Home MotoGP Analisa Pasca Race MotoGP Qatar 2024 . . . Marc Marquez Harus...

Analisa Pasca Race MotoGP Qatar 2024 . . . Marc Marquez Harus ‘Push-Rank’ Untuk Samai Level Pecco

53

TMCBLOG.com – 24 jam sebelumnya di Sprint Race MotoGP Qatar 2024, Pecco Bagnaia memang terlihat ‘tidak berdaya’ dalam hal mengejar kecepatan Jorge Martin serta Brad Binder plus berhasil di-bully oleh Aleix Espargaro di tahap akhir balapan. Namun sepertinya Pecco Bagnaia dan Ducati Lenovo berhasil menemukan kunci untuk menghindari kejadian hari Sabtu terulang di balapan utama pada hari Ahad. Dan memang strategi itu hadir dengan gaya yang tidak terduga dan selama ini bukan gaya Pecco banget yakni AGRESIF. Semenjak lampu start padam, dengan ban kombinasi kompon Medium – Medium, Pecco terlihat mencoba efektif untuk memanfaatkan setup mode agresif yang telah direncanakan Ducati untuk balapan sepanjang 22 lap di trek super grippy seperti Lusail.

Sepertinya Ducati telah berhasil mengoleksi data penting yang didapat mayoritas sepanjang Jumat – Sabtu dari FP1 sampai Sprint bukan hanya dari Pecco dan Bastianini, namun juga dari ke-6 pembalap lain untuk kemudian di-feed ke sistem super-komputer mereka yang di-provide oleh partner teknis – Lenovo untuk disimulasikan guna memperoleh solusi apa yang harus dilakukan oleh pembalap mereka. Dan untuk kali ini Pecco dipercaya untuk melancarkan solusi tersebut.

Entah dalam bentuk strategi start, launch control, setup mekanik kopling, atau kombinasi hal teknis lain, pokoknya memang terlihat bagaimana smooth Pecco meraih holeshot dengan hadir terdepan di tikungan pertama selepas start. Dan mengenai agresif ini, beberapa jam yang lalu Pecco pun mengakuinya.

Idenya adalah untuk berkendara lebih cepat dibandingkan kemarin (Sprint). Dan itu bekerja dengan sangat baik sehingga saya mampu menyelesaikan putaran dengan sangat konsisten.” Logis !! Dengan berada di depan, praktis Pecco hanya memikirkan mengenai performa dirinya sendiri dan mencoba bagaimana me-metronome-kan diri agar pace-nya konsisten tanpa ganggguan kehadiran pembalap di depan yang bisa menghalangi strategi ini.

“Hari ini sangat penting untuk mengubah strategi. Khususnya untuk tahap awal balapan. Kami pikir ini akan membantu kami menjadi lebih agresif sejak awal. Karena dari atas saya harus punya potensi untuk menjaga kecepatan setinggi itu. Dan itulah yang telah dikonfirmasi. Sprint mengajarkan kami perawatan seperti apa yang dibutuhkan motor baru. Kami sekarang membawa pengetahuan ini ke Portimao. Namun, kondisi grip di sana akan sangat berbeda. Kami harus menunggu dan melihat, tapi jika ada masalah, kami sekarang tahu bagaimana bereaksi terhadapnya.” begitu Pecco menutup penjelasannya.

Tahun tahun sebelumnya, jika kita berbicara soal Lusail, maka kita akan bicara soal sapu bersih, white wash . . Atau mungkin red wash, namun dari dua balapan pertama di musim  pembuka 2024 terlihat bahwa akan sulit Ducati untuk menyapu bersih lagi di tipe sirkuit seperti ini, pabrikan lain terutama KTM terlihat mulai catch-up di banyak hal. Dan jangan lupa khususnya KTM memiliki Binder yang memang semenejak dua musim sebelumnya konsisten hadir memberikan kejutan dan memang faktanya merupakan pembalap utama KTM. Seperti pada Sprint, Binder dan RC16 berhasil melakukan start laksana roket dari baris kedua grid dan memasuki tikungan kanan untuk langsung menempakannya di pack terdepan walaupun lagi lagi Jorge Martin juga cukup kuat selepas start.

