Home MotoGP Quartararo : Yamaha M1 2024 butuh banyak ditingkatkan buat Sepang Test

Quartararo : Yamaha M1 2024 butuh banyak ditingkatkan buat Sepang Test

24

TMCBLOG.com – Baik Fabio Quarararo maupun Alex Rins telah mencicipi spek pertama dari Yamaha YZR-M1 model 2024 di satu hari test Sepang kemarin. Secara umum mesinnya masih menggunakan platform mesin 4 silinder segaris, namun disinyalir ada banyak update dari Luca Marmorini hadir di setiap detail perubahan jeroan mesin M1. Dari sisi fisiknya Yamaha sepertinya banyak mengombinasikan detail aerodinamika baik dari Aprilia maupun Ducati/KTM. Terlihat aero-winglet depan ala ala ‘Topeng Film Scream’ yang juga mirip seperti yang selama ini dipakai Aprilia di RS-GP mereka, namun juga untuk soal solusi downforce saat menikung, Yamaha mengadopsi model diffuser ala Ducati dengan downwash pada sisi samping fairing. Namun yang penting bagaimana feedback pembalapnya terutama Quartararo setelah mencoba selama puluhan lap?

“Kami memiliki banyak pekerjaan yang harus dilakukan pada sepeda motor baru ini,” kata Fabio Quartararo membuka penjelasannya. “Kami mengambil langkah maju dalam hal aerodinamis, tapi ini sedikit mengubah keseimbangan sepeda motor. Kami tidak punya cukup waktu untuk menyesuaikannya karena kami memulainya satu jam kemudian di pagi hari.”

“Pertama, paket karbon aero perlu dibuat, ini adalah prototipenya. Kami juga harus mengubah banyak detail. Saya mengharapkan lebih – kami masih jauh dari peringkat teratas. Jarak yang sama seperti sebelumnya. Salah satu poinnya adalah wheelienya cenderung terlalu kuat, dan poin lainnya adalah kami ingin meningkatkan kemampuan berbelok dengan paket aero.”

“Kami juga mencoba sasis baru, yang tidak terlalu bagus. Mesinnya sedikit lebih baik, tapi sangat mirip dengan tahun ini. Untuk memanfaatkan alat bantu aerodinamis dengan lebih baik, Anda memerlukan tenaga mesin yang lebih besar.”

Menarik membaca pengungkapan kalimat terakhir yang dikatakan Quartararo mengenai korelasi antara power mesin dan efektifitas aero. Ini memang seperti fenomena ‘ayam dan telur’ . . . siapa yang sebenarnya duluan hadir? Aerodinamika saat ini dibutuhkan untuk menghadirkan grip terbaik, baik pada saat melaju lurus maupun melaju miring menikung di tikungan. Dalam hal ini downforce itu eksak banget dan jika dilihat dari rumusnya, jelas banget salah satu variabel penentunya adalah speed. Dan untuk menghadirkan speed korelasi utama adalah tenaga yang disalurkan via crankshaft mesin inline 4 Yamaha M1 harus ditambah . . Dan ini memang adalah tugas Marmorini selama ini.

Namun ya itu dia, kenapa lama? Karena banyak koridornya, bore 81 mm salah satunya. Beberapa solusi hal yang bisa membuat mesin melaju kencang dalam hal ini RPM meraung tinggi (karena power berbanding lurus dengan RPM) misalnya, crankshaft bisa dibuat lebih ringan. Tetapi hati-hati, dengan crankshaft ringan bisa membuat motor liar seperti yang pernah terjadi di Suzuki ketika mereka ingin menaikan RPM limit waktu zaman Iannone masih berada di sana.

So, Marmorini memang harus step by step kerjanya dan selalu mengevaluasi setiap perubahan yang ia lakukan terutama efeknya di hal-hal lain. Namun, ya itu dia kita juga harus mengingat bahwa Yamaha – bersama Honda – di 2024 termasuk pabrikan konsensi peringkat/rangking D yang membuat mereka bisa bebas mengembangkan mesin sepanjang musim berjalan. – @tmcblog

24 COMMENTS

  1. Padahal kata cal35 power M1 sudah cukup,tinggal aero minimalis dan keunggulan dicornering dtingkatkan..tapi itulh kenyataan rider utama fq20 minta power dan power entahlh kita lihat 2024 apakah marmorini nemu solusi

  2. Ntah kenapa jadi agak ragu dgn kemampuan mengembangkan motor dr Fabio, mudah2an dgn adanya Rins bisa memberikan titik cerah buat pengembangan M1

    • Kata rins, sudah mendingan cmn setting elektroniknya yg belum klik beda feelnya dgn suzuki. Mungkin ini juga yg menyebabkan speed/power gak tersalurkan maksimal

    • buseet..mulai dari 0 lagi dong..segi pertama muaaahal…segi kedua waktu dan SDM..
      bisa sih asal penjualan Yamaha di INdonesia bisa 2-3 juta unit per tahun.
      Yang lebih menarik sih konsensinya nih..jadi insinyur bener2 diperas kemampuannya..kalo membaik ya berarti Ok kinerjanya kalo engga ya TTD proposal pensiun dini

  3. Tinggal nunggu input dari rins, barangkali masih inget feeling naik suzuki kemaren.
    Kalo tetep engga joss, ya taro siap2 cari seat di duduc juga.

  4. Mungkin ga ya misalnya seri dengan track yg lurus nya panjang
    Yamaha dengan free mesin
    Bisa buat mesin yg khusus buat top speed dan akselerasi
    Terus mesin yg lain lebih Balance ngikutin Aero?

  5. Malah hampir gak ada coverage tentang pendapat Rins soal M1 kah Wak? Padahal salah satu transfer pembalap yang cukup signifikan juga, tapi ane lihat dimana-mana yang dibahas Marc Gresini, Marini Honda, sama Acosta, justru Rins berita dan hypenya agak sepi…

  6. Manfaatkan input dari R1N42 klo mau ada perubahan signifikan. Input Taro hanya sebagai pelengkap . bisa otak atik mesin sepanjang tahun saya rasa lgsg cepat ketemu solusinya

  7. Soal rins yang udah pake atribut yamaha dan rins komen kesan dia diatas m1 memang dibolehkan ya wak? Bukannya kontrak HRC langsung? Atau detail kontraknya membolehkan?

  8. Crank ringan yg bikin mesin liar emang ga bisa dijinakin sama elektronik ya wak haji?
    Secara janpaner struggle semenjak si ecu disamaratakan..

  9. Dengan mesin inline yang lebar, fairing juga lebar, area yang terkena hambatan angin dari depan juga besar, sehingga memperlambat laju. Waktu 2 tahun sepertinya cukup untuk marmo bikin mesin V.

  10. Saat Yamaha juara dunia, Yamaha bukanlah motor dengan speed paling tinggi. Bukan pula motor dengan output power paling besar. Keunggulan Yamaha adalah cornering speed. Sekarang, motor dengan V engine, yang terkenal memiliki speed dan power gede, sudah menemukan resep menikung ala Inline Engine (Yamaha). Yes, dengan paket aero. So, Yamaha ngapain main aero juga??

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


Exit mobile version