TMCBLOG.com – Pertama, Ternyata tank-pad Yang membuat tangki Ducati Desmosedici GP18 sedikit melebar Bukanlah faktor utama Meningkatnya hasil Race weekend Jorge Lorenzo semenjak Mugello 2018 sampai saat ini, tankpad hanya untuk mensupport Jorge agar tidak terlalu letih. Kedua, Kayaknya Kita Harus meredam kembali opini bahwa desmosedici GP18 sudah seperti Ducati Rasa Yamaha. Karena Racikan Luigi Dall’igna terhadap Desmosedici GP18 Boleh dibilang hanyalah sebuah evolusi ketimbang revolusi semenjak awal Musim 2017 ( GP17) ketiga Jorge begabung dengan Ducati sampai jelang seri ke 15 Musim MotoGP 2018 ini. Ducati tidak pernah berubah seperti Yamaha . . . Yap jawaban terhadap kebingungan kita pasca melihat fenomena switching performa Lorenzo pasca Mugello ada Pada Revolusi perubahan riding style Jorge Lorenzo di Ducati yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan riding style Gaya Yamaha
Informasi mengenai perubahan 180 derajad Riding style Jorge Lorenzo ini tmcblog sarikan dari Tulisan Mat Oxley. Sebelum Era Dall’Igna , Boleh dibilang Hanya Casey Stoner-lah Yang bisa menaklukan sang Desmosedici. Casey tidak pernah menceritakan secara detail mengenai cara ia menaklukan Desmosedici . .
Stoner Hanya kasih TIPS bahwa Untuk menaklukan Desmosedici Kita tidak bisa meminta Motor beradaptasi terhadap Riding style pembalap, Namun Pembalaplah yang harus mendengar dan menyesuaikan riding stylenya terhdap Karakter dari Motor. Yap Kuncinya Lorenzo harus me-reset diri, melupakan Gaya berkendara 8 Tahun bersama Yamaha M1 dan memulai mempelajari riding style baru dari nol.
Jika kita bicarakan secara mendalam, riding style Khusus untuk menaklukan Desmosedici adalah Bagaimana Pembalap bisa menaklukan Corner dengan BENAR. Mulai dari bagaimana memperlakukan bagian pertama dari Corner yakni Entry Corner sampai bagaimana memperlakukan Bagian kedua dari Corner Yakni Buka Gas saat berakselerasi keluar Corner/ Tikungan.
Sekedar FlashBack Gaya berkendara Jorge Lorenzo di Yamaha M1 merupakan kelanjutan dari Gaya berkendara pembalap pembalap yang besar di kelas GP250 dua tak, di mana untuk melibas Tikungan mereka lebih memanfaatkan speed corner sehingga hampir tidak terjadi ‘Impuls’ Fluktuasi dalam bejekan Throttle gas . .. Nearly Smooth . . . Dan Yamaha M1 dengan mesin Inline 4 Plus Sasis Mumpuni memang fleksibel diajak melibas tikungan dengan riding style ala GP250 yang lebih ‘ MEMBULAT ‘ dan Kental dengan aroma Corner speed
Mengendalikan Ducati Desmosedici yang mirip Celeng Nggak akan pernah bisa menggunakan Gaya riding Yamaha M1 . . . Jika Ban depan dan Belakang selalu dalam keadaan lurus sejajar, Maka Motor akan tidak akan bisa dibelokkan . . yap analoginya memang lebh mirip seperti celeng sedang lari. Jorge Lorenzo menjelaskan Bahwa membelokan Ducati desmosedici Itu seperti membelokan Speed boat . ..
Seraya Mengambil analogi lain . . . Membelokan Yamaha M1 bisa dengan style membulat, Namun Membelokan Ducati Desmosedici GP Harus dengan cara Meng-kotak/ Menyudut . . . Maksudnya apa?
Yap Menurut Jorge Lorenzo Membelokan Ducati Desmosedici GP harus menggunakan cara sebagai berikut : Lakukan hard Brake dan Gunakan Kestabilan pengereman Ducati yang luar Biasa untuk mencapai apex. Sesampai di Apex Gunakan Rem belakang untuk Menggeser ban belakang ( slide ) / Memposisikan Motor Untuk siap menyambut bagian kedua dari tikungan.
