Membaca artikel bang Saftari tentang kebijakan Daytime Running Light (DRL) yang berkesan angot-angotan, saya tertarik untuk sedikit menguak sisi lain dari Fenomena ini. Terus terang saja bagi kita yang telah mengetahui manfaat DRL bagi keselamatan berkendara, pasti akan merasa butuh akan hal ini, kalo masih belum tahu, bisa baca artikelnya Bang saftari dijamin luengkap kap 😀 Akan tetapi kok tetep banyak yang nggak pada nyalain lampu utama di siang hari? Pasti ada penyebabnya, Mulai dari Kurang kuatnya regulasi dan Aparat penegak regulasi sampai pada dilema-dilema yang membuat Kebijakan DRL seakan-akan angot-angotan.
Apa sih sebenarnya dilemanya? 2 hal yang biasanya muncul :
- Menurunnya Usia Pakai Bohlam lampu utama
- Meningkatnya pemakaian BBM
Hal no 1 tentang menurunnya usia pakai bohlam lampu memang tidak dapat di ganggu gugat lagi, setiap bulb memiliki nilai life cycle tertentu. Disini saya nggak bisa memberikan banyak pilihan selain pilih lebih aman atau pilih lebih lama mengganti bola lampu? terlebih lagi bila brader baca quote yang saya peroleh dari sini :
Running vehicle lights in the daytime does not significantly shorten bulb life.
Systems like those on General Motors cars that use high beams are designed to operate at half their normal power during daylight hours
Mengenai Meningkatnya Pemakaian BBM, Hipotesis ini tentu sangat masuk akal. Semakin banyak energi yang digunakan, maka akan semakin banyak energi yang dibutuhkan – Hukum Kekekalan Energi. Artinya : Berapa banyak BBM yang kita gunakan bergantung pada berapa Watt Daya Lampu yang kita gunakan. Tapi sebenarnya berapa sih Nilai Rerata pemakaian hariannya. Sesuatu yang kayak begini harus jelas dan Ilmiah. . . . Ternyata sudah ada yang meneliti lho . . . coba deh simak :
the United States National Highway Transportation Safety Administration, state that DRLs decrease fuel efficiency by only a “fraction of a mile per gallon” [source: IIHS]
A European study adds to the confusion with its estimated fuel penalty between 0.5 and 1.5 percent [source: California Energy Commission].
Kedua quote di atas diambil dari sini
Kita ambil hasil penelitian ke-dua deh, karena studi di atas dihitung pada pemakaian mobil yang umumnya ber Daya listrik lebih besar untuk Lampu Utama, maka kita ambil nilai terendah yaitu sebanyak 0,5 persen saja untuk ukuran sebuah Motor Roda Dua. Semisal Saya Gunakan perhitungan Pemakaian harian saya terhadap Ninja 250R yang memiliki Nilai Mileage sebesar 25 km untuk setiap liternya, nah bila saya pakai komuter bogor-kantor sejauh 75 km maka saya butuh 3 liter atau seharga Rp 17.700 nilai 0,5 % nya adalah Rp 88,5 !! Apalagi bila saya Pakai si denok Honda Astrea Grand yang Mileagenya 1 : 70, brader bisa hitung sendiri. Nah sekarang tinggal gimana brader semua menyikapi keborosan nilai 0,5 % ini, Apakah signifikan bila dibandingkan dengan Keselamatan kita di Jalan? Share Your comment bro !!
Taufik of BuitenZorg
pertama euy..
setuju kang mas.. buat naikin nilai safety dalam berkendara, apa salahnya qt mengeluar sedikit uang lebih?? y kan..??
