TMCBLOG.com – Mengakhiri 1/3 bagian dari awal Musim 2022 di Sirkuit Buggati Le Mans – Prancir, Andrea Dovizioso kembali tidak menghasilkan hal yang signifikan. Ia Gagal meraih Point dan Jelang GP ke 8 di Mugello nanti berada di Posisi 20. Sementara Franco Morbidelli yang juga mengguankan M1 versi tahun yang sam adengannya berada tiga posisi lebih baik di Urutan ke 17 Klasemen sementara. Dovi pernah menggunakan Yamaha M1 Lanjut setelah itu menggunakan Meisn V4 Desmosedici, Namun Ketika balik Lagi Ke M1, sepertinya itu Muscle memory sulit Untuk Di-restart ?
MotoGP Le Mans 2022 di Prancis sekali lagi menegaskan apa yang telah dikritik oleh Dovi sejak awal tahun: Walaupun Sebenarnya Mungkin Yamaha Jepang tidak ‘sengaja’ mengembangkan prototipe YZR-M1 untuk disesuaikan dengan gaya membalap Fabio Quartararo, Namun Dengan segala talentanya hanya Fabio quartararo saja yang sampai saat ini bisa mengambil keuntungan dari Yamaha M1 dan sepertinya hampir mustahil bagi pembalap lain untuk mengambil keuntungan seperti yang diperoleh Fabio dari M1 . . . Gaya Berkendara dan Pendekatan Fisik – mental Fabio terhadap M1 memang sulit di-replikasi
Setelah mengakhiri sesi Le Mans -di mana ia melewati garis finis di posisi kedua dari belakang dan berjarak 38 detik di belakang pemenang balapan, Enea Bastianini-, Dovi mengakui bahwa awalnya ia mengharapkan Race Le Mans lebih Baik, sehingga kelihatan banget Dovi agak Putus asa atas penampilannya yang buruk di Prancis: “Saya sangat kecewa, dan ini hanya menegaskan bahwa cara saya mengendarai motor ini tidak ada hubungannya dengan apa yang dibutuhkannya. Ini adalah sesuatu yang tidak dapat saya ubah saat ini, dan saya sangat menyesal, ini mengecewakan. Sekarang kami akan pergi ke Mugello dan melihat apa yang bisa kami lakukan di sana.”
Sejak musim dimulai di Qatar, Dovizioso telah mengulangi betapa sulitnya untuk membawa Yamaha M1 ke potensi terbaiknya jika pembalap tidak menerapkan gaya tententu dan sampai di seri Ke 7 dia masih tidak dapat menemukan resepnya: “Dengan Yamaha Anda wajib mengendarainya dengan cara tertentu, jika Anda tidak melakukannya, itu tidak berhasil. “
” Jika Anda melihat selama bertahun-tahun saya berkompetisi di MotoGP, Anda akan melihat bahwa saya tidak pernah balapan seperti ini Tidak masalah motor apa yang saya miliki. Saya selalu cepat dengan cara saya sendiri. Tentu saja saya mencoba untuk melakukannya, beradaptasi sedikit, tetapi Anda tidak akan pernah bisa mengubah secara total gaya berkendara Anda.”
Di Le Mans, selisihnya dengan Fabio Quartararo adalah 34 detikatau dalam artian Quartararo ebrhasil lebih cepat lebih dari satu detik per lap dibandingkan Dovizioso dalam balapan, dan itu Buat Dovi adalah sesuatu yang tidak dapat diterima “Di mana Fabio lebih menderita , kami kalah banyak. Dan di poin di mana dia sangat kuat, saya gagal melakukannya seperti dia.
Jika Anda menambahkan dua hal [diatas], Anda akan menemukan jarak di antara kami tiap lap, dan kemudian Anda harus mengalikannya dengan setiap putaran. Saya juga akhirnya kelelahan secara fisik karena saya mencoba melakukan sesuatu yang kemudian tidak berhasil. Dan putaran demi putaran perbedaannya semakin besar, itulah kenyataannya.”