Perlakuan Dalam melibas Apex Untuk Desmosedici Menurut Jorge Lorenzo Tidak perlu menggunakan Kemiringan Maksimum ( lean angle ) dan speed corner, Lalu setelah itu Lorenzo untuk keluar dari corner dengan cara membejek throtel dan mengumbar akselerasi tinggi yang sudah disiapkan Oleh mesin V-4 ber-valvetrain Desmodromic ini.
Yap menikung dengan Ducati, seperti menikung di tikungan tajam, Seperti sudut di Sebuah Kotak. Bukan Seperti sudut curve ponsel yang pernah diklaim Nokia sebagai Inovasi yang ‘ mengerti anda ‘ Kala itu (Jadi ketahuan Kan usia saya berapa hehehe )
Yap Bisa jadi Ducati Desmosedici GP sedari dulu memang dibuat dengan gaya Berkendara seperti ini. Ibarat Kata, Karakter Motor celeng Desmosedici GP Bisa jadi tidak pernah berubah signifikan baik semenjak GP1, GP2, GP3 sampai GP18 . . . Dan Mungkin ini juga Missing Link yang nggak sempat ketemu Oleh Valentino Rossi selama 2 Tahun bercengkerama dengan Ducati Desmosedici kala itu.
Jorge Lorenzo bisa menemukanya dalam waktu setahun lebih beberapa Bulan saja. Oleh Karena itu Jangan Bingung Kalo lihat Lorenzo dan Dovizioso seperti santai dalam melahap tikungan karena mereka tidak terlalu sering mengumbar gaya berkendara rebah maksimal hingga Knee down ataupun bahkan Elbow down.
Walaupun sama sama Bermesin V-4, Gaya Berkendara Ducati Desmosedici GP17/18 ini menurut tmcblog juga tetap berbeda dengan gaya Berkendara Honda RC213V . . . Marc Marquez memang melakukan hempasan ban belakang untuk memposisikan Motor menyambut tikungan, Namun setelah itu Marc tetap melakukan Speed corner dalam menyapu tikungan sebelum berakselerasi keluar tikungan seperti yang pernah diceritakan Santi Hernandez di Artikel beberapa Bulan yang lalu
Nahhhh, Bisa jadi Saat Di Repsol Honda Nanti Jorge Lorenzo akan mengkombinasi apa yang ia pernah peroleh di Ducati yakni dengan cara memainkan rem belakang Untuk menggeser Posisi Motor plus ditambah kehebatannya dalam melakukan speed corner Untuk RC213V MY2019nanti . . . wahhh can’t wait nihhh . . Silahkan dikunyah kunyah , jika ada kesempatan dan umur materi ini akan kita bahas di sesi pembahasan kualifikasi MotoGP thailand 2018 sabtu nanti di Trans7 mulai jam 23 … share komentarmu dan dan semoga berguna sob
Taufik of BuitenZorg
Lore saya akui hebat tahun 2018 ini
Ingat gogon
Marquez ketar ketir ….
Berharap jadi lebih kencang diducati….eh taunya zonk…zonk…zonk…terus ngemis lagi pulang ke yamaha hasilnya ttp zonk…zonk…zonk…mbah mbah
Ini nyentil ke so called GOAT juga kt gw, bukan motor yg beradaptasi dgn rider. Tp rider nya yg beradaptasi dgn motor (kasus gp11)
Kalo JL punya behavior seperti GOAT, menurut gw bakal jd rider ultimate (udh sih sebenernya)
emang kayak nya lebih kasar/sigap gitu kelihatanya dibanding waktu pake M1 dulu yg smooth kayak menari diatas aspal
berarti Ducati ini lebih ke fast in fast out,jadi ga perlu rebah berlebih
bener, ada yang bilang stop-and go
Mantep ini, patut dinanti JL 99 di atas RCV nanti.
btw berita MM93 di tangkap sama polisi Thailand di highway pakai RCV detailnya belum dapat ya wak haji?
@pahaj
bukannya itu bagian dr iklan yah ??
Marc juga “ngebut” pake tuktuk
@Pahaj
Yang naik Yamaha NMAX itu yah
saya juga bingung, kata LIn jarvis Marqez nggak akan pernah naik yamaha
tapi buktinya di Thailand naik yah 😀
kan kalo crash dan ga ada kru nya yg nyusul kan mau ga mau naik Yamaha,walaupun dibonceng ??