Namun setelah itu Bagnaia yang melakukan start sangat agresif dengan cepat mendorong Binder kembali ke posisi ketiga. Meski sudah lama terlihat Binder bisa mengimbangi laju Lenovo-Ducati, pembalap KTM tercepat itu sepanjang balapan Sprint dan balapan utama tidak berhasil memberikan ancaman berarti bagi Martin di Sprint dan Pecco di balapan utama dengan berada dalam jarak yang sangat dekat. Hal ini mungkin dikarenakan seperti yang sudah kita bahas di artikel catatan Sprint Lusail 2024 sebelumnya; pada dasarnya ada beberapa perbedaan kekuatan antara KTM dan Ducati soal kekuatan dan kelemahan mereka.

Walaupun kesulitan untuk mendekati Martin di Sprint dan Pecco di balapan Ahad, Binder terlihat masih sangat puas dengan balapan tersebut. “Tidak ada keluhan. Saya bahkan lebih senang dengan posisi kedua hari ini dibandingkan dengan posisi kedua kemarin. Semuanya luar biasa karena kami juga mengambil kesimpulan yang tepat dari kemarin dan meningkat. Tim bekerja dengan baik. Kami tahu itu tidak akan mudah dalam hal ban belakang dan dalam balapan itu adalah perhitungan yang konstan dan saya mencoba membalap dengan cerdas. Saya selalu melihat Pecco. Kadang-kadang saya mendekat, tetapi saya harus berhati-hati, menurut saya rencananya berhasil dan sangat menyenangkan bertarung dengan pembalap lainnya.”

Saat ditanya apakah ada strategi khusus menjelang Grand Prix yang dua kali lebih lama itu, Binder menambahkan: “Sejujurnya, ban belakang saya ngedrop lebih awal dari perkiraan kemarin. Dan karena kami tahu bahwa hari ini akan lebih sulit karena jarak yang jauh, yang penting adalah mendistribusikan kecepatan secara lebih merata.” Setelah dua podium, Brad Binder kini dengan percaya diri berada di urutan kedua Kejuaraan Dunia, tertinggal dua poin dari Bagnaia, yang finis di belakang pebalap Afrika Selatan itu di Sprint dan di depannya pada balapan utama Lusail.

Jorge Martin 2024 ternyata masih belum berbeda dari ‘Martin 2023’ yang kuat di Sprint. Terlihat seperti tidak ada peningkatan dan perubahan strategi pada balapan utama, seakan Pramac tidak mengolah feedback dari balapan Sprint untuk digunakan di balapan utama. Kalau Pecco dan Binder terlihat seperti memiliki misi berbeda, Martin malah terlihat kerepotan karena dengan performa yang mirip dengan apa yang ia lakukan di Sprint ia harus menghadapi dua pertarungan besar dalam balapan.

Mengejar performa konsisten Binder dan bertahan dari gempuran Marc Marquez yang terlihat mencoba di ujung 3/4 balapan berlangsung. Menahan gempuran Marc butuh energi dan menguras performa karet ban yang akhirnya membuat Martin harus merasa puas di posisi 3 karena berfikir bahwa mengganggu Binder di fase akhir balapan akan sangat beresiko. 

“Di satu sisi saya ingin mengejar Brad di depan saya dan di sisi lain saya harus mempertahankan diri melawan Marc di belakang saya. Jadi saya harus mengambil risiko besar. Saya berpikir untuk menyerang Brad pada lap terakhir, tapi itu terlalu berbahaya.” begitu Martin menjelaskan.

