Home MotoGP MotoGP : Konsesi Ke Honda dan Yamaha Bukanlah Solusi

MotoGP : Konsesi Ke Honda dan Yamaha Bukanlah Solusi [ Sebuah Opini ]

39

TMCBLOG.com – Seperti kita ketahui bersama, Carlos Ezpeleta telah blak-blakan mengemukakan wacana pemberian konsesi kepada Honda dan Yamaha kepada jurnalis Damia Aguilar dari Radio Catalunya “Kami berupaya untuk bisa membantu, tidak hanya Honda, tapi juga Yamaha, agar mereka bisa kompetitif lagi dengan cara yang lebih cepat. Honda dan Yamaha sangat perhatian dengan aturan konsesi di masa lalu.”

“Dan itu sangat penting bagi Ducati untuk menjadi kompetitif dan juga bagi Suzuki untuk menjadi sangat cepat, dan bagi KTM dan Aprilia untuk secara resmi memasuki kejuaraan dunia dan menjadi kompetitif juga. Produsen lain juga akan memahami posisi resmi Dorna bahwa sistem konsesi harus diperbarui.”

Sistem konsesi yang saat ini berjalan diperkenalkan sejak awal musim 2016 dan, seperti yang dikatakan Ezpeleta, sistem ini memungkinkan pabrikan seperti Aprilia dan KTM untuk dapat melakukan akselerasi menjadi pabrikan MotoGP yang lebih mapan.

Jika konsesi diberikan kepada dua pabrikan Jepang, maka secara empiris Marquez Misalnya, dengan status konsesi akan memiliki sembilan mesin selama satu musim,  hak untuk tidak menyegel spesifikasi mesin mereka sebelum musim, enam entri wildcard, lebih banyak jadwal test yang dialokasikan dan pembalap factory dapat menguji pada hari uji non-resmi. Itu semua telah terbukti sangat berharga untuk membantu kemajuan tim baru pada kasus Ducati, Suzuki, KTM dan Aprilia. Tapi apakah akan berefek yang sama ke Honda dan Yamaha?

Menurut TMCBlog yang akan terjadi pada kedua pebarikan ini tak akan semasif itu. Terlepas dari rencana apa pun yang mungkin ada dalam pikiran Dorna untuk mencoba dan membantu Honda dan Yamaha mendapatkan kembali status dan keseimbangan kekuatan mereka sebelumnya, menurut TMCBlog pemberian konsesi hanya akan berdampak kecil atau bisa dibilang solusi tapi parsial.

Kecuali kedua pabrikan ini secara radikal mengubah cara mereka beroperasi. Bukan hanya perkara perubahan membangun mesin MotoGP yang dirancang untuk mematuhi buku peraturan sebagaimana adanya. Namun lebih ke bagaimana cara pandang dan kecepatan serta percepatan respon mereka terhadap permasalahan yang hadir di paddock.

Kita tahu secara luas pabrikan Eropa sangat terbuka terhadap ide ide yang bahkan dianggap ‘gila’ dan atau radikal dalam pendesainan motor, dan bukan itu saja, proses pengembangan motor pada part yang diperbolehkan di-develop oleh Buku Regulasi bisa dikatakan sangat responsif dan cepat.

Ibarat kata, pada race weekend Ducati, KTM dan Aprilia dapat dengan cepat membuat solusi ketika misalnya ada sesuatu hal yang membuat pembalap kesulitan terhadap grip depan. Sudah diubek-ubek ternyata mereka harus menambah kekakuan dari misalnya triple clamp. Dan mereka bisa saja di akhir sesi race weekend langsung mencoba triple clamp baru dengan kehadiran 3D printer di dalam paddock. Sementara pabrikan Jepang selama ini?

Proses birokrasinya panjang. Ide dan masukan serupa misalnya (soal triple clamp) dibutuhkan ratusan atau bahkan ribuan laporan studi latar belakang masalah yang harus dikirim sampai ke Asaka misalnya untuk Honda atau Iwata untuk Yamaha. Lalu di sana laporan ini dianalisa kembali sampai satu saat disahkan oleh petinggi HRC dan keluarlah keputusan membuat part tersebut, lalu dikirim ke Eropa . . Ini jelas Jepang kalah waktu banyak banget dibandingkan pihak Eropa!!