Apa DRL ini berlaku di luar Jakarta (maksudnya peraturannya?) soalnya pernah denger klo di Luar Jakarta, yg nyalain lampu siang hari malah kena tilang? (~_^)?
lalu bila menurut webnya saft7, disana sebaiknya ga pake lampu senja, tapi pake lampu “yg biasanya” (hehehe.. emosi ngetik sampe lupa kata yg mo ditulis..), nah pertanyaannya.. lampu dekat ato harus lampu jauh?
karena “daya” lampu dekat (cuma kira-2,soalnya cuma liat secara fisik cara lampu tersebut menyala) kan setengah dari lampu jauh.. walaupun klo umur lampu jadi pendek, penggantian lampu dengan harga yg tidak terlalu mahal pada periode yg tergolong lama kan tidak terlalu “mengganggu” kantong..
DRL setuju banget, karena mobil bisa melihat benda “kecil” bernama motor jika ada pancaran cahaya yg terlihat jelas (see and to be seen) di spion mobil (bahkan sesama motor pun demikian)
yg bikin sebel.. para motor-er yg ngga nyalain lampunya malem-2.. pada mo cari mati kali yah?
waktu aturan ini masih sedang hangat-hangatnya, saya kalau sedang nyetir mobil sih terbantu sekali karena jadi terlihat sekali pergerakan sepeda motor di kaca spion saya. dengan begitu saya jauh lebih aware, awas dan waspada akan sepeda motor yang di belakang, jadi bisa lebih hati-hati. beda sekali dengan tanpa lampu. sayangnya kebanyakan cuma mau melakukan itu karena aturan, bukan karena kesadaran akan pentingnya safety.
mestinya artikel ini judulnya justru mengatakan bahwa ‘dilema’ itu nggak ada. karena kalau dari fakta-fakta ini, memang sama sekali nggak dilematis. umur lampu nggak berkurang segitunya, dan masih lebih murah daripada nyawa. satu lagi, bensin jadi boros pun ternyata sama sekali nggak ada artinya, cuma nambah seciprit…
tapi gitulah orang kita. safety nggak jadi prioritas.
yang pakai seatbelt di mobil juga karena takut denda 1 juta, bukan kesadaran… payah.
sebenernya agak sedikit dilema sih, gw juga terus terang belum sepenuhnya ngkutin regulasi itu, knp?
1. motor gw nggak punya lampu senja
2. konsumsi listrik lampu depan gw 60 watt (dari pabriknya udah begitu) + lampu belakang 15 watt, kalo terus2an dinyalain aki bakal tekor.
jadi gw cuma nyalain lampu jika :
1. ada di jalanan 2 arah.
2. jalan dengan kecepatan moderat (80~90) di jalan yang agak padat.
jadi kalo jalanan lagi sepi, gw bakal matiin lampu biar aki recharge.
Ini dia yang masih aye cari datanya . . . seberapa besar pengaruh DRL terhadap Tekornya Aki, s
ebab IMHO aki akan tekor bila akinya sudah uzur dan aki motor harganya masih dibawah aki mobil biasanya
Saya mau mskan sedikit opini he he salam knal mas.ini kejadian nyata dr keliling saya.dikota kecil saya peraturan lampu siang pernah dijalankan.tapi banyak masyarakat komplein saat kena tilang tidak menyalakan lampu,sebabnya pada posisi tertentu lampu mtr pd siang hr menyilaukan mata bagi pengendara yg berlawanan arah,dan karena para polisi dikota kami memakai motor jg jd memaklumi keaadaan dan tidak menaikan taraf undang2 itu.dan ketahanan bola lampu mtr saya menurun jd sering ganti.( ada yg bisa kasih solusi agar motor saya bisa tahan terhadap bola lampunya ? Saya pakai tiger dan semua onderdil masih original ) terimakasih bantuannya dpt klik lacak balik nick saya
Cahaya adalah kecepatan paling tinggi yang saat ini bisa kita ketahui, sehingga cahaya akan lebih cepat sampai ke mata kita, ke otak kita, dan kita langusng bisa meresponnya, saya selalu Light On saat tiba dijalanan besar/jalan propinsi yang dituntut harus cepat sesuai arus lalu lintas yang ada, (cepat bagi saya adalah 60-70 kpj, saya jarang lebih dari itu). Misal jalan Jogja-Wonosari selepas prapatan Ringroad selatan.
