TMCBLOG.com – Seperti Kita ketahui bersama Format Akhir pekan balap MotoGP semenjak awal Musim 2023 berubah Drastis setelah masuknya satu acara balapan tambahan yakni Sprint race. Secara Kilometer Jarak termpuh Pembalap Per-akhir pekan balap Mungkin masih tidak terlalu banyak berbeda dibanding tahun tahun sebelumnya. Namun Cara Pandang, dan Stretegi Race weekend berubah drastis karena secara umum waktu pembalap latihan bebas yang benar benar bebas tanpa bayangan Time attack yang bikin stress semakin berkurang. Crew Chief Pedro Acosta tahun 2024 di GasGas tech3 MotoGP – Paul Trevathan sempat menceritakan dari sudut pandang Crew Chief dan teknisi Balap mengenai hal ini kepada Peter Bom . . Cekidot deh
” Hal tersebut ( format Balap) sangat Menyakitkan, Bahkan Untuk Pembalap yang bukan Rookie sekalipun. Anda Masuk ke Trek baru, FP1 adalah satu satunya sesi dimana anda bebas melakukan latihan sebelum melakukan Time attack Karena anda pada akhirnya akan ketemu [sesi] PR (Practice) di mana anda akan melakukan time attack
” Free Practice 1 ada yang melakukan time attack, namun masalah pada FP1 adalah Tracknya maish ‘green’ (kotor/ low grip). Jadi saat itu (FP1) anda bisa pergi dengan Kencang, Lalu [grip] Ban berkurang, ganti ban lagi lalu anda akan bisa kencang lagi. Jadi itu adalah waktu dimana ada Part Baru hadir, dipakai dan dicoba, Namun untuk dianalisa menggunakan Data adalah sesuatu yang Mustahil Karena kondisi Treknya terus berkembang ( belum settle )
” Jadi anda berusaha Untuk tidak melakukannya di FP1. Lalu di Sesi PR ( Practice ) ada sekitar empat Kali run karena kamu memiliki dua Kali [kesempatan] Time attack. Jadi saat itu anda akan berusaha – selama motornya masih bagus – anda tidak akan mengubah terlalu drastis motornya. Lalu anda akan mencoba [time attack] di run ke-2 sesi PR.
” Jadi Untuk memulai sebuah sesi dengan Motor yang berubah besar besaran dibandingkan sesi sebelumnya akan menyebabkan anda merasa Kehilangan dengan sangat-sangat cepat Karena saat itu tuh sebenarnya (perubahan performa disebabkan Karena) [grip] Bannya yang Membaik atau Treknya yang membaik.
” Jadi anda Harus lebih banyak memperhitungkan dimana anda bisa percaya dan Mencoba untuk melakukan hal ini (mencoba part baru/ setup baru ). Namun sejujurnya hanya anda memiliki kesempatan satu kali saja. Mungkin ketika anda sangat antusias, dan ketika anda sangat mempercayainya ( setup/ part baru) anda akan melakukannya di FP1
Sebelumnya, anda bisa melakukan sebuah Pengujian (dalam race weekend) di luar sesi Pengujian. Sekarang ketika sesi tersebut diambil dari kami ( dihilangkan), maka [akan dipilih] salah satu dari Kami yang Harus melakukan pengujian ( Part/ setup baru) tersebut. Ini adalah sesuatu yang paling tidak dilakukan salah satu dari 4 motor untuk bisa mengerti apa yang terjadi “
Luar Biasa penjelasan dari Paul Trevathan ini dan ini lah yang menurut tmcblog membuat KTM begitu Ngotot untuk bisa menambah team/ Pembalap dalam squadnya kedepan. Karena Dengan format Balap Akhir pekan seperti saat ini banyaknya pembalap di Line up akan Bisa membuat Pabrikan mencoba Part Part maupun setup baru di Motor. Yes karena dengan Banyaknya Pembalap, maka akan sealu ada Orang yang bisa diadalkan Untuk mencoba part Part / Setup baru dari Motor dan mengujinya bahkan di dalam Sesi race weekend.
Taufik of BuitenZorg | @tmcblog
Dah tau kan siapa paling di untungkan.4 motor aja udah kurang data.apalagi yg cuma 2 motor.set up gambling pokoknya dah.menang sukur.nggak menang yang udah.
KTM yg punyan motor di grid mikir gitu. Apa kabar Yamaha yg cuma punya 2 motor di grid? Jadi merasa gimana gitu sama Quartararo yg bilang punya tim satelit ga ngaruh 🤭
Sorry angka 4 nya ilang. Maksudnya KTM punya 4 motor di grid
Lumayan buat bocoran race utama
Maksute mau bikin tim kayak promag ducita?
Selama gasgas cuma beda cat doang, mestinya kan bisa silang riset.
Pada akhirnya kan polo mau ngalah demi akusno, jadi ambisi bikin tim baru batal karena ada solusinya.
Format race seperti ini sangat merugikan duktai. Mereka seperti anak tiri.
Seru tanpa sprint…
Penantian…
Full starter utuh bisa ikut di race utama kayaknya masih akan sangat langka terjadi di 2024
Pidato yg lebih solid & mudah dicerna dibanding pidato Kuwata San di artikel sebelumnya.
Itu karena penerjemahan dari bahasa tujuan ke bahasa target cenderung membuat kita yg menjadi bahasa target sulit mencerna, saya pribadi gatau dia awalnya dri jepang ke inggris lalu ke indo atau langsung inggris ke indo, kalaupun kuwata san ngomong inggris dia bukan native, tentunya membuat tuturan bahasa ga sepadan, orang eropah juga bukan native tpi mereka lebih terbiasa dibanding orang jepang yg ngomong R aja sulit, jadi saya pikir bukan soal pidato yg keliru memang unsur penerjemahannya dari kata serapan yg dipilih dll bikin ga enak buat dibaca