Home MotoGP Gigi Dall’Igna : Mesin Inline-4 sebenarnya Bukan Solusi Buruk Untuk MotoGP

Gigi Dall’Igna : Mesin Inline-4 sebenarnya Bukan Solusi Buruk Untuk MotoGP

20

TMCBLOG.com – Dengan mesin Inline 4 atau empat silinder Segaris Yamaha mengakhiri Musim 2023 tanpa Satupun Kemenangan Grand prix  dan bersama sama KTM menjadi Pabrikan Tanpa Kemenangan GP di Musim lalu. Namun begitu Tahun 2024 dan Kemungkinan sampai jelang Regulasi Teknis baru MotoGP datang, Pabrikan Jepang ini masih akan terus menggunakan Platform mesin yang sangat mereka ketahui ini.

Sementara itu Pabrikan Lain menggunakan Mesin V4 Yang menurut Gigi Dall’Igna merupakan platform Mesin terbaik MotoGP karena  memiliki potensi output performa lebih besar. Namun begitu baru baru ini Gigi masih menganggap Mesin Inline-4 sebenarnya Bukan Solusi Buruk Untuk MotoGP.

“Saya pikir V4 adalah konfigurasi terbaik untuk MotoGP. Kalau tidak, saya akan melakukan sesuatu yang berbeda ketika saya datang ke Ducati,” pembalap Italia itu dikutip dari GPOne ” Namun Perlu dicatat bahwa Quartararo menang dengan mesin empat silinder segaris “

“Jadi menurut saya solusi ini pada dasarnya tidak buruk. Anda hanya perlu memilih kompromi yang berbeda karena terdapat karakteristik yang berbeda. Setiap konsep memiliki kelebihan dan kekurangan. Adalah Tugas para insinyur untuk meminimalkan kerugian dan memanfaatkan keuntungan semaksimal mungkin. Para insinyur harus menemukan kompromi terbaik,”

Cuma Memang masalahnya saat ini adalah selain masalah ke-tidak cocokan Mesin Yamaha M1 dengan Ban Michelin, Namun juga keunggulan Mesin mesin Inline 4 di tikungan saat ini semakin tipis bedanya dengan Mesin Mesin V4 saat mereka dibantu oleh berbagai Tools Aerodinamika seperti misalnya Detail aero-Ground effect yang memang dibuat Khusus untuk menghasilkan downforce saat motor Nikung rebah di tikungan @tmcblog

20 COMMENTS

  1. Silosopinye beda memang.. Yamaha seperti jalan ditempat karena pengembangan (terutama winglet yang kasat mata) serta fokus penambahan power adalah arah pengembangan v4

  2. Jadin i4 tidak seharusnya menggunakan winglet gitu ya. Mungkin mbah gigi bisa geser ke yama sebentar untuk praktikum teori nya

  3. Mungkin mbah gigi inget sizuki yang sempet bejaban sama ducati dia ditrek lurus. Kalo sizuki yang dananya terbatas aja bisa, masa yamama gak bisa ?

    • betul, Suzuki adalah bukti bahwa mesin i-4 masih punya potensi, tinggal racikannya aja…
      sayanganya Suzuki cabut, kalo kagak cabut jugab belum tentu Cudati merajalela..

  4. Mesin (dan terutama) sasis yamama masih diantara yang terbaik.
    M1 diajak lari sendirian, kenceng nimble dan halus.
    Tapiii begitu terkurung di tengah monster V4, mendadak letoy 🤭. Nggak berkutik.

    • Yamaha kencengnya kan di tikungan parabolic, sementara kalo dikepung V4 yg nikungnya pada pelan ya Yamaha musti ngikut irama gerombolannya kecuali mau nabrak pantat salah satu V4 didepannya. Begitu keluar tikungan torsi badak V4 pada keluar auto ninggal Yamaha yg masih ngeden. Yamaha cuma bagus di kualifikasi, tapi di format skrg yg pada towing2an, ya para V4 bisa saling nutupin kekurangan, sementara Yamaha klo mo ikutan towing akselerasi ketinggal, topspeed kaga bisa jabanin, begitu ngedeket ditikungan musti melanin motor biar ga nabrak krn line jelas ditutup ama para V4 yg mana kelebihan V4 yg nikungnya lebih pelan jg gampang ditekuk ampe sudut tikungan terdalam alias kaga ada jalan utk Yamaha lewat.