Bukti hanya ada satu Nama Pembalap Di Posisi Top 10 menurut Dovi kembali menegaskan bahwa Yamaha tidak lagi menjadi motor yang ramah dan mudah bagi pengendara mana pun. Yamaha Telah berubah menjadi Motor prototipe yang dibuat khusus untuk satu jenis gaya berkendara tertentu yang unik, situasi yang menurutnya serupa dengan yang dialami Honda sejak Marc Márquez tiba di MotoGP.
“Saya tidak tahu apakah Yamaha telah secara sukarela memutuskan untuk mencapai titik ini atas kemauan mereka sendiri atau apakah itu adalah situasi yang muncul dengan sendirinya. Di Honda saya pikir merekalah yang membuat keputusan itu. Tapi situasi Yamaha saat itu mirip dengan Honda, karena hanya ada satu pebalap yang mampu memanfaatkan potensi motornya. “
Sekarang dengan persaingan yg sangat kompetitif antar konstruktor, memberikan senjata terbaik utk Ace rider adalah ke niscayaan utk mencapai juara, dari pada memberikan motor yg cocok utk semua rider dan hasilnya hanya sebagai penantang kejuaraan
Yes memang. Cuma saat mm dominan kmren kmren
Semua pabrik lain denial banget akan hal itu, saking ga punya senjata lain buat psy war
Realitanya, Ducati bisa kencang dibawa oleh banyak rider mereka, tapi sudah bertahun2 blm dapat juara dunia. Mungkin tahun ini, tapi kan belum. Kalaupun Yamaha sengaja atau tanpa sengaja mengutamakan motor untuk Taro, ya itu hasil dari kerja keras Taro juga kan.
itu jga ducati masih motor-sentrik di era modern ini mgkin gegara blom punya sosok super star macam mm di honhon/Fq di yahaha/daped di ktm, yg buat ditaklukkan dan nurut untuk arah pengembangannya wkwk
Itu fungsi dari spakbor kolong buat apa wak?
Ya sejak penyeragaman elektronik itulah semua pabrikan selain dukate dinerf gitu.. Di perparah dengan kompon ban michelin yg ngak konsisten
podium kang
Yang penting dengan satu pembalap bisa juara dunia pembalap, team dan konstruktor.
Pensiun aja dov
“Saya tidak tahu apakah Yamaha telah secara sukarela memutuskan untuk mencapai titik ini atas kemauan mereka sendiri atau apakah itu adalah situasi yang muncul dengan sendirinya”
kyknya sih ini murni situasi yg muncul dgn sendirinya, kebetulan Fabio sgt cocok dgn M1 bahkan sejak dia rookie,
dr tahun kemaren Fabio minta top speed ditambah tapi tetap aja yg motor yg terbaik menurut Yahaha adalah motor yg skrg, jadi bisa dibilang motornya sama aja dgn milik Dovi dan Fabio lah yg membuat perbedaan disini,
“Di mana Fabio lebih menderita , kami kalah banyak. Dan di poin di mana dia sangat kuat, saya gagal melakukannya seperti dia.”
berarti masalah yg dirasakan Fabio dan Dovi di M1 itu sama aja hanya perbedaannya kerugian yg dirasakan jauh lebih besar di sisi Dovi
dan di ketika poin dimana Fabio bisa sangat kuat di M1, si Dovi malah ga merasakan hal yg sama alias ga bisa mengekstrak keunggulan M1 dimana Fabio dpt melakukannya,
Fabio adalah Marc Marquez-nya Yamaha. Itu aja si 😁
Minim pemberitaan tentang Franky Morbidelli. Kira kira Yamaha nyesel gak tuh ya ngontrak dia lebih dari setahun kemaren.
si alakadarnya mulai cuap-cuap lg ngomentarin pabrikan yg mau nampung dia
Kadang saya lupa kalo Dovizioso masih membalap di MotoGP 🙁
Iya dongg muscle memory susah direstart
Buat bangun muscle memory di ducati aja butuh cmiiw 4 musim jadi penggembira dulu baru 3 musim setelahnya berturut jadi spesialis runner up.
