Home MotoGP Review Perkembangan Teknis Yamaha di paruh Pertama MotoGP 2022

Review Perkembangan Teknis Yamaha di paruh Pertama MotoGP 2022

19

TMCBLOG.com -Setelah Aprilia, Honda, dan Suzuki Via artikel ini akan kita me-recap perkembangan Teknis Motor YZR-M1 dari Pabrikan Yamaha di paruh pertama MotoGP 2022 yang sempat dirilis oleh MotoGP.com. Pada tes pramusim 2022 Yamaha Sudah terlihat menguji sasis yang diperbarui berbasiskan apa yang mereka miliki tahun lalu. Sasis baru ini sebenarnya pertama kali terlihat di Jerez Test pada akhir musim 2021 yang lalu. Area yang berubah adalah area cut out pada ujung atas main beam Sasis. Yamaha Mengubah Garis atas cut out tetapi ketika pengendara mencobanya, mereka mengatakan bahwa mereka tidak merasakan perbedaan besar yang mereka harapkan dan inginkan.

Setelah itu Yamaha Langsung merespon dengan menyiapkan Sasis baru berdasarkan Feedback dari pembalapnya. Dan hadirlah Sasis berikut ini sob

Fabio dan Franco mencoba sasis baru ini tetapi komentar mereka kurang menunjukan sikap yang antusias karena keduanya berpikir bahwa secara keseluruhan sasis ini memiliki Karakter yang terlalu kaku dan bukan merupakan langkah ke arah yang benar dan yang mereka butuhkan.

Pada akhirnya, yang akhirnya terjadi adalah Yamaha kembali ke sasis 2021 mereka dan telah menggunakan sampai Seri ke 11 di paruh eprtama Msuim 2022 ini. Ini terlihat seperti sebuah langkah mundur, namun jelas hal ini sering terjadi di MotoGP, Yamaha hanya menganggap bahwa bahwa sasis 2021 yang membawa mereka gelar Juara dunia kembali ini memiliki standar yang cukup baik.

Yamaha Sebenarnya di 2022 ini membawa mesin baru dan lebih bertenaga, semua pengendara mengatakan itu tidak cukup dan mereka membutuhkan lebih banyak. Dengan spesifikasi mesin yang ditetapkan untuk tahun ini, Yamaha melakukan peningkatan dengan cara lain dan salah satunya adalah menjelajahi sisi aero.

Mereka membawa fairing aero baru yang lumayan berubah banyak untuk pertama kalinya dalam beberapa musim terakhir sekaligus sebagai Winglet yang terbesar yang pernah mereka rancang. Lebih banyak downforce tentu saja membantu mereka di Trek yang sempit dan berkelok-kelok, tetapi itu membuat mereka lebih rentan di-buly oleh Para V4 di trek lurus. Untuk mengatasi ini mereka membawa pembaruan aero lanjutan

Desain dari Aero update kedua Yamaha 2022 memiliki basis desain yang sangat mirip dengan Aero dari tahun 2021 yang lalu tetapi teta dengan beberapa perbedaan. Update tersebut berupa Hilangnya detail dagu / doweran besar yang mencuat di depan saluran masuk udara dan Hilangnya sidepod.

Morbidelli meggunakannya di Sepanjang race weekend Mugello tetapi setelah mencobanya dalam latihan bebas, Fabio memutuskan untuk tidak menggunakannya saat race dan menggunakan aero yang lebih besar sebagai gantinya. Dia lebih suka perasaan Downforce yang diberikannya aero awal 2022 saat melalui tikungan dan saat keluar dari tikungan.

Berbicara tentang saat keluar dari tikungan keluar 3 dari 4 pebalap Yamaha sepakat memberi tahu bahwa masalah terbesar Yamaha M1 adalah grip belakangnya. Namun, Fabio Quartararo bersikeras bahwa M1 tetap memiliki grip belakang, hanya perlu sedikit upaya dan perubahan gaya Balap untuk menemukannya. Fabio bersikeras bahwa kelemahan terbesar M1 adalah kurangnya Top-speed

Yamaha memiliki swingarm baru dan baru-baru ini kita melihat Fabio Quartararo menggunakannya saat memenangkan Balapan. Desain Under- Brace dari Swingarm baru ini berbeda dan desain ulangnya cukup besar dibandingkan dengan swingarm standar yang awalnya mereka miliki selama beberapa musim sekarang. Ini adalah Upaya yang cukup besar pertama yamah dilakukan Yamaha di mana kita bisa telah melihat mereka benar-benar mencoba mengatasi masalah grip belakang dan setidaknya untuk Fabio, dia menyukainya. Franco menggunakan swingarm baru ini tetapi tidak terlalu sering.

