Saturday, 21 December 2024

Dr. Robin Tuluie : Pengembang Mass Damper & Ride Height Device Ducati

TMCBLOG.com – Salah satu terobosan performa MotoGP dalam 5 tahun terakhir adalah perkembangan peranti aerodinamika pada motor dan juga penggunaan shape shifter. Khusus untuk shape shifter secara umum berkembang dari yang awalnya pemakaian holeshot devices yang hanya dipakai pada suspensi depan. Sistem ini lanjut berkembang pemakaiannya pada suspensi belakang yang tidak hanya diaktifkan pada saat start saja, ia bisa diaktifkan kapan saja dan bahkan pada updatenya terakhir Ride Height Device ini memiliki tingkat ‘kecerdasan’ sendiri. Namun tahukah kamu siapa sih orang yang berjasa mengembangkan sistem ini di pabrikan pionirnya – Ducati?

Disclaimernya tentu jelas, regulasi teknis MotoGP melarang menggunakan electronic aid pada suspensinya, sehingga kecerdasan ini pada dasarnya murni hadir dari sistem mekanis dalam hal ini pabrikan menggunakan sistem hidrolik yang dikembangkan sedemikian rupa sehingga bisa memiliki tingkat ‘kecerdasan tertentu’.

Jika dirunut, Rear Ride Height Devices mulanya berasal dari mobil Formula 1. Pada dasarnya Ducati benar-benar serius dengan hal ini dengan cara merekrut salah seorang insinyur kelahiran Jerman, lulusan departemen astro-fisika Universitas Barkeley USA yang pernah bekerja di satu tim Formula 1 : menemukan perangkat mas damper ketika bekerja bersama Renault di tahun 2005 dan menemukan Hydraulic Ride height Device bersama Mercedes-AMG tahun 2007. Ia adalah sosok Dr. Robin Tuluie.

Robin Tuluie merupakan murid dari fisikawan Owen Chamberlain – penerima Nobel fisika dalam hal anti-matter tahun 1959. Ducati merekrutnya 6-7 tahun yang lalu, jadi ini pun adalah sebuah proses sehingga akhirnnya terbangun menjadi sebuah sistem yang lebih sempurna di tahun 2023 ini.

Selain mengembangkan Tuned Mass Damper yang saat ini mengisi bagian dari buritan ‘Salad Box’ Ducati Desmosedici GP, di pabrikan Ducati ia mengembangkan apa yang disebut sebagai sistem ‘komputer hidrolik’ yang pada dasarnya merupakan kombinasi dan perhitungan dari tekanan pada ribuan sub-sistem kecil klep (valve).

Sistem ini disebut terdiri dari sekitar 2.000-an part di dalamnya oleh Mat Oxley dalam siaran podcastnya. Lewis Hamilton memenangkan Fomula 1 tahun 2007 dan kemudian F1 melarang penggunan sistem berbasis komputer hidrolik ini. “Anda dapat menambahkan tekanan, anda dapat mengatur aliran dan seterusnya, dengan jaringan klep, akumulator, dan piston, yang dapat anda anggap sebagai resistor, induktor, dan kapasitor, dengan cara analog. Sistem ini mencapai sasaran jarak ketinggian motor kami dengan sangat baik.” begitu Robin menjelaskan mengenai kerja perangkat komputer hidrolik ini.

Sebagai gambaran mengenai kecerdasan sistem ini adalah; pada dasarnya sebelum memasuki tikungan, pembalap akan mencoba menekan satu tuas atau knop atau tombol Ride Height Device, namun suspensi belakang belum langsung ‘amblas’.

Cerdasnya adalah: sistem ini akan mengetahui kapan saat pembalap mulai membejek gas, kapan saat melakukan akselerasi keras untuk bersiap keluar tikungan untuk lalu sistem ini dengan sistem hidroliknya bisa membuat suspensi belakang turun (amblas) dan membuat traksi ban belakang lebih baik sehingga bisa jauh lebih efisien menyalurkan tenaga yang dihasilkan mesin ke ban. . .

Dan ingat, hal ini tidak boleh dan tidak dapat dilakukan via kerja sistem elektronik, namun kerjanya hanya diperbolehkan melalui sebuah jaringan ribuan klep dan jalur hidrolik yang dikembangkan oleh Dr. Robin Tuluie bersama tim insinyur dari Ducati Corse.