Crutchlow pas Turing di Kemayoran kok ga kena operasi zebra ya????
untung ga ditahan kayak Remy Gardner di Jepang kemarin ???
@makimaki
Bagian dari iklan nya…mm93 iklan buat motogp atau honda atau buat yamaha sih sebenernya.hehehe
@wak haji
Iya betul yang mm93 naik nmax, jadi iklan gratisan itu. Btw jangan2 di thailand sana sayap mengepak gak terkenal yah
@makimaki
https: //otomania.gridoto.com/read/03274134/marc-marquez-diamankan-polisi-thailand-dibonceng-naik-nmax#!%2F
@jindut:
lha kan memang bener bagian dr iklan
situ ga baca artikel yg link-nya situ kasi atau bagaimana sih ?
“Setelah itu Marc Marquez tertangkap kamera dibawa polisi dibonceng naik Yamaha NMAX.
Eiits, tunggu dulu aksi tersebut ternyata cuma settingan ya…
Pastinya acara Marc Marquez membawa RC213V di jalan sudah izin ke polisi.
Dan pastinya ini hanya skenario dalam rangka menyambut balap MotoGP untuk pertama kalinya di Thailand.”
Persis seperti ngebelokin Honda beat donk?!
mungkin rc213v lebih sulit dibanding desmo18
Sifat Lorenzo rada dewasa di Ducati.. banyak pelajaran yg bisa diambil
perubahan 180 derajad Riding style Jorge Lorenzo
——————————————————————-
berarti tadi nya hadap depan jd hadap belakang dong? –kidding–
btw sesi kualifikasi motogp tetep jm23 mas?
walopun di thailand?
yup bener sejak evolusi sasis tubular ke delta box skrg keliatan hasilnya cukup signifikan
mksh …
Ini jimoo ya??? Tobat moooo jimoooo
Gaya bahasa jimoo bgt. Btw knp ganti nick?
gue gk tau n gk peduli siapa jimoo… paling kacung ymh sm kek lu kacung hondut..
hmmm
Itu gambling yg berhasil namanya ???
Bagaimanapun juga Jorge ini ber dna jurdun…jurdun nya bukan kebetulan apalagi keberuntungan semata…
Sy kira demikianlah semua para juara…
Dan kegagalannya karena faktor luck. Kayak pepatah orang Jawa, cuma orang beruntung yang bisa kalahin orang pinter.
@ ayam
setuju kalau ini, 2008 masuk sebagai rookie motogp dimana saat itu masih masa kejayaan dan dominasi VR46 di motogp, tp sejak 2010 jl99 ini sebetulnya sudah memporak porandakan dominasi VR46 di atas M1. Terbukti sejak 2010 hanya jl99 yang mampu membawa M1 sebagai juara motogp 3x; 2010, 2012 dan 2015 (dengan kompetitor alien macam stoner dan 2013 datang baby alien MM93 dengan skill balap yg lebih komplit).
Semenjak JL99 ini matang dengan M1-nya sejak 2010, tercatat dominasi VR46 di atas M1 mulai reda.
Sekarang di ducati perlahan tapi pasti JL 99 ini mulai klop dengan desmo, lihat saja cara salip2an JL99 dg MM93 sangat beda antara AD04 dan MM93. JL99 ini tidak cuma mengandalkan power desmo tapi dia pepet terus MM93 dan saling salip dengan gaya barunya nyemplak desmo.
Bila dengan RCV tahun depan dia bisa juara, makin lengkaplah data berbicara bahwa dia punya dna jurdun dan memang salah satu rider alien motogp.
Bener kata Rossi, kemenangan ditentukan 70% oleh pembalap, 30% motor. Stoner, Marquez, Lorenzo udah buktiin. Mereka cuma butuh beberapa bulan buat bisa menang di tunggangan baru, khusus Lorenzo sebenarnya sudah raih kemenangan pertama di Sepang 2017 tapi karena Lorenzo penganut team order (ingat kan lambaian maut ke Ben Spies dulu?) Makanya dia santai aja kasih kemenangan pertamanya ke Dovi. Sayangnya Rossi sendiri gak bisa buktiin teorinya. Emang kadang berteori lebih mudah ketimbang praktek. Dalam bidang apapun, kemampuan asli seseorang akan trrlihat saat dia ada di kondisi yang kurang menguntungkan. Dalam bidang balap motor ya motor yang gak sesuai sama kemauan pembalap salah satu contohnya.
