TMCBLOG.com – Marc Marquez dan team Memang gape soal membuat orang bingung di Grid. Salah satunya yang terlihat saat awal race MotoGP Sachsenring 2019. Ketika selesai Sighting Lap dengan Ban Kombinasi Hard-Medium, Tiba tiba ada crew teamnya bawa bawa Ban yang ditutupi tire warmer ke grid, dan seketika itu juga Ban belakang Marc diganti di Grid. Semua orang bertanya apa Marc Ganti Ban dari medium ke Ban apa ? Soft ? Hard ? Apa yang sudah dibaca Marc Saat Sightining Lap terhadap kondisi Track sehingga membuatnya mengganti Ban? Entah terpengaruh oleh Keputusan Marc dan team atau nggak Terlihat Crew Ducati Factory dan Suzuki Ecstar Juga ikutan sibuk mengganti ban di Grid . .
Setelah sirine Buzzer berbunyi tanda persiapan Warm-up Lap berbunyi Kita baru Tahu jati diri ban baru apa yang dipasang Marc dan team . . gak taunya ?? . . ya sama . . . ban belakang slick Medium Juga . . Aseeeemm ketipu euuy, kurang ajar si Alenta ini ngerjain orang tua 😛 . Sebenarnya Dari awal tmcblog menduga bahwa Marc akan menggunakan Ban Hard-Medium. Karena Situasi pagi hari saat warm up-lap itu Basah dan tidak bisa jadi Patokan, Maka salah satu sesi yang bisa jadi patokan Marc saat race adalah di FP4 dimana terlihat jelas Marc selama 20 Lap pakai ban hard-medium .
Sebegitu yakinnya tmcblog aja sempat bimbang sama tebakan saat Crew bopong bopong ban diselimutin tire warmer. Dalam hati, keputusan nyeleneh apalagi Yang mau dilakukan Marc? walau akhirnya ngeh bahwa itu dilakukan mungkin memang sengaja untuk bikin bimbang emosi kompetitor dan Tentunya strategi ini tmcblog yakin sudah dibicarakan serta di rencanankan dengan Team di Garage sebelumnya .
Data Selama ini tidak pernah menipu, Persaingan MotoGP yang kian Ketat dan Ban Michelin yang kian tipis limit performanya butuh riset mendalam soal Penggunaan ban dan Race Pace. Dan hal ini kita bisa lihat dari Diri Marc Marquez di Sachsenring. Namun begitu Marc Marquez dan team memang terlihat sedikit memiliki pendekatan yang berbeda di race weekend Tahun 2019 dibandingkan 2018. Sekarang ia lebih terlihat ngotot buat melakukan Time attack di 5 menit terakhir setiap sesinya. Tahun 2018 Marc Boleh dibilang lebih cuek sama Laptime terutama di Sesi latihan awal FP1 dan FP2. Dia baru serius Time attack biasanya di FP3 dengan menggunakan ban belakang dengan spek lebih soft. Kenapa tahun 2019 ini berubah?
Quartararo Effect
Satu kemungkinan penyebabnya adalah kehadiean pembalap Muda bernama Fabio Quartararo. Menurut tmcblog- walaupun secara umum kehadiran Fabio di Championship tidak mengancam secara point- Namun eksistensinya beberapa kali memang mengganggu ketenangan Marc. 3 kali perolehan Pole Possition Plus sekali ia merampas rekor Sejarah sebagai pembalap termuda peraih Pole Possition Paling Muda sepertinya sudah cukup jadi alasan bikin harimau bangun dari tidur. Bukan apa apa, melihat Fabio merampas rekor sejarah tersebut, Marc Hanya bisa bengong bin Melongo karena Rekor sejarah tersebut tidak akan pernah bisa ia rampas kembali, Mungkin bisa tapi paling sama anak atau cucu nya nanti kalau mereka punya talenta dan performa yang sama dengan Marc.