Saya hanya berpikir saya menyalakan lampu biar orang yang papasan dengan saya dari jarak 300 meterpun sudah melihat saya. Jadi motor yang papasan dengan saya pasti sudah melihat saya, kebangeten kalau enggak.
Di jalanan kota memang saya matikan lagi lampu saya, karena di kota banyak lampu merah dan hanya bisa jalan max kisaran 50 kpj. Jadi masih aman jik angerem mendadak. Secara mongtor saya karisma.
Saat saya nganter anak kesekolah, saya juga LIGHT ON, karena jam 06:30-07:00 adalah lalu lintas orang yang serba kesusu, sehingga kadang asal salip saja. Contoh mulai dari GedongKuning lampu saya matikan.
Ironisnya menyalakan lampu di nDeso kadang sering di beritahu orang yang papasan bahwa lampu saya menyala, aneh kan, padahal memang sengaja tak nyalakan. Paling parah jika dikatain “wo wuto awan-awan ngurupke lampu”.
hahahaha….
Solusi dari ane ganti ja warna motorx ma yg norak2….
misalx ijo stabilo or merh stabilo…
safaty=nyawa=kesehatan lebih tinggi harganya dibanding dengan biaya beli lampu sama peningkatan konsumsi bbm
gak cuma bohlam yg menurun usia pakainya bang, spt sy yang kecolongan ngecek aki, jadi aja tekor, starter jadi susah hidup, cdi jebol kurang voltase, motor jadi mogok total, itu terjadi pada motor sy blitz, sekarang bisa diakali pada motor mx dg cara mengganti lampu senja dengan led luxeon double heat sink 1 watt x 2, disamping aki gak tekor & gak melanggar peraturan, terangnya juga ya ampyuuun…ya ampyuuun…ya ampyuuun….. (jangan mengganti headlamp dengan led, kecuali lensa sudah diganti dengan tipe proyektor & led berwarna kuning : terlihat pada saat hujan)
ini contoh klo mau ganti headlamp pake led super terang + lensa projektor, ngalahin lampu kabut truk nih http://www.kaskus.us/showthread.php?t=878712&page=149
ini racun lednya http://www.kaskus.us/showthread.php?t=1458556
utk led sein agar bisa kedip harus ganti flasher ori (bunyi cethik2) dg yg elektrik/imitasi http://www.kaskus.us/showthread.php?t=1005049
untuk yang mau custom lampu LED bisa add facebook master LED & kelistrikan bro Adhy Styllo President MXRC Solo http://www.facebook.com/profile.php?id=1669050108
semoga bisa jadi referensi / tips berhemat energi kelistrikan motor.
ini cara mengubah motor menjadi full wave (kelistrikan full dc, bedakan dengan pengapian full dc) menggunakan RCP http://www.yjoc.web.id/index.php/topic,68784.msg68784.html#msg68784
Kayaknya nyalain lampu siang hari menambah efek pemanasan global deh… 🙂 , coba deh tiap motor menyalakan lampu berapa panas yang dikeluarkan ditambah lagi polusi + cuaca panas..ckckck Go Green. hehehe
pakai logika sehat aja bro…ttg DRL
——————————
APASIH SUSAHNYA NYALAIN LAMPU DI SIANG HARI???
LHA WONG GA ADA RUGINYA………MALAH BANYAK UNTUNGNYA!
PENGIN NGIRIT?? naik sepeda ontel aja bro…GO GREEN
(ga ngaruh kali nyalaain lampu dgn Global warming)
lampu motorku cuman 12rban….Osram 12 v..
kepake sd 8 bulan bahkan lebih bro….
jadi…APA SIH RUGINYA?
SILAU..PAKE AJA KACA HITEM?
