Saturday, 28 December 2024

Guest Blog Manuel Pecino : 3 Raja MotoGP Spanyol, Bag 2

AHM Oil EksNus 460x110

uk460x110feb

3raja

Pada artikel pertama kemarin kita sudah membicarakan pendahuluan artikel ini plus satu penjebaran plus dan minus dari karakter Marquez, Lorenzo dan Pedrosa enurut kacamata Manuel Pecino. Nah Di artikel ini kita akan mencoba mengupas Karakter, momentum perubahan ketiganya, dan sosok penting ketiganya

banner-440x100

banner-460feb14

KARAKTER MEREKA

Lorenzo, Pedrosa, dan Marquez punya kesamaan keterampilan menunggang motor MotoGP yang cepat, presisi, dan luar biasa. Masih ada lagi kesamaan mereka -seperti tumbuh dan besar di paddock sirkuit- tapi tak banyak. Masih lebih banyak hal berbeda di antara mereka. Soal karakter, misalnya, Pedrosa, Lorenzo, dan Marc bagaikan siang dan malam. Coba kita telaah… Pendekatan kami akan fokus pada mereka saat berada di paddock, karena dalam kehidupan “normal” mereka, ketiganya merupakan pemuda yang senang kongkow bareng teman-teman dan bersenang-senang.

lorenzo_interview_25

Lorenzo. Lorenzo orang yang penuh curiga, sesuatu yang normal setelah ia lewati berbagai hubungan personal. Dulu sangat meledak-ledak, sekarang ia lebih kalem, mungkin karena pertambahan usia… lainnya karena pengalaman. Jorge ingin dihargai. Senang dipuja-puja dan dicintai penggemar. Sadar ia seorang sosok terkenal yang harus selalu dilayani. Jadi kalau ia merasa tidak begitu dihargai, ia marah dalam situasi atau pada orang tersebut. Mungkin timbul demikian karena semua pengorbanan dan jerih payah yang sudah ia lewati hingga menjadi seperti sekarang ini. Jorge tidak banyak mendapat simpati seperti Rossi or Márquez, tapi sebenarnya ia orang yang menyenangkan diajak kerja sama dan berinteraksi.

pedrosa_hondaBeat#1

Pedrosa. Kita tidak akan pernah tahu seperti apa Dani jika tanpa sosok Alberto Puig. Dani sebenarnya mirip dengan karakter manajernya itu, meskipun harus dikatakan tahun-tahun terakhir ia banyak berubah lebih baik. Cara terbaik menjelaskan hubungan Dani dengan dunia balapnya adalah idealismenya membalap di sirkuit kosong tanpa jurnalis, tentu saja -bisa dibilang, ini gaya Casey Stoner banget deh-. Tapi seperti yang disebutkan, selalu ada perubahan dalam pandangan ini. Sekarang, tergantung harinya, ia makin mudah didekati. Setelah bertahun-tahun, ia mulai sedikit mengerti ia bagian dari hal besar. Tapi itu masih tergantung mood-nya.  Hal sama berlaku untuk wawancara. Di hari yang menyenangkan, ia bisa bicarakan hal yang positif; di hari “Saya tidak mau…”, jawabannya hanya ya atau tidak. Jika Dani membaca ini, ia bakal bilang: “Salahmu tidak bisa wawancara secara menarik”.

Marquez. Idola yang ingin dimiliki tiap olahraga. Dan tentang balap motor, hal terbaik yang bisa dikatakan adalah tapak-tilas Valentino Rossi. “Mr. Smile [Tuan MurSen]” mudah didekati, meskipun popularitasnya yang menanjak mengharuskan protokoler yang lebih rumit untuk bertemu. Di acara-acara kehumasan, Marc sangat membaur. Tak peduli di acara profesional atau acara senang-senang, aura yang terpancar adalah ia sangat menikmatinya. Akan sangat menarik menantikan perubahan dalam hal ini. Menarik mendengarkan pendapat Emilio Alzamora tentang karakter Marc sebagai bocah cilik. “Yang mengejutkan saya adalah ia selalu ada di sirkuit, ada di lintasan, atau bersama keluarganya. Marc bukanlah bocah yang hanya mondar-mandir di sekitar paddock mencari sesuatu untuk dikerjakan atau diobrolkan. Namun, ia punya satu tujuan jelas untuk apa ada di situ. Ia juga tunjukkan tekad kuat untuk belajar, ia simak baik-baik apa pun itu dan semua yang dijelaskan padanya ia langsung terapkan di lintasan”. 