Yamaha Nggak Hanya mengahdirkan Update satu swingarm baru ternyata Ada yang karbon juga. Franco Morbidelli adalah pembalap pertama yang menggunakan swingarm Carbon Yamaha dengan efek yang luar biasa saat ia finish di posisi Runner Up pada tahun 2020 di atas M1 2019-nya. Dia adalah satu-satunya pebalap Yamaha yang menggunakan Swingarm Carbon secara konsisten, jadi mungkin jika yang baru ini sesuai dengan keinginannya, itu bisa menjadi kunci yang dia butuhkan. Namun, sejak dia mencobanya di Catalan Test, belum pernah melihatnya ia menggunakannya kembali sejak itu, sebagai gantinya memilih untuk lebih mengeksplorasi swingarm standar awal.

Yamaha 2022 memang sedang disorot karena walaupun terlepas dari bagus dan Konsistenya performa dari fabio Quartararo, namun Perform ketiga pembalap lainnya Bisa dibiang sangat jomplang bila dibandingkan dengan prestasi dan raihan fabio. Banyak yang mengkhawatirkan bahwa apa yang sedang dilakukan Yamaha dengan hanya mengandalkan satu pembalap seperti ini bisa berpotensi berakhir seperti apa yang dialami Oleh Honda dalam dua setengah tahun terakhir. – based on MotoGP Info

19 COMMENTS

  1. Yamaha ama Honda itu senasib, cuma punya 1 rider bagus, 3 laennya ampas dgn alasan masing2. Bedanya Yamaha ridernya bugar, Honda you know sendiri lah. 2 pabrikan ini klo ga ada ace ridernya kayanya 2023 udah bisa masuk ke status konsesi.

    • Pol Espargaro juga finish cuma belasan, 2022 ini cuma sekali podium itupun cuma ketiga, posisi finish terbaik setelahnya cuma ke 9. Klo pake itungan konsesi, cuma podium 3 sebiji ga gugurin kemungkinan masuk konsesi. Marquez aja yg terlalu hebat kondisi fisik udh terbatas dan motor yg diacak2 ama Espargaro arah pengembangannya masih aja dia bawa menang.

  2. Yang penting juara dunia, daripada nurutin semua pembalap tapi hasilnya zonk kaya honda sekarang. Lebih baik satu pembalap tapi di depan terus.

    • Yg pundaknya berat jelas rider medioker yg tetiba jadi tokoh utama 2022. Biasanya diparuh musim kedua pabrikan gede mulai settle dan ketemu solusi dari masalah di paruh musim pertama. Itu baru 1 faktor teknis. Belon lg faktor kompetitifnya 3 rider yg bisa dibilang calon kuat runner up 2022. Kasarnya Quartararo cukup menang 1 ato 2 kali lagi sisanya dia nyante finish posisi 3 ato 4 jg tetep jurdun. Jelas ngejar posisi 1 beratnya ampun2an bagi si jumawa padahal orang negara dia sendiri tau dia medioker, belon lg resiko poin dikikis ama 3 rider Ducati teratas itu. So Quartararo tinggal balap dgn tenang, yg punya pressure paling gede ya yg dulunya papan bawah tetiba ada diatas dan harus pertahanin posisi itu klo masih pengen sesumbar dan jumawa, belon lg ancaman rekan setim yg tau caranya menangin race dgn skill (bukan krn kargo tim laen telat nyampe dan tim laen jadi sibuk lembur).

  3. hanya Fabio yang mengaplikasikan gaya balap JL99 untuk menjinakkan M1 sirkuit bukan hanya lurus doank tapi maksimlnya di cornering speednya

    • Gaya balap FQ20 lebih mirip ke MM93, bukan JL99, saat belok posisi badan sangt ke depan memberii beban besar ke roda depan gk butuh grip besar pd roda blkng, beda dgn hohe ketika belok badan cuma gerak kanan-kiri, ini yg dikatakan Diego Gubellini, gaya balap nya mmg gk butuh grip lebih pd roda blkng

  4. Udah bener taro, ngapain peduli sama 3 pembalap lain, kalo bisa sering juara seri bahkan bisa jurdun itu udah bagus banget

  5. M1 ini motor yang kebalikan dari Desmo, kalau Desmo motor yang horspowernya paling guede segrid, sementara M1 motor yang torsinya paling nonjok segrid motogp

    RCV & GSXRR di tengah-tengah mereka

    Cuma opini liarku

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


Exit mobile version