Ducati di 2011 ganti sasis ke twinspar atas saran rossi, dan sasisnya berkembang hingga sekarang, artinya ducati berevolusi hingga rider friendly, jorge sendiri berkomentar susah membandingkan jaman ducati dulu dan saat ini. artinya evolusi ducati sudah matang dalam 7 tahun, (…. terlalu lama yah) variabel penilaian lebih fair jika membandingkan skil rider di mesin yang sama. analisa 30/70 itu sudah tidak relevan saat sudah ada elektronik yg bisa membantu mesin motor bereaksi sesuai kondisi.
… dan rossi pun komplain, dimana team lain perkembanganya sangat cepat tapi di kubu yamaha santai santai saja, mesin 2019 pun tidak ada perubahan signifikan dari mesin 2018. sedangkan rossi masih mampu menjaga kekompetitifan dirinya sebagai rider paling tua bersaing dengan rider muda, … dari taun 97 era duatak jaman marquez masih umur 4 taun (…masih di cebokin emaknya) rossi sudah menang GP…sampe sekarang masih bisa jabanin marquez … GOAT
Wah baru tau kalau Joni Lono juga komen dimarih
untuk rossi kompetitif yang mana dulu nih…beberapa kali podium juga dah bagus, tapi kalo untuk perebutan gelar juara sepertinya berat…
jgn leave the replay donk….real JL…joni lontong
Bagaimanpun peran Gigi sangat besar, tidak hanya JL dan Dovi yang bisa kencang. Team satelit Ducati sering fight untuk podium. bisa dibilang Desmo 17-18 sangat istimewa untuk semua Pembalap. Beda kasus Zaman Rossi, untuk semua pembalap Ducati masuk 5 besar sangatlah sulit, sekalinya ada yang masuk 5 Besar ya hanya Rossi seorang dengan dia menjadi Pembalap Ducati terbanyak peraih poin diakhir kejuaraan.
Skrg gua balikin bisa gk tuh rossi balikin yamaha skrg jd motor juara stelah hampir 22x gk pernah juara, kan madalahnya sepeleh tuh cm elektronik..gk smp 30% kok…
Kesimpulannya : Motor kenceng, jasa Rossi. Motor lemot, salah pabrikan.
berarti lebih mengandalkan power dan kestabilan pengereman
akan tetapi saat ini ducati sudah bisa bersaing hampir di semua sirkuit yg tadinya kesulitan
peran gigi dal igna juga sangat menentukan di tambah dana yg cukup untuk pengembangan ducati
karna itu dia butuh tangki ajaib buat membangun rasa percaya dirinya dan menjaga staminanya karna grip dipahannya bisa dipercaya saat melibas tikungan dan saat pengereman yg g-force nya pasti bikin lebih capek dibanding pas pake Yamaha dulu,imo
Dengan gaya balap seperti ini punya keuntungan untuk menyalip di tikungan, tapi juga punya resiko melebar lebih tinggi
Andai dovi sama jl gak sering nyungsep, gelar jurdun ke 2 ducati bukanlah mimpi
desmo tertolong oleh akselerasi yg luar biasa, rcv sepertinya menggabungkan dengan speed corner hanya akselnya masih dibawah desmo
ngefeknya kalo disirkuit seperti valencia, jerez, sachsenring gitu ya kang, banyak slow corner bikin keteteran ducati yg punya keunggulan akselerasi
tapi tahun ini hampir semua sirkuit ducati selalu bisa bersaing di depan.
Kalo ducaty dan hondha celeng berarti yamaah itu kambing ya soalnya lebih nurut.
ga sangka gw teorinya aja udah kaya begitu apalagi praktek di atas motogp ya wkwkwk pingsan kali gw di track hard brake dari 300km ke 90-101 km ahahhahaah
vr saya rasa bukan ngak ketemu ,
tapi midset vr yg sdh tertancam gaya m1, dan vr sdh lama bawa m1 dan jurdun dgn m1, sehingga, dan anggap m1 adalah motor terhebat,
jadi susah untuk merubah stylenya, dan umur juga dah mulai 30 an kala itu.
beda dgn jorge, sekarang msh lebi muda dikala vr pegang ducati
Jadi apakah ini artinya jorge lebih hebat dr valentino ?
