Home MotoGP Aerodinamika Di MotoGP Tidak Semudah Membalikkan Telapak Tangan

Aerodinamika Di MotoGP Tidak Semudah Membalikkan Telapak Tangan

41

TMCBLOG.com – Sepang Test 2023 bisa dibilang merupakan ajang perang aerodinamika MotoGP. Kita bisa lihat kelima pabrikan MotoGP 2023 semuanya menghadirkan beragam solusi aerodinamika yang . . . walaupun terlihat mirip-mirip di mana semuanya mencoba memperbesar kecepatan udara untuk menurunkan tekanan di area yang difokuskan memperoleh downforce, namun secara umum dibangun dengan tingkat detail yang cukup berbeda. Hasilnya? Ada yang bagus ada juga yang belum terlihat.

Kita bisa lihat bagaimana Aprilia hadir di Sepang dengan detail aerodinamika yang kalau boleh TMCBlog bilang sebagai two-step ground effect fairing. Jadi fairing bagian samping kiri dan kanan di desain sehingga bisa memberikan ground effect dua tingkat. Yang pertama ketika pembalap miring dengan sudut yang kecil dan yang kedua ketika pembalap miring dengan derajat kemiringan sangat besar.

Aleix Espargaro mengatakan bahwa dengan paket aerodinamika yang diuji kemarin RS-GP menjadi lebih stabil, lebih kencang dan menikung dengan lebih baik. Terlihat memang bahwa di kubu pabrikan Noale ini, solusi aerodinamika ini menjadi variabel yang sangat membantu baik Vinales maupun Aleix untuk bisa tampil lebih cepat.

Ducati? Setali tiga uang dan mungkin dengan kombinasi mesin yang paling powerful – aerodinamika bagus, pabrikan asal Bologna ini memiliki paket mesin yang paling kuat dan komplit menjelang musim kompetisi 2023 ini. Di Sepang, Ducati sempat menguji fairing ground effect namun sementara ini menurut Bastianini dan Pecco, diffuser downwash duct masih memberikan kestabilan saat menikung yang lebih baik. So ada kemungkinan Ducati akan tetap menggunakan solusi downwash duct mereka ini di 2023.

Honda? Sepertinya baik Marc Marquez dan Joan Mir masih akan tetap menggunakan fairing dengan diffuser downwash duct yang bolong di bagian samping. Sinyalemen ini diambil dari preferensi baik Marc maupun Joan yang lebih banyak menggunakan motor 2023 yang mereka develope semenjak Valencia ketimbang 1 motor experimental HRC yang menggunakan swingarm Kalex 2.0 (atau disinyalir milik HRC spek 2018) dan side fairing ground effect.

KTM? Ini merupakan salah satu pabrikan yang mungkin tidak terlalu heboh hasilnya di test Sepang. Padahal sebelum ini upaya yang dilakukan KTM bisa dibiang lumayan serius. Mulai dari mendatangkan banyak SDM dari Ducati (bahkan sampai pembalap – Jack Miller) sampai berkolaborasi dengan markas tim Formula 1 Red Bull Racing. Dari sinilah TMCBlog sedikit ambil kesimpulan bahwa bermain-main degan solusi aerodinamika itu tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan.

Tak satupun motor RC-16 baik berbendera KTM maupun GasGas yang tahun ini memiliki tone suara mirip Desmosedici masuk top-10. Mesin KTM RC-16 2023 dirancang untuk menghadirkan respons throttle yang lebih baik dan memiliki power top-end yang lebih tinggi, namun demikian Brad Binder mengatakan tidak mudah untuk bisa efektif menyalurkan tenaga yang dihasilkan ini ke ban belakang dan kemudian ke trek terutama di spot slow corner.

Taufik of Buitenzorg | @tmcblog

41 COMMENTS

  1. wah ada perubahan apa tuh di mesin KTM RC sampe² tone color suaranya mirip Desmo?
    (edisi bosen baca dunia aero persingletan)

    • opini saya, mungkin kalau joknya direndahkan memang lebih stabil utk braking dan akselerasi di straight, tapi imbasnya motor jadi kurang lincah untuk dibawa belok, krn posisi badan pembalap juga ikut berubah, dan pada saat cornering distribusi berat dri badan pembalap sangat berperan.
      pada akhirnya pasti kompromi, mana yg paling tepat baik utk braking dan cornering (sederhananya).