Sementara Marc Marquez sendiri menjalani debut dua balapan pertama di atas Desmosedici dengan positif paling tidak untuk Marc sendiri. Semua hal bisa dibilang dialami oleh Juara Dunia 8 kali ini dan ia pasti banyak meraih pengalaman dan insight dari dua balapan ini. Mulai bagaimana dalam hal menghadapi start, memperlajari kekuatan dan kelemahan GP24, RSGP, RC16 sampai sempat melayani nafsu darah muda pembalap muda yang memiliki agresifitas dan kengototan yang mirip ketika ia dulu pertama naik ke kelas primer, 11 tahun yang lalu – Pedro Acosta. “Akhir pekan yang solid. Saya tidak melakukan sesuatu yang gila dari Jumat hingga Minggu. Hari ini ada peningkatan sehingga permulaan saya bekerja lebih baik. Kami mengerjakannya secara intensif bersama tim kemarin. Jika Anda memulai dengan baik, segalanya akan menjadi lebih mudah dalam balapan.”

Sulit untuk bisa berbuat lebih baik dari apa yang ia sudah lakukan di balapan Sprint dan balapan utama, apakah mengartikan Marc belum bisa adaptif? Dari dua balapan ini terlihat Marc memang sangat smooth dalam membalap, tidak grusa-grusu, jarang sekali adanya move yang anah aneh. Dan ini sepertinya ia lakukan karena ia tak ingin mengakhiri balapan lebih cepat karena melakukan kesalahan akibat terlau agresif. Ia belum bisa agresif karena menurut TMCBlog Marc belum 100% bisa mengaplikasikan bagaimana gaya balap yang paling efektif di atas Desmosedici.

Pecco dan Martin sudah satu level di atas Marc soal gaya balap, mungkin muscle memory Marc masih banyak menyimpan file file bagaimana cara menekuk RC213V dalam 11 tahun sebelumnya. Sementara Desmosedici adalah makhluk lain yang tidak adaptif terhadap perbedaan gaya balap, adalah pembalap yang harus mengadaptifkan diri ke Desmosedici “[ Apa yang terjadi] Kemarin juga memberikan statement bahwa saya harus memberikan perhatian yang sama pada baik ban depan maupun belakang. Gaya mengemudi saya masih patut disalahkan. Saya masih harus belajar lebih banyak tentang Ducati.”

Yes, Marc harus unlock satu hal tertentu dulu untuk bisa naik ke level selanjutanya dalam pengendalian Desmosedici berapa lama waktu yang dibutuhkan buat push-rank? “Portimao harus menjadi indikator yang baik. Saya bisa menguji [Ducati sebelumnya] di Sepang dan di sini, yang tentu saja sangat membantu. Di Portugal saya akan memulai dari awal. Yang membuat saya optimis: Saya belajar langkah demi langkah. Sepersepuluh detik di sini, sepersepuluh detik di sana.” Dan dia dengan bebas mengakui bahwa dia belum secepat Bagnaia dan Martin di Ducati. Dan itu bukan hanya karena Pecco dan Martin memiliki motor tahun 2024: “Yang satu adalah juara dunia, yang lainnya adalah runner-up. Mereka sudah menjadi pembalap tercepat bersama Ducati tahun lalu.”

Di akhir penjelasan, Marc mencoba membuka penyebab kenapa ia hanya tidak bisa unlock apa yang mungkin ia bisa lakukan dalam hal over-limit diatas GP23 di dua balapan Lusail- Qatar 2024. Timnya yang dipimpin oleh Frankie Carchedy masih terlalu konservatif me-setup GP23. Namun hal ini bukan karena mereka tidak bisa, namun yaaa itu dia mereka sepertinya sepakat untuk memberikan lebih banyak pengalaman serta jam balap kepada Marc agar sang Juara Dunia MotoGP 6 kali ini bisa memgambil sendiri pelajaran mengenai Desmosedici

“Saya senang dengan materi saya dan tim. Anda (mereka) belum mengetahui gaya saya dalam balapan, jadi kami mengambil jalur aman dalam hal tekanan ban untuk menghindari penalti atas tekanan minimum dengan cara apa pun. Dalam sepuluh lap terakhir saya mulai menyerang sesuatu. Namun di dua lap terakhir saya melepaskan tekanan karena saya merasa lebih dekat dengan kecelakaan daripada podium. Saya lebih suka melepaskan beberapa poin dan mencoba lagi di Portimao.”

