TMCBLOG.com – Juara dunia MotoGP 2021 yang juga ace rider Yamaha Factory, Fabio Quartararo finish di hari terakhir test Mandalika pada posisi kedua. Adalah di menit-menit akhir Fabio mencoba mengejar laptime dan harus puas mengakhiri sesi dengan jarak 0,014 detik lebih lambat dari waktu tes terbaik yang dibuat oleh Pol Espargaro. Namun begitu, sang juara bertahan tampaknya belum sepenuhnya puas pada Minggu malam di Mandalika (Indonesia).
“Saya cukup cepat di pagi hari, tetapi perasaan saya tidak begitu baik, jadi saya juga tidak senang. Pada sore hari kami membuat langkah yang bagus. Di atas segalanya, perasaan saya jauh lebih baik. Ini lebih penting daripada peningkatan Laptime. Saya senang tentang hal itu – tetapi kami telah mencapai batas. Sayangnya saya merasa di ujung batas di mana-mana. Waktu putaran lebih baik, namun saya berharap lebih. Tapi mari kita lihat, di Qatar akan menjadi cerita yang berbeda. Dari pihak saya, saya sudah 100 persen siap,” tambah pria Prancis berusia 22 tahun itu.
Omongan soal limit ini memicu kekepoan jurnalis di Zoom meeting pada Ahad sore yang lalu. Hadir pertanyaan lanjutan bahwa dengan kata-kata ‘limit’ ini apakah itu berarti Yamaha M1 baru sudah mencapai batasnya? Mengenai hal ini, Fabio sempat berhenti sejenak dan kemudian menjawab: “Sejujurnya, ya. Saya tidak tahu di mana kami bisa meningkatkan performa. Ketika Anda merasakan ujung depan bergerak dan merasa gelisah di mana-mana, ketika roda belakang berputar pada batasnya, Anda bahkan menggosok siku ke mana-mana… Sulit untuk menemukan lebih dari itu.
Tapi bagi saya penting bahwa tim dan terutama Yamaha bekerja keras untuk menemukan sesuatu sehingga kami memiliki kecepatan lebih baik dan saya tidak merasa mendekati batas. Untuk menjaga kecepatan itu (saat di Mandalika), saya harus push begitu keras setiap kali saya keluar jalur. Ini cukup sulit.”
Quartararo juga menyelesaikan simulasi balapan pada hari Minggu ia pun menjelaskan perihal upaya long-run ini “[awalnya] Kami memilih ban belakang medium karena [menurut kami] kompon lunak tidak mungkin tersedia di akhir pekan balapan. Namun Itu adalah mimpi buruk.”
“Tak lama setelah simulasi balapan, saya menggunakan [ban] soft lama dan kemudian bisa lebih dari setengah detik lebih cepat. Saya sangat senang dengan kecepatan saya, bahkan di sore hari saya masih melakukan 1:31,6 menit dengan ban yang berumur sepuluh lap. Itu sangat bagus. Saya merasa kami melakukan pekerjaan dengan baik dan beradaptasi dengan baik dengan motor. Kecepatan kami kuat,” tegas El Diablo.
Secara umum yang bisa TMCBlog tangkap dari Fabio Quartararo adalah dia sepertinya masih menyembunyikan apa sebenarnya kekuatan dirinya dan M1 2022 saat ini. Dari semenjak tahun lalu Fabio selalu koar-koar mengenai top speed, top speed dan top speed . . Ini kuping Iwata pasti pengang dibuatnya, namun apa yang terjadi . . Yamaha bukannya tidak mau mendengarkan apa yang diinginkan oleh pembalapnya soal masalah top speed.
Mereka tentu punya seabrek-abrek data bukan hanya soal data ke-empat pembalap mereka, kami yakin Yamaha juga memiliki bank data soal performa pembalap-pembalap pabrikan lain. TMCBlog sangat yakin mereka sangat tahu letak/spot di mana Ducati kuat, Honda kuat, Aprilia kuat, Suzuki kuat dan juga di mana KTM memiliki kekuatan. Oleh karena itu untuk sementara Yamaha berfikir bahwa mengubah motor jadi memiliki top speed tinggi namun menggadaikan aspek keseimbangan lain seperti corner speed belum menjadi opsi pilihan buat mereka.
Dan lagi-lagi hal ini bisa dibuktikan di trek yang notabenenya bahkan belum 100% sempurna seperti sirkuit Mandalika. Jika kita cek data yang dihimpun oleh Chris Pike, Fabio berhasil sangat dekat dengan capaian Pol Espargaro. Hanya berbeda 0,014 detik dan itu sangat kecil, dari sini cukup memperlihatkan kemampuan Fabio-feat Yamaha M1 2022 di trek Mandalika, trek di mana dalam satu bulan mendatang semua pembalap akan kembali bergabung, namun kali nanti akan jauh lebih serius dan fokus karena sudah masuk race weekend. Jika data one-lap time attack belum cukup juga memperlihatkan sisi inner performance dari seorang Fabio simak lah data race pacenya yang juga dikompilasi oleh Chris Pike ini.