  2. Kalau belum ada pabrikan yang bisa buat sasis dan aerodinamika dilevel A++ jangan harap meruntuhkan dominasi ducati. Karena bisa dibilang ducati sasis dan aerodinamikanya hanya setara lawan2nya saja maka desmo akan meninggalkan jauh para kompetitornya karena faktor katup mesinnya.

    Kalau sampai dominasi ducati bikin bosen motogp harusnya dorna bikin kompetisi yang masuk akal dan seimbang, yaitu katup semua rata pneumatic. Jangan ada katup yang paten salah satu seperti itu.

    ECU inhouse hasil karya paten per pabrikan saja sudah dilarang kok, masak membuat katup semua setara gak mampu melakukan.

    • Wah nanti kl paten mesin Desmo gak boleh Nanti ada yg minta jg..
      Konfigurasi mesin wajib I4 atau V4 semua yg ikut motogp
      Kan soale biar adil semua tanpa di beda bedakan hiahiahia.
      Tp memang sih motogp jd agak berkesan setengah setengah dgn batasan aturan teknis yg dampaknya pabrikan tdk bisa mengeluarkan kelebihan tehnologi masing2 pabrikan.
      Mungkin jepang dgn tehnologi/pengetahuan elektronik inhouse nya
      Eropa dgn tehnologi/pengetahuan aero nya

      • Tri_aja_

        Yang jadi perbedaan besar dari seluruh peserta motogp itu ya katup desmonya itu. Tak heran kalau ducati akan mendominasi lama dimotogp sebelum ada rule baru lagi. Ni saja sudah banyak yang mengatakan ducati cup.

        Secara logika mudah saja bagaimana pabrikan lain mau mengalahkan ducati kalau perbedaan katup saja sudah sebesar itu. ECU inhouse saja sudah dilarang, jadi mau pakai jurus apa lagi pabrikan lain untuk mengalahkan ducati kalau sasis plus aerodinamika semuanya sudah dilevel yang sama / setara?

        Kalau seperti ini minimal balikkan ecu inhouse lagi agar per pabrikan bebas mengembangkan mesin sesuai keinginannya, misal saat seperti honda menggunakan mesin screamer di masa ecu inhouse, karena honda rubah ke bigbang juga gara2 ecu seragam. Kalau tidak ya buat semua katup seragam.

        • Iya jg sih gan @Gastee
          ..motogp yg katanya motor prototype tp tehnologi tdk di bebaskan buat masing2 pabrikan cambukin para insinyur nya untuk update..tehnologi motogp minimal bisa atau pastinya bila tehnologi itu positif dan berguna dpt di aplikasikan ke produk massal ,,misal bikin irit atau safety ..hehehe
          Tp motogp sekarang kayaknya yg maju/di utamakan malah tehnologi sayap aero..
          walau untuk aplikasi di produk massal gak terlalu ngaruh buat motor harian…mau ngebut dimana kl jalan umum sdh bnyk yg macet dan bnyk camera cctv/drone buat tilang elektronik hehe

      • Semenjak ecu seragam yang ada hanya rider yang mendominasi, seperti marc dan fq yang memang cocok dengan motor tersebut. Dan semenjak ecu seragam itu sudah tidak ada istilah lagi winning bike kecuali duc. Lihat saja yamaha dari 2017 masalah spinning ban terus menerus, lalu ada fq yang cocok dengan gaya ridingnya dengan yamaha dan mengantarkan yamaha didepan.

      • Sejauh penilaian saya, sebenarnya ketimpangan mengenai masalah mesin motor dimana mesin Ducati begitu perkasa itu sudah terjadi cukup lama, yaitu sejak musim 2017.

        Tetapi hal itu belum menjadi perhatian Dorna untuk membuat regulasi pembatasan (demi penyetaraan seperti halnya implementasi aturan penggunaan ECU yg seragam), karena saat itu motor-motor Ducati masih bisa di atasi oleh pembalap yg bisa membuat perbedaan semacam Marc Marquez dan kemudian muncul Fabio Quartararo.

