Home MotoGP HRC Uji Solusi Detail Gurney Flap di RC213V 2023 #SepangTest

[Tech Talk] HRC Uji Solusi Detail Gurney Flap di RC213V 2023 #SepangTest

65

TMCBLOG.com – Terdiam sejenak melihat konsep desain dari Front Cowl Honda RC213V terbaru . . terlihat compact . . Namun mata ini sejenak terdiam melihat detail lebih dalam dari Detail Front Cowl/ Fairing tersebut karena satu hal. Detail seperti yang pernah hadir di Winglet KTM RC16 tahun 2020 yang lalu . . . Gurney Flap !

Yes di bagian tepi atas Front cowl RC213V ada semacam ‘tanggul’ . . nah ini lah yang tmcblog sinyalir sebagai detail Gurney flap

Kisah Mengenai Gurney Flap dimulai dengan Flash Back ke masa silam, Saat dimana seorang Pembalap Amerika bernama Daniel Sexton Gurney (April 13, 1931 – January 14, 2018) atau biasa dikenal sebagai Dan Gurney. Selain dikenal sebagai pembalap pertama yang menggunakan Helm Full face di Balap GrandPrix, Penemu yang Visioner, yang boleh dibilang cukup mengubah sudut pandang Para engineer aerodinamika dalam mencari Tambahan grip ke ban Via Bantuan downforce, Ia adalah Pembalap pertama yang memperkenalkan ide Flap Aerodinamika yang akhirnya dikenal luas dikenal sebagai Gurney flap.

Gurney Flap awalnya yang hadir berupa sepotong lembaran Logam bersudut dipasang kaku tegak lurus pada tepi wing belakang pada open-wheel racing car pada awal 1970-an. Perangkat ini dipasang mengarah ke atas untuk meningkatkan downforce yang dihasilkan oleh sayap untuk meningkatkan traksi.

Dan Gurney mengujinya dan menemukan bahwa Flap tersebut terbukti manjur untuk memungkinkan mobil berbelok dengan kecepatan yang lebih tinggi, sementara juga mencapai kecepatan yang lebih tinggi di bagian lurus lintasan. Ini artinya Ban memperoleh Traksi tambahan yang berasal dari penambahan downforce akibat kehadiran Gurney Flap ini.

Note CL : Coefesient of Lift, atau dalam Kasus MotoGP Coefesient of Down(force)

Pada Satu Jurnal ilmiah ( Journal Of Aircfraft ) dengan Judul “Lift Enhancement of an Airfoil Using a Gurney Flap and Vortex Generators” karya Bruce L Strom dan Corry S jang tertulis ada keuntungan dalam menghasilkan ” Lift Enhancement ” karena memang arah tujuannya ke pesawat terbang yang butuh Lift-force, kebalikan dari Downforce. Itu artinya data data Liftforce yang diukur pada eksperimen wind tunnel dari Gurney Flap dalam Jurnal tersebut juga merefleksikan juga efek downforce pada pengaplikasian Gurney Flap aerodinamika Motorsport saat dipakai berkebalikan.

Pada Jurnal ilmiah tersebut hadir keterangan bahwa Nilai Koefesien angkat ( Lict force) / koefesien tekan ke bawah ( downforce) bisa mencapai hampir dua kali lipatnya bila dibandingkan wing tanpa Gurney Flap. Ini artinya dalam Bahasa MotoGP Downforce bisa dua kali lipat dari Aero wing tanpa Gurney Flap.

Balik lagi Ke detail RC213V, Jika dilihat dari bentuk ‘ tanggul ‘ kecil diujung Front Cowl sepertinya memang HRC bereksperimen dalam memvariasikan jumlah downforce yang dibutuhkan tanpa banyak mengubah bentuk desain Aero wing dan Cowl.

Untuk sobat ketahui bahwa Tanggul Flap di ujung wing tersebut bisa divariasikan lebih lanjut Oleh KTM dengan banyak opsi seperti menambahkan sedikit demi sedikit ketinggiannya atau memaju-mundurkan posisi tanggul Flat tersebut dan mencari keseimbangan jumlah Downforce yang dibutuhkan Oleh Motor.

