Home MotoGP Blak-blakan Tardozzi : Manager Honda saat ini tidak se-berani era Nakamoto

Blak-blakan Tardozzi : Manager Honda saat ini tidak se-berani era Nakamoto

47

TMCBLOG.com – GPOne berhasil me-interview sosok team manager Ducati Lenovo – Davide Tardozzi – pasca race MotoGP Assen 2023 akhir pekan lalu. Ada banyak hal menarik yang bisa sobat baca langsung di sana seperti alasan kenapa Ducati tidak turun di Moto2 dan keyakinan Tardozzi bahwa Marc Marquez tidak akan keluar dari Honda sampai selesai kontraknya di akhir 2024. Memang ada perkara satu hal yakni mengenai klaim Tardozzi bahwa Ducati adalah yang pertama memberikan motor pabrikan ke tim satelit mungkin akan berpotensi menghadirkan perdebatan, namun dalam interview ini Tardozzi sedikit memberikan analisanya mengenai turunnya performa pabrikan Jepang, khususnya Honda . . .

“Para manajer dan orang-orang yang memutuskan di HRC telah berubah. Meskipun dia adalah lawan yang tangguh, saya sangat menghormati Nakamoto, yang memiliki mentalitas barat dan melakukan beberapa hal hebat di Honda.”

“Satu-satunya hal yang membuat saya berpikir adalah bahwa manajer mereka saat ini tidak memiliki keberanian yang sama. Tidak ada yang lain, karena mereka memiliki kekuatan ekonomi, keterampilan teknis, wind tunnel di dalam perusahaan. Mereka adalah senjata api, tapi jelas mereka perlu diarahkan. Gigi tiba di sini dimulai setelah empat tahun bencana, tetapi sisanya 99% orang di Ducati sama seperti di tahun-tahun bencana, seperti 2013 dan era Valentino, yang merupakan bencana kecil. .”

Ducati semakin menghegemoni, sudah teamnya banyak, selalu tampil di podium dan sering menang pulak. Dan banyak orang berfikir bahwa situasi ini brkemungkinan membuat pabrikan Jepang akan merasa tidak lagi layak berkompetisi di MotoGP dan potensinya akan hengkang semua. Ya Honda, ya Yamaha . . MotoGP akan jadi European championship, mirip Moto2 JuniorGP . . . Dan Tardozzi pun berbagi opini mengenai ketakutan ini . .

“Itu [kika pabrikan Jepang hengkang] akan menyiratkan bahwa Jepang lemah. Ducati, setelah tahun-tahun yang kami sebutkan sebelumnya (tahun tahun berat), seharusnya sudah pensiun, malah menempatkan diri dan mengangkat kepalanya. Saya pikir itu harus menjadi insentif. Jika anda memiliki nyali, anda bekerja dan mencoba untuk kembali ke depan, jika tidak, anda akan melarikan diri. Jadi, menurut saya mereka tidak akan mundur. Saya tidak berpikir mereka akan membuat langkah yang seperti itu.” – @tmcblog

47 COMMENTS

  1. Tardozi mungkin lupa ducati bisa seperti ini karena saking murah hatinya pabrikan jepang memberikan status konsensi saat ducati jadi pecundang.

    • ga dapat poin “anti konsesi” sama sekali. Simpelnya ga pernah podium samsek dalam 1 musim. Tapi honda 2023 ini udah ada podium via sprint mm no 3 sama kemarin rins di COTA podium 1

    • Ini pas awal awal ada sisitim konsensi dulu.. Waktu ducati jarang menang. Di blog ini pernah ditulis artikelnya.

  2. kacang lupa kulit, nyata adanya ya …
    kebaikan honda dan “kerendahan hati” dorna tidak berarti begitu di atas..
    makin kemari semakin terlihat hegemoni eropa vs asia, rider usa udah malas mungkin ya ikut motogp, mgkn tahu kebiasaan negara eropa.. sehabis mendiang nicky hayden tak ada lagi pebalap dari USA..

    menarik melihat ke depan, kalau mmg Yamaha mengembangkan V4 atau Honda beralih ke next RCV generation, dan bisa unggul.. regulasi apa lagi yang bakal hadir, one chasis manufacture maybe ?

    let we see..

  3. sedikit menambahkan, mgkn brgkli sbntr lagi ada tayangan artikel di tmcblog. masalh longlap penalty pedro acosta..

    sesenior suzy perry menulis “embarrassing” di tweet motogp resmi.

    dorna + italia + spain perfect combo

  4. Shinichi kokubo jg kayaknya masih berpandangan old school kurang bisa bikin gebrakan extraordinary, mungkin harus menyatukan kepala dgn divisi F1,dan mungkin divisi pesawat pribadi yg punya ilmu pengendali angin

    Yg sangat disayangkan itu divisi mesin f1 di inggris mereka yg terlanjur diambil alih redbull,kalo masih ada mungkin lebih jos,dan estafet ke Aston Martin lebih smooth

  5. emank bener sih kata si mbah ozzi ini, dulu dengan besar nyali ducati rela turun kasta dari factory class ke open class.. ehh maap🙊, sebenarnya waktu itu dorna buat ide baru supaya ada pabrikan baru yang minat gabung