        Skil MM93 dan Quartararo masih bisa digunakan untuk mengimbangi mesin Ducati, terutama di tikungan ataupun cornering speed.

        Namun sekarang gap perbedaan itu makin terlihat jauh dan jomplang saat MM93 cedera berkepanjangan dan Ducati sudah banyak menuai kesuksesan dalam implementasi aerodinamika dan perangkat2 pembantu lainnya (height adjuster, mass damper, dll).

    • Kembali ke dasar, untuk apa MotoGP diadakan?

      Sudut pandang Dorna dan pabrikan akan sangat berbeda.
      Kalau tidak ada titik temu, akan bubar pada akhirnya.

      Dorna, jelas untuk mengeruk keuntungan dari tayangan sirkus buatannya ini.
      Pabrikan, terutama pabrikan Jepang, ingin ikut MotoGP karena 2 alasan utama: branding dan lab berjalan.

      Dengan regulasi saat ini, displacement (bore di batasi maksimal 81mm), software ECU harus pakai dari Dorna buatan magneti marelli, dan diperparah dengan tren ke arah aerodinamika menjadi faktor paling penting saat ini….saya tidak melihat ada lagi yg menjadi poin penting sebagai lab berjalan untuk kepentingan pabrikan sepeda motor….terutama pabrikan Jepang.
      Tinggal masalah promosi brand saja yg masih menarik.

      Jika tren aerodinamika semakin berkembang seperti F1, tinggal menunggu waktu Yamaha dan Honda akan cabut dari MotoGP.
      Menyisakan MotoGP akan menjadi balapan tim balap non pabrikan seperti F1 yg menyisakan Ferrari menjadi satu2 nya pabrikan yg terjun langsung di F1.

      Sirkus MotoGP bergerak ke arah balapan tim balap independen, bukan lagi balapan antara merk pabrikan.

        • Mau nanya, sebenernya tujuan penyeragaman ecu ini tujuannya untuk interface saat live balapan semacam telemetri yang tampil di layar, dan data 2 lain yang mudah disajikan atau di analisa penyelenggara karena berasal dari 1 jenis ecu yg sama, iya gk sih?

      • Se7..
        Istilah “juara di hari minggu Jual di hari Senin” yg selama ini mungkin sebagai semangat insinyur samurai jepang semakin tdk ada atau perlahan menghilang
        Belum lagi kebanggan produk Ban asal negeri samurai tdk boleh ikut
        Ini yg semakin mengurangi kompetensi tiap brand untuk bersaing di dunia balap..krn gak boleh ikutan
        Dan istilah jorgan motor harian tehnologi dari motogp nantinya akan semakin tdk masuk akal..wong cuma di tempelin sayap aero yg gak terlalu ngaruh dan bikin penampilan motor yg tdk cantik dan mulus kayak artis korea..hiahiahia

      • Ya, itu bisa saja terjadi….
        Pabrikan motor Jepang adalah pabrikan yg saat ini berkepentingan dengan kedudukan mereka yg mendominasi pasar penjualan produk motor massal.

        Pabrikan Jepang lebih dominan jualan produk massal, lebih ke quantity, mereka tidak menjual “PRIDE”” / kebanggaan/ kemewahan.

      • Lah, lawak, Alpine (Renault) juga terjun langsung, Mercerdes AMG juga full, hehe. Cuma emang gak bisa dibandingin dengan F1, karena roda 4 lebih banyak yang bisa dieksplor meski ECU seragam dan tanpa Kontrol Traksi.

      • Kalo ane sih mikir ya,,Pabrikan Jepang akan kabur pelan2..contohnya aja Honda, biasa paling kenceng suaranya , atpi sepertinya pasrah aja digituin, sampe rombak2an organisasi segala….btw apa ngga bisa ya pabrikan Jepang yang tinggal 2 itu bersuara di Dorna..apa nanti entah kapan semua regulasi akan free for all lagi?