Pabrikan Jepang harus berubah soal akselerasi dan keputusan pegembangan Motor yang selayaknya dilakukan cepat. Para petinggi HRC yang berada di trek harusnya diberikan privillage dan kekuasaan khusus untuk menentukan keputusan di tempat tanpa harus banyak berdiskusi dengan Asaka atau Yamaha ke Iwata. Dengan ini pengembangan mereka bisa cepat walaupun memang bayangan resiko gagal pun logis ada.

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

 

39 COMMENTS

    • tunggu dulu, 3d printer model apa yang bisa leluasa dibawa ke paddock & bisa cetak besi triple clamp dengan instan hehe

        • 3d printer cuma bisa buat nyetak bahan fiber atau plastik. Kalo CNC baru bisa metal itupun gak semudah yang dibayangkan, alias kalo CNC harus bawa material gelondongan gede yang jadinya gak praktis. Kecuali memang Mini CNC itu bisa, dengan catatan cuma dipake buat bikin part yang kecil2an aja.

      • Di luar dah ada metal 3d print kek apaan kek. Ini tuh wak haji cuma ngasi perumpamaan aja, jangan pusing fokus beralih

  1. dan kalau sampe gagal reputasi nama baik pabrikan yang selama puluhan tahun dibangun bisa hancur seketika,….. nambahin kalimat untuk paragraf terakhir. haha

  2. Budaya Jepang itu selalu memperhatikan attention to detail dan refinement, kalo kita lihat di liputan2 atau dokumenter bagaimana mereka dgn bangganya memelihara budaya karya seni yg usianya ratusan tahun, dr menempa pedang sampai alat musik, bangunan, pakaian, makanan, respect mereka terhadap orang yg lebih tua, bisa dibilang jepang itu old society,
    Jadi inget cerita bagaimana Toyota mengembangkan Lexus LFA, mungkin ada korelasinya kenapa Jepang terkesan lambat dlm pengembangan sebuah produk,
    Fenomena skrg kan beda, memang inovasi cepat berkembang tapi kadang ada yg kurang matang, contohnya aja di dunia gadget, ada kamera pop up tapi bentar aja ilang, baterai meledak krn salah desain, gampang matot, software ngebug, refinement antara software dan hardware yg kurang optimal, dll

  3. padahal yg bikin kurang serunya motobiji gabisa cucuk2 an, ya karna sayap2 dan adjuster2 an,
    yg bikin rider ga salah buat puntir gas kegedean atau kekecilan,kecepetan atau kelambatan,

    • Betul, skill rider(s) jadi tidak terlihat dominan, padahal rider(s) punya kuasa penuh atas motornya.

  4. Semua karena cuan, kalo menurut petinggi inovasi ini tidak mendatangkan cuan maka tidak usah dikejar. Rasionalitas apa yang akan didapatkan vs biaya yang harus dikeluarkan menjadi pertimbangan utama sebuah keputusan, apalagi dunia sedang resesi juga.

    • Motogp skrg udah ga relevant sama penjualan motor. Jadi juara bukan berarti motor pasti laku. Ikut motogp buat pride. Lagian banyak tekhnologi motogp yang hampir ga mungkin turun ke mass prod misalnya seamless gearbox. Tinggal skrg pabrikan mana yang paling kuat bakar duit. Paling aman ya bakar duitnya sponsor

  5. jepang sangat birokratif. sangat Asia sekali. bahkan juga terlihat dari kebiasaan yang tua/senior lebih didahulukan dari yang muda, yang, tentunya, akan membuat apapun mejadi birokratif sekali.
    lihat saja, banyak pimpinan yang sudah tua, kalau ada yang muda masih sering dianggap remeh (contoh saja kayak di kementerian atau di BUMN saat ada pemimpin muda yang ditunjuk)
    bahkan pada tahun 2000an dlu sampe ada iklan rokoknya “belum tua belum boleh bicara” yang mengkritisi kebiasaan seperti ini .
    *juga sebuah opini

  6. sebenernya tuh apasih yg membuat pabrikan jepang ini harus berdiskusi ngirim part dulu ke Jepang? pabrikan yurop menghadirkan 3d printer di dalam paddock, ga perlu kan konsul dulu ke bologna di italia, jadi begitu sesi akhir race weekend bisa lgsg diuji coba.

    nah ini jepun knp harus repot2 semua mesti harus persetujuan dari asaka/iwata? “Rasionalitas apa yang akan didapatkan vs biaya yang harus dikeluarkan menjadi pertimbangan utama sebuah keputusan” ini mah pelit namanya

    lagi lagi apa? yak mindset

  7. Terlepas dari perbedaan etos dan budaya kerja, toh kalaupun hendi dan yamama ditanyain soal penawaran konsesi, kemungkinan besar mereka menolak.