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

65 COMMENTS

    • Gak bro.
      HRC udah testing dry carbon clutch untuk endurance.
      Disinyalir mesin juga baru walaupun sedikit update nya.
      Sasis juga baru yang keliatan berubah di las-lasannya, engine mounting berubah sedikit lebih ke depan, posisi mesin lebih rebah seperti ngejar front-end feeling yg diminta Marc, dan juga sasis tengah bawah (dekat bagian pivot swingarm) lebih lebar.
      Swingarm bawa 2 model, satu punya Kalex seperti tahun 2022 dan satu lagi model berrongga di sebelah kanan yg disinyalir Kalex 2.0 tapi kemungkinan juga itu swingarm 2018 yang dicoba lagi sama HRC ke salah satu calon paket motor 2023.
      Knalpot pastinya udah baru full buatan Akrapovic.

        • Kabarnya karna engineer HRC di Sepang kemaren sedikit putus asa soal 4 unit test RC213V.
          Mereka ngerasa kalo 4 unit paket motor yang mereka bawa gaka da bedanya sama motor di Valencia test 2022.
          Jadi, marc dan Bradl disuruh nyoba bawa motor tanpa winglet, mau ngebandingin by data seberapa jomplang perbedaan motor dgn 3 setup aero-packages terbaru dengan motor yg tanpa aero (wingless).

        • Bukan cuma Bradl, Marc Marquez pun diminta mencoba 2 lap tanpa winglet.
          Marquez pun gagal paham dengan permintaan insinyur HRC tsb, dan diakhir sesi tes hari terakhir hanya bisa mengungkapkan kekesalannya.
          Marquez menutup komennya dengan mengatakan dia lebih senang dengan kondisi fisiknya daripada motornya.

          Bahkan tim lawan pun speechless dengan keputusan insinyur honda yang mundur 7 tahun lalu tanpa winglet.
          Suatu tindakan putus asa karena semua aero versi baru mereka tidak ada yang sesuai ekpektasi.

          Di musim 2022 pun insinyur honda membodohi diri mereka sendiri dengan membuat fairing sangat ramping untuk mendapatkan top speed yang berakibat pembalap kepanasan sehingga tidak ada yang finish dapat point di GP Sachsenring

  1. Titik didih insinyur HRC mendekati Overhead!!

    Kebingungan menerpa semuanya karena mereka masuk jebakan wing wing tak da guna dibandingkan software yang sudah klik on para pabrikan Eropah😌

    Ditambah orang titipan sponsor yang malah ngerecokin langkah HRC, tinggal nunggu gentleman agreement berakhir dan cabut dari perhelatan grand Prix dengan alasan Pengembangan kendaraan nuklir #ehh listrik powerbank 😌

  2. ngeliat orientasinya lebih bergaya vertical dari yg selama ini diaplikasi ktm

    ini incerannya lebih ke downforce pas lagi rebahan eh belok ?

  3. lift force/downforce = hampir 2x lipat dibanding wing tanpa gurney. artinya dalam bhs motogp downforce bisa 2x lipat dari aero wing tanpa gurney. tanpa? jadi gurney tuh ningkatin downforce atau ngga sih, agak bingung.

  4. Honda bawa 4 spek motor berbeda dan ngetes berbagai swing arm. tapi yg sibuk dibahas masih layangan aje padahal byk detail laen yg lebih menarik dan fresh buat dikepoin wkwkwk termasuk KTM (Gasgas) yg lagi diacak2 geometrinya ama Esbanyola, Quartaro yg masih sibuk nyeting casis dan masih merasa kurang di power.

      • ya kalau isi artikelnya beneran isi, dan nyambung judul sama isinya, ya aman sih

        toh juga menjaga kolom komentarnya di 1 arah bahasan. Ya walaupun kesannya ga sepadat biasanya tapi artikel tentang tes tes an kan adanya di next test yg lumayan berapa minggu tuh jedanya.