    • dulu aja waktu ecu inhouse digdaya, ducati terseok2, dorna bikin ecu seragam. sekarang winglet ducati berjaya, harusnya dorna kembalikan ecu inhouse pabrikan jepun tp tanpa winglet. kita adu eropa vs asia, winglet vs ecu inhouse, mana yg digdaya..

      • Sekalian brand ban asal negeri samurai juga bisa ikut lagi..biar tawuran adu olahan si karet bundar..hiahiahia
        Ban asal eropa vs ban asal asia
        Biar makin seru rivalitasnya

    • ribet klu gw jd prinsipal team , lebih baik out aja, kan udh jd omr ngeselin ecu pirelli ducati 8 motor tekno aero udh jadul, msh lebih canggih parameter coding ecu inhouse pabrikan jepang, update tekno soal aero dulu pesawat tempur udh gunain berpuluh” tahun di moto gp jaman iaone dan dovi baru ada, yg bikin aneh moto 2 moto 3 dilarang ini kasta tertingginya malah di biarin, politik telenovela/ducati cup

  3. tentu ini lebih rumit dari F1, karena terdapat perbedaan dimana mobil lebih status di lintasan sedangkan di motor jg bekerja waktu dalam keadaan miring
    yg tentunya sudut/ lean angle nya lebih banyak dari mobil f1

  4. Motor mkn melebar samping,apakah msh bs menyalip pada sudut sempit,Ap msh bs side by side atau sprti dahulu yg menegangkan saat di tikungan.

    • susah, sekarang semua rider hampir punya racing line yang sama, cara melahap tikungan hampir sama jadinya kalau gak salah satu rider melebar agak susah buat side by side

  5. klo menurut pendapat awam saya aerokit itu lebih dibutuhkan oleh pasukan V4 dalam hal ini terutama ducati sebagai bentuk kompensasi dari handling mesin V4 yg secara natural memang lebih sulit dibanding mesin inline4…

    bisa kita lihat yamaha dan suzuki selama ini yg paling sederhana penggunaan aerokitnya yg artinya secara signifikan aerokit itu tdk berdampak besar bagi handling mereka yg secara natural sdh enak dari sananya mgkn mereka menggunakan itu jg biar keliatan up to date aja dgn yg lainnya makanya designnya kek sederhanan, klo pun ada efek paling di top speed yg jg tdk gede² amat…

    berbanding terbalik dari v4 macam ducati aprilia ktm yg selama ini bener² utak atik sana sini aerokit mereka yg heboh dimana mana tempat di body motornya yg memang tujuannya utk handling..

    mesin V4 skrg klo dicopotin smw aeronya saya yakin kelimpungan di sirkuit

  6. duc : motor gue kuenceng nih tapi susah buat belok gue kasih sayap ya
    Dorna : boleh
    duc : waduh koq masih belum juara dunia juga ya?
    ohh itu ECU motor Jepang terlalu op samakan dong biar motor Jepang g mendominasi
    Dorna : boleh
    duc : lho koq masih belum menang juga ya?
    itu tim² satelit gua ambil semua ya gua perlu banyak tim buat riset
    Dorna : boleh (kalau ada uang beli beli sana dah)
    duc (2020) : saatnya kita menang nih g ada rider yg suka jegal kita. kita kan musim kemarin Runner up hampir juara klaau dia g ada. sekarang dia udah g ikutan kita pasti menang.
    (lupa kalau rider yg Runner up udah di tendang)
    duc (2021) : motor udah kencang, jumlah udah paling banyak koq masih belum juara juga ya? ahh sabar mungkin karena balapannya kurang banyak efek pandemi makanya masih belum manga
    duc (2022 tengah musim pertama ) : ambyar lagi ini sepertinya harapan juara
    duc ( 2022 akhir musim) : lihat tu motor kita juara kan. juara kan. paling bagus tu. menguasai segalanya wkwkkwk

    kayak gitu koq kalian bilang mendominasi itu seperti pa to wong musim lalu aja juara tapi yg juara 1 dan 2 ngelawak parah g pernah konsisten.

    • motornya mendominasi
      secara kuantitas dan kualitas motor itu sendiri
      karena MM dan FQ sudah nggak bisa nutupin performance gap yang ada
      karena sembalap Duketek adalah sembalap papan tengah

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version