@8..
namanya juga orang desa mas…..harap maklum
Jadilah jiwa jiwa yg besar jgn mendiskrismisasikan tempat,suku,agama dan lain2 anda merasa dikota anda merasa pintar ? Coba buka mata anda dan keluar rumah apa yg ada ? Tatap langit diatas
nah bila saya pakai komuter bogor-kantor sejauh 75 km maka saya butuh 3 liter atau seharga Rp 17.700 nilai 0,5 % nya adalah Rp 88,5 !!
———————————————————-
Saya sendiri tiap hari menghabiskan 3,5 L premium untuk PP ke kantor. Rp 88,5 memang kecil seh..permenpun ga dapet! tetapi kalo kita hitung jumlah penduduk yang bergerak tiap harinya untuk daerah Jabodetabek-perkiraan(asumsi) 2 jt orang/hari- maka pemborosan yang terjadi adalah 177 jt/hari, 4,425 Milyar/bulan, 53,1 Milyar/tahun…hanya untuk daerah jabodetabek, bagaimna kalou masuk wilayah negara, regional asean, asia dan dunia…? Ada cara lain ga untuk tetap safety, tapi lebih effisien dari DRL?
Thats right . . .
cara pandangnya adalah 5 % ini terhadap 100 persen yang dihabiskan buat membakar mesin . . . kalo pengen save sekalian saja hilangkan yang seratus persen ini alias :
ada cara lain menurut saya adalah mari kita bersama2 menggunakan Mass transport . . . sebagai contoh kereta api listrik maka akan terjadi penghematan luarbiasa yaitu sebesar
177 juta/ 0,005 = 35.400 juta alias 34 milyard rupiah
pertahun = 12,41 Triliun pertahun
he he he he 😀
masalahnya kereta api dan manajemennya parah, korup abis.
kalo 2 juta orang ditambahkan naik kereta api yang udah parah manajemen dan perawatan serta terbatasnya sarana, bisa dibayangkan mas Taufik, udah gak bakal duduk diatas gerbong lagi, tapi berdiri diatas gerbong. jadi manajemen KA harus bikin pegangan tangan diatas gerbong buat penumpang yang berdiri. (hehehe…no offense)
iya nih padahal nyalain lampu siang mudah terdeteksi ama kendaraan di depanya.kalau yg dihitung komsumsi bbm bedanya paling2 sesendok dua sendok.bandingkan dengan keselamatan apalagi nyawa gak aja yg jual
Kalau disini:
http://bengkelmotor.multiply.com/journal/item/1/LAMPU_KUNING_UNTUK_SORE_HARI
pakai lampu sein, daya yang dipakai lebih kecil dibanding lampu utama yang dinyalakan, tapi balik lagi sebetulnya peraturannya, bagaimana siiih…
salam,
bengkelsepedamotor
Betul mas . . . mungkin pemakaian lampu kuning dikarenakan secara riset sinar yang memiliki panjang gelombang seperti warna kuning memiliki tingkat keterlihatan yang lebih tinggi dari pada warna putih dan biru . . . kalo nggak salah di artikelnya bang saftari ada tuh grafik yang menjelaskan warna2 ini
banyak peraturan keselamatan yang sebetulnya mudah banget diikuti, saking mudahnya rasanya aneh kalau kita nggak ngikutin. padahal buat keselamatan kita sendiri…
seatbelt saja baru pada makai setelah diancam denda. padahal dari dulu apa susahnya, tinggal tarik, demi keselamatan sendiri. tapi adaaaaaaaa aja alasan untuk nggak pakai, setelah diancam denda 1jt perak, baru deh.
sekarang untuk DRL, kalau nggak ada penegakan, kayaknya nggak akan ada yang ngikutin. sama seperti TL/lampu lalin. sekarang seakan merah atau hijau sudah nggak ada artinya bagi banyak oknum. padahal apa susahnya berhenti sebentar kalau lampu merah? demi keselamatan kita dan orang lain.
