Home MotoGP Ride Height Device Berpotensi Jadi DRS Ala MotoGP

Ride Height Device Berpotensi Jadi DRS Ala MotoGP

35

TMCBLOG.com – DRS (Drag Reduction System) di kejuaraan Formula 1 pertama kali digunakan pada tahun 2011 berfungsi untuk memberikan speed boost atau tambahan kecepatan yang berguna untuk memudahkan para pembalap untuk menyalip para rivalnya. Ketika DRS diaktifkan, sayap belakang mobil akan melakukan flap yang akan mengurangi drag (hambatan udara) dan secara instan akan mengurangi downforce.

Dengan ini, DRS dapat meningkatkan kecepatan mobil hingga 10-12 km/jam. Namun tidak di semua zona trek pembalap dapat mengaktifkan DRS. Para pembalap boleh menggunakan DRS tatkala mereka berselisih satu detik dengan mobil di depannya dan ketika berada di zona yang telah ditentukan. Tanda posisi pengaktifan sistem DRS disebut titik deteksi yang tersedia di trek lintasan. DRS diaktifkan ditandai dengan hidupnya lampu pada dasbor mobil.

Secara umum DRS ini akan menambah tingkat keseruan dari suatu gelaran balap tidak terkecuali MotoGP. Namun jika mengikuti model Formula 1, MotoGP akan sulit mengcopypaste regulasi DRS ini. Hal ini dikarenakan MotoGP melarang penggunakan active aero atau sayap-sayap peranti aerodinamika yang bisa digerakkan secara aktif oleh sebuah sistem pada sepeda motor baik secara mekanis maupun secara elektronis.

Namun begitu tetap ada kemungkinan MotoGP mengadopsi regulasi DRS ini dengan hal-hal yang sudah ada saat ini. Dan hal tersebut adalah shape shifter atau yang juga dikenal dengan Ride Height Device (RHD) .

Diprakarsai oleh pabrikan Ducati yang membuat holeshot devices untuk kepentingan ketika start bertujuan untuk meminimalisar gejala wheelie pada saat start race, Ride Height Devices hadir sebagai perkembangan dari holeshot devices tersebut. Pembalap bisa mengaktifkan secara mekanis [karena dilarang secara elektronik] sistem RHD ini untuk mengompresi suspensi belakang sehingga membuat bentuk motor menjadi lebih ‘ceper’.

Pengaktifan RHD ini biasanya dilakukan menjelang keluar tikungan (corner exit), menjelang straight dan berlangsung selama straight. Selama perkembangannya RHD ini meningkat secara kegunaan dengan sistem automatik walaupun bekerjanya masih tetap  secara mekanis.

Tujuan utama dari RHD ini adalah untuk mengubah center of gravity (CoG) dari motor agar gejala wheelie bisa diminimalisasi. Namun secara tidak sengaja, perubahan bentuk dari sepeda motor saat RHD diaktifkan terutama mulai 2023 di mana front RHD sudah dilarang akan secara otomatis juga akan mengubah angle of attack dari semua part aerodinamika termasuk utamanya winglet di bagian depan motor.

Dari rumus dasar Bernoulli yang dipakai dalam perhitungan aero winglet baik di pesawat udara, wing mobil Formula 1 atau pada motor MotoGP di samping, karena L ~ besar downforce berbanding lurus dengan besaran sudut dari sayap/wing. Ini artinya secara umum, jika sudut wing makin kecil akan menyebabkan downforce yang dihasilkan oleh winglet juga akan semakin kecil.

Secara umum perubahan sudut dari winglet akan semakin ke arah ‘datar’ (sudut –angle of attack- semakin kecil) yang secara umum akan membuat downforce dan drag force (hambatan udara) yang mengenai area depan dari motor akan berkurang dan ini jelas akan menambah performa dari motor seperti misalnya hambatan udara ketika berakselerasi juga top speed. Lihat deh, miripkan efeknya antara MotoGP saat RHD diaktifkan dengan Formula 1 saat DRS diaktifkan? Dan menariknya adalah hal ini diperoleh tanpa kita harus mengubah terlalu banyak regulasi teknis dasar dari MotoGP yang tidak memperbolehkan active aero . . Smart..!!

