Home Pabrikan Kawasaki Kepoin Jeroan Mesin Ninja ZX-25R . . Dari Per Progresif sampai perbedaan...

Kepoin Jeroan Mesin Ninja ZX-25R . . Dari Per Progresif sampai perbedaan panjang Corong Intake

40

TMCBLOG.com – Beberapa Gambar Desain Dari jeroan mesin kawasaki Ninja ZX-25R sudah hadir nih sob. Dari penggambaran tersebut Kita bisa mengetahui seperti apa Model bekerjanya dapur pacu sumber tenaga dari Little ZX-ini sehingga bisa menghasilkan Power sebesar 51 PS di Crankshaft.

Dari gambar di atas sobat bisa melihat bagaimana satu bongkah full Mesin empat silinder sejejar ini dimounting pada minimal 3 titik mounting ada Sasis : atas belakang, bawah belakang serta depan tengah persis di dekat silinder com. Sasisnya sendiri di desain dengan Model teralis namun agak berbeda secara umum dengan Ninja 250 FI terakhir dimana Bagian belakang dari Mesin yang juga berlaku sebagai ‘ sasis ‘.

Gambar di atas menunjukan bagaimana Posisi dari masing masing silinder yang memiliki 4 valve persilinder. Valvenya sendiri digerakkan oleh sistem Camshaft dobel ( DOHC) yang digerakkan menggunakan gear shaft yang berada di sebelah Kanan dari Mesin dan Dihubungkan dengan Crankshaft dengan rasio 1:2.

Lalu sistem penggerak Klepnya boleh dibilang kawasaki menggunakan sistem yang cukup Mainstream dimana Lobe dari Camshaft dibuat langsung mengenai Per-Klep yang ‘ditopiin’ menggunakan sebuah ‘Metal Bucket’ . Dan biasannya memang motor yang akan dibuat meraung rpm tinggi lebih prever menggunakan sistem ‘sentuhan langsung ‘ seperti ini

Kawasaki tidak menggunakan Rocker Arm untuk mentransmisikan gerakan memutar lobe Camshaft ke gerakan turun naik dari Klep Karena ingin mengusahakan perpindahan ini berlangsung tanpa jalur distribusi yang panjang ( Tanpa Rocker arm )

Pertanyaan hadir . . . Itu Spring ( per ) Klep Nggak Floating di geber di atas 14 ribu rpm ? yang pertama tmcblog yakin ini material springnya special namun  belum mengetahui data sheetnya. Soal Model Springnya sendiri diketahui memang masih bertipe silinder namun lilitan springnya bertipe Progresif dan Bahkan tingkatan progresifnya sendiri ada 3. Ya Kawasaki belum butuh Desmodromic dan Pneumatic untuk menangani Hal beginian, Mereka masih berupaya mencari solisi dari sisi teknis Material/ bahan  dulu  . . . kebayang mereka begitu percaya diri di WSBK

Mengenai Pistonnya sendiri memang Yaaa cukup kecil . . kebayang 250 cc dibagi empat itu 60-an cc per silinder. Ukurannya sendiri juga mungil dan bahkan lebih mungil dari Ukuran Piston dari Honda C70 yakni dengan Bore 5 cm dan Stroke 3,18 cm . . sengaja tmcblog pake satuan cm biar bro sekalian kebayang langsung betapa kecilnya piston ini 😀

Oh ya mengenai spek Diameter klepnya. Untuk Klep In yang berjumlah dua per silinder diameternya adalah 18,9 mm sementara Klep Exhaust yang juga diletakkan sepasang di tiap Silindernya memiliki ukuran diameter lebih kecil yakni 15,9 mm dengan bahan material yang sama yakni Inconel yakni salah satu Superalloy yang dibuat dari campuran basis nikel (Mayoritas/ bahan dasarnya adalah Nikel) dengan tambahan kandungan unsur Chrom (Cr) dan Besi (Fe). Inconel ini Kuat terhadap tekanan dan Juga tahan panas.

Nah Gambaran selanjutnya adalah Model jalur Asupan Udara dari RAM AIR depan yang dialirkan melalui samping kiri motor lalu masuk ke Box filter udara yang terletak diatas kepala silinder. Terlihat disana ada filter Udara, dan menurut investigasi tmcblog ke salah satu workshop Danne Motor di Bogor, dimensi Filter udara ZX-25R ini persis sama dengan yang dimiliki Ninja 250 generasi terakhir . . so  ini artinya part after market dari filternya pun disinyalir akan sudah banyak seperti misalnya bisa pakai dari K&N dan Ferrox.

Lalu sobat bisa lihat itu Lubang Inlet udara ke Throttle bodynya memiliki panjang yang berbeda. Cek deh jika diukur dari kiri itu Inlet nomor 3 hadir paling tinggi . . yang jadi pertanyaan ini Gunakannya Buat apa ? untuk soal ini tmcblog tanya ke Mas Imam Budiarjo blogger suhu teknis pengasuh akun IG @tuneup.858 dan menurut beliau itu lebih ke setingan Suara, akustik yang mau didapat saat mesin bekerja, lebih untuk kenyamanan/ feeling pengendara.

