TMCBLOG.com – Sebelum ini soal Sprint Race MotoGP 2023 telah menuai pro-kontra di kalangan pembalap. Terlepas apakah mereka sebelumnya diberitahu oleh tim atau tidak, namun secara umum jika ada keberatan dari beberapa pembalap seperti Aleix Espargaro dan yang paling ter-vokal sampai menyebutkan kata ‘stupid’ seperti Fabio Quartararo lebih memperlihatkan potensi perubahan effort fisik di mana pembalap diharuskan mengubah pendekatan mereka dalam ‘bertempur hidup-mati’ untuk memperoleh hasil yang baik di kualifikasi, Sprint Race maupun main race. Nah, selain dari pembalap ternyata hadir fakta lain yakni dari para teknisi yang juga dianggap tidak diikut sertakan dalam perencanaan Sprint Race ini.
Seperti yang sudah TMCBlog tuliskan dalam artikel sebelumnya, klaim bahwa race weekend distance yang sama saja seakan menutupi calon fakta di mana secara umum pendekatan setiap pembalap dalam menghadapi race weekend akan signifikan sangat berbeda/ berubah. Sobat bisa melihat bagaimana sesi FP3 yang dilakukan pagi hari bisa dikatakan sama sekali tidak akan bisa merepresentasikan riset pilihan penggunaan ban yang tepat.
Jika kita melihat draft awal jadwal maka dengan dihilangkannya sesi FP4, maka satu-satunya waktu yang paling relevan buat riset race pace adalah sesi FP2. Dan ini pasti akan mengubah cara kerja teknisi dan mekanik di grid secara umum. Dan oleh sebab ini lah salah seorang crew chief kawakan MotoGP yakni Ramon Forcada begitu keras dalam menanggapi Sprint Race ini.
Nobody thinking about technicians….. Never….. Nobody…
— ramon forcada (@ra_forcada) August 22, 2022
Menanggapi artikel dari Mat Oxley, Forcada menuliskan tweet bernada sindiran : “Tak ada yang memikirkan teknisi, tak akan ada, tidak satupun.” Forcada berasumsi bahwa manajerial setiap tim tidak menempatkan diri mereka pada posisi teknisi mereka ketika membuat keputusan tertentu, seperti kasus Sprint Race. Ramon menyesalkan bahwa tidak ada yang berkonsultasi dengan mereka sebelum kelayakan jenis ini. “Manajer tim adalah manajer, mereka bukan teknisi, sama dengan IRTA. Tim teknis benar-benar diabaikan seperti biasa.”
Menurut Forcada, jenis balapan pendek seperti ini dapat berjalan dengan baik selama program latihan bebas dan kualifikasi yang ketat yang harus dihadapi pembalap dan tim kelas utama di setiap Grand Prix selama 21 kali akhir pekan dalam setahun disesuaikan dengan benar: “Sprint race tampaknya tidak terlalu buruk bagi saya, jika Grand Prix telah diprogram dengan benar. Semakin sedikit waktu untuk menyetel motor dan setiap detail kecil semakin diperhitungkan, mengingat betapa ketatnya kami tepat waktu” – Taufik of BuitenZorg | @tmcblog
Tambahan kerjaan dpt tbahan gaji ga ya
Yakin sih,,,setiap sprint race pasti semua pake ban soft
ada beberapa kemungkinan karena pembalap akan kerja lebih keras dan lebih berisiko:
1. tadi nya balap minggu doang kini akan balap sabtu juga
2. Motogp secara power dan lainnya sangat beda dengan WSBK, yg mana faktor resiko celaka lebih besar dari WSBK
3. ada kemungkinan dimana ada pembalap yg lebih ngotot di sprint race ada juga yg bakal ogah2an di sprint race atau bisa jadi akan ada yg males ngeliat hasil sprint race. Misalnya pembalap medioker ikut sprint race, dia udah kalah… jadi bikin bete dan akhirnya malas ikut main race
tapiiii….! apapun itu, saya mah cuma bisa nonton aja…
Kelas sultan kog pake sprint race segala.. hilang sudah ke-eksklusifan-nya
setuju!
Waduh opa ramon forcada nolol jg..kesel nya teknisi gk dipikirin..ambyar
Taun depan bisalh opa forcada diduetin morbidelli yg terseok seok
Positif negatif sih
Ane sih prefer qtt ngambil slot fp3 dibanding fp4
Sehingga setup main/feature race bisa lebih max
Kalo seperti draft jadwal, feature race nya bakal lebih unpredictable
yang penting sering ada aksi overtake, bukan touring.
Rumit euy
Boikot aja udah ..
Daripada gak dianggep ,
Kalo pembalap + teknisi mogok , eyang Durno bisa apa ?
Blm tentu pada berani
Forcada terbukti cocok kerja sama Frengki.
Mestinya mereka dikasih kesempatan duet lagi di 2023.
Atau nasib frengki bakalan kayak daniel ricciardo?
Gagal perform, tiba-tiba terdepak padahal kontraknya masih ada setahun. Never say never.
Balapan aing kumaha aing
Adu sprint begini yang rugi emang pemuja ban ghoib Michelin, yang biasanya telat panas
klo pembalap yang mikirnya yang penting turun di lintasan dan adu nyali kebut-kebutan sih asik-asik aja
Yang ada pebalap mogok malah terancam kena denda dan hukuman nggak boleh balapan. Kayak yang terjadi di GP Afsel 1982 (F1).
Opa Ramon belum pernah disundut cerutu hidungnya
sudah kuduga,,
mending balap 5 lap aja ata 10 lap dengan sistem eliminasi setiap lapnya
Menurut gw klo jatah waktu FP4 dijadiin sprint race, paling engga kualifikasi balikin kaya jaman dulu aja, 1 sesi doang 30 ato 45 menit, pembalap bebas mau turun kapan. Toh q1 ama q2 jg aslinya niru konsep superpole wsbk dgn kearifan motogp kan. Klo mau niru konsep wsbk yg udh terbukti rame, sekalian aja sabtu race 1 full lap, minggu race 2 full lap, paginya sedi warm up dijadiin sprint race. Niru konsep motogp nanggung gitu jadi bahan tertawaan org2 wsbk ama bsb doang.
Halah manja
Orang perusahaan mo phk karyawan aja gak bilang bilang
Kemarin Marquez bilang masalah RHT itu bukan motor tapi manajerialnya.
Nah masalah MotoGP sama nih, manajerialnya di bawah Dorna bermasalah.
Klo solusi RHT dgn copot Puig.. kalau solusi buat Dorna? *males jawab ntar di sundut cerutu
regulasi yg di tentukan dorna dg pemberlakuan sprint race tidak jauh dr income yg belakangan ini merosot.
Pilih ikut kata dorna atau motogp gak laku dan bubar.jika motogp bubar,silah kan jadi mekanik bengkel kaki lima seperti saya dan pembalap cari tempat balapan lain atau balapan karung
selamat kerja keras sapi perah dorno‼️