Home MotoGP Perkiraan akar masalah Fabio Quartararo di Double Header MotoGP Aragon

[ Opini ] Perkiraan akar masalah Fabio Quartararo di Double Header MotoGP Aragon

123
Foto : Cormac

TMCBLOG.com – Kepada media setelah race MotoGP Aragon 2, Fabio Quartararo mengatakan bahwa menurutnya ia bingung karena ketika menggunakan ban medium – medium saat Warm Up di pagi hari feeling gripnya sangat berbeda dibanding saat race “Saya nggak happy karena sebenarnya kami sempat menemukan sesuatu yang positif saat sesi pemanasan, (namun) Saya kehilangan segalanya dalam balapan: perasaan di front end, perasaan di rear end, saya tidak memperoleh grip, sangat aneh. Dan saya tidak tahu mengapa. Itu tidak mudah, saya tersandung setiap hari selama dua minggu. Sekarang kami harus fokus ke Valencia, yang jelas merupakan trek yang lebih baik bagi kami karena ban tidak terlalu stres di sana. Aku akan cepat dan konstan di sana, tidak seperti di Aragon. “

Ada beberapa catatan yang dilakukan oleh Quartararo. Yang pertama saat Warm Up suhu trek itu cuma 15º C sementara saat race suhu trek itu 12º C lebih panas (27º C) dibandingkan dengan saat Warm-up pagi hari dan tentunya akan ada perbedaan karakter grip antara ban dengan aspal di sini dan yang kedua adalah di pagi hari ia seperti halnya Morbidelli, menggunakan kombinasi ban (Soft-Medium) yang sedikit berbeda dibandingkan dengan saat race (Medium-Medium) yang menjadi kunci utama adalah perbedaan keadaannya . .

Pict : Cormac

Pperbedaan keadaan menurut TMCBlog dapat berupa dua hal, dari sisi motor dan yang kedua dari sisi trek dan lingkungan. Dari sisi motor perbedaannya adalah misalnya perbedan setup suspensi maupun perbedan kompon ban. Penggunaan ban depan Soft sebenarnya logis karena jelas secara safety mereka akan lebih aman menggunakan ban soft depan di trek yang hanya 15º C dibandingkan menggunakan ban yang lebih keras komponnya. Dari sisi trek dan lingkungan, sepertinya Fabio Quartararo ini adalah tipe pembalap yang performanya agak terdistraksi oleh perubahan lingkungan . . Namun karena apa ?

Kita bisa lihat ketika di seri Le Mans dimana trek berada pada kondisi yang basah, Fabio Quartararo struggle (kesulitan) banget memperoleh grip, ia bingung . . . Bukan hanya itu, ketika hadir perubahan trek dengan suhu yang berubah saja terlihat Fabio agak kesulitan menemukan tiitk adaptasi dengan cepat. Ada apa ini sebenarnya?

Jika sobat sekalian dengerin paddock pass podcast pekan lalu, salah satu fotografer muda yang cukup bersinar di MotoGP yakni Cormac, sebelum race MotoGP Aragon 2 sempat memberitahukan bahwa berdasarkan analisa pengamatan riding style pembalap terutama saat menikung memang menurutnya Fabio Quartararo ini paling beda diantara pembalap pembalap Yamaha lainnya.

Cromac: ” Fabio terlihat cukup ‘aneh’ jika dibandingkan dengan pembalap Yamaha lainnya dan pembalap lain secara umum. Dia tidak ‘menggantung’ sebanyak pembalap lain lakukan. “

Menurut Cormac, cara Fabio Quartararo ‘menggantung’ tubuhnya saat melibas tikungan sangat berbeda dibandingkan dengan cara Rossi, Vinales dan Morbidelli melibas tikungan. ‘Tidak terlalu menggantung’ ke arah belakang adalah kata kata yang dipakai cormac. Dan memang Fabio jika dilihat memang tidak terlalu banyak memiliki variasi Body-Positioning saat menikung.

