Saturday, 23 November 2024

[ Tech Talk ] Kuak Tabir Sistem Ride Height Devices Dari Kasus Bastianini

TMCBLOG.com – Pada race MotoGP Austria di hari Ahad kemarin, salah satu rookie MotoGP 2021, Enea Bastianini (Avintia Esponsorama), harus mengakhiri balapan lebih cepat setelah hanya lima lap, ketika Ducati Desmosedici GP19-nya tiba-tiba berubah menjadi layaknya Naked Bike setelah fairing sebelah kiri motornya terlepas dan terbang. Untungnya tidak ada pembalap lain dan track marshall yang terkena imbas lepasnya fairing ini. Namun dari kejadian ini kita bisa melihat seperti apa mekanisme mekanisme dan bentuk mesin Ducati Desmosedici termasuk sistem Ride Height Device.

Jurnalis teknis Formula 1, Craig Scarborough gercep dengan langsung memposting analisa teknisnya mengeni part part apa saja yang terlihat di paparan kiri body Desmosedici GP ini. Minus penunjukan flywheel besar sepertinya cukup lengkap paparan Craig ini.

BTW, paparan detail motor dalam keadaan fairing terbuka untuk pabrikan Eropa Ducati, Aprilia dan KTM memang jarang ditemukan, tidak seperti pabrikan Jepang Honda, Yamaha dan Suzuki yang setiap akhir musim bahkan memaparkan apa yang mereka pakai di musim yang telah berakhir.

Namun pada pembahasan blog dan vlog kali ini TMCBlog mau sedikit menganalisa bentuk dan perkiraan mekanisme dari Ride Height Devices yang dipakai oleh Desmosedici GP19 yang bisa jadi merupakan referensi dari bentuk part serupa yang dipakai di GP20/GP21 dan juga sistem serupa pabrikan lain.

Basis mekanisme dari sistem Ride Height Devices ini adalah ‘memaksa’ sistem linkage suspensi belakang untuk berada dalam keadaan terkompres saat pembalap ingin buritan motor dalam keadaan rendah/ceper. Alat yang digunakan untuk memaksa hal ini adalah semacam tabung canister yang di dalamnya berisi sistem piston hidrolis.

Piston hidrolis ini salah satu ujungnya di-mounting pada bagian bawah dari swingarm Under brace carbon fiber sementara bagian lain dari rod piston di-mounting pada bagian bawah dari linkage suspensi. Selain rod piston kita bisa juga lihat hadirnya stroke sensor kecil yang berguna untuk mengambil data dari kinerja kerja piston Ride Height Device sekaligus kinerja lendutan dari suspensi juga.

Yang jadi pertanyaan dan masih tersembunyi adalah mekanisme antara tombol-tombol adjuster di setang kiri dengan canister piston hidrolis. Yang pasti terlihat adalah output dari tombol adjuster disalurkan via sebuah kabel/sling baja.

Perkiraan TMCBlog adalah, kabel baja ini akan mengaktifkan sebuah mekanisme hidrolik di satu devices lagi yang akan mengalirkan cairan hidrolik ke canister piston yang bekerja untuk memberikan pemaksaan tekanan kepada suspensi belakang agar terkompres/terdekompres untuk membuat bagian buritan Desmosedici turun/kembali naik.

Jadi alat ini akan mengkonversi gerakan kabel/sling mekanis ke gerakan hidrolis untuk mengkompres/dekompres piston pada canister kedua. TMCBlog memperkirakan bahwa sistem Ride Height Device serupa di pabrikan lain tidak terlalu jauh berbeda mekanismenya dengan RHD milik Ducati ini. Jangan lupa simak vlognya juga ya sob.

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

71 COMMENTS

  1. Bukannya malah jadi lebih mahal dari sistem elektronik ya jadinya,bikin jalurnya ribet. Ups tapi masih ada sensor walo triggernya mencet tombol (mekanis) , kalo dikombinasikan sensor gyro/nikung, jadi g perlu mencet2 tombol, jadi otomatis ceper setelah kemiringan berapa derajat dan akselerasi sekian, dan otomatis kembali saat kemiringan sekian deselerasi sekian gimana? Masuknya elektronik atau mekanis? Kan pakai hidrolis itu mekanis , ? ah g pernah ikut rapat homologasi alat ini

    • Regulasi MotoGP Tidak boleh elektronik, jadi Nggak ada pilihan selain Mekanis kabel atau hidrolis dan Harus manual jadinya.