Taufik of BuitenZorg | tmcblog

43 COMMENTS

    • Lah motogp sekarang jauh lebih heboh sliding nya, gak liat apa binder sama miller masuk tikungan nya kayak gimana? Udah kaya bawa supermoto tuh

  1. mau bilang wow, tapi komputer digital jauh lebih murah, ringkas dan presisi dari komputer analog

    dibilang inovatif, tapi kok saya kesel baca artikel ini

      • Mungkin gak sih klo system ini sebenery elekronik?
        Saya menyebutnya dgn istilah Independen elektronik
        Yg mana system itu bekerja terpisah dari ECU kelistrikan motor. Untuk menekan Dengan tekanan sebesar itu Dengan tuas kecil d stang jika d analogikan Dengan Dasar hidrolis (tekanan kecil d rubah jadi tekanan Besar = langkah Panjang d rubah jadi langkah pendek)
        Yg terjadi Sekarang adalah lamgkah pendek d rubah jadi langkah Panjang, Hal itu yg berlawanan Dengan prinsip Dasar hidrolis. Yg memungkinkan adalah adanya pengunaan pompa hidrolis yg mana elekronik Untuk pompa itu terpisah dari ECU.
        kemungkinan berikutnya adalah adanya penggabungan hidrolis & penyumatik, d mana Sumber pemicu tekanan dibantu oleh tekanan udara (nitrogen) mirip dgn airbag.
        Pyeumatik sendiri sudah d gunakan Untuk system klep dan memungkinkan Untuk d gunakan juga berbarengan dgn system ini (RHA)

    • Dibilang wow bisa ya bisa nggak, karena meski murni tanpa elektronik tapi bisa membuat sistem ini mudah digunakan pembalap dengan cara cukup menekan tuas yang bisa dibilang nekan nya pun gak harus ditekan kuat. Dan kalo mau ngebandingin dengan sistem konvensional yang dipake di Holeshot Device di ajang Motocross dan Supercross, bisa dikatakan RHD ini sistem kerjanya mirip, tapi dikembangkan menjadi bisa dipakee berkali-kali dan penggunaannya yang gampang dilakuin oleh pembalap itu sendiri. Gak seperti di Motocross dan Supercross dimana cuma digunakan 1 kali pada saat start dan harus ditekan kuat2. Yang susah itu mengkombinasikan banyak valve/keran dan berujung kepada 1 tombol atau tuas. Dalam artian analog berarti tidak ada sensor disitu, tidak ada sensor kecepatan maupun sensor lain2, karena sensor udah masuk bagian dari elektronik.

      • Sensor tidak melulu harus elektronik gan, kalo yg mengubah dari besaran mekanis ke listrik itu namanya transducer. Contoh sensor mekanis yg sederhana adalah bola pelampung air yg digunakan utk buka tutup keran/valve.

  2. Motor produksi massal sedang mengembangkan teknologi AI pada motornya, sedangkan MotoGP yang notabene motor prototipe masih pake teknologi manual konvensional????….. hahaha

    • Kuncinya di ‘kecerdasan buatan’, Yaiyalah kudu manual selain di sistem safety dsj. ini masih balapan antar manusia kan?

      Kalo yg dimaksud buat ngembangin motor, mungkin di masa depan, tapi AI butuh riset terdedikasi, AI butuh dilatih, klo nggk gitu jgn bilang itu AI, itu cuma script program yg lebih ‘pintar’ aja. Mentang-mentang trend AI segalanya pake AI, buzzword korporat biar dpt investor, ujungnya nanti juga ke budget. padahal secara rekayasa sektor balap ini cukup pake otak insinyur manusia.

  3. padahal jauh lebih murah dan ringkas kalo pake chip dan software komputer, tapi krn regulasi malah lewat jalur memutar yg prinsip kerjanya”sederhana” namun sistemnya njelimet,

    • Ibaratnya pabrikan jepun sdh settle dg seting elektrikal motor, tp diubah dg pendekatan mekanis yg sekarang dikuasai ducati.