Beberapa pengamat mengatakan Jika pembalap tidak terlalu banyak memiliki Variasi posisi tubuh maka itu akan jadi penyebab pembalap tersebut kesulitan saat harus menghadapi kondisi balap yang ‘ tidak normal ‘ Seperti hadirnya  hujan, cengkeraman grip rendah akibat perubahan temperatur, Perubahan tekanan ban seperti yang terjadi di Aragon 1, atau pertarungan akhir balapan ketika kondisi Ketebalan karet ban sudah mulai Haus. Yap Karena dalam kondisi kondisi seperti ini pembalap butuh untuk mengimbangi grip ban rendah yang ia peroleh dengan perubahan gerakan gerakan tubuh / Body Positioning-nya.

BTW, walaupun terlihat memang sepertinya Fabio agak ‘kurang percaya diri’ terhadap setup mesin dan bannya sendiri – dan ini diperkuat dengan berkali kali di Aragon 1 dan Aragon 2 Ia selalu menyebutkan bahwa ban ini pas untuk Morbidelli, maka menurut Fabio secara umum ban ini pas buat Yamaha ( dan tentu juga buat dirinya ) . . Dengan kata lain Di Aragon beberapa detail dari setup Morbidelli jadi referensi Fabio . . Padahal ia dan Morbidelli jelas beda, postur badan beda, gaya riding berbeda, motor pun beda, Frankie pakai motor 2019, sementara Fabio motor 2020 . . Namun secara umum ada sebagian dari hati kecilnya mengiyakan bahwa mungkin ada hubungannya dengan gaya berkendara ” Hal Itu pasti ada hubungannya dengan gaya mengendarai motor, saya punya motor yang sama dengan Morbidelli,”

Walaupun saat ini ia tertinggal 14 point dari Joan mir, Fabio Quartararo berharap double header Valencia ia bisa melakukan rebound karena secara umum Valencia selalu ramah buat Yamaha dan ia pun merasakan feel yang bagus tahun 2019 di sana bila dibandingkan dengan Aragon. Yes optimisme yang tetap harus dibarengi dengan awareness karena Valencia tahun ini tentunya diprediksi akan sedikit lebih hangat dibandingkan tahun lalu, yang artinya akan ada perubahan kondisi.

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

123 COMMENTS

    • Fabio Quartararo berharap Double header Valencia ia bisa melakukan rebound karena secara umum Valencia selalu ramah Buat Yamaha dan ia pun merasakan feel yang bagus Tahun 2019 di sini bila dibandingkan dengan Di Aragon.
      Disaat mesin V4 kesulitan sekarang sudah ada mesin inline lain yang lebih balance, bakal susah nih mentalnya.

    • Yamaha itu sepertinya motor mudah tapi sebenarnya motor yang sulit dan rumit. Perlu setingan khusus untuk tiap balapan dan sirkuit. Ada yg tidak pas dikit hasilnya ambyar.
      Sebaliknya honda itu motor yang mudah & sederhana hanya perlu dikendarai dengan benar hasilnya kencang hampir disemua balapan.

    • kemarin pas awal2 quartararo menang banyak yg bilang dia pembalap yg jarang mengeluh dgn kondisi motor. sekarang pas ga menang2 sama aja tuh ngeluh2 wkwk

    • saya bukan tipe fans dadakan, dan saya lebih memilih morbildelli dibanding fabio. meski prestasinya ta sementereng para alien, terlihat franky terus improve meski butuh waktu. dia terlihat seperti lorenzo diawal baik yamaha. yakin tahun depan dia bakal bisa lebih konsisten. bersama ramon forcada dia akan terus berkembang jadi new lorenzo

    • IMO, bukan lambat adaptasi. Tapi riding stylenya yg sekarang tdk memberinya banyak pilihan untuk bisa fleksibel dengan perubahan kondisi. Saat kondisi hampir sama dg sesi” sebelumnya he is flawless. Tapi saat kondisinya berubah dibandingkan dengan saatia memperoleh “feel”, he is a bit loss.