        Lumayan nabung artikel, daripada anu… ehehehe

    • yg gw bold dari tes kali ini sih so far keluhan Quartararo yg ngerasa setup casisnya ga cucok dgn ban qualy (ban fresh), ama komen dia yg yaaa secara tersirat masih kuciwa ama performa mesin. nah gw jg merasa unik ama “Gasgas”, pengembangan kaya sengaja 2 arah. KTM sendiri dgn Binder dan Miller, Gasgas dgn Esbanyola. mangkanye di artikel2 lalu gw komen dgn sedikit curiga kalo KTM sebenernya lagi jalanin 2 tim pabrikan yg literally beda tapi dimaenin di regulasi lama. gw curiga Gasgas bukan lg cuma setor logo, tapi beneran bakal ngejalanin unit yg beda meskipun tampak luar mesin ama rangka masih KTM tapi ibarat pohon, RC16 bercabang Y kiri jadi KTM kanan jadi Gasgas. perannya udh beda ama Tech3 KTM lalu yg murni tempat nampung rookie dan jalanin motor yg udh ada, ato kasarnya jalanin motor hasil pengembangan awal taon buat sepanjang musim layaknya tim satelit secara normal.

    • @poin, kisah Suzuki MotoGP 2021 – 2022 terulang kembali.
      Setelah berhasil meningkatkan top speed, menjadi begitu sulit melakukan time attack untuk merebut pole position di sesi qualifikasi.
      Ban memang awet sepanjang balapan, tapi menjadi PR besar bagi pembalap untuk mengejar posisi terdepan dari para peraih posisi start terdepan.

      Untungnya Yamaha berhasil meng-hire kembali Tom O-Kane, data engineer mereka di era GP500 saat tim Marlboro Yamaha dengan pembalapnya Wayne Rainey mendominasi balapan.
      Tom O-Kane, selain memiliki pengalaman segudang, juga seorang doktor. Engineer asli.
      Dan yang paling penting, pengalamannya selama 10 tahun membantu Suzuki kembali ke MotoGP dan akhirnya kembali jurdun di 2020 menjadi asset yang sangat penting untuk akselerasi pemecahan masalah time attack with new tyre ini.

  5. Gurney flap ini efektif dalam meningkatkan drag pada suatu perangkat downforce, di F1 sering banget dipakai buat front wing dan back wing

  6. sibuk otak atik winglet tp engine update nya saitik, yo podo wae ttp lemot juga, si duc2 bisa pake model aero manapum krn engine ya udh power full jadi enak2 ja mau dibikin downforce kyk manapun hayu.. tp klo mesin lelet ya tmbah lelet, klo kena winglet, top speed honda di H3 udh tembus 336 kpj tp hanya 1org bisa dibilanh itu kebetulan krn ug laen gapnya msh jauh dr ducati, jadi fokus dlu rubah engine ke screamer lagi krn pake oneumatic valve dan rubah arah ke forward rotating cranksaft, setelah motor power full tp liar, tinggal maen distribusi bobot mesin, swing arm, dan aero biar ban depan dan blkang bs napak dgn sempurna maupun bwt nikung..

    • ga semudah itu bro, mesin type screamer itu boros ban minimal ban yg di pakai kalau suhu aspal lintasan 50°C adalah Hard Compound. Masalahnya Hard Compoundnya Michelin sama Bridgestone itu beda. misal balik Forward Rotaring Crankshaft ya harus rubah segala dimensinya. MotoGP sekarang itu bergantung dengan feel front end bukan Rear End lagi. Kalau mau merasakan Feel Rear End lagi ya balik pakai ban Bridgestone. Software harus 100% dari pabrikan alias inhouse software. 2016-2023 kan Single Software magneti mareli. kalau ECU dari zaman tahun 2002-skrg ttep pakai buatan magneti mareli.

      • tunggu dulu,bukannya karakter bikinan bristun justru memanjakan front end,dibanding miselin yg lebih menspesialkan rear end

      • @bronpit inget bro ini michelin maenya blkang mknaya honda 22 digeser blkang inputan sipol alhasil the king front end si MM berantakan maenya wkwkwk, adanya buntut besar itubguna cari traksi blkang, adanya winglet depan ala F1 itu guna cari front end, sy fans MM murni dr 2012 smnjak di moto2 tp sy lbh suka jika HRC ngembanhin motor lwt pembalap laen spt cartclow, kedepan hatapan saya rins/ mir dijadikan refrensi…sekali lagi HRC motor gp harusnya malu kpd HONDA F1 yg mampu buat engine ganas seganas2nya smpai2 marcedes dan ferarri dibuat tak berkutik dgn high RPM nya yg aduahai, itu swmua krn konsepnya redbull memberi kebebasan kpd HONDA utk meracik engine power full kmudian masalah sasis aero dll serahkan kpd redbull… 🤗