  6. kata2 pabrikan Jepang ga akan berani mundur ngena banget sih, apalagi Jepang terkenal dgn meletakkan harga diri diatas segalanya, lebih baik mati dalam kehormatan drpd harus menyerah atau melarikan diri,

    • Well meskipun begitu, itu cuman idealisme kuno aja, nyatanya banyak pabrikan Jepang yg mundur dalam kompetisi krn kalah saing, dan lebih memilih fokus ke lahan kompetisi yg bisa menghasilkan hal positif bagi perusahaan,

      • Yha karna yg diikutin Jepangan banyak jenis kompetisi sih ya?

        pun pabrikan Jepangan ga banyak overambisi terus bangkrut terus jual diri sana sini kaya eropa punya 🤣🤣

        • Iya ya pabrikan jepang MAYORITAS ownershipnya gak berubah dari dulu. Gk macam eropa yang perusahaannya milik satu benua, eh indihe benua asia tapi ya

  7. stuju sama paragraf terakhir. Masa mau pundung gegara Ducati semakin kompetitif? kayak ngg punya harga diri aja.
    Karena setahu saya pribadi, budaya Jepang itu menjunjung tinggi kehormatan dan harga diri.
    justru, yang bikin saya pribadi takjub itu, proses from zero to Hero ala valentino Rossi waktu pertama gabung Yamaha dan bagaimana Gigi D’llagna membangun Desmosedici.
    Kalau masalah one make race, toh 2002 dengan 10 pembalap, 2003 juga Honda punya 8 pembalap, 2004 dengan 7 pembalap.

    • lho silahkan aja dukati punya 4 tim 8 pembalap, tapi masalahnya kan tim lain ga boleh nambah tim satelit, di mana sila keadilan sosial bagi seluruh pabrikan?

      • masalahnya tim satelit gk ada yg mau masuk ke tim duo japan, contohnya nyata tim datok yg kabur dari yamaha..itu prtnda apa, mereka jga gk buta, tau mana motor keren sma motor lemot, ente aja gagal loading…

      • @keubiri ente yg gagal loading, pabrikan lain yg mau nambah tim satelit itu ktm yg ingin memberikan kursi pembalap
        pada pedro acosta di 2024

  8. Saat jepang mundur mereka pasti punya alasan yg kuat.saat itu terjadi tv gratisan pun lenyap dan fans pun merana

  9. Nakamoto orang dari proyek F1, atuh dimutasi ke MotoGP malah jadi eces kerajaan doi 🙂

    Makalah ke dunguan ketika HRC waktu itu takut ada Superbody Nakamoto

    • Karena motogp dulu sektor aerodinamikanya ga serumit sekarang, nakamoto gagal di f1 karena desain aerodinamikanya yg buruk.

  10. Padahal jepang sudah berbaik hati dengan tidak mendominasi MotoGP agar tidak Honda vs Honda, Yamaha vs Yamaha

    Karena penonton muak kalo Honda vs Honda Yamaha vs Yamaha

    Tapi kalo sekarang Ducati vs Ducati Dorna yakin penonton gak muak, terbukti di setiap gelaran MotoGP penonton penuh sesak bagaikan antri BLT.

    Menjadi misteri nanti ketika gelaran MotoGP Asia Pasific apakah rame seperti di Eropa sana, tapi disinyalir Mandalika akan penuh sesak nafas bagaikan antri Beras Bulog, BLT, BBM ketika akan naik pukul 00:00. Karena fans Ducati Indonesia terus bertumbuh… Mudah mudahan Ducati Indonesia segera cepat tanggap dengan buka pintu order atau stand alone dealer resmi pinggir jalan bagi bagi brosur seperti halnya pabrikan Jepang di mari

    Wait see

  11. Yamaha dengan masao furusawa dan honda dengan shuhei nakamoto..haruskah para hokage turun gunung..ntr giliran pabrikan jepang menguasai mulai atur regulasi baru bijimane🤣

  12. Mbah nakamoto kalo masih di rht pun saya rasa juga akan kesulitan karena beliau bukan ahli aerodinamika. Ducati cuma ketolong regulasi aja belagu.

  13. Honda dan yamaha tak akan mundur, prestasi ducati hanya secuil dr segunung kemenangan pabrikan jepang, soal waktu saja

    • Bisa juga mundur daripada ikut balapan hanya untuk dipermalukan dan mempermalukan diri sendiri yg terkadang itu dilakukan pembalapnya sendiri misalnya gesture jari tengah marc pada motornya kemaren gp german.

  14. Rasanya tdk tepat klo hanya menuduh manager Honda saat ini tidak berani, karena Yamaha atau bahkan Kawasaki di WSBK jg mengalami nasib yg sama. Sepertinya lbh pada prinsip/karakter Jepang saja yg mmg berbeda. Mereka lbh pilih menciptakan formula yg lain daripada sekedar mencontek Ducati.
    Terbukti M1 yg tdk cukup hny sekedar pasang aero seperti kompetitor, atau ZX-10RR yg tidak mengaplikasikan winglet H2 padahal regulasi memperbolehkan..

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version