Dalam dua hari berturut-turut, Fabio merupakan pembalap yang paling banyak menorehkan sinyal-sinyal kestabilan dalam merengkuh race pce cepat di Mandalika. 10 lap di angka 1:31,5 – 1:32,0 dan 16 lap di pace 1:32,0 – 1:32,5 sudah menunjukkan bahwa ia sangat stabil di race pace yang diperkirakan menjadi race pace saat balapan. Tak ada pembalap lain yang lebih konstan dari Fabio dan kalau boleh lebay bisalah dikatakan apabila hari Senin kemarin adalah race day, Fabio punya potensi tertinggi untuk finish pertama di Mandalika dengan konsistensinya ini.
Ini lah yang TMCBlog bilang bahwa segala keluhan-keluhan yang hadir bisa jadi sebagai upaya sandbagging dari Fabio Quartararo. Bukan sebuah ungkapan negatif, melainkan bagaimana sosok Fabio berupaya agar strategi sesungguhnya yang ia kuasai tidak terungkap secara gamblang ke publik. Walaupun semua tentunya akan dengan mudah mengetahui akan seperti apa kekuatan pembalap Perancis ini melalui analisis data tentunya.
Buat Yamaha sendiri TMCBlog sangat yakin mereka sangat mengetahui keinginan pembalapnya. Nggak perlu pembalap umbar-umbar di mikrofon media mereka pasti tahu hal itu dan mereka pasti intens membicarakan soal ini sekaligus solusinya. Mereka paham benar bahwa untuk bisa meyakinkan Fabio terus bersama mereka, mereka harus membuat M1 yang bisa membawa Fabio tampil kuat dan berjuang untuk meraih titel kejuaraan kembali tahun ini.
Taufik of BuitenZorg | @tmcblog
gass el diablo
Artikel wak haji memang selalu berbeda, lebih berisi 👍
Betul…selalu nunggu artikelnya wak kaji, bisa ikutan baca2 diskusi juga
sutuju bang…makanya paling anteng mantengin blog nya wak haji
Saya setuju sangat berbobot dalam berita, joss gandos buat wak haji👍👍👍
emang artikel wak aji dari dulu masalh ulasan apapun pasti ane tunggu,apalagi yang bau2 motoGP….Rasa gak bisa bohong Ups….wkwkwkwkwk..semangat wak aji sama om nugie TOP BGT….
Jd kepo…koq blm ada ulasan atau opini pembalap ducati atau morbidelli yg mrpk penantang kuat di 2020
Ducati kan sudah pede bro,ke 8 pembalap mreka siap tempur katanya dgn mesin paling kencang digrid beserta inovasinya. Klo morbidelli masih belum pulih total dr cedera…kayaknya trek kotor mandalika dia blm push hard…tapi bisa pos 4. Nah ini tanda sesuatu…
makin kepo…kenapa mesin V4 pada pake mas damper. klo inline g pake mass damper
mengeluh untuk meroket?
ini data yg di nanti
wow jika di ambil ideal best sector fastest lap quartararo bisa 1.30.8xx
berarti secara teori memang qualifikasi nanti bisa aja tembus 1.30.xxx tapi dengan catatan tidak crash
G sabar nunggu race nya
Bisa jadi nih menyimpan senjata, kalau morbidelli kepanasan di Mandalika
Setelah ak zoom gbr quartararo start bareng pol, terlihat jelas aspal mandalika ga semulus aspal di sirkuit lainnya, kasar banget, dan juga di ban depan motor yamaha m1 ada kerikil aspal nempel, semoga race nanti sirkuit ini bisa lebih baik lagi
Karena ga mulus itulah wsbk wetrace aja gripnya masih bagus.
Kan emang kotor berdebu tanah merah bambang.. itu bukan aspal nya.. klo mau liat mulus nya liat wkt WSBK kmrn atau lihat paha Syahrini
Wanjayyy..paha syahrini auto ngelayang gw bray..wkwkwk
Lebih baik lambat tapi juara 1 daripada kencang tidak podium.
Lebih baik mengeluh tapi Jurdun daripada “i’m happy” tapi peringkat 10.
Baru ngeh kalo Yamha pabrik disuport MSI juga, ato cuma Quarta aja?
‘Push dengan keras saat mengendarai motor’??
Bukannya semua pembalap kyk gitu ya??
Mngkin keras dlm artiann mendekati limit motor ibarat motor liniter rpm 16000 quartaa ckup 15500 uh kenceng. Nah mm sukanya mentok smpe 16000nya
Saya rasa M1 semakin set sama ban
kok ‘menggosok siku’ 😀
menggosok gigi yang bener
mudah2an bener apa yg menjadi dugaan wak haji,
kalo dipikir-pikir sebenarnya Mandalika ini bisa jadi venue yg perfect utk mengetes performa motor dalam keadaan low grip yg notabene adalah kondisi yg selalu terjadi di sebagian besar race week, seperti yg dikatakan Jack Miller,
sayangnya artikel yg berbobot dan berkualitas gini kurang menjual kalo utk mengejar traffic dan pundi2 uang, krn segmennya hanya enthusiast aja, tapi gw salut sama wak haji mau tetap mempertahankan idealisme nya ditengah godaan yg menggempur,
wak kaji mah bkn blogger, kayaknya udah licenced journalist 😄
Setuju …klu di media lain kebanyakan heboh di judul.