Silahkan simpulkan sendiri ekekekeke
Tau limit motor kalo sdh dnf dlosor spt markonah dan jolor … kalo jarang dlosor bilang motor bermasalah masalahnya di pembalap kurang dorong 110% ?
lek rossi belum nemu ilmunya ya??
plus vr dikejar target jurdun 10, yach pasti mikirnya cari motor yg dah siap dan mumpuni buatnya.
tapi ternyata , rider kompetitor skillnya setarap dgn vr dgn motor lebih baik sedikit.
plus ditambah lagi motor lain lebih baik setelah dibantu elektroni, eh malah m1 jadi babak belur karena elektronik
berarti ada hubungannya kenapa Lorenzo selalu pake knee slider yang tebel walopun enggan ujan ya wak, supaya engga terlalu rebah
Kalau diperhatiin Lorenzo udah pakai knee slider tebel sejak era 1000cc karena dia paling boros knee slider. Liat aja setiap di Valencia, knee slider kiri dia selalu lebih tebal. Tebal tipisnya knee slider gak ada hubungannya sama rebah enggaknya. Stoner pembalap pertama yang bisa rebah sampai diatas 60 derajat aja knee slider dia bisa dibilang utuh dari start sampai finish. Knee slider lebih ke arah kebiasaan pembalap antara gesekin dengkul setiap nikung atau cuma gesekin ditikungan tertentu aja.
Gaya itu juga yang menyebabkan dia sering DNF, karena untuk melakukan hard braking ban depan lebih beresiko selip. Ingat 2 race sebelumnya, ketika dia ada didepan marc. hard braking menuju apex dan wushhhh, ban depan selip dan jatuh.
desmodovi juga sering selip ban depan dan jatuh kaya gitu di 2017
masih cuma stoner yang bisa melakukan teknik kaya gitu dengan sempurna
benar kata stoner lebih baik memanfaatkan keunggulan motor dengan menutupi kekurangannya. jl dengan rcv mamapu juara begitu pula marquest dgn dukati. aq tdk spendapat dukati dan rcv motor celeng. ya itu benar tapi itu tempo dulu, sekarang qta bisa lihat bagaimana dukati melahap tikungan dan rcv bisa serebah mungkin di tikungan. bukan tdk menerima tpi skrg rcv dan dukati sudh beda dan ucapan petinggi dukati benar siapapun ridernya bisa p1 asal bukan rider abal2
lanjut komen seandainya dukati msh seperti celeng sprti wktu jaman rossi, lorenjopun sulit untuk p1.
lanjut lagi dukati bukan tidak perlu rebah tpi tapi dukati tidak bisa rebah, klo terlalu rebah dlongsor. maka dari itu perlu riding style seperti itu agaŕ tdk terlalu rebah
lanjut dan itu kelemahan dukati seaandainya dukati seperti rcv bisa serebah mungkin. bakalan gk da lawan dukati
komen panjang2 tapi gak baca ini
Karakter Motor celeng Desmosedici GP Bisa jadi tidak pernah berubah signifikan baik semenjak GP1, GP2, GP3 sampai GP18 . . .
point dr artikel ini mah. ya ujung ujung nya spt yang di katakan stoner dan fredie spencer (akhir akhir ini artikel nya muncul). lebih baik pembalap yang menyesuaikan gaya balap untuk menutup kekurangan motor. di banding nunggu motor berubah yang kemungkinan di segel dan ckup sulit untuk cepat berubah. “usaha tidak pernah mengkhianati hasil”
dan jga membandingkan antara v engin dan inline. yg aq tdk spendapat klo inline smooth di tikungan. mnrt aq yang bikin smooth itu rem. akselerasi, dan rebahan kemiringan motor, dan dukati hanya kurang di kemiringan motor sebaliknya dengan rcv.