beberapa rekan-rekan saya sih masih jalanin pakai DRL ini, semoga menular dan jadi kesadaran bersama. lebih keren, kesadaran bersama akan nunjukin kedewasaan pengguna motor yang nggak harus diancam dulu kayak pengemudi mobil…
Kalau kita lihat dari sejarah pertama diberlakukannya nyala lampu siang hari, peraturan tsb dicoba pertama di Jatim sbg proyek percontohan. Dalam satu thn digalakkan dgn disiplin tinggi mulai dr kota sampek desa-desa, hasilnya “rumornya” polda jatim mampu mengerim kecelakaan lalulintas khususnya motor di wilayah hukumnya. Tahun berikutnya pemerintah menetapkan jadi aturan nasional, namun begitu sudah jadi aturan nasional, Jatim sendiri sudah tidak lagi menerapkan disiplin tinggi untuk aturan itu, bahkan bisa dibilang sekarang di Jatim seakan sudah hilang aturan tsb.
So, faktor apa penyebab demikian, faktor apa yang menjadikan polisi mengendorkan aturan ini, terlalu banyak yang melanggar, atau tdk efektif, atau justru hanya menguntungkan pengendara mobil dan sebaliknya justru merugikan pengendara motar karena nambah biaya, kan secara ekonomi pengendara mobil lebih mampu daripada motor rider. Atau memang sama seperti beberapa analisa di atas hanya dari “segi cost”.
Tapi yang jelas memang silau bila berpapasan dengan lampu menyala. Betulkah?
ane jujur juga masih anget-angetan pake lampu di siang hari…
paling kalo lewat terowongan UKI atau di terowongan halim baru di nyalain 😀
maunya sih tiap hari idupin lampu, cuman ya itu dia..
buat memulainya susah euyy…
saya punya pengalaman untuk hemat dan safety masalah DRL
motor saya jupie MX, untuk pemakaian jarak dekat ( kec dibwh 80km/jam) saya memakai lampu senja saja, tetapi bohlam lampu senja saya ganti dengan warna kuning, sehingga lebih keliatan dr lawan arah, dan saya modifikasi kabel kelistrikan lampu, sehingga bila memakai lampu senja, lampu belakang saya tidak menyala. bila diatas 80km/jam br memakai lampu utama, dan lampu belakang menyala
mungkin itu bs menjadi masukan untuk bro” semua
keep safety……
Pemborosan VS. Safety.. ga heran kalo penuh pro kontra, di jerman-swiss-austria juga rame kok debat positif negatifnya.. kalo ga salah di austria ,(eh, apa di swiss ya?) pernah diberlakukan, abis itu dibatalkan lagi (entah sekarang gimana), soalnya data menunjukkan, angka kecelakaan jadi naik, soalnya bikernya merasa kepedean kalo udah nyalain lampu..
menurut kata,kata ki joko ceplos……………
lampu siang hari emang sangat penting.
apalagi pada jalan yang di pakai 2 arah.
tapi emang motor/kendaraan kita belum di desain,untuk lampu nyala terus,jadi efeknya klo ngak boros lampu ya boros bbm.
lak hiyo tho kang?.
ga bakal ngerasa dirugiin kok dengan drl ini…
kalo ada yang ngerasa dirugiin…
berarti orang pelit abis2an….
.saya cuma pagi aja kalo brngkat skolah nyalain lampunya. . .xiixiixii. . .mana lum punya sim pula. . .jd dag dig dug kalo di jalan yg ada bnyak polisinya. . . .
kliatannya 2minggu ini DRL (& night juga) berjalan.. hasilnya aki mulai terasa “tekor” .. (mulai susah nyalain mesin pake electric-starter.. terlihat di volt-meter mimin.. bahwa voltage drop saat electric-starter ditekan..) **note: semua part mimin masih standar..
kmungkinan sih, kecepatan pengisian (charging) aki masih kalah dibanding penggunaan daya (untuk lampu, klakson, dll)..
mungkin solusinya bisa pake cara dari Bos Elsabarto di atas.. (thanks for the tips..)
kalo bohlam yg dari aki ngambil arusnya sih awet-awet aja.