Liat judul udah males baca.
sy rajin baca blog itu dari 2013, tp skrg udah ga lagi
Ada kelebihannya masing2 sih.. mungkin wak haji bikin artikel kaya blog lain,, malah kurang menjual.. kalo enthusias moto gp, ya larinya ke blog ini..bukan blog lain. Kalo kontennya dah beda,,malah banyak yg lari kaya blog2 lain
Kalo di sirkuit yg flowing,, m1 ft fabio, mungkin bakal biadab.. tapi feelingku bakal keteter jauh di sirkuit redbul ring, cota..
Nah itu. Mngkin salah satu kekhawatirann Quartaa. Soalnya yamaha jga terkenal bagus diawall musim sampe pertengahan. Dn mulai merosot di akhir musim
yamaha m1 ini slh satu strong pointnya ada di front end dn brakingnya, trutama oleh quartaro..
mungkin saat ada update ban depan (2023? apa 2024?) respon Michelin dr keluhan pabrikan v4 ,mereka baru bergerak lebih masif
sekarang kan ban belakang doang yg notabene mungkin “menguntungkan” karakter I4,sampe hodna dipaksa untuk evolusi
Saya juga mengira begitu… Kayaknya fabio juga belum push to the limit sengaja tahan topspeed biar lawan lengah merasa sudah diatas angin. Tapi data meninjukkan dia konsisten.. dan yamaha tahu fabio ingin naik gaji hehe.
Wkwkwk… Fabio bilang ” sialan chris pike.😂
Wak haji kan senior dan ilmunya dah beda dibanding yang muda muda. Sya juga kagum
lap time konsiten tapi start dari posisi 6 dan ga bisa nyalip ya ga bisa finish pertama
Iya kalo quartaa starr ke 6. Depanya ducati sama Repsol ya ckup susah nyodook ke depan. Tekhnik ngacir layaknya Lorenzo yg paling tepat. Tpi harus bsa start row depan selain quartaa gw juga kepo kekuatan MM yg juga lebih fokus race pace,..
saya lebih suka menyebutnya “dirtbagging”, mengacu pada kondisi sirkuit 🤭
Semua akan terbukti di Qatar, brp top speed para monster V4 disana, apakah Suzuki tetep nempel
Thx to mr. Pike. Bikin kezel pebalap yang niatnya bersandiwara. Semua data dijembreng jelas.
Test
Power itu penting. Tapi bukan segalanya. Coba tengok ducita yang punya power terbesar, sampe sekarang belum bisa mengulangi prestasi kang pancing. Makin mangkel lagi kalo tahun depan gagal maning dibungkam motor terlamban top speednya.
Menurut saya maksud taro sesuai dengan penjelasan bagnia. Motor duc 2021 udh jelas OK untuk pengetesan, tapi area pengembangan nya sudah terbatas, sudah mendekati limit. Berbeda dengan desmo 22, potensi developmentnya masih luas. Hal itu yang mungkin ingin di sampaikan oleh taro, di mana motor nya masih terasa sama dengan m1 2021. M1 2022 sudah OK, tapi potensi development sepanjang session 2022 sangat terbatas.
masalahnya motor V4 skrg jg udh mulai kuat di corner speed. Apa bisa 2 point di mesin I4 (Speed Corner & Top Speed), diupgrade bersamaan biar tetap seimbang?
nyimak Blogger kondang ..
Memang sangat kuat dalam kestabilan, membuat laptime lebih sedikit, entah apa yang diperbuat iwata begitu antengnya buat diberbagai sirkuit walau secara power dibawah kompetitor
Iya sih gamblang tapi tiap akhir tahun gak berani sharing buka2an foto motornya tanpa fairing. Sejauh ini cuma merk2 jepang aja yg berani share foto studio tanpa fairing diakhir musim. Kemaren pas bastianini fairingnya copot aja mereka ketar ketir langsung mingkem kalo ditanya jeroan motornya
mungkin quat udab nge baca mendan perang , kalau latihan dia bisa ambil ideal line yg sesuai limit motor jadi bisa cepat beda dengan dog fight saat race apalagi lawan ducati yg nyalip pas lurus aja atau corner exit dengan akselerasi ,ditambah kalau corner speed mereka bisa di imbangin suzuki yg top speed nya lebih wow berdasar data sepang dan lombok.
Lihat di youtube sebelah ada salah satu pembalap MotoGP yg memar tangan kirinya waktu dimandalika..apa berita itu bener ya? atau cuma hoax?
Lengan kiri Francesco Bagnaia kena serpihan kerilkil trek.
Makasih om nugi berarti fix benar