Artikel ini terinspirasi dari interview oleh Crash.net dengan MotoGP Director of Technology Corrado Cecchinelli; “Perangkat rear RHD itu seperti layaknya DRS alami di straight. Anda tidak benar-benar membutuhkan pusat gravitasi yang lebih rendah di gigi 5 atau 6, karena anda toh tidak melakukan wheelie. Tapi dengan menurunkan bagian belakang anda memiliki keuntungan besar dalam hal drag. Bayangkan anda keluar dari tikungan rata-rata. Aerodinamika itu penting, tetapi tidak terlalu banyak, jadi anda mendapat keuntungan besar dari menurunkan pusat gravitasi untuk mengurangi wheelie. Semakin lambat menikung, semakin besar kemungkinan berkurangnya wheelie. Tapi kemudian semakin cepat anda pergi, semakin besar keuntungan yang didapat dengan mengurangi drag.”

Kalau menurut TMCBlog pribadi sih, ride height devices atau shape shifter ini sangat berpotensi membuat balapan akan jadi semakin menarik jika di-manage dengan baik misalnya untuk DRS ala-ala MotoGP . . Hal ini dikarenakan akan ada banyak aspek strategi yang harus dilakukan oleh pembalap. Hanya pembalap cerdas nanti yang akan dapat memaksimalkan segala strategi ini. Kayaknya setelah tahun 2027 bisa diketok palu nih DRS ala MotoGP. Kalau menurutmu gimana sob?

♦Taufik of BuitenZorg♦ | @tmcblog

35 COMMENTS

  1. Daripada bikin ride height jadi DRS ala-ala, gimana kalau nanti peraturan baru 2027 mendatang mesin MotoGp hybrid, tapi listriknya dibuat cuma di saat-saat tertentu, di main straight (kaya DRS tapi listrik/overtake mode F!), terus saat berada di mode attack mode (kaya Formula e). Jadi tambahan tenaganya bener-bener berguna buat overtake di garis lurus dan menambah strategi dan kepintaran pembalap. Race jadi makin menarik deh…

  2. Sepertinya semakin membahayakan dan malah mengurangi skill dari pembalap itu sendiri karena terbantu oleh DRS… klo kalangan awam seperti saya ibarat NOS di mobil real car…. Elektronik juga semakin banyak…. jadi buat apa pembatasan speed di motogp dibuat…? IMHO

  3. Nanti kedepannya yg boleh start pake holeshot ditentukan oleh vote fans, mengadopsi formula E

    Tapi yg udah punya fanbase besar yg paling diuntungkan sih,wkwkwk

  4. Di Formula 1 juga gak di sepanjang sirkuit bisa aktifkan DRS, karena ada zona DRS dan juga syarat mengaktifkan DRS, yaitu;

    1. DRS diaktifkan secara manual oleh driver dan dalam kondisi tertentu sesuai rules berlaku.
    2. Mobil yg bisa aktifkan DRS harus berada dalam jarak 1 detik dari mobil yg ada di depannya.
    3. Mobil harus berada pada zona DRS. Zona DRS ditentukan oleh FIA sebelum race berlangsung.
    4. DRS dilarang diaktifkan pada 2 lap pertama selepas start, setelah restart, atau setelah restart pasca safety car deployed.
    5. Sistem DRS gak boleh dipakai pembalap yg ada di depan untuk pertahankan posisinya atau utk menjauh dari kejaran pembalap belakang, kecuali jika mereka berada dalam jarak 1 detik dari mobil yg ada di depannya lagi.
    6. Sistem DRS gak bisa diaktifkan kalo Race Director nganggep kondisi race not safe, misalkan kondisi wet race.

    Kira2 FIM dan Dorna bisa tegas kalopun mau nerapin aturan yg mayan jelimet begini untuk MotoGP?
    RHD boleh digunakan dalam kondisi dan di zona tertentu kayaknya bakal seru sih ini, gak sembarang bisa diaktifkan.

    • Kalau aktifinnya mekanis manual, ada zona drs siapa yang jamin pas waktunya nonaktifkan karna dah lewat zonanya, beneran dinonaktifkan tepat di ujung zona ?