  8. Eropa adalah koentji
    Sama seperti Jawa

    Yaa semoga aja hegemoni Eropa semakin meredup,dgn salah satu tandanya NATO semakin gelagapan,ekonomi negara2 Eropa pada turun

  9. Sekaligus juga kritik buat D0RNA agar merubah & memperbaiki strategi marketingnya buat MotoGP & WSBK krn MotoGP & WSBk nggak seseksi dulu lagi jadinya pabrikan pun ogah2an buat jor-joran infes ditambah era era motor listrik/hidrogen kian dekat).Secara umum balap motor jauh lebih seru/menarik ketimbang balap mobil tapi semua itu nggak ada gunanya jk D0RNA nggak ngerti cara marketingnya (ngejualnya).Pengen niru F1 tp cuma setengah2 & krng niat (harga langganan nggak ngotak,promotor lokal nggak jelas,kebijakan sosial media yg “ultra why”) lha wong sterpuruknya F1 aja masih laku krn tau gimana jualnya,masak MotoGP kagak bisa & kolot.Cuma pendapat pribadi.CMIIW

  10. Apakah faktanya demikian Wak? Atau sekedar opini semata? …

    Dulu kan Ducati paling Bolot saat zaman Lorenzo minta karet tangki lama, tapi Lorenzo puji HRC yang begitu cepat respon ketika minta ini itu ….

    • dah terwakili pertanyaan gw😊 ….kayanya gak sgitunya deh soal budaya atau apalah itu, emang pabrikan jepang lagi gak jor2an aja kliatannya, karna iklim bisnis yg blum pulih, atau emang yaa insinyurnya lg pada mentok ide aja 🤔

  11. bolehkan lagi penggunaan ecu dan software inhouse, pengen lihat adu paket aerodinamika pabrikan eropa vs paket elektronik computerized pabrikan jepang

    • Nah ini baru bener….eropa dengan aero nya dan jepang dengan elektroniknya…
      Kita lihat siapa yang unggul…kalau bisa pabrikan ban juga dibebaskan lagi…ban asia atau ban eropa yang akan menang…

    • Mungkin loh ya, ini mungkin. ECU canggih bisa ngehandle akselerasi, tapi peak power/top speed butuh aero untuk membuat motor bisa ngebut dengan lebih aman. Rekor tertinggi 360an km/h kemarin tampaknya mustahil dilakukan tanpa bantuan aero untuk ttp menjaga kestabilan motor di kecepatan setinggi itu.

  12. Cuma opini ya jangan serius
    2017 Honda launching Honda riding assist alias Honda self balance, dan itu otak utamanya imu alias gyro, dan Honda mengatakan si HRA ini PNP ke semua motor Honda
    2017-2019 marq menggila dengan rekor lean angle dan saves dan Rossi bilang itu bukan murni usaha Marc tapi memang motornya punya fitur itu 😁
    2019 Dorna unifikasi imu, HRC anteng apa pura² anteng? padahal sebagai mana ecu ada beberapa soket mubazir yang tidak terkover imu pireli

  13. Jangan salah jika jepun mrasa terpojok ada 2 hal. Jengah membuat hal yg revolusioner atau sekalian mundur saja. Untuk ancang ancang. btw sebaiknya dorna menanyakan kpd duo jepun apa yg diharapkan…apakah mreka ingin ecu dibebasin lagi atau pilihan ban boleh dibebaskan. Itu harusnya dilakukan menurut mimin.

  14. Sepele tinggal diadu jepang dgn stelan ecu inhouse kalo bisa pake ban jembatan batu nya vs eropa dgn aero2 adjuster dan ban ngeselin..bkln wadidaw
    Mana mau honda yamaha dksh konsesi juga sepertinya malu..
    Prinsip kando mereka

  15. Bener juga, meskipun boleh di bilang usang. ECU inhouse lebih worth dan ingat betapa ducita ngototnya waktu itu dimasa2 transisi ecu pirelli untuk kepo-in rahasia ecu inhouse hendi dan yamama. Dan akhirnya motogp kembali ke jaman batu seperti sekarang, inovasi2 yg yg mungkin useless untuk produksi massal, karena inovasi2 tersebut sebenarnya gak perlu hadir kalu ecu inhouse diberlakukan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


Exit mobile version