Home MotoGP Dani Pedrosa kemukakan alasan tidak jadi Test Rider HRC

Dani Pedrosa kemukakan alasan tidak jadi Test Rider HRC

36

TMCBLOG.com – Dani Pedrosa kemukakan alasan kenapa Ia tidak jadi test rider HRC. Yap seperti kita ketahui bersama musim 2018 adalah musim terakhir Dani Pedrosa menjadi pembalap tetap MotoGP. Dani telah memutuskan untuk menggantung racing glovenya alias pensiun dari tugas sebagai pembalap. Dani sekarang punya peran sebagai test rider untuk KTM. Konsistensi tekad hatinya untuk pensiun dibuktikan dengan menolak permintaan KTM untuk sesekali hadir race sebagai Wildcard di Musim 2019.

Berita terakhir, upaya Dani Pedrosa dalam membantu development KTM adalah pada Pra-Winter test Sepang awal Februari 2019 akan tertunda kembali. Yap Dani ternyata sedang persiapan operasi Stem Cell atau Sel Punca di kedua bagian Tulang leher ( collarbone ). Sel punca berfungsi sebagai sistem perbaikan untuk mengganti sel-sel tubuh yang telah rusak demi kelangsungan hidup

Namun diluar fakta bahwa akhirnya Dani Pedrosa merapat ke KTM, Banyak mendasar masih mempertanyakan alasan sebenarnya Dani bisa mau pindah ke KTM. Kenapa seorang Samurai bisa menggalkan masternya ? Via Corsedimoto, Dani Mengungkapkan dengan jelas sob.

” KTM menawarkan saya Proyek bagus denagn segal Kepercayaan diri mereka, sementara itu Presiden HRC Yoshishige Nomura menginformasikan ke saya bahwa ia tidak percaya Postur saya cocok untuk memberikan Indikasi yang dibutuhkan untuk Pembalap HRC. Marc Marquez dan Jorge Lorenzo secara fisik lebih besar dari saya. Mereka menganggap bahwa untuk fungsi itu, Stefan Bradl lebih cocok “

KTM dan HRC Beda Opini Soal Postur Pedrosa

Jika kita kupas lagi lebih dalam ada opini yang bertolak belakang antara HRC dan KTM dalam memandang potensi Dani Pedrosa sebagai test rider ya sob. Di artikel tmcblog akhir Desember 2018 yang lalu KTM Via Mike Lietner berkata ” Orang Boleh bicara apapun, Namun satu yang jelas : Khususnya mengenai Postur dan khususnya mengenai bobotnya ia harus bekerja sangat presisi untuk bisa kompetitif dengan pembalap Lain. Dan ini buat saya adalah sebuah tanda yang positif untuk seorang test rider “

“Ketika saya bekerja dengannya, sejarah mencatat beberapa kali pembalap yang lebih kuat, tinggi atau berat menggnakan Motornya langsung bisa cepat. Jadi nggak butuh bikin motor baru ketika Casey masuk atau ketika Marc Masuk. Sesungguhnya mereka memulai dari motor yang dikembangkan oleh Dani. Inilah yang membuat saya percaya diri bahwa ia akan bekerja dengan baik “

See bedakan cara pandangnya ? Biarlah musim 2019 jadi bukti opini siapa yang lebih presisi . .. Silahkan share komentarmu sob.

Taufik of BuitenZorg

36 COMMENTS

  1. Gak sabar nunggu KTM bikin motor kecil, akankah keberadaan motor MotoGP seukuran GP125 terulang lagi? Di 2007 pernah Ho nda bikin motor MotoGP super kecil sampai2 buritannya sangat wagu karena minimalis dan ban belakang jadi keliatan gede banget + terlalu mundur.

  2. Casey dan Marquez kan bukan manusia biasa,lha yg lainnya kalo pake rujukan Pedrosa gak terlalu mentereng juga layaknya M1 yg jinak dipake siapa saja,andai Nicky masih hidup mungkin bakal banyak yg nanyain gimana rasanya motor hasil pengembangan yg merujuk pada Pedrosa,atau tanya Dovi lah yg orangnya masih ada dan cukup lama jadi tandem Pedro

    • dan HRC mencoba membuat motor yg bisa kompetitif dipake siapa saja makanya CC35 dan SB6 yg dijadikan laboratorium,dan tidak menutup kemungkinan jika TN30 bisa kompetitif bakal jadi pengembang RCV juga

      • yg jadi “laboratorium berjalan” hrc ada 2 rider yg aktip di motogp, yaitu jl99 dan cc35. yg tidak aktip di motogp ada sb06 sbage test rider resmi hrc, mas joji. tn30 sepertinya tetep diprioritaskan sbage rider murni kaya mm93. supaya terfokus. saya melihatnya begitu. barangkali ada opini lain. hehe..