    • Bisa Pak Nug, tapi ya harus nambah elektronik lagi, karena saat jarak pembalap belakang 1 detik dengan depannya ada semacam lampu di dashboard atau minimal pesan untuk bisa mengaktifkan RHD, dan kalo jarak lebih dari 1 detik ya lampu inidkator itu tidak menyala dan pembalap gak bisa dan gak boleh pake RHD, kalo melanggar ya harus kena penalty. Cuma ya jeleknya adalah kemungkinan motor akan jadi dibikin lebih susah buat disalip dengan membuat aero yang mengganggu aliran angin pembalap di belakangnya. Sama halnya kayak F1 yang engineernya berusaha nyari celah buat bikin aero yang ganggu aliran udara/angin mobil dibelakangnya, meski regulasi udah berusaha buat ngurangi turbulensi semaksimal mungkin.

  5. Sebenarnya hal ini sudah pernah saya utarakan di Komen tmcblog sekitar 1 atau 2 tahun lalu ketika Ducati mulai pake RHD gak cuma pas start, dan dipostingan pas Miller pake di Buriram keknya. Dan emang inti yang saya utarakan sama, yaitu prinsipnya sama kayak DRS, hanya saja karena tidak ada regulasi DRS di motogp, maka pembalap bebas mau pake RHD di bagian sirkuit mana saja, kapanpun dan sebanyak apapun tanpa peduli jarak pembalap disekitarnya. Secara logika dari awal emang udah kelihatan kalo RHD selain buat nambah grip ketika keluar tikungan, juga untuk mengurangi downforce, karena sudut winglet dah otomatis berubah jadi lebih landai.

  6. MENURUT SAYA GAK SERU WAK,, SAYA BUKAN PENIKMAT F1 SEKARANG (DULU IYA ZAMAN SCHUMI, SAYA SUKA J.P. MONTOYA BTW) SAYA SUKA MOTOGP SEMENJAK SUKA MOTOR. DAN KALAU MOTOGP SEMAKIN TIDAK MENGGAMBARKAN KESERUAN “MOTORAN” DIJALANAN, GOODBYE LAH, MUNGKIN NONTON KALAU KEBETULAN NGELIAT, TAPI GK LAGI LAH NGECEKIN JADWAL, UPDATE KLASEMEN KALAU KELEWATAN, NONTONIN YOUTUBE TENTANG MOTOR LEBIH BAIK

  7. Lebih menarik tanpa winglet saja.. lap lbih lambat gpp.. yg penting pembalap lebih btuh skill yg mumpuni.

    • Sepakat ini sih.
      Pemirsa MotoGP gak fokus liat siapa yg cetak laptime tercepat, tapi nonton pertarungan antar pembalap di lintasan.
      Beda lagi kalo yg ditonton balap WTAC (world time attack champioship)..

    • Sebetulnya makin ke sini keberadaan winglet ternyata cukup bermanfaat dari aspek safety untuk menjinakkan secara alami power motor yang makin beringas.
      Artinya bisa dibilang kebutuhan aero device suka tidak suka memang akan linier dengan power yang tiap tahun relatif naik. Kecuali powernya dipangkas seperti regulasi 800cc dulu.

      So, IMO to the point aja langsung RHD yang harus dicoret asap.

      • Tapi kalo patah sebelah misalnya,bakal sangat menggangu handling dan keseimbangan motor,menurut ane tenaga yg beringas lebih mending diintervensi oleh elektronik yg bahkan cara kerjanya itu bisa lebih cepat dr kedipan mata (walaupun kalo error jg pasti ada bahayanya)

        Siapa tahu jika terus berkembang bisa tercipta anti highside yg keberhasilan bisa mendekati 100% yg sampe sekarang hal itu masih sering terjadi,kan akan lebih berguna untuk dikehidupan sehari-hari dibanding cuma sayap yg mencuat dr body