Sachsenring, di luar fakta sebagai Sirkuit Left handed yang menguntungkan Bagi Pembalap yang biasa Latihan fisik model Flat Track seperti Marc Marquez merupakan Satu lagi sirkuit yang harusnya memang punya chemistry bagus dengan Motor motor berkonfigurasi mesin 4-Inline seperti Yamaha M1 dan Suzuki GSX-RR. Salah satu jawaban teknisnya adalah karena Crankshaft Inersia yang dihasilkan oleh Mesin dengan Bentuk Crankshaft/ Kruk-as lebar saat menikung membuat motor anteng melibas berbagai speed corner.
Tahu sendiri Sachsenring merupakan sirkuit dengan Banyak sekali spot speed corner aduhai. Tmcblog sendiri mencoba membayangkan kayak apa jadinya Jika Marc Pakai GSX-RR atau M1 di Sachsenring . . Udah nikung ke kiri, terus motornya anteng dibawa nikung. IMHO, bakalan jadi Perfect Combination Kayaknya Ya ? Motor V4 memang stabil ngeremnya, Namun disuruh smooth nikung di speed corner akan butuh effort lebih karena secara nature cara mereka nikung adalah meng-kotak.
Di artikel sebelumnya kita sudah bicara soal Sinyalemen hasil ke kepoan mat Oxley di depan Paddock Box Monster Energi Yamaha MotoGP dimana Ia melihat ada mantan Staff Magneti Marelli yang sepertinya sudah menjadi staf / Crew team semenjak beberapa race belakangan. Ini jelas sebuah sinyalemen positif seperti Kita ketahui di masa masa yang lalu Yamaha dan Suzuki – Dua Pabrikan yang menggunakan mesin Inline4 – sangat bergantung pada setup di luar Jeroan Mesin seperti sasis, suspensi dan elektronik Untuk memecahkan masalah Crankshaft Inertia Misalnya. Kruk-as ( Crankshaft) tidak bisa di ganti karena berada di dalam mesin yang di Seal.
Flywheel adalah salah satu part mekanis Yang bisa diutak atik untuk bisa meng-adjust Crankshaft Inertia, namun sayangnya kelemahan arsitektur mesin Inline4 adalah memiliki flywheel yang Tidak bisa di gonta ganti/ swap seperti yang bisa dilakukan di Mesin V4 Honda dan Ducati. So memiliki staff Yang lebih banyak tahu soal utak utik software tentu akan jadi sebuah keuntungan tersendiri. Namun apakah efeknya sudah kelihatan? menurut tmcblog Yamaha Butuh Sirkuit sirkuit stop and Go Buat membuktikan bahwa gejala spining ban saat akselerasi keluar tikungan akibat low Crank-shaft Inertia sudah sembuh. Mungkin di Brno Bulan depan ya . .
Terlepas dari Crashnya Quartararo, Yamaha M1 terlihat tidak ada masalah di Sachsenring. namun kembali kenapa Valentino Rossi terlihat tidak bisa berkembang saat race kemarin? Secara umum Marc Marquez race di Sachsenring 2019 lebih lambat 3 detik dibanding event yang sama 2018. Namun Rossi lebih parah, lebih lambat 20 detik. ” tahun lalu (2018) race ini (Jerman) merupakan Bagian terbaik musim tersebut dengan 4 kali podium. Hari ini saya 20 detik lebih lambat dari tahun 2018, Saya tahu saya tua, Namun tahun lalu saya hanya 12 bulan lebih muda, jadi Usia bukanlah sebuah alasan untuk lebih lambat. Saya nggak akan menyerah ” Yap Di Sirkuit dimana seharusnya yamaha M1 digjaya, Rossi hanya bisa mempertahankan race-pace dengan kualitas kecepatan medioker alias tidak bisa berkembang. Namun begitu Marc Marquez aware bahwa di paruh kedua Msuim 2019 dua pembalap yang diprediksi akan memberikan perlawanan lebih keras adalah duo Vinales – Rossi. Yamaha sendiri biasannya akan mempersiapkan paket setup baru di Brno.
