Home MotoGP Laser keluar dari Ducati GP20, Itu Rolling Diameter dan ini dia...

[ Tech Talk ] Laser keluar dari Ducati GP20, Itu Rolling Diameter dan ini dia faedahnya di MotoGP

69
Pict : Neil Spalding

TMCBLOG.com – Foto di atas adalah foto Di sesi Test Valencia yang dijepret oleh Neil Spalding, pengarang Buku MotoGP Technology Yang jadi sumber referensi tmcblog dalam mengulas hal hal teknis di MotoGP. Terlihat ada 3 Sinar di bawah Motor Ducati Desmosedici GP20 yang sedang ditest. TMCBLOG lihat Satu dengan diameter besar berwarna Oren dua lagi sinar titik berwarna agak kemerahan menyerupai sinar Jenis laser. Yang pasti ketiganya Bukan sinar sinar sembarangan atau hanya sekedar asesoris belaka . ..  Sinar sinar dari alat apakah ketiganya ?

Ketiga sinar tersebut keluar dari Jig alat ukur Yang disebut Rolling Diameter yang sebenarnya sudah pernah digunakan Oleh Ducati semenjak akhir Tahun 2015 ( cek twit dari motogp ini ) pada Test Pra-Musim 2016 ( udah lama Banget Yah ) . . . yang jadi pertanyaan adalah Buat Ngukur apaan ? Oke silahkan dilihat gambar di atas pada foto yang tmcblog oret oret . . Jadi Sinar Laser keluar dari sumber yang terletak di ujung swingarm. kebetulan banget dulu tmcblog lumayan sering berkecimpung dalam hal Instrumentasi Pengukuran di Fisika jadi lumayan sedikit ngerti hal beginian.

Jadi sebenarnya kalo di Fisika, Alat ukur ini sudah dari duhulu dikenal sebagai Laser Distance Meter ( alat ukur jarak menggunakan Laser ) dan Bahkan sudah banyak dijual bebas

Oke laser distance Meter . . Artinya mengukur Jarak, Jarak apa yang diukur? sesuai namanya Diameter dari Roda Motor. Karena pengukuran ini dilakukan untuk mengukur diameter saat Motor bergerak dan Ban Berputar maka dinamakan Rolling Diameter . atau kalau diartikan alat untuk mengukur Diameter Roda yang sedang berputar . Oke sampai sini faham ya ?

Canggih tapi pakai rumus yang diajarkan di SD

Metoda pengukuran menggunakan lumayan sederhana, Hanya menembakkan sinar laser ke satu objek lalu mendeteksi Sinar Pantulannya. Waktu yang dibutuhkan saat menembakan sinar laser dan saat mendeteksinya di hitung lagi menggunakan Prosesor sehingga hasil yang keluar adalah Jarak . . rumusnya ? rumus waktu diajarkan di SD.

Jarak = Kecepatan x Waktu

Kecepatannya ini yang cakep angkanya, menggunakan kecepatan cahaya yang tmcblog jelas hafal luar kepala 3 kali sepuluh pangkat 8 meter per detik 😀 atau sekitar 300 ribu km/detik . . Karena cepatnya speed ini, dikombinasi dengan prosesor jaman now yang notabenenya juga memiliki speed kencang, maka akurasi pengukuran menggunakan Laser  bisa mencapai 3 mm pada pengukuran sejauh 30 meter . . lha ini jari jari motor berapa sih panjangnya ? MotoGP 17 inchi, jari jarinya cuma 8,5 inchi ( 21,6 cm )  . . . ngukur 30 meter akurat sampai 3mm, lha kalo cuma 0,21 meter bisa kebayang kekakuratannya tho ? . . namun memang datanya banyak alias bejibun jadi kudu menguasai Teknologi informasi terutama soal Data Acquistion ( Akuisisi data ).

Ada pertanyaan lain, Lha itu ko naroh Laser-gunnya nggak tegak lurus dengan laser detector , agak miring ? simple ..  Kita bisa tambahkan algoritma rumus SD lagi Yakni Phytagoras . . Masih hafal kan ? 😀 Okeh lanjutt, nggak jadi masalah di sini. Jadi semua pembaca tmcblog sudah tahu bahwa Laser bisa digunakan untuk mengukur jarak . . .sekarang kita fokus di penggunaan saat test MotoGP . .