Dan terakhir tentu bicara soal Acosta yang menjalani debut dua balapan pertama MotoGP dengan cukup baik sebagai seorang rookie. Mengalami segala sensasi balapan tentu tidak bisa diperoleh ketika sesi latihan atau kualifikasi, Acosta harus mengalami balapan untuk mengetahui dengan jelas seperti apa level MotoGP itu. Dan di Lusail, ia bisa melakukannya dengan full, tanpa crash dan tentunya berhasil membawa banyak pengalaman dari total 32 lap bertarung dengan pembalap terbaik lainnya. Bonusnya? Poin baik di Sprint maupun balapan utama.

Selama balapan Sprint, Acosta sudah mencoba menampilkan di depan para senior seniornya mengenai bakal seperti apa dirinya di MotoGP dengan sangat rapi dan sempat menaungi beberapa bintang, termasuk dua pembalap RC16 lainnya Jack Miller dan Augusto Fernandez. Pada balapan utama hari Ahad, Acosta meningkatkan level permainannya. Meski start-nya kurang maksimal, Acosta sempat bikin pembalap yang salah satunya adalah Marc Marquez yang ketar ketir di depannya.

Acosta membuat mata semua orang terbelalak ketika ia berhasil melewati dua bersaudara Márquez sesaat sebelum pertengahan balapan. Berhasil menyerang juara delapan kali di Grand Prix pertama dengan roket empat silinder bagaimanapun juga merupakan tindakan kasus khusus yang positif dalam sejarah Grand Prix baru-baru ini. Namun ya itu dia kami yakin Pedro menyelesaikan Qatar dengan banyak pengalaman berharga dan salah satunya adalah pengalaman pribadi bahwa pertarungan di MotoGP bukan hanya soal adu performa kekencangan mesin, dan talenta diri menekuk motor, namun juga bagaimana harus survive dengan grip ban yang disiapkan. “Yang bisa saya katakan, semuanya luar biasa hari ini. Hari yang sangat istimewa. Maksud saya, banyak hal yang bisa terjadi. Awalnya tidak terlalu bagus, tapi setelah itu segalanya terasa sempurna. Semuanya. Saya mampu mendorong lebih keras dibandingkan Sprint.

“Perasaan di front-end motor sungguh luar biasa. Maksud saya, mesinnya benar-benar sempurna dan saya harus berterima kasih untuk itu. Satu-satunya faktor yang membatasi segalanya adalah diri saya sendiri. Akhir pekan ini saya merasa semua orang hanya melihat ke arah saya. Tapi serius, tidak ada bedanya. Itu adalah apa adanya dan saya baik-baik saja dengan itu. Namun yang terpenting, saya menikmati mengendarai sepeda motor yang luar biasa.”

Balapan dua pekan lagi di Portimao adalah chapter lain. Bukan hanya soal layout Portimao yang menhadirkan banyak kejutan dengan kontur berbukit-bukit, dengan bonus banyak tikungan ciluk baaa dan tanjakan yang bsia membuat motor terbang. Namun juga karena tidak seperti Lusail, pembalap tidak melakukan tes sebelumnya di Portimao ini. Tentu ini jelas adalah ujian yang lebih solid buat pembalap pembalap yang berpindah mesin seperti Marc, Acosta, Rins, Marini dan Morbidelli. Mereka akan dipaksa bekerja cepat dalam race weekend tanpa data pendahuluan.

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

53 COMMENTS

  1. Acosta di balapan2 selanjutnya akan berbahaya, minimal rebutan podium.. MM93 dari P5 sprint ke P4 race progresnya udah mayan.. menghilangkan muscle memory RCV mungkin emang butuh proses, 11 tahun nyemplak motor binal..