    • itu artiny muntahan power mesin Honda udah gede tapi tak maksimal ketika disalurkan ke ban dan ketika ban mengenai aspal(dipakai) muncul banyak masalah yg menyebabkan tidak bisa kencang. biasanya Honda dan pabrikan Jepun ngakalinny dengan mengatur ecuny sesuai keinginan dan kebutuhan motor mereka tpi ecuny skrg pkai pemberian Dorna dan tak secanggih yg mereka buat alhasil terpaksa ngakalin d sektor lain, dri 2016 sebenarny pabrikan Jepun udah ngap-ngapan hanya saja mereka ketolong pmblap dan kerjasama tim yg solid

    • Ni tigor ama bronpit antara sarkas apa be*ok
      , bridstone itu frontend bukan rearend, michelin itu rearend bukan front end
      Power honda itu udh gede, masalah mereka di traksi, bukan power.. makanya baca artikel luar, gpone, crash.. smua gamblang disana..
      Hadeh, udah t***l sotoy lagi

      • @moge mulut singa… untuk RCV th brp bro, th 22 ja dikencingin mulu sm suzuki gap dimalaysia dgn ducati juga tinggal sekebon, lu bisa bilang power gede dr mana, klo powernya udh gede napa juga th ini congornya lbh gede utk apa? kloth 23 power udh gede juga tau dr mana la wong race ja blm, msh tes pramusim, oh ya gw maenya ckup tmc blog ja lokal boy gw kgk mau maen luar2an… orgluar songong2 kyk lu…mental penjajah kelaut ja lu..

        • Data darimana power rcv kurang? Share dong kalo punya data power masing 2 motor, setahu saya data power motor motoGP itu gelap

  7. yakin sih masalah RCV ada di software dan Ban! masih blm bisa menemukan algoritma dmn titik engie brake yg pas ketika mau masuk tikungan!…wes tho kalo setting elektronik “bo*#h” mareli bisa sejalan dengan engine rcv segala wang wing hedon itu tak berarti apa-apa! (musim 2019)

  8. Bahas tech talk spoiler baru Aprilia dong Wak .. sama ada lubang mirip naca duck di samping windshield nya kira kira buat apa semua itu?

  9. stress nih enjinir hadno, padahal pemintaan markues simple, bikin motor kencang dengan stir yang stabil, sisanya biar dia yang atur goyangannya 😅

    • Setuju, HRC benar – benar frustasi saat ini sampai – sampai sudah tidak tau harus melakukan apalagi.
      Penunjukan Ken Kawauchi di awal musim ini, dari pabrikan Suzuki langsung menjadi kepala HRC, jelas blunder besar.
      Budaya dan teknologi sangat berbeda.
      Ken jelas butuh waktu untuk mempelajari semuanya di HRC dan disaat yang sama arah pengembangan RC213V versi 2023 sudah harus ditetapkan sesegera mungkin.

  10. Penunjukan Ken di hrc pastinya juga ada yang mendampingi yaitu Shinichi kokubu (insinyur lama hrc). Aku malah penasaran duet Ken dan Shinichi di hrc, sama2 salah satu insinyur terbaik di kelas grand prix.

    Kalau luigi daligna mah menurutku itu enginer biasa aja (banyak trial n errornya insinyur ini, banyak gagalnya juga), ducati bisa didepan itu karena mesinnya yang sudah paten desmodromic secara ilmiah mesinnya sudah unggul jauh dari para lawan, jadi sasis dan aerodinamika dengan level yang sama dengan para rival maka ducati desmo sudah akan meninggalkan jauh para lawannya karena keunggulan di faktor mesin.

    Yang heran ya pabrikan yang pakai katup biasa, kalau sampai jadi motor pemenang berarti sasis dan aerodinamikanya levelnya sudah di A++

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


Exit mobile version