Friday, 22 November 2024

Top Speed Bukan Segalanya di MotoGP Lusail – Qatar

TMCBLOG.com – Peco Bagnaia bukan hanya sekedar memenangkan balapan utama pembukan MotoGP 2024 di trek Lusail Qatar, namun ia memperlihatkan diri dengan sama sekali tak-tersentuh lawan. Lampu start padam, dan Jorge Martin melesat untuk mengambil holeshot, tapi dia mendapat teman dekat saat Brad Binder menyerbu maju dari posisi keempat dan Bagnaia melakukan hal yang sama dari posisi kelima. Setelah itu Pecco dengan cepat menyerang, pertama Binder dan kemudian Martin saat ia masuk, memotong dan kemudian menjatuhkan palu godamnya untuk seterusnya memimpin tanpa tersentuh sama sekali setelah berhasil lepas dari kawanan terdepan yang terdiri dari Binder, Martin, dan Marc Marquez . . Put the hammer down!!!

Pace/laptime rata-rata yang Pecco torehkan selama mayoritas balapan yang disunat 1 lap akibat insiden Raul Fernandez sebelum start adalah sesuatu yang sangat fenomenal. Pecco menorehkan lapitme race tercepat ke dua dengan catatan 0,01 detik di bawah rookie Pedro Acosta. Namun yang lebih bikin tercengang lagi adalah Pecco melakukan 10 lap dalam ordo laptime 1:52-an tidak ada pembalap lain [Binder 7 kali, Martin 6 kali, Marc 6 kali, Bastianini 2 kali, dan Acosta 8 kali] yang melakukan lebih banyak hal ini dibandingkan Pecco. Dan laptime milik Pecco selain 1,52-an umumnya angkanya 1:53 koma kecil.

Kenapa ia bisa melakukannya? Lusail adalah trek cepat yang flowing dengan perhatian pada konservasi ban belakang yang tinggi. Straight-nya termasuk straight terpanjang di MotoGP yang tentu secara umum akan memanjakan motor dengan top-end power hebat seperti Ducati semenjak dulu. Namun yang dilakukan Pecco agak sedikit kurang umum di ujung straight.

Entah berapa sebenarnya top-speed Pecco, namun angka yang tercatat pada speed trap MotoGP, top speed rata-rata Ducati GP24 di lima kesempatan tercepat Pecco masuk ke posisi juru kunci alias posisi terbawah daftar top speed. Speed Pecco 10,4 km/jam lebih rendah dari apa yang dilakukan teammate-nya dengan homologasi mesin yang sama persis, yakni Enea Bastianini. Bahkan top speed Pecco 8 km/jam lebih rendah dari top speed Quartararo diatas motor inline 4 Yamaha M1. Asli, nggak umum !

Analisanya? Selain straight, T6 dan T10 Lusail bisa dibilang merupakan jalinan dari tikungan tikungan yang berkaitan satu sama lain. Dengan kata lain? Super flowing. Flowing dari Lusail semakin digaris-bawahi pasca resurfacing permukaan trek menjelang gelaran Formula 1 yang sebenarnya sudah MotoGP cicipi pada balapan di akhir musim 2023. Dan ini khususya Sektor 3 dan Sektor 4 memang yang menjadi kunci kekuatan Pecco Bagnaia di balapan Sprint, laptime sektornya sangat kuat dibanding Binder dan Martin. Ditengarai, Pecco bisa memaksimalkan penggunaan kombinasi dua model peranti penghasil downforce pada side fairing Ducti Desmosedici GP24 ; baik itu cembungan konkav ground effect yang menghasilkan downforce saat motor miring di tikungan ataupun difusser downwash duct yang sepertinya memang di desain untuk bisa menghasilkan downforce ground effect bahkan saat motor berdiri tegak.

Setup tentu ada yang diubah untuk durasi balap lebih panjangdan mungkin salah satu kunci tambahan yang senantiasa diwanti-wanti oleh Ducati kepada Pecco adalah bahwa ia akan bisa melakukan lebih efisien ketika ia berada di depan dan tanpa gangguan. “Saya ingin menyerang di lap pertama untuk mencoba menjadi yang terdepan, dengan udara bersih. Kemarin [di balapan Sprint] saat saya tertinggal , saya melakukan dua lap pada 1’52″0 dan 1’52″1 dan setelah dua lap tersebut saya mulai mengalami masalah pada ban belakang,” begitu kata Pecco yang menadakan bahwa GP24 itu tetap ada limitnya.

Dan jika limit itu dilewati maka hal hal negatif seperti contohnya untuk GP24 adalah chatter bagian belakang akan mulai muncul. “Balapan Sprint kemarin tentu saja merupakan pelajaran bagus dalam mengubah pendekatan untuk mendapatkan performa dengan motor baru dan berhasil. Saya senang karena kami dapat segera memahami bagaimana memperbaiki situasi dan ini memberi saya motivasi besar menjelang balapan berikutnya di Portimao,”

Sekali lagi, top speed bukan segalanya untuk bisa memaksimalkan diri di sirkuit yang sebenarnya bisa lebih memanjakan adrenalin dan top-end power motor seperti Lusail-Qatar ini.

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

19 COMMENTS

  1. Di saat Yamaha kehilangan kelebihannya di cornering speed dan selalu mengeluhkan top speed, Ducati malah mengejar cornering speed di banding top speed…

  2. Ducita yang selama ini memikirkan bagaimana rahasia yamama tanpa top speed bisa merajalela di masa lampau dan berhasil.

    Sedangkan yamama terlalu memikirkan gimana caranya gaining top speed, sampe kelupaan sama keunggulannya.

    Sampai saat ini keluhan mbah kakung penyakit yamama, masih benar adanja.
    Time will tell lagh

  3. Top speed memang bukan segalanya betul,tapi duc2 lebih mudah mengail top speed drpd yamama😁 tinggal fokus ditikungan, sementara yamama kesulitan mengail top speed,begitu top speed ketemu roda belakang spin Mulu, penyakit lama lagi

  4. klo kata Binder sih si Pecco nyaris perfect dan hanya terlihat melakukan 1x kali kesalahan kecil saat masuk tikungan
    yg dimaksud itu yg apakah terjadi di lap 3 atau yg di lap 8 ??

  5. Yang belum dibahas jorge martin yg berhasil finish di podium padahal tahun lalu balapannya ancur lebur karena ban dan tahun ini giliran pak rete yg kena ban bus UK di race utama.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

TERBARU

KONTEN PILIHAN

MOTOGP