    • Marc langsung konsisten positif di atas Desmo ya udah bikin banyak orang gelisah… Ngomel2 gak jelas, menutupi kenyataan jagoan2 mereka konsisten di belakang 🤣

      Yg tua semakin di depan yg muda hurt terbelakang 🤭

  2. Positif buat Acosta yg bakal dpt podium perdananya musim ini sbg seorang rookie, dan warning kuat buat Miller yg kursinya 99% bakal diisi Acosta, paling cepat tahun depan

  3. penting buat marc untuk bangun mentalnya lagi. taun kmrn udah sering crash, taun ini step by step yang penting ada perkembangan

    kayanya acosta musim ini bakal banyak ganggu barisan depan, mirip2 brad juga, kadang bisa di depan, kadang ga bagus, kadang nyodok dari belakang

  4. Hah beneran marquez msh pke setelan standar desmo 23??
    Pke standar jarak dr p1 udh lumayan deket tuh
    Apalagi gp24 katanya 3 step lbh tinggi dr gp23
    Dtambah lg d lusail ini trek ga bersahabat dgn marquez..
    Bisa jd d sirkuit lain tetep pke gaya ala marquez yg sedikit dimodifikasi bkn ga mungkin lbh deket dgn kemenangan

  5. Sungguh kelas yang berbeda ditampilkan oleh : Pecco, Martin, Binder, Marc, & Pedro
    Dan race kemarin kemungkinan akan menjadi gambaran konstelasi perebutan gelar juara dunia
    Pecco, Martin & Binder sudah tidak perlu diragukan, tetapi
    Kita lihat bagaimana Marc :
    Sebelas tahun pengalaman berkendara dengan karakter motor yang sama sudah menjadi hapalan diluar kepala, pindah ke year-old Ducati memang perlu adaptasi, tapi hanya dengan beberapa hari testing, dan satu seri race, bisa kita lihat konsisten dia berada di barisan depan

    Paralel dengan Pedro, baru naik kelas, dia sudah menunjukkan talenta yang luar biasa, dimulai dari preseason testing, sesi free practice, pratice hingga langsung masuk q2, dan pada saat race, seolah-olah kita seperti lihat Marc di tahun 2013, sensational ‘rookie’, tidak salah komentar Simon Crafar dan Herve Poncharal

    Dan satu hal lagi yang harus di note: Kita juga bisa melihat potential KTM untuk bersaing dengan Ducati, sudah sama dan bisa melewati ducati di straight itu ancaman yang mengerikan

    • Ktm itu sejak 2 tahun lalu sudah mengerikan dan bisa lewatin ducato ditrek lurus. Masalah mereka itu ada di pembalap mereka yg angin anginan gak konsisten. Tahun lalu di jerez dipake pedrosa yg udah tahunan puasa balapan aja dengan mudah masuk 5 besar. Kalo acosta bisa konsisten dan adaptasi malah lebih mengerikan dia dibanding 3 pembalap ktm yg lain.

  6. Percaya lah kalo semalam start gak delay gara gara motor raul fernandez, itu si markus belum tentu masuk 5 besar. Pas pengen start kelihatan motor markus bermasalah bagian depan motornya gamau turun ketika holeshot diaktifkan. Sampe dienjot enjot shock depannya sama dia dan fairingnya dipegangin biar turun.

    Btw morbi sudah bener bener habis kayanya ? Gak bisa alesan motor bapuk lagi kaya pas di yamama

  7. Saya rasa bagaimanapun motogp tetap kurang greget gara gara aero…karena salip salipan minim dogfight. Mungkin jika MM 93 sdh mulai PD dengan motornya akan ada pertarungan disirkuit type lebih stop n go.