inline memang terkenal smooth. tp v engine bukan berarti ga bisa smooth. makanya banyak team yg pake v ubah firing order JD big bang biar smooth. yg JD masalah Kalo mesin v udh smooth kaya inline ya berati Salah satu ciri khas inline yg penting udh ke ambil satu. nah giliran yg inline bisa nggak ngejabanin topspeed sama akselerasi v di era br ini cmiiw
Data Top 5 average speed GP Aragon kmrn:
Dani PEDROSA 340,1
Cal CRUTCHLOW 339,2
Maverick VIÑALES 337,6
Alvaro BAUTISTA 336,6
Andrea DOVIZIOSO 336,2
Data Top 5 Top Speed GP Aragon kmrn:
Dani PEDROSA 341
Cal CRUTCHLOW 340
Andrea DOVIZIOSO 339
Maverick VIÑALES 339
Hafizh SYAHRIN 339
Saya g tau kurang topseednya M1 d mana………………..
Top speed mah cuma utk straight aja, itupun cuma disirkit2 tertentu yg benar2 mengumbar power. Aksel keluar tikungan paling kritikal
Dari tahun2 kapan rider m1 minta aksel ditingkatkan, akhirnya dicoba dgn mengurangi bobot crankshaft tp efek sampingnya ban belakang kelebihan putaran ditambah ban yg hrs di treat khusus utk ban michelin ini
Berarti asumsi bahwa top speed murni terkait dengan konfigurasi mesin bisa dimentahkan kan.
Di era MotoGP dengan kontrol tire seperti sekarang, g perlu bikin mesin v4 untuk bisa kompetitif. Coba lihat Ducati dan Honda, biarpun sama -sama mesin V4, tapi masing-masing mengambil pendekatan yang berbeda. GP18 dengan keunggulan mesinnya mengambil pendekatan point and shoot, masuk tikungan, rem belakang ditarik untuk membantu mengarahkan motor, ditegakkan lagi terus akselerasi dengan menggunakan sisi ban yang lebih tebal. Sementara RC213V yang mesinnya tidak sekuat Ducati mengandalkan corner entry sehingga bisa mengerem selambat mungkin sehingga bisa masuk apex dengan kecepatan yang lebih baik, dan dibantu dengan power mesin, langsung melejit saat keluar tikungan.
msng yamaha dlu lebih smooth keluar masuk tikungan,,,dengan mesin inlinenya cog nya lebih manteb, itu dulu…
Berarti asumsi bahwa konfigurasi mesin terkait dengan top speed bisa dimentahkan kan.
Di era MotoGP dengan kontrol tire seperti sekarang, g perlu bikin mesin v4 untuk bisa kompetitif. Coba lihat Ducati dan Honda, biarpun sama -sama mesin V4, tapi masing-masing mengambil pendekatan yang berbeda. GP18 dengan keunggulan mesinnya mengambil pendekatan point and shoot, masuk tikungan, rem belakang ditarik untuk membantu mengarahkan motor, ditegakkan lagi terus akselerasi dengan menggunakan sisi ban yang lebih tebal. Sementara RC213V yang mesinnya tidak sekuat Ducati mengandalkan corner entry sehingga bisa mengerem selambat mungkin sehingga bisa masuk apex dengan kecepatan yang lebih baik, dan dibantu dengan power mesin, langsung melejit saat keluar tikungan.
@ordinary person yap aksel emang kritikal. ibarat drag race top speed sama sama 400 kmh tp berapa waktu yg di butuhkan menuju 400kmh it yg penting. makanya sports car Suka banggain 0 ke 100 berapa detik Dan pemenang nya Mobil listrik yg punya torsi flat Dr putaran bawah.