Jadi Itu laser Gun dan detector yang dinamakan Rolling Diameter mengukur secara terus menerus diameter atau jari jari dari Roda saat berputar / saat dipakai test . . Jelas pakai Prosesor khusus, algoritma khusus dan tentunya data yang diukur direkam terus menerus dan dapat ditampilkan setelah didownload di Pit nantinya . . .sobat bisa lhat ada Kabel ‘dadakan’ yang diselotip ke Spatbor kolong ducati ? Itu dia Kabel dari prosesor ke sensor/ Lasergun nya

Oke Jadi Intinya apa nih  ?

Kata kata diamater diukur dari poros (as) ke titik sentuh ban dengan asphal tentunya, Bukan hanya diameter velg ya. Tentu saja Ban itu Karena Karet dan di dalamnya ada udara maka saat menikung, saat akselerasi dimana roda belakang tertekan, saat mengerem dimana roda depan tertekan akan sedikit terdeformasi bentuknya, nggak sama banget persis seperti saat ban berada di kondisi normal.

Nah Perbedaan perbedaan bentuk dari deformasi ban inilah yang ingin dikepoin (diketahui) sama Para kru Teknisi  paddock, lebih asik lagi kalo sambil naroh action cam berspeed tinggi mengarah ke contact point ban dengan asphal jadi bisa mengkombinasikan Visual yang bersifat kualitatif dan data diameter yang bersifat kuantitatif. Jadi saat nikung bisa tahu bentuk/ diamater ban seperti apa, saat akseerasi segini, bisa tahu bentuk ban seperti apa.

Pict : David Emmet

Selain itu Jika dipakai pada sebuah Long lap/ Race simulation maka dengan akurasi yang tinggi Alat ini juga bisa mengukur seperti apa Grafik perjalanan kehausan pemakaian Karet ban ( tire wear ) . . Karena logikanya semakin tergerus maka diameter ban ( dari poros sampai contack Path ) juga akan berkurang . . kan berkurangnya kecil banget? Lah kan laser bisa detail banget ngukurnya.

Dengan alat ini team bisa tahu, kalo diperlakuan kasar, tire wearnya kayak apa, Jika diperlakukan halus tire wearnya kayak apa. Datanya lengkap dan Hampir kontinu . . Bukan hanya bisa lihat awalnya baru, akhirnnya abis segini

Pict : David Emmet

Di foto lain yang dijepret David emmet dua lasergun-detector dari Rolling diameter ini diletakkan baik di Ujung poros roda depan dan belakang dari Aprilia RSGP . . secara logika alat ini bukan untuk mengukur Getaran atau pun mengukur lendutan dari suspensi, hanya mengukur dinamika perubahan diamater saat pemakaian . . Mudah mudahan dari penjelasan tmcblog ini sobat sekalian bisa lebih tercerahkan. MotoGP memang detail banget sampai ke hal hal demikian dan menguasai hal hal detail seperti ini bisa jadi menentukan menang atau kalah . . silahkan dikunyah kunyah . . .

Taufik of BuitenZorg

69 COMMENTS

    • alat laser scanner kaya gini sudah bukan hal asing kok, di bengkel2 besar di indonesia sudah diterapkan, terutama untuk alat grinding(cnc) noken as,buat copy noken. kaya 3d printter dll juga pake teknologi yang sama kok, berhubung saya dulu sempat bikin desain noken as untuk beberapa motor teman saya(bapak2 wkwk) waktu saya masih sma 2 tahun yg lalu, bisa saya pastikan ini teknologi yang groundbreaking, ga bayangin kalo copy manual waktu tahun 2010 kebawah wkwk

      saya kira yang malah menarik disini bukan lasernya atau bagaimana lasernya bekerja, tapi bagaimana mereka bisa mengubah data yang didapat di alat ini menjadi sebuat grafik dan statistik degradasi ban lap-per-lap, atau bahkan turn-per-turn dengan akurasi yang tinggi, setiap perubahan yang tidak signifikan akan terdeteksi dengan alat ini, pengembangan bisa step-by-step, tidak perlu perubahan radikal. di Motogp Technology 3rd edition, sudah disinggung sedikit tentang cara pabrikan mengukur degradasi ban, tapi menurut opini saya sebagai orang awam, cara ini yang paling efisien dibanding semua metode yang ada di buku itu wkwk