BAGAIMANA KEJADIANNYA

Kapan klik itu terjadi? Kapan momen Lorenzo, Pedrosa, dan Márquez terjadi yang membawa mereka ke posisinya saat ini? Bagaimana kejadiannya

Lorenzo_lean

Lorenzo: Jorge Lorenzo dibesarkan ayahnya untuk jadi juara dunia. Karena itu ia bisa dianggap “pembalap laboratorium”, tapi bahkan dalam kasusnya, selalu ada klik. Itu terjadi tahun 1997, Spanish Championship di sirkuit Jerez. Dani Amatriaín pergi ke pinggir lintasan untuk menonton balap promosi Aprilia 50 cc. Seorang bocah sangat kecil menarik perhatiannya. “Ia membalap dengan sangat baik”, Amatriaín menjelaskan. “Ia tidak termasuk yang tercepat, tapi gaya balapnya istimewa. Bocah itu langsung mengingatkanku pada gaya balap Biaggi”. Setelah sesi latihan, Amatriaín bergegas menemui bocah ini. Ayah bocah itu memperkenalkan Amatriaín pada si bocah, yang disambut jabat tangan nan egois.

Beberapa pekan kemudian, ayah Lorenzo pergi menemui Amatriaín dan menawarinya menangani karir balap anaknya itu. “Saya sangat sibuk saat itu, tapi Chicho, sang ayah, memaksa. Ia mengirimi saya rekaman video untuk menunjukkan bagaimana Jorge dilatih di Mallorca. Saya terkesan”. Ayah Lorenzo dan Amatriaín menyetujui kesepakatan setahun. Kalau Jorge sukses, ia akan membantunya. “Tahun ini kami menangi semua balapan yang kami ikuti. Dari situ semua bermula”. Kombinasi bakat Jorge dan keterampilan manajerial Amatriaín merupakan paduan sempurna. Sesaat setelah usianya cukup, ia memasuki Kejuaraan Dunia sebagai pembalap resmi Derbi. Ia tidak menang di kelas 125 cc itu, tapi di kelas 250 cc ia 2x juara dunia berturut-turut dengan pabrikan Aprilia. Langkah berikutnya tentu masih segar dalam ingatan kita adalah ke MotoGP bersama Yamaha. Lorenzo tidak ada masalah dengan Rossi dalam garasi yang sama. Sebenarnya, itulah yang ia inginkan: dekat dengan sang juara, belajar dari sang juara, dan akhirnya mengalahkan sang juara… Dan memang ia lakukan semua.

Repsol#26_pedrosa

Pedrosa:  Setelah sangat kompetitif dalam balapan minimoto, Pedrosa cilik hampir saja meninggalkan balap motor karena kesulitan keuangan dan beralih ke balap sepeda yang lebih murah. Tapi tak diduga muncul kesempatan tampil dalam seleksi menuju balap promosi yang baru, Movistar Cup. Pedrosa belum pernah menggunakan motor dengan persneling, jadi hanya beberapa hari saja sebelum ajang seleksi itu ayahnya meminjam motor dari seorang teman dan belajar pindah persneling di pelataran parkir supermarket. Tentu saja Dani tidak lolos seleksi, tapi Alberto Puig, penanggung jawab ajang itu, memperhatikannya. Belakangan, Puig bersikeras memasukkan Pedrosa cilik sebagai salah satu pembalap untuk Spanish Championship Junior Team. Sejalan waktu, pertaruhan “unik” Puig terbukti benar.

Marc#champion2013#2

Márquez: Sejak dari mula, Marc menunjukkan kemampuan spesial menunggang sepeda. Dan kalau ditulis “dari mula”, itu artinya hampir sebelum ia bisa jalan! Momen penting bagi Marquez terjadi di usia 12, saat Emilio Alzamora merekrutnya untuk Monlau Mechanic School Racing Team. “Kulihat bakat alam di dirinya. Masalahnya, bocah itu begitu mungil, jadi teknisnya sangat sulit baginya mengendarai motor 125cc. Ia memang sangat kesulitan mengendalikan motor itu, tapi situasi ini membuatnya membentuk gaya balapnya. Ia harus membentuk jalur yang sempurna, membalap sangat presisi karena kalau tidak, ia tak bisa belokkan motornya. Harus kukatakan bahwa saat kulihat dia, ia sudah begitu sangat terlatih. Ia berlatih di lintasan tanah liat sejak masih sangat belia, jadi ia belajar bagaimana caranya ngobrol dengan teknisi, dengan penanggung jawab kelistrikan…”

SOSOK PENTING

Di balik sukses Lorenzo, Pedrosa, dan Márquez, ada sosok mentor yang selalu membayangi dan menata langkah mereka sejak awal hingga menjadi mereka saat ini. Mentor yang mengemban amanah membentuk mereka menjadi pembalap. Tapi, ternyata lebih dari itu, karena hubungan yang lekat, para pembalap pun meniru kepribadian mentor mereka. Di sebagian contoh, hampir mirip aslinya. Menganalisis berbagai situasi, hasilnya sangat menarik.

criville

Alberto Puig. Satu yang paling menonjol adalah hubungan Alberto Puig dan Dani Pedrosa. Hubungan mereka begitu dekat, akrab, begitu eksklusif, begitu “tak ada lagi di dunia selain kita”, yang berujung Dani meniru pola pikir dan kepribadian Alberto. Ini tentang mimik wajah, ekspresi, cara berpakaian… juga sepatu!  Ini tentang berada di, menghidupkan, memahami balapan. Bahkan berasal dari lingkungan sosial yang sangat berbeda, sang murid berujung meniru watak dan kepribadian mentornya. Sadar atau tidak, Alberto Puig menjadikan Pedrosa cermin dirinya. Melawan semua prediksi bahwa hubungan ekstrim ini bakal berakhir, Alberto dan Dani masih tetap bersama.

