fakta lapangan Pedrosa langganan title contender dan gw bilang secara general, baru di era Puig dia jadi kaya pembalap kelas 2. Sekarang gw tanya, separah2nya Pedrosa di 2015 sesuai yg elu bilang, parahan mana setelah kedatangan Puig? Lu beruntung gw masih sudi jelasin. Tapi kalo masih ngotot ya, gw sih males ngeladenin lagi. Gw ga tertarik debat sama oranb kolot tapi pahami kalimat orang aja kesusahan musti dijelasin.

        • Wkwkwk… sekarang kolot
          Cuma itu aja yg dijelasin? Wkwkwk

          Kalo daped penurunannya udah dr 2015 dimana “tiba2″nya
          Apa gak sekalian dibalik “puig aja yg apes gantiin suppo diakhir masanya daped”
          Knp ktm cuma kasih test rider, tanpa wildcard
          Padahal beda management
          Bahkan ketika zarco out, bukan daped yg gantiin
          Atw mau nunggu daped gantiin pol?
          Yakin bukan ente yg ngotot kalo penurunan daped adalah kesalahan “management puig”?
          Apakah fakta daped mengeluhkan honda lebih memprioritaskan pilihan mesin marquez sudah terjadi sejak jaman suppo ente kesampingkan juga?
          Sehingga performa daped di 2018 merupakan akumulasi dr tahun2 sebelumnya yg menggunakan mesin semakin jauh dr gaya daped
          Yakin ente gak ngotot nyalahin “management puig”?

          Balik lg ke kasus jolor
          Jolor sendiri yg mengatakan dia pensiun krn cederanya
          Jolor sendiri yg berterima kasih ke hrc
          Hrc sendiri berharap jolor bisa sampai akhir kontrak
          Semua ente kesampingkan demi opini aka fakta tersirat bahwa jolor out krn ada duri dalam daging
          Yakin bukan ente yg ngotot nyalahin “management puig”?

          Silahkan ente berpendapat, gw hanya nunjukin lubang dr logika ente yg lompat2

      • Seorang juara dunia…tp ketika Lorenzo naik Rcv jd kelihatan seperti amatiran…mau ditaruh dmn komuknya, mending mundur alon²…Wkwkwk

      • “Kalo memang Lorenzo pensiun murni karena dia sendiri, ngapain Lorenzo masih ngebet balapan lagi biarpun cuma wildcard?”
        ————
        Krn kl g pensiun dia harus naik RC213V. Dan kl pensiun kemungkinan dia g kena penalti krn berhenti di tengah jalan.

        Dan setelah pensiun, jadi wild card, naiknya M1

    • Masih pake kata mungkin aja ngototnya setengah mati. Kalian semua gak tau apa yg ada dibalik layar wahai netizen terhormat, jadi utarakan opini kalian sewajarnya saja, ga usah memaksakan seolah2 ente2 tau yg sebenarnya. Woles aja masberowww

  5. Nah kasus zarco n alex ini bisa dikaitkan dgn “talent scout” di artikel sebelumnya

    Kalo cuma liat alex di stop kontrak tanpa punya kesempatan untuk pembuktian diri, mau diliat dr sisi manapun jelas hal yg sangat buruk.
    Kompensasinya hrc harus cari solusi yg bener2 bagus untuk alex.
    Ini yg belum terlihat

    Balik lagi, hrc sepertinya bener2 punya talent scout
    Mereka sepertinya sudah bisa menilai zarco dr 3 seri terakhir di 2019 n alex di tes pramusim
    Apalagi mereka sudah punya data jolor
    Mereka sepertinya memprediksi zarco n alex bakal kesulitan beradaptasi dgn rcv
    Bener atw gak gw tau,

    Tp seperti kata suppo, tidak semua seperti marc
    Even seorang jolor butuh waktu hitungan tahun untuk beradaptasi
    N rcv bukan motor dgn frekuensi kecocokan yang lebar