      • Bener nih Wak, biar kayak tahun 2000an pas era era 2 tak, dimana bakat mengendarai tidak tertutupi kemampuan elektronik, yang bener bener berbakatlah yang akan menang

  2. Nah spemikiran wak…kmaren pas trlepas fairing smping ,waaah bs jd stpan empuk paparazi nih,bahkan meski motor pedrosa yg trbakar kmaren pun fairing msih nempel komplit
    Oya wak…kpan neh ngbahas sistem bongkar pasang roda motor2 endurance/moto gp yg bs mudah di lepas psang srta pnyetelan rantai dgn tepat dn cepat

  3. Lama-lama insinyur ducati bisa menciptakan alat yang bisa bikin wheelbase lebih panjang disaat trek lurus, dan lebih pendek disaat melahap tikungan. Who knows? Never say never heheheh

    • Ini kan udh jadi itung2an pas bikin setup suspensi, swingarm, pivot swingarm dll. Ada banyak penjelasannya di yt. Bahkan insinyur sasis KTM ngejelasin kalo pas belok itu sebenernya ban depan sm belakang sedikit berubah kedudukannya secara lateral, kyk sistem 4wheel steering gitu tapi kecil bgt sudutnya.

      • tapi katakanlah kalo bisa manjangin wheelbase sampai 10cm atau bahkan 20cm dengan bikin pivot swing arm yang bisa maju mundur, kan wow banget, bener bener jadi motor drag di trek lurus, begitu ketemu tikungan bisa dipendekin lagi biar nikungnya enak ?

    • @anonimuse. Bener tu om. Terus rantenya pake prinsip mekanisme mountain bike yang kencang-kendornya bisa menyesuaikan dengan sendirinya. Sapa tau insinyur motogp kedepan kepikiran ide gila ini. Never say never heheheh

    • @imam. Jangankan motogp bike, mocil sport kelas 150cc aja bisa di adjust panjang/pendek wheelbase-nya. Cara adjustnya masih manual saat motor berhenti khaaann? Heheheh

  4. bahan referensi yg bagus buat Suzuki nih yg masih ngembangin adjuster ini. Jadi gerakan sling baja spertinya sedikit aja ya, buat memicu si piston hidrolis nya aja.

  5. Saya Yakin Pebrikan2 MotoGP ini jauh lebih jago kalau bikin alat ini dengan elektronik, kapabilitas mereka lebih dari cukup . . Cuma ya karena tidak boleh saja, jadi putar otak main hidrolis gini . . Jangan Kan RHD, Wong Software elektronik ecu aja Mundur beberapa Tahun ke belakang kan ?

  6. Bukankan lebih efisien kalau output dari tombol disetir langsung kabel listrik biasa daripada harus pakai sling baja.
    Mungkin ini untuk mengakali regulasi saja yang mengharuskan pembalap pakai sistem mekanis sebagai operasional kokpit mereka, padahal ujung2nya ya elektrik.

    • Ampun wak, gak berani saya 🙂

      Berarti itu hidrolisnya gak pakai oil pump yang digerakkan pakai dinamo ya.

      atau pakai bantuan oil pump dari mesin? jadi pencet tombol cuma buat release input dan output valve aja
      wahh misteri…

      • ya itu dia Mekanisme Konversi gerakan Mekanis Kabel sling ke Sistem Hidrolis masih belum diketahui pastinya . . namun saya Pikir karena ini mekanis banget sepertinya Sistemnya sudah banyak yang bisa ngebayangin, monggo yang pernah kuliah di teknik Mesin mungkin

  7. Saya pikir komponen2 hidrolik dll dibawah swing arm itu sebagai pengganti link unitrack aja wak. Kayak kalo user motor trail atau r15 yg ngerasa ketinggian buritannya tinggal ganti link unitrack lebih panjang/pendek, nah di Ducati ini peran link itu digantikan sistem hidrolik yg bisa adjustable. Jadi shockbreakernya ga terkompress, soalnya ngompress shock sebegitu jauhnya butuh gaya berapa besar walaupun pake sistem hidrolik, belum lagi karakter pegas bisa berubah kalo sering dipaksa di titik kompres kritisnya. Just my opinion…

    • dari tadi mikir jg.. jadi bukan shock yg terkompres tpi link yg kedorong piston hidrolis efeknya klo kedorong akan turun..
      tpi mikir juga kalo begitu cara kerjanya, apakah masih bisa stabil piston hidrolisnya saat shocknya mengayun.. wkwk

      • satu lagi klo shocknya yg terkompres itu artinya mengeras saat menikung,, daya redam shock hampir gak ada klo segitu amblesnya klo di perhatiin.