Ya jelas ganti total mesin total total gini kalo nunggu jago lagi… Perlu.. perlu rnf ampe bangkrut keabisan modal dulu keknya
Pelajaran buat ymh, jgn ikut2an hrc yg terlalu berani ambil keputusan yg katanya ‘revolusioner’ ke motor resikvi nya, kalo kyk gini kan jd pusing sendiri.
Jika bani berandai2, andai MM thn ini msh pake rcv versi 2019, setidaknya bisalah nyempil2 podium (berkaca ke musim 2020)
Koreksi kalo komen ini salah
MM bilang kalo motor yg sekarang lebih kenceng dari motor die tahun² sebelumnya tapi motor rival lebih baik dari motornya saat ini jadi die susah bet mo naik podium
Kalo berandai andai dia pake motor 2019 mungkin MM bakal jadi penggembira papan tenagh/bawah saja
Semangat om Dov
sepertinya ini tahun terakhir Dovi membalap di motogp..
klo tahun 2023 mau di aprilia, vinales pasti dilepas
Dengan komentar dovi, yg sudah termasuk veteran ini, aku kok punya imajinasi liar atas situasi tsb.
Seorang dovi yg berpengalaman dan telah mengendarai type mesin yang berbeda, di jaman sekarang masih saja mengalami kesusahan (note: exlude umur lho ya..).
Elaborasi berbagai hal dalam imajinasi ku ter-redaksionalkan, :
> Apabila berbasis di mesin (baca= vehicle) sebagai mana sudah jadi konsep dasar ducati, untuk mendapatkan joki /rider yg tepat sangat lah susah didapatkan.
Hingga saat sekarang inilah mulai terlihat ada joki yg mampu menangani. Dan, Keadaan ini bukanlah yg mudah. Dibutuhkan effort lama spt perubahan ergonomi dari bentuk motor agar pas buat joki dan yg paling utama dibutuhkan tetasan pembibitan yg lama untuk bisa mendapatkan joki yg pas (ini aku baca dari dapat joki dari produk ranch 46 yg mulai bisa di pakai)
> Apabila berbasis pada joki, dibutuhkan mesin yg mengikuti kemana gaya/muscle memory si joki contoh marq / fabio
It’s clear,… Tidak ada Postulat yg hebat diklaim mandiri dari dua hal : mesin vs joki.
semua seakan balik ke Skill ya bro, siapa biasa memaksimalkan potensi, dia yang akan terdepan, Basteanini ngasih banget hal itu, dimana Rider diwajibkan cepat adaptasi dan paham potensi motornya..
tentu pengembangan motor pasti ngikut sama yg bisa bawa lebih kencang dan konsisten,kalo ngikut sama kemauan yg paling pelan, mau jadi apa?
Heran aja masih ada yg bilang ini m1 untuk quartararo.. Emangnya dia mau betot motor terpelan di grid
Gap 38 detik itu kucing pikun belekan dirumah, nyebrang trek cukup banget 😂
Cukup kalo gak digiles yang posisi 5 sampe 19 wkwkkw
Pengalaman inline 1 tahun dovi 2012 harusnya tidak perlu jadi nilai plus
Pengalaman dovi di ducati & honda juga tidak harusnya jadi nilai tambah karena dia bukan rider adaptif
Di honda cuma bisa 1 kali podium 1
Di ducati butuh 4 tahun buat podium 1
angel wis angel motogp bubar kabeh wae ganti nonton wsbk
Pengalaman inline 1 tahun dovi 2012 harusnya tidak perlu jadi nilai plus
Pengalaman dovi di ducati & honda juga tidak harusnya jadi nilai tambah karena dia bukan rider adaptif
Saat Di honda cuma bisa 1 kali podium 1
Saat Di ducati butuh 4 tahun buat podium 1
Dovi 3 musim repsol cuma 1x podium 1
Dovi di ducati butuh 4 tahun untuk podium 1
Dovi hebat? Debatable, dalam hal hasil jelas tidak, dalam hal keikutsertaan di motogp jelas iya
Melihat masalah M1 yg selain soal top speed, aku lebih teruju masalah sasis yg perlu lebih rendah lagi COG nya dan swing arm yg kurang rigid.