  6. Tentang Zarco gw setuju banget sama Suppo, dan liat gerakan HRC yg tiba2 istirahatin Nakagami padahal sebenarnya bisa aja dia turun dengan pain killer, sangat nampak HRC pengen liat ato istilahnya reyen Zarco sebelum dimasukin ke Repsol. Cocotlogi nih, HRC tiba2 panggil Zarco ke LCR begitu isu Lorenzo pensiun kian panas. Dan memang saat itu, pembalap bagus yg nganggur ya cuma Zarco, kurang pas apa lagi? Cuma tiba-tiba di last minute nama Alex Marquez yg keluar. Zarco pasti kaget, Dorna kelimpungan sampe akhirnya rebut tempat Abraham buar Zarco. Mungkin argumen Puig saat masukin Alex adalah karena Zarco lebih sering DNF sementara Puig kasih target tertentu yg harus dipenuhi Zarco. Isu bahwa HRC berniat copot Repsol dari sponsor utama cuma beberapa minggu setelah Alex masuk HRC jadi menguatkan dugaan bahwa HRC sebenarnya ga menginginkan Alex, yg sekali lagi bisa masuk ke Repsol sampai dibela2in putus kontrak adalah ga lain ga bukan karena faktor sponsor juga Puig, yang selalu nafsu ke pembalap Spanyol.

  7. Imo, puig malah seperti “anjing penjaganya” HRC daripada superbody. Keputusan2 dibuat oleh the invisible man, puig jd tameng media. Struktural baru HRC baru 1 musim, terlalu dini menyimpulkan gaya manajemen mereka, banyak decoy nya

  8. Selama marc masih jurdun, dan rcv masih jurdun constructor championship, kita tidak bisa bilang, “Houston, we have a problem!”

  9. Lucio Cecchinello kayaknya lebih cocok nih jadi pengganti,tapi nanti LCR ganti nama dong kalo bukan dia ketuanya ?

    • Lucio Cecchinello itu bisa dibilang Fausto Gresini-nya LCR. ga ada dia otomatis timnya ga ada, orang itu tim punya Lucio. Mungkin satelitnya bakal diganti entah dari tim siapa, barangkali MarcVDS minat gabung lagi ke HRC ato Angel Nieto minat bikin tim lagi setelah slotnya dibayarin Petronas wkwkwk

  10. Ane rasa kayaknya Kuwata-san kurang pegang kendali soal pengambilan keputusan kontrak mengontrak rider,yg penting Puig bilang bagus dia ya acc aja,gak kayak Shuhei Nakamoto yg masih punya insting melihat mana rider yg bagus dan tidak

    Sedangkan Takeo Yokoyama ya cuma fokus ke motornya aja

  11. Yaaa begitulah.
    Tapi yg unik,pembeda menurut Suppo adalah Marc.
    Jadi kalo gada Marc mungkin HRC gada gelar.

    • Mungkin ada,ditahun 2013-2014 kan Pedrosa runner-up dibawah Marquez tuh dan rcv pada masa itu masih jaya jayanya dgn elektronik inhouse Asimo nya jadi jika sejarah ditulis ulang tanpa adanya Marquez mungkin Pedrosa udah punya gelar(kecuali apesnya emang ga ada akhlak?), nah saat masuk penyeragaman elektronik mungkin akan jadi disaster kalo gak ada Marquez karena Pedrosa udah susah menghandle rcv

  12. Yang menarik dari interview Suppo dengan GPRoundtable (salah satu tema yang dibahas dimuat di artikel ini), Informasi adanya gap yang cukup besar yang harus diisi oleh HRC untuk posisi seorang Nakamoto. Menurut informasi Suppo, posisi Nakamoto akan diisi dengan Kuwata, Kokubo, dan satu orang lagi petinggi dari Honda. Pada akhirnya, Nakamoto hanya digantikan oleh Kuwata karena Kokubo fokus untuk WSBK, sementara satu orang lagi juga pensiun seperti halnya Nakamoto.