  5. Padahal gigi tau alasannya sejak wajib ecu mm dan pasang aero singlt plus rha..motor jepang jd kacau..
    Suzuki bisa nmpel desmo berkat sr vvt apakah M1 bisa aplikasikan plus aero suzuki minimalis

  6. M1 2016 dengan tambahan rev limit 1000rpm lebih tinggi adalah motor yg sempurna. Tinggal nyari vendor pneumatic valve yg saggup bejaban dgn desmodromic. kalau ada, motornya bs diwujudkan.

  7. memang bagus kan sejak awal yamama bikin i4 prototipe dulu. mayoritas pakai mesin v, dia pilih i4. yg jd masalah ya settingannya itu doang. kalo hanya mesin v aja yg pasti bisa menang, itu pabrikan jepun udah discontinue mesin inline dr superbike nya…

  8. intinya ini semua karena Dorna busuk.. dlu motogp seru , smua Motornya punya Karakter masing”.. dan cuma Ducati yg bermasalah.

    sekarang sejak adanya winglet, kekurangan Ducati terselamatkan, tp efeknya semua motor selain Ducati jdi amburadul. motor lain jd ga Punya karakter, dulu Honda jago di exit corner dan top speed, lalu yamaha di fast corner dan slow corner, suzuki jg sama, lalu motor eropa ducati dan aprilia jgo di top speed dan lurusan.

    skrng krna kekurangan ducati di tutupi winglet, motor lain jd ga bs apa apa.

  9. Melihat perkembangan power M1 dari periode 2000 awal sampai sekarang menandakan sebenarnya potensi inline 4 bisa terus dikembangkan. Saya rasa masalahnya lebih ke lemotnya yamaha dalam mengembangkan motornya terutama mesin.

    Kemudian memang harus diakui bahwa Michelin – Yamaha tidak cocok, terbukti saat yamaha bisa lebih ngacir kalau pakai karkas ban keras yang merupakan karkas jadul milik Mivchelin dan pabrikan lain malah menjadi makin lemot. Ini menandakan juga bahwa pengembangan Michelin memang arahnya ke V4 dan kesannya memihak. Aku rasa Michelin tidak mampu atau malah sengaja untuk tidak mengembangkan ban yang bisa mengakomodir V4 & inline sekaligus.

    Magneti marelli yang merupakan ECU sederhana juga sepertinya tidak bisa mengakomodir potensi inline crossplane yamaha yang berbeda dengan inline sederhana.

    Tidak dapat dipungkiri bahwa Dorna memihak Ducati. Penggunaan Magneti Marelli untuk semua pabrikan menguntungka Ducati karena dari awal memang Ducati sudah menggunakan Magneti Marelli sehingga saat diubah peraturannya Ducati tidak kesulitan dalam mengoperasikan ECU tsb. Di saat pabrikan lain sibuk mengotak-atik ECU agar cocok dengan motornya, Ducati bisa mengembangkan hal lainnya.

    Begitu pula dengan bergantinya ban ke Michelin yang lebih cocok dengan mesin Ducati. Di saat pabrikan lain otak atik motor agar cocok dengan ban sehingga tidak perlu banyak otak-atik dan akhirnya bisa lmengaloikasikan ke pengembangan motor.

    Secara tidak langsung, Dorna mengerem pengembangan pabrikan non-Ducati dan membiarkan Ducati untuk bisa improve dan menyalip pabrikan lain.

    Ini pendapat saya, mari kita diskusikan & saling tuker pendapat karena topik ini selalu menarik.

    • Masih agak skeptis kalau dibilang ban michellin lebih cocok ke mesin Ducati.. ya walaupun di tahun 2016 saat michellin masuk Ducati recordnya gak buruk2 amat sih. cuma apes karena ada sosok MM aja dengan RCV yang racikannya masih yahud.

      Secara tidak langsung Dorna memang mengerem pabrikan non-Ducati, TAPI toh disetujui juga oleh 2 pabrikan Jepang untuk memberikan kesempatan ke pabrikan lain untuk improve, toh?

      And lastly, this season Ducati return the favor to duo Japanese factory. Fair & square lahh menurutku, tinggal liat aja apakah betul2 maksimal kerjanya untuk mengejar pabrikan Ducati (termasuk KTM dan Aprillia. IMO, KTM motornya gak jelek2 amat, cuma ridernya aja belum dapet..).

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


Exit mobile version