Dani+Amatriain+MotoGP+Valencia+Previews+vGfs8AqNuOFl

Dani Amatriaín: Kasus untuk Jorge Lorenzo berbeda. Mirip betul dengan ayahnya sebelum “dikirim” ke Dani Amatriaín, yang dalam asuhannya, Jorge berkembang tidak hanya sebagai pembalap tapi juga pribadi. Katakanlah sang mentor ini membesarkan bocah belia, kasar, dan agresif. Itu tak mudah, karena karakter meledak-ledak Lorenzo muncul tiap saat jika segalanya berjalan tidak seperti yang diharapkan. Sudah banyak helm tiba-tiba dibanting di garasi Jorge. Sebagai negosiator berpengalaman, Amatriaín berhasil mengasuh dan memandu karir balap dan karir profesional Lorenzo. Kredit bagi Amatriaín pastilah fakta bahwa Lorenzo selalu membalap, sejak pertama kali tampil di GP, dengan motor pabrikan -Derbi, Aprilia, Yamaha…- Tapi perbedaan yang tak bisa disatukan antara sang manajer dan pembalap berakhir dengan perpisahan traumatis.

Mudah dibayangkan bahwa setelah bertahun-tahun bersama, Lorenzo seolah-olah kehilangan pijakan kakinya. Lantas ia mencari sosok lainnya sebagai pengganti: pelatih fisiknya. Sang pelatih fisik itu lantas jadi manajernya, tapi hubungan itu pun berakhir karena ia tidak mendukung kepentingan Lorenzo. Sekali lagi Jorge mendapati dirinya sendiri saja dalam keramaian. Tapi tampil sebagai seorang survivor, Lorenzo mampu lewati semua kekacauan itu. Jelas luka meninggalkan bekasnya, dan dalam kasusnya Lorenzo ini, berupa karakter penuh kecurigaan pada orang yang mendekatinya. Dengan semua yang sudah dialami, siapa yang berani menyalahkannya atas karakter semacam itu?

emilio-alzamora-campec3b3n-125-1999-c3a1lex-crivillc3a9-500-doblete-espac3b1a

Emilio Alzamora: Emilio Alzamora memasuki hidup Marquez hampir tidak sengaja. Nyatanya, satu-satunya kesamaan di antara keduanya pada awalnya adalah kampung halaman yang sama, Lleida. Sebagai Juara Dunia, Alzamora diminta mengamati bocah sangat kecil yang begitu mengesankan di atas motor MX. Alzamora menuruti tanpa ada keinginan mengasuh siapapun nantinya. Marc saat itu berusia 12 tahun, dan begitu Emilio melihatnya berkendara, ia tahu bocah itu lebih dari sekadar spesial. Alzamora memandu dan mengasuh Marquez sejak saat itu. Menjadi sosok di belakang layar yang ia inginkan yang dari situ ia kontrol semua yang terjadi di sekitar pembalapnya itu. Di balik kesopanannya tersembunyi sosok yang tangguh dan kuat yang membela kepentingan pembalapnya sekuat tenaga. Alzamora juga memanajeri saudaranya Marc, Alex.

TMCBlog

Nantikan bagian 3 (terakhir) mengenai kebugaran, momen penuh keraguan, sikap keluarga dan sponsor

62 COMMENTS

  1. baru tau. . .ternyata tak cuma tangki yang di pukuli,helmnya dibantingi. . . .Ueedaann Lorenzo. . .ahihihi. . .

  2. Salah satu artikel TERKEREN yang pernah gue baca di blog ini. Salute to semua penulis dan penerjemahnya! Cheers Kang. Serign sering bikin kaya gini 😀

  3. wow keren…

    disini Marc Marquez seperti digambarkan sebagai sosok pahlawan pembela kebenaran pembasmi kebatilan, dan Lorenzo seperti digambarkan sebagain penjahatnya wkwk :mrgreen:

  4. Most other reverse lookups force one to pay for a name.
    Let’s admit it, in the present spiraling economic times, it’s virtually impossible to hire a private investigator in case you suspect your
    spouse or mate is unfaithful to you; unless you might be one of the fortunate ones around with an abundant
    bank account. Kardashian released the subsequent
    statement through her official Twitter account, ‘I am very frustrated today seeing reports
    that I got surgery to shed my baby weight.

  5. wew…tiga orang yang mempunyai latar belakang berbeda
    btw pembalap yang pake baju biru topi merah kok ngak di bahas wak haji 😀

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

TERBARU

KONTEN PILIHAN

MOTOGP