tapi kalo yg ngikut putaran mesin emang kayaknya cepat putus.apalagi yg bukan ori. (lampu ori mahal lho). bebek aja 50an ribu.yg sport di atas 100rb.
dulu waktu baru mulai (3 bulan pertama) saya selalu pake lampu. sekarang dah gak lagi.soalnya buat saya tidak terbukti sih..
pernah pagi-pagi abis makan bubur ayam (hari libur) disenggol taksi yg belok kiri tiba-tiba..padahal lampu dah nyala..eh ternyata tuh supir taksi ngantuk…(abis giliran malam mungkin)
sekarang ngandelin klakson aja. pokoknya kalo mau nyalip klakson terus…
Untungnya motor ane dah ada lampu senjanya , saat di jalan 2 arah ato masuk terowongan apalagi pas gerimis biar tengah hari bolong pasti nyalain lampu senja dan alhamdulillah dalam waktu setahun yang kalah lampu senja belakang ( lampu remnya gak pa2 ) seharga 3rb ato yang ori di dealer cuma 11rb perak, yah demi keselamatan gak ada artinya uang segitu,,,,
Kalo aku se gini om . waktu pagi-pagi berangkat sekolah pakai lampu utama. .kalau pulang sekolah pakai 2 lampu kota/lampu senja/lampu kecil itu lho. . kalo di vega r ada 2 di sebelah lampu utama . . ya soalnya saya rasa siang-siang sudah lumayan terang dibantu matahari. . 😀
Mnurutku,kalo panas terik menyengat,lampu mati gpp.
Tp kalo mendung,ujan wjb hidup..
Tp bnr jg kata slight,
Lampu nyala,bs mningkatkan kpedean pngendara..
Tp mmg iya,
Sering kutemui,mtr siang2 lmpu nyala,tp NGEBUT
mo nanya ni bos… di luar negeri, ada kebijakan semacam ini gak yak ?
sama satu lagi, emank boleh yak nyalain lampu senja aja, bukan yg utama gitu… hehe… tenk kyu
Wua jwb aja dah 😛 ada 100% untuk moge.kalau untuk sepeda motor biasa masuk jalan besar jg harus.tapiiii. . . Jalanya lebar2 jd tidak menimbulkan silau dan rata2 satu arah.kecuali masuk gang ato perkampungan.dan hargapun jauh dibanding indonesia.sehari kerja dpt gaji buruh biasa dpt untuk membeli bensin 70 liter bagaimana dg negara kita 5 liter prosentase jauh
Ane nyalain lampu siang klo pas jalan luar kota ajah. Contoh nya kemaren sempet maen dr lampung ke metro. Lawan nya truk hino semua maka wajib nyalain lampu biar mereka liat qta. Klo d dlm kota gw ga pernah nyalain lampu siang2.
Honda CBR mulai thn 2006 malah tdk ada
saklar on-off lampu depan. setiap kali mesin on
lampu depan blk juga nyala.
Belum lagi tdk ada kick starternya
takut aki tekor, tapi demi safety
yang punya CBR jgn ditambah saklar
sendiri ya.
ada satu lagi dilema yang bisa muncul ,,
pemanasan global !!!
klo pas musim kemarau ,, klo siang ngrasa panas bgt g si ??
panas ngt kan y !!
pa lagi di jogja ,,
ughh . . .
panas bgt !!
itu ada pengaruhnya sama kebijakan light on g si ??
Thanks a lot for this amazing content.
I would like to exhibit some gratitude for your effort
and hard work to make this useful blog.
Checking this page really helped me to understand
many ideas I was not aware of!
Many thanks for your effort to put together this helpful web site.
I do believe this is a terrific web site and I’ll be coming back again to learn more.
How can I be informed every time a fresh new blog post
has been made? Love this website!
My sis also enjoyed the subjects revealed in this website.
Very great post. I simply stumbled upon your blog and
wanted to say that I have really loved browsing your weblog
posts. After all I’ll be subscribing on your rss feed and I’m hoping
you write once more soon!