  1. Mau jurdun ngandelin satu atau dua trek disaat pembalap semua kencang. Ngalamat susah musim depan kalau gak improve skill nya. Eh tehnik maksudnya. Kalau skill ada lah pasti

    • Fabio Quartararo mengatakan bahwa saat ini ia sudah tidak pernah lagi befikiran ada Trek yang merupakan Trek favorit Pabrikan tertentu “Honestly, now I don’t think about Yamaha or Honda tracks. “ . . .

      • Kan dia g nyebut sijuki… Merk yang dipandang sebelah mata… Malah memporak porandakan semua sirkuit… Kecuali le man.. tp rins jg hebat pas di le man.. yah walau ndlosor…

  2. [opini komparatif],
    Kalo analisa artikel diatas seperti itu. Dengan menggunakan logika yang sama, saya mengajukan komparasi berbasis mesin, bagaimana jadinya fabqua apabila mengendarai salah satunya??…

    a. Inline vs V4
    Dengan basis mesin inline, analisa diatas memperlihatkan begitu banyak faktor distraksi buat fabqua, padahal mesin inline yg dipakai ditasbihkan sebagai mesin dengan super nyaman. Tentu Secara logis komparasi nya akan terjawab : “akan sangat struggle manakala dia menjadi pilot memakai basis mesin V4”.

    b). Inline ymh vs inline szk
    Nah ini, yang cukup menarik apabila dilakukan komparasi dengan mesin Suzuki. Secara basis mesin : sama.
    “Harusnya lebih mudah handlingnya”.

    Namun dari semua tersebut, tidak bisa melepaskan faktor teamwork yang sangat penting.

    Dan, aku berpendapat (pribadi) faktor utama adalah mental rider itu sendiri. Bagaimana mengelola segala perubahan tekanan.

    ~just an opinion~

  3. Ha-ha…
    Sensorik Fabio terlalu sensitif dan sering false alarm.. persis kyk alarm mobil di parkiran rame, kesenggol dikit..bunyi. goyang dikit bunyi..

  4. Tmcblog 26/12/2019
    Mentalitas Quartararo : ” Saya tidak bisa menggunakan Motor sebagai alasan ketika saya lebih lambat “
    uuuyyyeeee

  5. Tmcblog 26/12/2019
    Mentalitas Quartararo : ” Saya tidak bisa menggunakan Motor sebagai alasan ketika saya lebih lambat “
    yomaaaannddd

  6. ada sinyalemen bahwa pembalap labil ini berhasil mengacaukan mental pembalap junjungan mereka, makanya dimusuhi rame rame ?

    • Kalian Terlalu Overproud Sih . Giliran Di Bully Alesannya Umur ? Lah Anjir AM73 jg Msh Bocah Itu .

      Bocah + motor tersulit se grid = podium 2 back to Back ajh Udh Bagus loh . Klo nge bully semangat Banget giliran Dibully kek gini lu ?

      • Dalam Konteks “Bocah” Kan dikelas Para Raja . Kenapa Elu bandingin Ke Kelas Dibawahnya ?

        Lucu kalo berargumen ? mau Sekenyang apapun di kelas Bawah kalo Naik Kelas raja Gak Kompetitif Mah Tetep ajh kaga Kompetitif.

        Padahal udh pernah ada yg sebut I4 itu motor yg Sangat Ramah Terhadap Rokie . Coba Pake V4 dah . FM21 ajh yg “Juara seri” mentok Papan Tengah ?

      • M1.

        Karakternya sebagai nature bike, mendukung buat rookie untuk adaptasi. FQ20, JZ05, JF94, adalah beberapa pembalap yg boost up performanya sebagai rookie akibat karakter M1 yg “nyaman”. MM93 aja awalnya berharap AM73 bisa naik motor M1 sebagai rookie

      • Nah kan Diem . Di bilangin Gak Percaya sih . lawak Ajh V4 disamain I4 klo yg Pake Rokie ??menurut gw pribadi alien MotoGP Modern Baru Muncul MM93 . Karena Dia Naklukin V4 di tahun Pertamanya .

  7. Apa stylenya fabio yang memang tidak terlalu menggantung atw dia tidak menggantung karena tidak yakin dgn grip motornya?

