Tmcblog.com – Rencananya hari ini di Madonna di Campiglio Trentino, Italia, Ducati akan secara simultan merilis dan meresmikan dua project team factory mereka di dua balapan sepeda motor level tertinggi MotoGP dan WSBK. Berita yang sempat bocor selain rencana penggunaan nomor start #1 buat Pecco Baganaia, juga adalah rencana penggunaan nomor start #1 juga oleh ace rider Aruba.it Ducati WorldSBK 2023 Alvaro Bautista.
http://app-okeefe.jfo7syl77y-pxr4kzxnv4gn.p.temp-site.link/2023/01/22/ducati-sempat-bocorkan-no-start-1-pecco-bagnaia-2023/
Ceritanya juga bisa dibilang hampir mirip yakni sempat hadir di website, namun akhirnya Ducati kembali me-take-out konten gambar yang sifatnya prematur tersebut walau akhirnya masih sempat dicapture akun IG everythingmotoracing. Secara umum desain yang dipilih untuk nomor start #1 Bautista ini menggunakan jenis font dan warna yang sama, lengkap dengan hadirnya nomor start asli #19 dengan ukuran lebih kecil di bagian pojok kanan bawah. Jika Bautista memilih nomor 1, maka nomor start 19 tetap didedikasikan atas namanya dan ini artinya tidak boleh digunakan pembalap lain pada musim 2023.
— Alvaro Bautista Arce (@19Bautista) January 19, 2023
Sebelum ini, untuk menghangatkan suasana, Bautista sempat menerbitkan video di jejaring sosial di mana dia menunjukkan dua angka yang menyebabkan begitu banyak pembicaraan “Yah, saya pikir saya sudah memutuskan nomor. Antara 1 dan 19, tapi saya pikir saya sudah mengambil keputusan. Jika Anda ingin melihat nomor yang akan saya pasang di motor kecil ini, perhatikan baik-baik tanggal 23 . Saya sudah membuat keputusan, saya harap Anda menyukainya”, kata juara bertahan WorldSBK dalam videonya.
Tidak seperti penggunaan nomor start #1 di MotoGP yang terakhir kali digunakan 1 dekade yang lalu dan rumornya hadir semacam kepercayaan berbau takhayul bahwa juara dunia yang menggunakan nomor start #1 pada musim selanjutnya, tidak akan bisa mempertahankan gelarnya pada tahun berikutnya, di WSBK penggunaan nomor tersebut bukan hal yang terlalu asing. Ya, karena tahun tahun terakhir baik Jonathan Rea selama enam musim berturut turut 2016 – 2021 dan Toprak Razgatlioglu di musim 2022 juga menggunakannya.
Taufik of Buitenzorg | @tmcblog
serba 1 euy
kalo WSBK emg kesannya biasa aja ya
saya juga bingung, sampe alusalus dibocorin itu juga dibocorin sendiri tapi purapura rahasia wkwk akalnya orang Italy ini ada aja
gak penting juga, dapat no 1 nya juga lewat akal2an kok
Dua duanya sengaja di botcorkan wak…
yang jelas sih mempertahankan juara lebih susah dari pada merebut juara, kalo kepercayaan #1 di MotoGP sih hadir jaman Rossi, dulu Doohan bisa aja juara pakai #1
dua duanya kok hampir mirip dgn tetap menyertakan nomor asli mereka, berarti benar atas perintah Ducati sendiri,yg menandakan nomor satu itu motor Ducati nya sedangkan pembalap nya aslinya tetap pake no mereka sendiri
kan kalo Toprak, Stoner gitu paling ada ornamen bendera negaranya,rea polosan,hohe JL
tunggu rilis resminya aja deh
Tentu saja untuk “limited edition” Panigale 🤣
Panigale v4 40.000 euro, Panigale v4 world motogp 44.000 euro 🤣🤣
Selaras jadi batas maksimum harga regulasi 🤣🤣🤣
wkwkw masuk akal ya. Kalo superleggera harga segitu kan karna jelas alasannya.
Ini pake embel embel limited edition beda kelir, mau dicoba rame ga yang beli ? ujungnya ngepush batas harga homolobasi, lagi. wkwkw
mereka emang ambil untungnya dari situ, walaupun gak se segar keuntungan penjualan motor entry level paling gak neraca mereka masih bisa tetap positif
regulasi tiba tiba diubah ya mengikuti harga duc. padahal yg lain santuy bae
Kira-kira akan sampai kapan si “Ferrari-nya sepeda motor” ini akan bertahan dengan ideologi mereka ya.
