TMCBLOG.com – Perjalanan Pertamina Enduro VR46 Racing Team sejauh 5 seri awal musim 2024 (di luar seri GP Argentina yang dibatalkannya) bisa TMCBlog katakan cukup baik meskipun kedua pembalapnya belum konsisten bisa bertarung di pack terdepan dalam setiap race yang dihelat. Fabio Di Giannantonio sampai sejauh ini masih mengungguli Marco Bezzecchi di klasemen pembalap, dengan jarak poin yang tidak terlalu jauh antar keduanya.
Kedua pembalap Pertamina Enduro VR46 Racing Team memang sedikit menemui rintangan, mengenai adaptasi terhadap Ducati GP23 yang memiliki karakter yang berbeda dengan GP22 yang kedua pembalap pakai di musim lalu. Semenjak awal musim kompetisi bergulir memang terpantau Fabio Di Giannantonio lebih cepat klik dengan motor barunya ketimbang Marco Bezzecchi, dari sesi test hingga bendera finish berkibar di balap Grand Prix Qatar.
Diggia berhasil unggul dalam mengoleksi poin di GP Qatar, yakni dengan 9 poin dengan menempati posisi 7 pada balap Grand Prix meskipun dirinya gagal finish pada Tissot Sprint Race. Sedangkan Bezzecchi pergi dari Lusail dengan hanya mengumpulkan 2 poin lewat posisi 14 di Grand Prix dan 0 poin di Sprint race pada seri perdana MotoGP 2024.
“Saya langsung menyadari perbedaannya. Pengaturannya perlu disesuaikan agar saya benar-benar nyaman. Respons throttle dan cengkeraman merespons secara berbeda. Bahkan cara duduk di motor saja berbeda, Anda harus mengubah orientasi diri Anda. Pengalaman berkendara mirip dengan Ducati, namun banyak aspek yang perlu disesuaikan kembali.” ungkap Di Giannantonio saat pertama kali menjajal Ducati GP23.
Peningkatan yang nyata dari performa Diggia juga terlihat pada perolehan poinnya di 5 seri awal tahun 2024 dibandingkan dengan 2023. Musim lalu Ia mengoleksi 25 poin setelah 5 seri, baik balap Sprint dan juga Grand Prix, meningkat sejauh 22 poin. Catatan tersendiri untuk Diggia pada balapan Sprint memang tidak begitu baik, dengan DNF berturut-turut di 3 seri awal dan hanya satu kali berhasil meraih poin di Sprint race Le Mans. Sementara untuk balap Grand Prix hasil balap Di Giannantonio sangat baik dengan konsisten mengumpulkan poin dan finish di 10 besar.
Marco Bezzecchi yang di awal musim didera kesulitan dalam adaptasinya dengan GP23 memang berbanding terbalik performanya dibandingkan dengan paruh pertama MotoGP 2023. Bezz yang musim lalu tampil sangat impresif bersama GP22 hingga sempat memuncaki klasemen pembalap, justru kesulitan dengan GP23 tahun ini. Selalu 0 poin pada Sprint Race, Bezzecchi merasakan bahwa perlu mengubah gaya balapnya di atas Ducati GP23.
Merasakan masalah pada sistem kopling, lalu kesulitan saat motor mengerem dan juga soal grip saat akselerasi GP23 keluar tikungan, Bezz yang semenjak GP Portugal bulan Maret lalu terus berusaha menyesuaikan berbagai hal termasuk beberapa hal teknis pada motornya. “Saya mengubah gaya berkendara saya. Saya masih mencoba untuk berubah karena masih belum otomatis bagi saya untuk berkendara dengan cara ini. Tahun lalu saya sangat kuat untuk membawa motor ke tikungan dengan banyak pengereman, banyak tekanan pada rem. Saya sangat kuat pada titik itu, untuk menghentikan titik pada suatu sudut,” kata Bezzecchi.
Perbedaannya dengan tahun lalu, Bezz tampil kuat saat bawa motor masuk ke tikungan dengan banyak tekanan pada rem. Berbeda dengan motor GP23 yang bekerja dengan cara yang berlawanan, dimana menurut Bezz GP23 harus berhenti dengan sangat baik saat posisi motor tegak, namun kemudian harus melepaskan rem untuk membuat motor berbelok. “Ketika Anda menahan rem, motor berbelok lebih sedikit dibandingkan tahun lalu, jadi bagi saya masih belum terlalu alami untuk masuk dan melepaskan rem. Naluri saya mengatakan untuk menjaga rem.” Sesuatu yang sangat diusahakan oleh Bezz dalam mengenal GP23.
GP Jerez merupakan penampilan terbaik Bezzecchi. Ia berhasil start dari posisi kedua dari baris terdepan, menjalani dua sesi latihan dan juga kualifikasi yang solid, namun sayangk Ia alami crash pada Sprint. Bezz mengaku bahwa tidak ada yang salah pada motornya, akan tetapi Ia merasa masih ada performa yang hilang di tengah tikungan. Hasil dari Bezz beserta timnya sudah menemukan dasar setup yang bagus untuk bisa dieksploitasi, di Jerez merupakan pertama kalinya Bezzecchi merasa nyaman dengan GP23. Hasilnya adalah podium posisi 3 yang sekaligus merupakan prestasi terbaik Bezzecchi dan juga Pertamina enduro VR46 Racing Team sejauh 5 seri bergulir musim 2024 ini.
Rintangan dan kesulitan yang Bezz hadapi memang sangat mempengaruhi record poinnya saat ini, performanya terlihat menurun meskipun sempat meraih podium balap Grand Prix di posisi 3 pada GP Jerez. Perolehan poinnya di 5 seri awal tahun 2024 dibandingkan dengan 2023 menurun jika dibanding musim lalu yang mana Ia baru sanggup mengoleksi 36 poin setelah 5 seri baik balap Sprint dan juga Grand Prix, lebih sedikit sampai 57 poin dibanding MotoGP 2023.
Sampai dengan balapan di Le Mans atau GP Prancis, Fabio Di Giannantonio berada di posisi 9 klasemen sementara dengan 47 poin, sementara itu Marco Bezzecchi berada satu peringkat di bawahnya dengan perolehan 36 poin, keduanya menutup posisi 10 besar. Keduanya selisih sejauh 11 poin di klasemen sementara pembalap. Peringkat tim Pertamina Enduro VR46 Racing di klasemen keseluruhan ada di posisi 7 dengan total 83 poin yang sudah dikumpulkan oleh Fabio Di Giannantonio dan Marco Bezzecchi. Sedangkan untuk peringkatnya di klasemen tim independen ada pada peringkat ke 4 sementara. | @tmcblog
Sepertinya enduro timingnya kurang tepat, mungkin tahun depan baru bisa moncer kalo dah dapat desmo gp24.
wah kalau cara duduk beda sih itu yang kacau, gak akan mudah dapet kliknya. pantesan crash berturut2 kemaren
Padahal udah menggunakan motor bekas juara yg tinggal pake aja
Ada yang mengira pakai oli enduro racing
spx itu om yang sering di pake adv itu olnya