    • Gimana ya, saya sebagai penonton balap motoGP, lebih suka pada dasarnya balik ke prinsip motor itu sendiri, simple, easy to drive, kalo pake winglet, drs, sebutlah sistem strategi yg ada di F1, menikmatinya ga seru, saya ingin melihat jagoan saya melakukan kesalahan, jatuh, dan membuat excuse, sekarang kalo ada rider yg membuat kesalahan keseringan yg di salahkan adalah sistem elektronik atau rider lain, rider sekarang saking fokusnya dengan strategi, tombol” di kemudi, jadi kurang fokus dengan sekelilingnya, kena senggol dikit baper kalo mau ya konflik sekalian, ini yg saya perhatikan beberapa tahun belakang, kyaknya orang” gapeduli kalo rider A menang terus, layaknya film superhero, villain itu kuat tpi akan kalah, nah bagaimana cara superhero ini bisa ngalahin itu yg bikin seru dan ditunggu tunggu

  8. Kalo pun emg nantinya bakal diimplementasikan, gw berharap penggunaannya dibatasi hanya utk bbrp kali saja di full race distance, gambarannya seperti NOS di game2 balapan, cuman bedanya ga bisa di isi ulang ditengah2 race layaknya bbrp game, jadi betul2 terbatas dan penggunaannya tergantung kebijakan rider, mau kapan dan dimana, jadi strategi bener2 berperan disini,

  9. kembalikan saja regulasi ke awal seperti Moto GP, motor murni tanpa berbagai macam atribut aero. bahkan masih full kopling ditekan, seru aja lihat video pembalap dulu sering tekan tuas kopling ketika nurunin gigi pas mau masuk corner. bebaskan jumlah silinder mesin. bebaskan elektronik

  10. Yang bilang motogp winglet bagus rata rata penonton kelahiran 2003 ke sini 😀

    Tapi penonton yang tahun segitu udah nonton motogp, melihat winglet di motogp sebuah maha karya buruk rupa, menghancurkan estetika eksterior motor

    Intinya butuh aksi salip sebenarnya motogp, DRS pun kegunaannya untuk demikian?

    Kenapa tidak ecu Pirreli di upgrade hingga kepintarannya mendekati ecu in-house?? Agar tidak perlu DRS ala motogp?? …

    Menyelesaikan masalah tanpa solusi melulu😌

  11. Nonton pertarungan antar pembalap beradu skil dengan berebut racing line ideal, atau bahkan beradu late breaking demi bisa masuk tikungan duluan, motor tanpa winglet

  12. kl rha aktif, motor ceper blkang, angle of attack winglet jd kecil/datar, bukane malah berpotensi wheelie yak?

  13. Saya kurang setuju wak..skrg aja gregetny udah kurang,side by side,ngepot2 ditikungan,senggolan,salip2 di area sempit dulu msh bisa..setelah aturan baru yg skrg ini berasa kopi hitam tanpa 234.. mungkin udah pd paham semua dsni apa aja yg bikin kurang menarik tapi udah komen ke pihak darno pun gk ditanggapi wkwk

  14. Awalnya penyeragaman ecu untuk mengurangi biaya tapi malah sekarang biaya balapan makin membengkak dengan aneka ria lenong winglet.

  15. F1 kan membosankan dikasih drs jd seru. La motogp asilnya seru dibikin omr akirnya g seru. Malah bikin drs. Dibikin aja seperti dl jngn omr ecu omr ban , omr jumlah silinder

  16. ribet ah, justru adanya winglet dan RHD yang bikin susah nyalip, mending gak usah pakai sekalian kalo mau lebih sering ada aksi salip salipan kayak dulu

  17. Semisal RHD ini mau resmi jadi zona menyalip, ya sudah Dorna harus menstandarisasi device-nya dan pastikan itu active device yang terkontrol ECU. Dan RHD ini hanya boleh dipakai di zona RHD. Untuk start gak ada lagi pemakaian hole shot untuk menjamin balapan lebih safety

  18. Nunggu jumlah penontonnya turun sampe sisa hitungan jari baru deh DRONA mikirin balapan yang seru
    Nunggu pabrikan jepun kabur baru deh ganti regulasi
    Sayangnya Ezpelata bukan Bernie Ecclestone atau minimal kyk Dana White yang masih mikirin keseruan dari sisi penonton

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version