  8. Yang unik itu Alex Rins. Di sektor2 lintasan yang mengumbar power besar gaya balapnya jadi old-school banget. Tapi kalau sektor2 yang cenderung flowing/mengandalkan kestabilan menikung malah pake gaya balap normal.

    • Udah pengalaman.. ibarat sm GSX udah kenal smp sekrup sekrupnya..

      Main hardcore ayo. Main alusan mari ..

      Tp kalau cidera ya.. alamat pas pas.an

  9. Awalnya keren terima motor dr mekanik apa adanya,selanjutnya serahkan fabio di lintasan, hasil ok,sekarang mulai lungset 🙂

  10. Dulu pas FQ lagi bagus2nya di awal masuk MotoGP admin bilang dia di sebut pengganti Lorenzo dengan butter hammer nya, kemarin pas Morbi menang katanya seperti Lorenzo juga ..
    Mana nih min yang benar yang mendekati paduka lor ? ?
    Ngacirnya duluan atau melibas tikungan..

    • di box SRT petronas ada mr. Forcada, org dibalik settingan motor JL99dl dulu. bisa jadi semua mengadopsi butterhammer nya dia

    • Menurutku sih Klo Yg Pake M1 emng kebanyakan set up dasarnya Punya JL99 . Ya mau Gimana Lagi . Periode 12 tahun Terakhir Pembalap Paling Sukses Di Yamaha MotoGP Ya Cuman JL99 .

      • Seharusnya sih Morbi lebih ke gaya VR,secara kan muridnya langsung sebelum masuk di Yamaha..pasti masukan dan cara membawa M1 lebih dulu di ajarkan dan diterapkan karena gaya VR lebih agresif berbeda dengan Lorenzo yang lebih mengalir..

        • Betul.
          Tapi Ramon udah ngajarin sebuah kitab suci untuk ‘M1 jaman now’ hehehe
          Sejauh ini hubungan mereka berdua baik, karena Morbi rajin mendengarkan dan belajar.

          Buat saya, sang maha guru Morbi (Rossi) itu gak pernah berubah, raw talent nya hebat, teknik yang dia gunakan pun tetap sama yaitu super late braking yang ‘bersih’, era minim elektronik dia keren banget dalam ngendarain motor. Stoner juga mengakui kemampuannya kok, dan terbukti kedigdayaan Rossi di RCV dan M1 generasi jadul. Opini saya pribadi, waktu awal-awal dia ngendarai M1 seperti perpaduan late brake ala mesin-V nya RCV, dikombinasi ama kemampuan senjata speed corner M1 saat itu. It worked! So damn good, dan keliatan cantik aja ngeliat M1+Rossi saat itu.

          Seiring berganti jaman jadi pake banyak banget elektronik dan software unified, Hohe lah yg jadi kuncinya. Ramon malah berani bilang kalo large majority inputan dalam pengembangan M1 berdasarkan dari paduka Hohe. Kenapa?
          Karena Hohe yg bisa membuat M1 jadi sangat kuat sesuai nature nya sebagai mesin inline.
          Kenapa bukan Rossi?
          Secara basic, Rossi dan Hohe punya perbedaan mendasar terutama dari riding style. Rider akan beri masukan berdasarkan cara mainnya dengan motor.
          Era serba unified gini, data sekecil apapun bisa berdampak besar. Makanya penting untuk mengerti karakter alami motor, sebagai basis pengembangan selanjutnya.
          You know what I’m talking laa kalo udah ngomongin karakter alami motor + riding style…

  11. Bukan alien.
    Masih rata2.
    Analisa dan adaptasinya masih standart.
    Untung di motoGP sudah tidak ada simoncelli,stoner,dan lorenzo yg kejam di lintasan.
    Masih belum alien wal haji

  12. Mohon maaf nih bukannya motor FQ20 itu beda Sama FM yak ? Kok bisa Dia ngambil kesimpulan Segampang itu ? Set up,perasaan pembalap terhadap Suatu kondisi Kan Beda2 . Klo Segampang Itu sih Tinggal Contek Data JL99 2015

    • fabio motor terbaru 2020 sedangkan morbideli 2019. ya jelas udah beda. ditambah postur tubuh, set up, feeling si pembalap beda. klo model nyalin aja bisa bagus ya ga mungkin.