  8. Bezecchi jg seperti jadi pesakitan, kayaknya gak cocok banget dgn Karakter mesin gp23, mungkin lebih nyaman pake gp22.tapi kalopun pake gp22 belum tentu juga bisa bersaing didepan,karena pembalap dan paket motor lain juga udah improve, dibuktikan dgn Raihan waktu yg makin kencang

  9. ketika sang legend dulu meminta merubah macam-macam di DUCATI supaya sesuai dengan gaya balapnya, tetapi MM93 malah mencoba menggunakan gaya balap lain di motor DUCATI disini udah terlihat mana yang sudahlah

    • Dulu waktu legend ke Ducati ,Ducati bukan motor yang cocok dikendarai banyk pemblp ,dan dia ditim pabrikan jadi dia bisa minta ini itu untuk motornya
      Berbnding terablik dengan kondisi Marc ke Ducati saat ini

    • Ya beda situasi lah Bro.. dulu legend pas d ducati kondisinya kaya yamaha dan honda saat ini. Nyatanya sekarang Marc yang d honda aja pilih pindah ke Ducati yang notabene motor terjos di grid.

    • yaaa jangan disamakan gitu juga sih ,
      tahun 2011-2012 itu ducati bener bener payah banget ya kayak honda 2023 sekali di push langsung crash
      dan sebelum gigi datang ternyata itu paket motor juga ga banyak berubah dari jaman casey stoner dan apa yg di inginkan vale dulu baru di ducati terjadi saat mba gigi datang hampir semua berubah dari 2014-2015 sampai 2016 yg full motor kembangan mbah gigi

      • Sebenarnya tidak ada persoalan…
        Menjadi sebuah persoalan dan masalah karena adanya mulut besar.

        Ya bahasa kekiniannya “Lambe Turah”

  10. Pedro Acosta ini sudah mengindikasikan dia akan seperti MM93 saat awal masuk motoGP, apalagi performa paket motor KTM tahun ini sudah mulai mendekati Ducati factory.

    Apalagi statemennya yg puas dgn front end motor KTM, cocok untuk tipe pembalap agresif dalam bermanuver dgn motornya.
    Nanti motoGP bisa lebih menarik, ada pembalap yg suka cucuk- cucukan saat masuk tikungan.

  11. Semoga marc tahun depan bisa ada di KTM, supaya bisa lepas bawa motornya. Gak enak banget biasa bawa motor ngandalin ban depan, terus di ducati cara bawanya sebaliknya.

  12. Modal awal yang bagus bagi marc, tidak seperti tahun lalu baru race pertama udah cidera dan menciderai pak dokter gigi

  13. Yang perlu dianalisa sebetulnya adalah Morbidelli yang dengan entah alasan apa bisa “selamat” dapet seat Pramac dengan most sophisticated bike on the grid tapi performanya . . . . . 👀

  14. di sirkuit yg “gak demen” MM bisa mengikuti barisan depan, itu sudah sesuatu kan. di tambah pengalaman yg baru seumur jagung di ducita.

  15. Marquez kenapa keliatan Bakir (banyak mikir) 2024 ? Yes… Karena umur dia udah masuk dewasa kepala 3, kemudian doi berada di tim satelit dengan Motor lawas 2023 akhir notabene tinggal pake yang tersedia tanpa ada keterbaruan (karena terbatasnya)

    Marquez dipaksa adaptasi
    Karena jika tidak adaptasi kelar sudah nasibnya 2024 dengan crash, cedera, pasien berjalan BPJS lagi.

    Pengalaman lalu dengan cederanya berjilid jilid membuat alam bawah sadarnya menekan untuk berhati-hati

  16. Setelah balapan di Qatar, 21 pembalap lainnya sudah tahu kalau mereka tidak akan menjadi Juara Dunia tahun 2024…

  17. justru saya paling takut liat marc riding kalem penuh perhitungan, boring banget, pernah kan ya musim kapan gitu, pas RCV banyak masalah.

  18. Pantesan make motor spek Zarco, spek motor ujicoba dari pembalap lab berjalan, settingan masih dasar. Kenapa marc gak sekalian motor spek Martin ya yang sama² agresif.

    klo RCV itu motornya Crutchlow

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


Exit mobile version