    Dan Nakamoto yang seperti halnya Furusawa, yang visioner dan lebih terbuka, adalah seorang “proper manager” dengan bekal pengalamannya di divisi balap lainnya (F1) dibandingkan Takeo dan Puig yang dengan background mereka -menurut Suppo- lebih berkarakter sebagai “racing guy” dibandingkan sebagai seorang manajer. Perbedaan ini mengakibatkan pendekatan pola manajerial di HRC terhadap “how to race” pun berbeda.

    Kondisi tersebut, menciptakan kondisi yang membuat Puig menjadi lebih banyak mengambil alih fungsi manajerial, karena Kuwata sebagai HRC Director mengelola seluruh divisi racing HRC, tidak hanya MotoGP.

    Dan sepert kata G. Michael Hopf “Hard times create strong men . Strong men create good times. Good times create weak men. And, weak men create hard times”. Is this the beginning of HRC hard times?

    • Klo saya lihat HRC sedang menikmati filosofi dasar dibalap motor milik honda, ciptakan motor terkuat dan tercepat. Sama kyk jaman 2 tak Doohan. Dan dipraktekkan dari 2016 sampai sekarang, karena mereka punya marquez. Roda pasti berputar, tapi HRC tetep HRC, disaat terpuruk pun bisa menghasilkan juara dunia.

  13. Mr Puig…
    karena dia wong Spain saja,jadi dekat dengan Repsol?
    karena semasa aktif di GP500, who is he? sama Criville,Checa dia kalah prestasi apalagi melawan dedengkot GP500 macam Doohan dan Schwantz, menangnya pun beruntung saat Doohan out, ketika Schwantz meredup, melawan Doohan pun dia susah payah karena timnya bukan tim pabrikan atau kalah skill?hmm…bisa liat Crivile waktu di tim satelit Campsa Honda masih mampu juara seri Dutch GP500 1992 saat dedengkot saat itu Rainey,Schwantz masih aktif dan Doohan kebetulan absen cidera.
    Mungkin Mr Puig punya bakat melihat talenta, tapi kok sekelas Lorenzo sampai dia salah pilih kalo Lorenzo bukan tipe pembalap yang bisa naik RCV ya?

    • AFAIK, Puig g milih Lorenzo, dia dapat obralan setelah Ducati lebih memilih g memperpanjang kontrak Lorenzo.

      Yah, mungkin itulah kesalahan manajerial Puig. Doyannya belanja grosiran kaya Emak-emak……

  14. Dani keluar RHT = Puig tawari mau lanjut di Honda (krn ada prestasi pengembangan) dijwb tdk, selesai.
    Dani ke KTM = KTM pakai rayuan personal
    Jorge ke RHT = Jorge ada prestasi pengembangan Yamaha & Ducati
    Jorge keluar RHT = Puig tawari mau lanjut? Jorge pas down, jwbnya ngaco, diartikan tidak, selesai.
    Jorge ke Yamaha = rayuan clbk sdh pasti personal, sulit ditolak lah..
    Skema Alex ke RHT = Marc kontrak 4 thn
    Isu Pol ke RHT = Pol ada prestasi pengembangan di KTM.

    Man-management Puig = murni profesional, tanpa basa basi/rayuan/nothing personal..

  15. Jangan pada lupa bro, 2 slot di team utama pabrikan bukan cuma buat 2 rider juara saling serang. Satu slot buat sang real champion, satu slot lagi buat ngacak2 kontrak/melemahkan skuad musuh. Paham maksudnya?
    Gak cuma Honda yg melakukannya. Di era aturan ketat gini mau bikin motor paling Juara juga susah kalau musuh tidak dilemahkan. Saya kira para manager di Motogp paham strategi semua. Jd bicara man management bukan man management teamnya dia doang, harus bisa ikutan me-man memanage skuad lawan, disingkat ngisruh.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version