      • Lah iyha makanya . Agak aneh Kalo Sekelas “Predator” Sampe berfikir Ban Ini Cocok buat rekan Setimnya maka Cocok buat Dia Dan seluruh motor Yamaha . Padahal Dia sama rekan Setimnya Pake Seri motor yg berbeda

        • Nah itu dia, dari motor dan postur tubuh serta gaya riding aja semua beda, apa seperti di artikel sebelumnya FQ hanya melihat pembalap lain cocok pake ini itu terus secara mentah2 langsung adopsi dengan hal yg sama ?

  13. Wak haji, kemarin sewaktu post match conf. dipertanyaan terakhir Alex rins ada bilang sesuatu mengenai part yg dipakai yamaha tapi belum dipakai suzuki, maksudnya ride height adjuster ya ?

  14. O iya ya,bokongnya kurang keluar dibanding pembalap yg bisa sampe setengahnya doang yg dudukin jok kalo lagi nikung
    Tapi kok bisa sering shoulder down ya?padahal Marquez yg dgn gaya body out sudut menikung sampe 66-67° area bahunya gak Sampe kegerus aspal

  15. Kalau gaya balap Alex rims bagaimana Wak haji, soalnya kalau dilihat saya merasa ” beda dari yang lain”
    Kalau ane bilang “pembalap onta” soalnya kepalanya suka nongol tinggi,,??

  16. Tapi gw salut loh sama nih bocah, komen ngawur aja bisa muncul terus wkwkwk

    Terkadang gw kalo komen “bener” malah gak lolos, dikirim lagi komen duplikat. Ditunggu gak muncul muncul komennya wkwk

      • Mungkin punya Kartu sakti Anti jaring WordPress ? . Klo gw Sih Kemaren Sekali Kejaring buat Komen Susah lagi . Mesti ganti email ganti Nick ?

    • Bener, gw pas komen di artikel ttg tim MP1 padahal gw cuma buka dikit fakta sejarah (kesukaan epbeha akhir2 ini) dan gambaran akan seperti apa MP1 ga ada yg lolos, ya mungkin karena komen gw terlalu jujur dan dianggang ngerusak eufori artikel, karena di artikel itu komen2 yg lolos komen2 halu ttg masa depan tim itu dan yg muji2 proyek itu doang. Jadi kalo yg gw amati, sepanjang komen lu ga ngerusa euforia artikel mau seasbun apapun bakal tetep lolos. Jujur aja sejak saat itu gw udah males komen lagi.

  17. Tahun depan malah tekanannya lebih besar lg krn #20 di team pabrikan yamaha….tp he is still young masih banyak waktu untuk belajar dan tahun ketiganya di pabrikan harusnya lebih konsisten

  18. Pantes prestasinya di moto2 pasang surut. Belum pantes naik ke pabrikan. Yamaha dalam masalah besar.
    1 lagi, motor yamaha 2019 lebih ok dari yg 2020

  19. Di tahun kedua saat dikasih motor versi terbaru saat semuanya bs dibilang mulai dari nol tdk sprti motor versi setahun sblmnya yg proses development nya bs diblg udh ‘selesai’ mulai terlihat kualitas quartararo, yg mgkn bs jd pemakluman kenapa dia gk/lum pernah jd juara dunia dikelas sblmnya, faktor kesensitifan ‘sensor’ yg katanya jd faktor ‘alien’ malah jd bumerang saat keadaan/situasi motor dan lingkungan berubah

  20. Hmm, motor dia sama Morbi beda, masa disamakan pake ban medium tanpa cek feeling? Terus opini “Valencia friendly dengan Yamaha”, kalo gitu sama aja friendly juga sama Suzuki, kan sama Carry engine, alamat kesalip kalo sesimpel itu strateginya, lol.

  21. Badut banyak ngeles kyk pensboi nya. Kyk gini mau jadi kontender MM? Remuk jum jum ??
    Gak punya intuisi dan insting kok di cap pledatol ??
    Ini memang yahaha gak niat buat jurdun,buat pemeriah kolom fanspage dan blog aja ?