Perbedaan panjangnya diukur berdasarkan Interferensi frekuensi sehingga menghasilkan suara Intake yang bagus. Untuk hal ini sobat bisa tempelin Telinga sobat sekalian di Mulut Ram air Ninja ZX-25R saat motor ini menyala dan dibejek dalam Throtel gasnya  . . dan setelah mendengar suara apa yang hadir dari dalam sana maka sobat sekalian akan mengerti apa yang dimaksud oleh mas Imam ini. Detail banget kawasaki sampai Masalah ginian diperhatikan 😀

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

40 COMMENTS

  1. Dgn stroke cuma 31,8mm sih, kerja per klep ga terlalu berat makanya ga akan floating. Gw gatau angka pasti lift standarnya berapa, tapi kalo dikasi lift maksimal yg bisa dipasang alias 20% dari stroke kaya rumus balap 4 tak paling simpel, artinya lift klep maksimal cuma 6,36mm yg bahkan lift versi balapnya masih lebih rendah dari lift klep supra X, 6,36mm itu lift balap maksimal ya artinya lift standar pasti ga akan setinggi itu alias LEBIH RENDAH. Jadi kalo sanggup digeber di rpm tinggi, itu bukan karena kehebatan per klep tapi KEMUDAHAN dari stroke yg super pendek yg memudahkan kerja per klep. Yg memang kelebihan motor stroke pendek adalah sunatullah rpm bisa bergasing lebih tinggi tanpa gejala floating.

    • kata orang Malaysia, ZXR 250 dulu itu justru bukan per klepnya yg sering bermasalah, tapi justru klepnya sendiri, sering bengkok katanya,

      • Ya itu, kalo beban klep untuk naik turun 10 ribu kali (20.000rpm) berapapun strokenya tetep sama. Makanya kalo stroke pendek yg paling utama justru material klepnya ketimbang per klep itu sendiri. Beda sama motor long stroke, contoh jupiter Z balap yg 54mm, karena lift maksimum kisaran 11mm doang (pemain roadrace biasanya ga nyampe 11, paling 10 koma sekian kecuali spek ARRC/Indoprix), mekanik lebih pusing cari material per klepnya. Makanya dulu sampe keluar per Swedia lah, Jepang lah, sampe mekanik pinggiran biasanya cuma pake per klep sonic digabung per kecil grand. Per gede untuk layani naik turun klep, per kecil untuk hindari gejala klep mantul. Jadi di rpm tinggi ga cuma resiko floating, tapi klep membuka lagi karena mantul pas dibalikin per klep yg berisiko nabrak piston yg pasti posisinya udah TMA. Sementara untuk piston ngasal aja jg bisa, pake klep mobil dimodif, klep Sonic, bahkan klep GL/Tiger tapi harus gedein bos klep karena Jupiter cuma 4,5mm sementara GL 5,5mm. Ya itu tadi, karena long stroke rpm ga terlalu tinggi, material klep (dan sitting tentunya) ga terlalu bikin pusing.

    • ok dapet ilmu baru nih soal batasan tinggi angkatan klep berdasarkan hitungan sederhana dari panjang stroke, kalo begitu untuk motor harian yang di korek jalanan/korek harian maka batasan amannya berapa persen % mas dari strokenya? dengan memperhitungkan faktor safety dari floating dan klep nabrak piston.

      • Tergantung stroke juga, sebenernya ada hitungannya sih stroke pendek itu maksimal berapa persen dan stroke panjang kaya SE 450cc berapa persen, tapi biasanya untuk motor kecil stroke dibawah 55mm diambil simpel aja pokoknya aman balap maksimal 20%, diatas itu tenaga lebih gede tapi ada resiko klep patah. Nah kalo untuk motor harian, dgn sitting klep bawaan berbahan besi, ambil aja dibawah itu dikit. Misal Gsx150 stroke 48,8mm (koreksi yak kalo salah, ga apal gw spek motor terkini) maka lift 9mm udah sangat cukup. Btw nentuin lift sebenernya berbanding lurus sama nentuin durasi cam jg loh wkwkwk panjang kalo dijelasin semua. Tapi intinya itu, ambil dibawah 20% dari stroke.

        • jadi kalo mau korek harian klo pengen aman, mending noken as dibikin lift klep tetep biarkan standar namun durasi bukaannya yang dibikin lebih lama kali ya, kan tetap dapat memasukkan kabut gas BBM dengan lebih banyak tentunya klo durasi lebih lama (walaupun hasilnya kurang maksimal kayak lift klep ditinggiin juga), jadi mungkin masih bisa pake per klep standar. dibantu dg porting polishing intake exhaust dan bentuk 3 sudut pada seatting klep hasilnya bakal lebih optimal. yg ekstrim valve guide malah dicukur habis rata denga sekelilingnya, hhehehe . . .