        • Waduh ada pak ngunba

          Sehat kang?
          Keknya kenyang2ngin nonton wayang ngonline nih kok lama ngilang.

  3. satu sisi kasian ama Dani (padahal udah setia).
    sisi lainnya memaklumi “cara” HRC sebagai perusahaan
    yah dinilai secara profesional aja.

    Dani dan Lorenzo sama bagusnya namun yg berbeda adalah Lorenzo Jurdun MotoGP sebanyak 3x dgn dgn jumlah kemenangan dan podium yg lebih banyak dari Dani.
    Dani dan Lorenzo = pembalap presisi dgn input yg bagus dan dgn style berkendara yg mirip. Namun Dani memiliki fisik yg relatif lebih Fragile.
    Statistik performa Lorenzo relatif stabil, sementara Dani tidak stabil dan belakangan cenderung turun.

    Mungkin ini yg menjadikan HRC tidak memiliki alasan untuk mempertahankan Dani.

    • Pdhal dulu, JL diawal musim naik kelas premier jumpalitan bawa motornya, dan dani diwaktu yg sama cendrung stabil dan membosankan (gaspoll dr awal start/balapan turing)
      Tp yg namanya faktor hoki memang nyata adanya

      • mengenai faktor Hoki, bisa jadi sih, namun faktor ini tidak memiliki “standar” jadi susah diberikan penilaian terukur.
        Sebuah perusahaan tidak akan menilai hal yg tidak bisa di ukur / tidak memiliki standar.

        MotoGP sekarang sudah sangat membutuhkan kesempurnaan dan ketahanan fisik.
        Terserah bila dibilang rider kekinian “dibantu oleh Elektronik” tapi jangan lupa sekarang Top Speed, Speed Corner, & Lap Time udah makin cepat. Ditambah lagi kompetitor hebat udah sangat banyak.

        Jadi untuk Dani yg fisiknya sudah serba kekurangan dan diumurnya yg udah “Kepala 3” dan dgn performa yg menurun….yah mau bagaimana lagi,

  4. sebenarnya kalo mau santai masih bisa di homda sebagai brand ambassador motor2 kecil juga masih menjual nama dia(ditawari Dorna jadi pengurus juga kan kayak Capirossi,Spencer dll),tapi sepertinya passion buat naik motor prototipe masih tinggi,sedangkan homda sebagai brand yg tidak pernah bergantung padahal suatu sosok merasa untuk mengembangkan rcvnya tidak terlalu butuh jasa Pedrosa

    • Ya namanya juga masih muda, usia baru 33 atau seumuran Rossi waktu gatot di Ducati. Stoner aja yang memutuskan pensiun masih gatel pengen ngegas. Orang biasa kalau hobi motor aja gak tahan kalau lama gak naik motor apalagi pembalap yang kecintaannya hidup dan mati sampai mau menantang maut, pembalap MotoGP pula yang udah ngerasain motor paling sempurna di dunia. Bahkan motor papan bawah macam RS-GP atau RC16 pun masih jauh lebih baik dibanding superbike manapun dari sisi handling ataupun mesin dan elektroniknya

  5. Itu kalau perangkat elektronik masih bebas bikin sendiri, menurut saya postur dani bukan masalah bahkan “kepresisian” dani jadi nilai plus. Tapi perangkat elektronik sekarang dibatasi, yg dikembangkan seperti misal ducati juga berupa bentuk fisik motor salah satunya sayap peghasil gaya tekan kebawah, dan juga fisik motor yg lain sesuai postur tubuh pembalap. He he he

  6. om bahas donk motor tribute to dp26 rancangan deus ex machina yang berbasis mesin cb100r. spertinya keren habis tu motor.

  7. Se-vulgar itukah HRC menyampaikan? Menolak dng alasan fisik setelah sekian tahun RCV berevolusi dan berprestasi?
    Padahal asumsi saya dari sudut pandang Dani adalah krn lowongan tsb sdh terisi dng masukknya Lorenzo yg diharapkan memberi warna baru utk mengimbangi input dari Crutchlow, dan Red Bull (pribadi?) ngajak ke KTM..

    • Ya gak lah bor, opininya untuk hasil 2019(point kejuaraan terbanyak sepanjang sejarah motogp)
      2020 Marc gak ikut balap, semua pabrikan(termasuk Honda) kehilangan sang Alpha untuk tau semaksimal mana mereka.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version