Mobil listrik gampang mledug, btw
Itu cuma omongan org kurang jauh mainya, inline 4 bisa koq dibikin powerful (engine s2000, msh memegang rekor rasio power to displacement. Engine inline4 FYI)
Kita bicara natural aspiration, krna motogp hrs NA
Tp kan motor motogp gak sekedar top speed, aksel traction, distribusi bobot, rugi gesek, dll
Nah V engine punya kelebihan lbh kompak desain nya lbh baik cog nya krna bobot mesin yg berada didepan dan belakang. Tp minus nya vibrasi sangat menganggu dan torsi meledak2 (sulit menemukan keseimbangan chasis)
Kalo inline, engine smooth otomatis keseimbangan chasis lbh mudah ditemukan
Tp bobot depan terlalu berat jd utk distribusi bobot rada ribet (hrs memanfaatkan space tengah kebelakang)
Emang pada akhirnya motor motogp adalah kompromi dari beberapa kelebihan dan kekurangannya. Dan untuk era unified ECU dan michelin, kompromi terbesar salah satunya adalah membangun motor berdasarkan karakter ban. IMO engineer Yamaha sekarang bukannya kalah pamor sama engineer eranya Furusawa. Tapi bisa jadi mereka sebenarnya kebingungan dengan begitu banyaknya masukan dan keluhan yang berbeda-beda dari pembalapnya. Dulu, musim 2017 permasalahan yang dihadapi MV masalah corner entry, sementara VR46 corner exit. Kompromi akhirnya diambil, tapi ternyata malah akhirnya power delivery jd kacau. Sekarang MV25 ditanyaian, jawabannya selalu “I don’t know”, VR46 ditanyain jawabannya g pernah pasti semua masalah disebutin akhirnya masalah “it’s marriage between the bike and the tire”. Berbanding terbalik kl dibandingkan dengan MM93, AD04, dan JZ25 yang kl ditanya crew teamnya selalu bilangnya “If i did this, the bike become this. Meanwhile if I were did this then it goes like this…..” atau “please take care the front first, I’ll take care the rest of it. And then we try adjusting it”.
Sebenarnya kl mesin udah g bisa diapa-apain, masih bisa diakalin melalui setting ECU dan geomteri chassis (Apalagi mesin Inline yang distribusi bobotnya g merata) -selain pembalapnya harus rela gulat WWE sama motornya macam MM93 (Kasus RC213V 2016/2017). Cuma masalahnya Yamaha belum ada teknisi ECU yang mumpuni, sementara Burgess (yg memahami filosofi Geometri M1) udah pensiun.
Seperti celeng yang sedang berlari
Saya suka ini ???
Di musim 2016, Crutchlow bilang “masalah honda adalah mereka punya pembalap macam stoner dan Marquez, dan kalo jorge naek honda gak yakin bakal finish top 10” (artikelnya ada di tmcblog)
Di musim sekarang Crutchlow masih keukueh dia bilang “Honda harus netral ketika Marquez pergi”
Marquez bilang “silahkan datang ke honda dan coba menang di atas honda”
Kalo melihat itu kok kaya JL bakal strugle dulu dah musim 2019
@click
Kalau melihat riding style lorenzo sekarang yang sudah menyesuaikan motor sepertinya tidak akan butuh waktu lama buat lorenzo untuk bisa klop sama RCV, bisa jadi 6 race pertama dia masih struggle tapi setelahnya ngacir dia.
Gaya riding crutchlow sepertinya tidak berubah signifikan walaupun dia sudah merasakan 3 motor pabrikan yang berbeda, apalagi saat di ducati cuma 1 musim dia nyerah.
Ilmunya lebih tinggi Lorenzo berarti yak…
Padahal vr itu terkenal dengan master of hard braking.
Logikanya lebih mudah naklukin desmo.
Tapi ga bisa juga dibuat head to head. Kondisi motornya juga beda..
Sepi
wak apa kabar yamaha,tolong dibahas donk kok gak sembuh2 penyakitnya.apa orang-orang racing diiiwata gak da orang hebat lagi kaya dizaman masao fursawa dulu.
Hard brake..nikung tanpa terlalu miring..luruskan motor..lalu full thortle…hmmhmm..kalau memang seperti ini berarti Dukati punya kemampuan braking yg super..power yg sangat besar saat berakselerasi..dan tentunya dengan grip yg bagus..karena tanpa grip yg bagus akan sia2 seperti wai zit er eM one…
Lorenzo dulu dng M1 jg perlu waktu adaptasi jg kan ya. Lalu Ducati +/- 1,5 thn. Bsk Honda mungkin jg butuh waktu. Dan kemungkinan persaingan 2019 msh akan mirip dng 2018, cuman porsi lbh bnyk ttg adaptasi/riset aja dari JL dng RC213V, Yamaha dan KTM yg baru mulai berbenah utk “all in”. Perang baru di 2020 bersamaan dng akhir kontrak VR & setahun adaptasi Franco dng M1..