        • Saat nikung device ini ga aktif bro, cuma di lurusan aja. Opini saya jg ini lebih kearah DRS nya F1. Supaya angle attack front fairing dan winglet yg super banyak itu bisa direduksi, hasilnya koefisien dragnya rendah. Makanya topspeed motogp sekarang bisa lebih tinggi padahal engine ga ada perkembangan

      • Mungkin perlu lihat tayangan slowmotion pas straight terus height asjuster ini aktif, apakah buritan jadi super stiff atau masih ada pergerakan redaman dari suspensi belakang

    • @bess yap berarti bukan untuk mengkompress suspensi belakang. Pas start pun joki gerak2 diatas jok jg motornya masih kasih redaman wajar diarea belakang. Ga kayak suspensi yg dipadetin sampe mentok

  8. Saat nikung device ini ga aktif bro, cuma di lurusan aja. Opini saya jg ini lebih kearah DRS nya F1. Supaya angle attack front fairing dan winglet yg super banyak itu bisa direduksi, hasilnya koefisien dragnya rendah. Makanya topspeed motogp sekarang bisa lebih tinggi padahal engine ga ada perkembangan

  9. Aktuator valve di hydraulic excavator itu sistemnya murni hidrolik atau ada bantuan elektrik ya? Jadi kepikiran ke sana nih, sistem kerja hidrolik penggerak lengan excavator.

  10. Yg shocknya udah pro link bisa dicontoh ini,apalagi kalo diaktifkannya saat lewat poldur sensasi gesekan body dgn poldur jahannam itu tidak ada duanya ?

      • Maaf om nug , dan wak, komen lg topic nya menarik ini.

        Lowrider gak pakek ballon om nug, pakek yg pnematic klu gak hidrolik, mau mentul” ballon gak bakalan kuat, klu mau ambles duank bukan naik turun mksudnya dalam intensitas tinggi ,ya baru bagged klu yg di maksud ts bukan, pernah punya jazz gw pakek bagged sobek kena rumah shock , browser di ebay ,dan dpet, di ganti yg model pneumatic aman sampai dijual yg beli jg gak mau di balikin std, malah di lebihin puluhan juta ama dia.krn dpet ilmu baru tentang spring rate buat bengkel kaki” nya. Sehat selalu redaksi tmc blog.

    • Mirip gan bahkan ada yg sama cuman pakai elektrik pemicunya, bagged gak bisa cepat naik turun nya kek low rider car.

  11. letak device nya berada antara linkage yg terhubung ke swingarm, bukan yg terhubung ke suspensi atau rangka,
    pantesan yg develope ini alat adalah pabrikan motornya bukan pabrikan suspensinya,,
    btw, kirain selama ini si alat akan mengembalikan ketinggian motor secara otomatis waktu pengereman, ternyata ada tombolnya juga ya,,

  12. Kalau pakai sistem hidrolis, berarti pakai electric pump/motor atau pakai sistem apa wak buat memompa / memindahkan hydrolic oil dari canister ke sistem suspensi.

  13. Ini yg naik turun link suspensi bukan mengkompresi sock suspensi itu.
    Perhatikan deh wak,linknya berbentuk segitiga,kiri terhubung ke mainframe,atas terhubung ke suspensi,yg kanan terhubung ke hidrolis.

    Cara kerjanya hidrolis mendorong link ke depan alhasil suspensinya turun (IMO)

  14. wow, komen full teknis. ini yang bagus.

    tombol di stang kiri ada seperti lingkaran apakah modelnya kayak shifter sepeda balap?

    tombol yg atas di tekan beberapa kali untuk menarik kabel baja di sistem ride hieght device.
    sedangkan tombol yang bawah untuk mengendurkan kabel baja dengan satu kali tekan biar shockbreaker berfungsi kembali.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

TERBARU

KONTEN PILIHAN

MOTOGP