Bisa tengok rival2nya yg konfigurasi mesin L (2 silindernya tidur) keluhan spin saat menikung tidak separah konfigurasi V dan 4inline yg semua silindernya ke atas.
karena mereka gak kenal ane… wkwkwk
Daripada menyoroti M1 yy cuma cocok buat FQ, bagi saya lebih menyoroti tentang kualitas line up pembalap yamaha musim ini.
Apa yg bisa diharapkan dari seorang pembalap pensiunan, seorang rookie yg bahkan dikelas capung tidak konsisten dan seorang pembalap bukan alien yg sembuh dari cedera.
Kasih tu seat M1 buat rins,mir,raul atau bahkan iker lecuona maka gx ada topik pembahasan ini lagi.
Jadi keinget waktu mereka kehilangam arah pasca paduka hengkang, kambing hitam dibidik kepada yamaha M1 ditambah 2 oramg rider utamanya koar koar menyalahkan motor, baru setelah rookie yg bahkan tidak diperhitungkan bisa bawa M1 didepan lagi tanpa masalah baru pembahasan itu tiba tiba menghilang dan 2 orang rider utama tadi tau sendiri kan kelanjutannya
Bener. Masalah Yamaha taon ini cuma krn ga punya rider kompetitif selaen Quartararo aja. Klo ada 1 aja yg mendekati Quartararo, maka akan ada 2 Yamaha yg berebut podium taon ini.
Sbenernya dejavu sama seperti tahun 2017-2018 waktu kehilangan arah, dengerin sana sini dituruti hanya jadi pepesan kosong. Bedanya saat ini yamaha sudah punya pengalaman menanganinya. Pede dengan paketnya nyatanya ace ridernya kompetitif meskipun katanya powernya culun.
Lin jarvis harus mulai mikir lah bikin line up rider yg bener, bukan cuma buat factory tapi satelitnya juga.
Kalo emang pengen terus kerjasama sama penyalur tenaga kerja vr46, ya mintalah tenaga kerja yg kompetitif, jangan malah marini nanti yg dateng. Lebih seneng ace ridernya vr46 moto2 saat ini. Dari postur n skill gx nyusahin
Ngapa nunjuk 2019 klo permasalahan HRC taon ini jg sama. Dan taon ini jg sama aja rider HRC selaen Marquez bapuk semua. Yg nyalahin RCV justru epbeem sendiri yg ga terima idolanya udh tumpul.
sudah faktor U, susah adaptasi, mendingan tahun ini terakhir aja utk Dovi, ato kalo masi mau berkompetisi, di WSBK pasti potensi dia besar, kalo Darryn rekan setim nya sih krn masi baru, ya nunggu perkembangan, tapi kalo gak ada juga sampe nanti akhir tahun, program karbitan spt itu harusnya gak diteruskan di masa depan, Acosta pun di Moto2 terlihat masi kesulitan, padahal di Moto3 superior
Mimin rasa tidak…harusnya cara berkendara i4 jangan banyak lepas gass. Harus slalu bisa mengantung rpm meski itu saat tikungan patah sekalipun. Harus terus mengalir gass pantang diturunkan sampe sekian ribu rpm. Mirip dgn yang dilakukan fabio. Liat saja kemarin toprak coba lakukan gaya close racing line ..trus mendadak gasspoll maka malah wheelie. Harusnya toprak pake cornerspeed ditikungan akhir itu. Namun dia malah late breaking dan lupakan corner speed ditikungan panjang. cmiiw
Kalo Yamaha mau ambil Alex rins buat tahun depan dan dikasih motor spek pabrikan 2023 kayanya Yamaha akan bagus, kalau Dovi sepertinya memang udah umur udah jauh menurun mampuannya apalagi sempat cuti sama seperti Marquez.. tp Marquez masih bisa 10 besar dan Krn motor nya yg bermasalah 🙏