  22. IMO, performa naik turunnya FQ20 salah satunya juga disebabkan proses berkembangnya dari kelas bawah. Pasce CEV, dia sempat salah urus oleh manajernya. Dia g pernah punya rider coach (CMIIW), gaya balapnya lebih pada emang dia punya bakat untuk riding cepat (MM93 pun mengakui). Sayangnya, untuk menjadi juara dunia, butuh lebih dari itu.

    • Tadinya saya pikir di T1 Jerez cara dia belok yg beda dengan trio M1 lainnya, yakni minim pake style gantung kaki (malah kakinya cenderung tetep nemplok mengapit bodi motor) adalah murni karena sensornya punya feel bagus thd motornya (grip ban, dll).
      Tapi sepertinya gak sesimpel itu ya. Setelah baca artikel ini malah lebih ke mikir apa emang gaya berkendaranya aja yg begitu ya?

      • Mungkin, sekali lagi “mungkin”. Dengan kemampuannya merasakan “limit”, membuat FQ20 g perlu over limit. Sehingga dia g pernah gulat dengan motor saat motor overlimit, akibatnya dia kurang reaktif dengan perubahan kondisi simply because he is always in a sweet spot. Kebalikannya dengan MM93, kemampuannya untuk ride around the limit membuat MM93 selalu adaptif dengan perubahan kondisi

        Dan kebetulan M1 adalah motor yang harus dikendarai secara “alami” seperti yang dilakukan JL99, JZ05, dan FQ20, you can’t just force your way around the bike seperti yang dilakukan PE44. Sehingga permasalahan riding style FQ20 tidak terlalu terlihat. Apakah itu suatu masalah, belum tentu juga, toh JL99 juga sukses dengan riding style yg smooth kaya metronome tanpa harus push motor hingga over limit.

  23. rapot valencia musim lalu bagus lah untuk Y harusnya bisa podium. S juga lumayan.
    kalo mau jurdun Y ya kudu konsisten podium di sisa 3 seri ini. klo ada 1x aja ga di posisi podium uda condong ke Mir dengan catatan Mir tidak apes.

    ingat apes itu bisa aja kek jack kemaren diseruduk dari belakang kalo jatuh si kemungkinan kecil keknya Mir

  24. Kalo memang mbah modar mencium ada indikasi, seharusnya sebagai orang yang dekat dengan darno, kan bisa langsung sms, seperti biasanya.?

  25. kaum denial mah ga usah digubris. jawaban yg sampean dapet ya cuman sebatas ngeles, play victim atau reply dgn komentar yg ga sesuai topiknya. mending sampean bales komentar org yg masih bisa diajak ngobrol bukan yg ngetroll.

  26. Bah? Lawak ni orang, kapan jg nyinyirin elu? Protes elu? Ngakak*..

    Bukti aja gaada nuduh asal*.. Dilihat dari ketikannya aja udah beda, ga kek lu ganti nama tapi orang masih bisa ngenalin.. ?

  27. Yang jelas balapan sekarang lebih berwarna, yang tua biarlah beristirahat dengan tenang, saatnya yang muda saling memperebutkan tahta mahkota.
    Singa yang sudah terluka akan sulit bangkit untuk memperebutkan mahkotanya kembali.

  28. yaudah gini aja, ditunggu juara dunianya FQ20 di tahun ini.

    patut dicatat, anak muda yg jurdun tahun ini akan mengalahkan 2 legend sekaligus lho 😀

  29. Pernah, tapi pabrikan yg sangat kalem kayak Sujuki engga terlalu sexy untuk digoreng beritanya.

    Kalo ttg yahaha kan selalu boom!

  30. Jangan terlalu keras ama Fabio, my friend.

    Di usia 21 th dulu saya malah cuma bisa haha hihi, kuliah-pulang, having fun main DotA, modusin cewek-cewek teman kuliah, and all the sh*t.
    Boro-boro kepikiran mengejar impian / sesuatu yg besar kayak trofi jurdun ?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


Exit mobile version