      • ya itu dia kuncinya adalah soal Akuisisi data atau data acquistion . . bagaimana nanti sang analisator bisa menampilkan data ini berbarengan dengan data telemetri akselerasi, pengereman dll dan bentuk dari Track . . tentu akan amazing dilihat

        • Klo gak salah data ini juga yg d pake dorna untuk menentukan jumlah lap tiap sirkuit, yg mana tiap sirkuit berbeda jumlah lap yg ditetapkan. Dan tentunya data d ambil dorna dari produsen ban yg d pake (dan pastinya alat ini d gunakan juga oleh produsen ban apapun mereknya). Juga dipadukan dengan data konsumsi bahan bakar dari pabrikan (produsen mesin) yang Ada di specifikasi yang terlampir (atau bisa juga dorna yg menekan dengan regulasi seperti batasan specifikasi konsumsi bahan bakar untuk mesin yg Akan d produksi.

    • sebenarnya teknologinya nggak pake rumus rumit, cuma pake rumus anak SD 😀 . . namun datanya buanyak jadi kudu menguasai Teknologi informasi terutama soal Data Acquistion

    • Nanti data yg di proleh juga akan di terapkan di ecu mm om..
      Kontrol aksel yg akurat buat keawetan ban..
      Mungkin muaranya ksana..

    • Disini letak perbedaan alien dgn pebalap biasa, alien gk pake ginian risetnya alias lgsg on the spot.. hari ahad lgsg dipraktekkan hasil riset 2 hari sebelumnya.
      Kalo sembalap biasa harus pake laser ginian buat tau sebanyak apa “degradasi ban terhadap aspal sirkuit dengan pemakaian jumlah lap tertentu..”
      Wah bisa jadi judul skripsi nih

    • Bisa
      Kan ada imu yang bisa ngukur derajat kemiringan, atau kalo simpelnya lean angle sensor
      Rumusnya juga sederhana pakai sinus, kosinus dll
      Lalu tinggal rumusnya di tambahkan pada algoritma data acquistionnya .. setelah itu duduk manis, biar mesin dan mikrokomputer yg bekerja

    • Justru ane ngelihatnya ini yg dikejar ducati, bukan sekedar keawetan ban
      Tp bagaimana ban ketika masuk tikungan, apex dan berakeselerasi keluar tikungan
      Nantinya punya inputan untuk setting ecu

    • Atau untuk mengukur perbandingan lebar ban saat aksel dan diaksel..?? Sehingga data yg di dapat bisa di jadikan bahan untuk mengetahui traksi yg pas pada ban.
      Jujur aku masih bingung terhadap peran laser yg besar (warna kuning orange)

  1. Ada 2aspek bagiku yg cukup mengganggu,… @wak haji
    1. Kalo melihat Effort ducati ini, yg sangat concern dengan pendekatan teknokogi, terlihat jelas sebuah keniscayaaan bahwa motoGP sebagai ajang perlombaan teknologi bertaraf prototype, Berarti kan jelas elektronik gak bisa ditinggalkan?
    Apalagi, jelas target utama mencari limit gain kecepatan terkini dalam rangka memecahkan rekor laptime sebelumnya…
    Dengan fakta fakta begini kok masih ada yang bermindset kaya “ban ghoib” jika “control elektronik” gak dipakai… bla… bla… Yang lainya….
    .
    Kedua, di artikel sebelumnya ada menyinggung rider yang mempunyai alat alamiah ditubuh nya yang merespon limit yang dibutuhkan saat berkendara (f1/4=red). Aku berpikir, tentunya selevel marquez (dgn bukti juara terus) tentu juga memiliki apa yg disinyalir seperti f1/4 kan @wak haji (walau belum pernah di ulas)
    Kalo aku simpulkan berarti kategori “skill” kan? Jadi kalo ada yg mempertanyakan marq gak punya skiil kan jadi binun aku?
    Maaf nih @wak, jadinya curcol nih…..