    • Itulah mengapa pabrikan Jepun pd setengah hati ngembanginnya, karena disamping mahal biaya developnya, di produksi masal pun gak akan terpakai yg beginian. Betul seperti komen bro2 di atas, inovasi dlm hal memanfaatkan celah regulasi. Tp mungkin hadno akan melahirkan inovasi baru di 2024

  4. teknologi dr.robin blm ada apa2nya sama penemuan ban cacing. ban cacing bisa bikin motor ceper seceper2nya. ban cacing for lyfe

  5. Motor masal butuh dan bahkan dah pakai suspensi elektronik, ini kompetisi malah maksa pakai metode ‘lawas’. Lebih murah? engga tuh, lebih mudah? engga juga, lebih canggih dan berkelanjutan? engga banget Hahaha

    Nasib hole shot dan ride height device jangan nanggung. Katanya balapan gak boleh dicekokin perangkat yang ‘melemahkan’ skill pembalap kecuali yang berkaitan dengan keselamatan, lah ini perangkat bukan cuma bikin ribet si pembalap tepat sebelum dan mulainya balapan, skill individu pembalap malah dibuat ‘melemah’ karena canggihnya suspensi yang pake metode lawas ini.

    Diboikot secara total itu pilihan tepat, gak sesuai jaman dan melemahkan skill pembalap. Kalau mau lanjut maka jangan nanggung, pake aja suspensi elektronik #upsss

  6. Karena Ducati tertinggal soal software dari pabrikan Jepang, akhirnya perangkat jadul nan jelimet yang sudah ditinggalkan dihadirkan secara umum dengan celah regulasi untuk menutupi ECU Pirelli yang sangat sangat newbie

    • Wah bener juga, baru sadar ane, hehehe. Dan emang betul ini, kok. Kalo ditelusuri lebih lanjut emang sejak 2016-sekarang ECU MM ini bisa dibilang kek gak berkembang signifikan, cuma dapat update bisa ngasih pesan dashboard di motor, dah itu aja, kan.

  7. Sampai sekarang saya msih heran ama slogan motogpi adalah motor prototype… Dimana prototypenya klo teknologinya dibatasi..??

    • Prototipe gak berarti balapan sebebasnya ala kartun wacky races juga bro. Tetep dibutuhkan set regulasi supaya gak jadi balapan yang cuma ajang kuat”an duit doang dan tetep safety juga. Prototipe nya dimana? Udah jelas itu motor motogp gak di jual ke umum. Bahkan motor tahun kemaren” pun gak bakal dibongkar semua desain dan teknologinya ke publik.

  8. Tgl kasih ecu inhouse yamaha honda kelar lurr..ecu pirelli katrok bikin njelimet
    Gpp lh biar yurop berbahagia😂

  9. Uedan, akirnya lebih mahal dr elektronik, dl yakin ini pasti jelimet . Mekanis yg bisa berfikir, g sampe pikiranku 😅 ,

  10. jepang ogah berinvestasi lebih buat fitur yg gak akan kepake di motor maspro mereka. buat apa bikin prototype tapi nggak berkelanjutan

    • nah, namanya juga prototype, model awal sebelum dijual dan diproduksi masal, produksi masal lekat dengan teknologi canggih, ringkes, makin kesini makin futuristik identik dengan namanya chip komputer, ga masalah klo ducati mau ngembangin aerowings, holeshot, dumper dll, sebagai prototype jangan dibatasi pula di mesin dan elektroniknya…..

  11. tekhnologi abu2 ja pake insinyur, geblek km darno… sini mkn kesana , sana mkn kesini… the real motor itu wsbk dan petrux pun mengakui itu susah nya maen diwsbk..

  12. betapa efisien ECU pabrikan jepang, gak perlu aerowing, gak perlu ridehight adj,
    bener bener penyeragaman ecu membuat teknologi motogp mundur jaman. 🤣🤣🤣🤣

  13. Bila ingin ikut MotoGP sekarang:
    – harus ikut tim yang ditunjuk
    – ECU harus merk itu
    – Ban harus merk itu
    – Winglet, hole, dsb harus merk itu
    Trus pabrikan seperti tim penggembira hore hore….. Prototipe apa gelaran jual sparepart…. hehehe

  14. Dorna membatqsi penggunaan perangkat elektronik katanya supaya peran skill pembalap tidak diganti dgn chip komputer.
    Tapi kalau begini mainnya, hasilnya sama saja.
    Kelemahan skill pembalap dalam menaklukkan chassis dan engine Ducati dibantu perangkat hidrolik dan pneumatik cerdas.

    Tujuan mengadu skill pembalap tidak dapat, aplikasi ke produk massal pun tidak dapat.

    Mending pakai elektronik, walaupun sama2 membantu menutupi skill pembalap, setidaknya berguna untuk produk massal.

  15. Japan punya karakuri, mechanical autonomous, malu lah wahai pemuda Jepang kalo tidak bisa berpikir sampe ke sana

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

TERBARU

KONTEN PILIHAN

MOTOGP