Di saat Ferrari orisinil saja sudah berkurang kadar stubborn-nya di beberapa varian produk terbaru mereka karena pasar mobil mewah yang udah bergeser sana sini. Hihihi 🙂
sampai jurdun berkali kali dan pabrikan jepun ogah ikut wsbk lagi mas hehe
Kalo gitu malah jadi jumawa dong Bli. Bisa-bisa makin gak mau ngubah ideologi mereka bikin motor produksi massal.
iya begitulah style italian mas,mreka mau perfecto apapun caranya. liat apa yg gak terkenal dr sono dari makanan,gear,part modif sampai otomotifnya di up habis habisan. gak mungkin mau kalah sama jepun,apalgi di motogp dan wsbk masih dominan jepun. celah regulasi pasti dipelajari. sedangkan jepun gak mau jumawa dan ambisius. beda karakter mas. Bahkan Rossi demi menyaingi pembalap dr spanyol sampe bikin vr46 academy. Mreka memikirkan hal detail dalam lakukan sesuatu. meski itu terlihat individualis. saya saat keitaly dulu..orang sana terlihat serius serius. Jangan harap ramah tegur sapa ,senyum dijalan. mreka dijalan cuek…klo pke motor kayak rossi semua bahkan sampe gang kecilpun ngebut. haha
Mreka hanya ingin Perfecto. kayak capuccino nya.
Masuk akal sih ya Om. Kalau tindah akalakalan kan ya paling yang ingat paling berapa tahun ke depan aja. Tapi yang nyata dicatat sejarah kan statistik akhir, siapa yang pasang nama di posisi tertinggi..
btw “kebatuan” Ducati seperti apa sih yang bro Nug maksud? dari sisi teknis kah atau apa
Pertama2 di sini gue bicara sesuai artikel soal motor superbike produksi massal ya. Bukan soal Ducati MotoGP.
Kedua, gue gak bilang/nulis kalo Ducati itu ‘batu’ tapi mereka idealis [ “Kira-kira akan sampai kapan si Ferrari-nya sepeda motor ini akan bertahan dengan ideologi mereka ya” ] dalam jualannya. Mereka tetep kekeuh di superbike mewah dan gak mau jualan produk dengan harga yg selevel pesaingnya dari Jepang. Tapi itu bukan suatu kesalahan, kan ideologi masing2 perusahaan yak, cuma ya ogut bertanya2 apakah Duc akan goyang juga atau gak di masa depan.
Nah, di atas ngebandingin sama Ferrari karena banyak yg bilang kalo Ducati Ferrarinya sepeda motor tuh. Ferrari sendiri sekarang jualannya ngikutin pasar mobil dunia. Ya emang sih masih bertahan dengan segmen mobil sport mewah, cuma Ferrari udah mulai menyesuaikan selera konsumen. Contoh SF90 Stradale yang pake kombinasi sasis aluminium dan karbon dan bermesin hybrid, padahal Ferrari pernah bilang [IIRC] kalo mereka males mainan EV juga males bikin/ngembangin sasis karbon untuk mobil jalan raya.
Di sini menitikberatkan pada Ferrari yang pada akhirnya bisa ‘nurunin ego’ malahan sekarang juga mereka jualan SUV Purosangue ngikutin kompetitornya (Lambo Urus dll) yang kabarnya dulu segmen yg ogah diambil pabrikan merah asal Maranello ini.
Point komentar di atas sih cuma membayangkan bisa bertahan sampai kapan Ducati utk terus berada di posisinya sekarang dalam jualan superbike mewah di harga 2× lipat kompetitor sekelasnya (spek teknisnya di kelas ini mirip2 loh ya), sampe2 FIM harus merevisi homologasi tipe motor karena harganya udah kelewat batas akibat inflasi ekonomi global.
Walopun Ducati juga jualan motor ‘murah’ cuma bukan tipe superbike/supersport.
haha tengkyu bro Nug atas penjabarannya. makanya gw nulis kebatuan dalam tanda kutip. btw bener tuh ferrari & lambo dulu anti pati sama force induction, listrik²an, & bikin SUV. balik ke Ducati, menurut bro Nug apa sih yang bikin superbike Ducati mahal sampe harganya selisih 2x lipat dibanding superbike jepang yang secara spek teknis sebenernya mirip-mirip?
Terus terang kurang tau alasan persisnya karena apa kok harga jual bisa muahal banget dengan spek mirip Superbike Jepang.
Mungkin karena brand image Ducati sendiri dan karena produksi motor per unitnya sebagian besar masih mengandalkan kerja tangan manusia. CMIIW.
oke, tengkyu bro Nug atas sharingnya.
Bener bener berat ya jepun di wsbk nanti ..duc sudah persiapkan motor baru ngikut regulasi baru. apalagi pembalapnya masih bautista yg dimana pembalap lain protes karena dia terlalu ringan. Kayaknya duc yg jurdun lagi klo jepun gak ngikut buat motor setara secara harga. masalahnya..mesin jepun pke i4 dr segi power dah kalah. Nah speedcorner duc sdh pke bejibun aero meski tampilan motor jadi gak estetik lagi (selera). cmiiw
baiknya jepun fokus ke ARRC saja klo regulasi begini. bisa jadi suzuki masih mau turun.
Hmm.