  2. 1. Balap GP termasuk F1 memang sudah lumrah juga jadi ajang lomba teknologi, bisa dibilang boundary/limit dunia otomotif ada di arena balap-balap ini. Kalau saya nangkapnya itu bukan ‘mindset’ umum, tapi karena di’umum’kan sama netizen bikin statement orang yg notabene wawasannya ‘umum’ tapi jadi semakin nyaring.
    Saya dari dulu percaya, yg sampai di mata telinga press ini masih di ‘permukaan’ saja. Klo yg di factory-level udah confidental (terbukti) nanti juga turun ke publik secara gamblang, lalu bisa jadi turun ke produk konsumen.
    2. Ini opini saya, Marq itu ‘current ceiling altitude’ -puncak atlit balap motor sy bilang. Di dunia atlit itu banyak faktor fisik dan personal yg bila deviated/beda sedikit antara 1 dengan yg lain pengaruh di garis akhir. Persepsi > respon > reaksi itu di mata penonton mungkin tidak ada satuannya, berapa milidetik, milisenti akurasi seseorang. Biarkan sinergi teknologi-team-atlit tsb. yg berbicara, kita bebas berprasangka

  3. honestly saya bukan fans rider tertentu tapi saya salut dengan segala upaya kerja keras ducati dalam hal inovasi..

    hal hal seperti ini jarang terdengar dari paddock lain terutama honda, saya hampir ga pernah dengar berita begian dri paddock honda (mungkin ada tapi saya ga tau) tapi toh mereka (marc) juara juara aja..

    percuma bikin ini itu teliti ini itu klo ridernya ga bisa bawa ya percuma..

    jadi rider klo kalah kan tinggal bilang motornya begini motornya begitu, seperti seolah olah segala inovasi dan hitung hitungan yg dibuat tu ga dianggap sama rider..

    jadi rider jgn apa apa motor apa apa motor, anda sudah bener g bawanya itu aja

  4. saya pikir ini ada hubungannya dengan kekerasan suspensi dan sifat ban ketika belok, lurus di tiap tingkat kecrpatan dll akan ketahuan.
    tujuannya mungkin untuk pengembangan sasis seperti maaf otong bisa keras maupun lembut sesuai kebutuhan.
    opini ini bisa betul bisa sesat kwkwwk

  5. saya pikir ini ada hubungannya dengan kekerasan suspensi dan sifat ban ketika belok, lurus di tiap tingkat kecrpatan dll akan ketahuan.
    tujuannya mungkin untuk pengembangan sasis seperti maaf otong bisa keras maupun lembut sesuai kebutuhan.
    opini ini bisa betul bisa sesat kwkwwk

  6. way too much effort and innovation .. but still in 122 years still no more world champ .. desmo udah bagus sebetulnya, tggl ridernya yg perlu diganti ..

    mungkin troublenya sedikit berbau nasionalis apa ya wak ?

    masa talent hunternya ducati gak bergerak ? itu itu aja, bagnaia juga kesulitan ..

    Iker tuh, di KTM aja really good, juga gk dilirik ?

      • iya itu wak, fabio telewat, rins jg, iker skrg, binder jg ..

        scoutingnya prefer all italian spertinya, keliatan itu dgn dititipnya bagnaia ke pramac,dengan harap2 bsa naik ke factory..

        padahal jelas2 jack much better, cuma ausie pula..

        next rossi belum keliatan soalnya ..

        mgkn masih penasaran pgen world champ dengan all italian in paddock plus bikenya..

        • nation pride barangkali bro..

          padahal kalau berkaca ke 3 pabrikan besar japan dimotogp, gak ngotot pake japanese rider…

          lah wong belum ada mau gmana..

  7. Kadang perlu pembuktian data2 dari apa yg diucapkan feeling dr rider, krn gk semua teknisi bisa nangkep feeling dr rider, dan gk semua rider bisa menyampaikan feeling dg benar ke teknisi, akhirnya perlu data

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


Exit mobile version