        • Menurut saya tetap mainkan lift masbro, tapi hitungan tingginya main aman. Gak perlu ekstrim seperti motor balap.
          Sesuaikan saja dengan kebutuhan pemakaian daily use tsb.
          Just FYI, beberapa motor saya main kem semua (kecuali yg Honda tua) dan semua dipake ngantor ngeliput dalam luar kota dan masih kena macet2an, alhamdulillah aman mas.
          Jangan lupa setelah upgrade mesin, olinya juga di upgrade.

        • @Rony secara teori bisa main di durasi dan lift dipertahanin standar, tapi aplikasinya sulit. Gini, durasi klep ibarat durasi kita naik tangga kerucut, waktu naik tangga itu klep mulai buka, setelah kita dipuncak tangga itu lift tertinggi, pas kita melangkah turun itu klep proses nutup, nah kalo mau proses naik turun tangga kita lama, pilihannya cuma 1 yaitu tambah anak tangganya. Kalo ditambah anak tangganya, pasti jadi lebih tinggi kan? Sederhananya gitu. Untuk aplikasinya di praktek buat noken, bisa. Nanti noken jadi terkesan gendut. Tapi flownya ga akan maksimal deh. Bener kata Om Nugie tetep harus naikin biarpun dikit.

        • Papas base circle cuma naikin lift, memang durasi berubah tapi dikit paling ga sampe nambah 10 derajat. Harus tambah daging kalo mau setting durasi.

  2. ZX-10R pake finger follower/rocker arm/apalah, termasuk versi balapnya, rpm nya berapa ya?. Kemarin menang di portimao.
    S1000RR pake finger follower/rocker arm juga, R1 pake juga

    • dohc yang pake rocker arm itu sebenernya kasusnya mirip kayak pake roller rocker arm di sohc, perhatiin deh profil lobe camshaftnya (lebih gendut).

    • Kalau lift pendek macam zx25r, tidak pakai finger ra, kalau lift tinggi, pakai tappet butuh ukuran besar. Mustahil tappet kecil lift tinggi, karena noken as bisa menggerus tepian tappet. Tappet besar rugi, lebih berat dan gesekan banyak. Dan yang dihindari, ukuran head melar, jarak antar piston melar, mesin lebih besar dan berat. Makanya biar tidak rugi, ganti pakai finger ra, ukurannya bisa kecil tp mampu lift tinggi.

    • kalau dilihat dari struktur maka Dari ram air maka udara akan mengalir ke Box yang masuknya dari bawah dulu lalu airnya ngalir ke atas box dan bertemu filter baru masuk inlet ke TB . . Logikanya sih air nggak nembus filter / naik

  3. Saya sedikit faham untuk paragraf terakhir, motor saya ada yg open filter, tapi kalo veloscope gak ada suara sedotan angin nya kurang galak, pas di panjangin lagi baru dah kerasa raungan nya pas throtle di bejek , ehehehe

    • Walo lu nanyanya kayak maen maen, gue jawab serius buat perspektif tambahan.

      Gue pake yang STD, jarak tempuh sampai saat ini 250km, jadi sesuai buku panduan, putaran maksimum masih gue batesin cuma sampe 6000rpm, konsumsi bbm rata-rata 1:13.9

      • Kayaknya lebih sering dibetot wkwkwk

        Kalo kata website resmi Kawak Jepang:

        18.9 ㎞/L (WMTC mode value class 3-2, with 1 passenger) *3

        24.0km/L (Ministry of Land, Infrastructure, Transport and Tourism notification value: 60km/h, fixed-area fuel consumption value, when two people are on board) *2

      • wkwkwk….masih iritan all new cbr1000 triple R baru dong, kalo kata klaim pabrikannya nya berdasarkan tes seliter bisa 16 km, sementara new R1 crossplane kurang lebih sama kayak punya sampeyan, wkwkwkwk…

        • Walah, lebih boros dibanding motor seliter ya… wkwkwkwk

          Emang no hope lah nih ZX kalau masalah konsumsi bbm

      • mungkin gampangnya gini, CBR buat jalan 60-70 km/jam dg gigi tinggi (plus bobot kruk as mesin 1000cc yg berat) putaran mesin bisa dijaga dibawah 5 ribu RPM, sementara ZX25R untuk dapat mencapai kecepatan yg sama karna piston kecil2 torsinya juga mini plus ditambah bobot std yg buerat 180an Kg maka jadi boyo bin ngoyo jalannya, butuh RPM tinggi meraung biar narik makanya boros. wong konsumsi BBM supersport 600cc aja tetep lebih borosan dikit kok ketimbang literbike 1000cc

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version