Bendera Putih Ducati?
Saat race baik Petrucci dan Dovizioso jelas sudah memperlihatkan Bahwa mereka bisa gain posisi banyak banget dibandingkan dengan posisi mereka saat start. Namun semua itu belum cukup. Jangankan menyamai performa Marc Marquez, imbang dengan performa pembalap senior dengan mesin RC213V yang membalap dengan dengkul kanan bengkak saja Tiga Desmosedici GP19 boleh dibilang termehek mehek.
Sampai sampai Dovi menyampaikan kritik yang bernadakan pengibaran bendera putih terhadap upaya mereka mengejar Marc untuk Titel Juara dunia Musim 2019 ini ” Dengan apa yang kami punya, tidak cukup kuat untuk melawan Marquez. Jika cuma mau kencang saat race, boleh boleh saja. namun Jika kami mau Juara Dunia bukan begini caranya “ Dovi pun menyarankan Ducati tidak lagi berfikir soal Championship di sisa Musim 2019 lebih baik konsentrasi mempersiapkan GP20 untuk Musim 2020 . . wihhh padahal baru setengah Musim nih.
Nah sekarang Mari kita simak bersama data data dari gelaran racenya sob.
Kejadian Austin Menghantui
Tawuran Para Cacing sepertinya tidak terlalu heboh dalam pengkiasan Grafik Laptime pembalap di Sachsenring. Dari 7 Grafik yang dijadikan satu display di atas dapat sobat lihat memang Marc Marquez berada di dunianya sendiri. Laptimenya sangat cepat hampir di setiap lap. Marc Bilang memang ia Push di 10 Lap pertama. Mulai Lap 11 terlihat Laptime Marc mulai mengendur walau tetap Cepat. Marc Berkata dari Lap ke 11 sampai lap 20 adalah Moment dimana Ia memanage ban untuk bisa durable dibawa 30 lap.
Dan akhirnnya di sepertiga race terakhir Marc Mengatakan bahwa sebenarnya ia Sadar race pacenya bagus dan cepat sehingga dalam arti kata kalau marc Mau, ia bisa meninggalkan Para pesaingannnya sangat jauh, sejauh satu kabupaten kalo bisa. Namun . . Yap Namun Bayangan Kejadian Austin Menghantuinya. Ia tidak mau pulang dan menikmati liburan summer Break dengan Nol Point pada race dimana Faktanya ia sangat Kuat. Bisa dibayangkan Kalo crash saat memimpin beberapa detik di depan Vinales dengan Race pace lebih kencang mungkin rasanya kayak ” sakit tapi nggak berdarah ” githu bro
Bicara Marc Maruez, tmcblog mencoba merekam apa yang ia katakan di Sabtu dan ahad pada debrief masing masing. Di Hari sabtu Marc Banyak Bilang bahwa Championship akan lebih ia pentingkan dari pada kemenangan. Namun hari ahad setelah menang ia mengatakan bahwa Ya ia Gass semenjak awal untuk mencoba berada di depan secepat mungkin. Terlihat inti dari omongan Sabtu dan Minggu Marc betolak belakang, apakah Marc ini mengidap semacam personality disorder atau semacamnya ? Nggak, itu hanya Taktik dan strategi saja kayaknya Biar kompetitor nggak tahu strategi sebenarnya 😀
Lihat deh data di atas . . Nggak terlalu sulit untuk mengatakan Bahwa Marc Memang lebih kencang dari Vinales dan Crutchlow hampir di setiap lap dari data di atas tho ? any question ?
Yang bisa disimpulkan dari data grafik kedua di atas adalah : Jangankan Untuk menyaingi Marc Di Sachsenring, Duo Ducati Petrux dan Dovi benar benar tidak berkutik alias termehek mehek saat kita Compare Laptime mereka dengan Cal Crutchlow hampir di setiap lap.
Walau gagal membendung duo Ducati, Namun secara race Pace Joan Mir berhasil memantaskan diri/ melevelkan diri dengan Petrux dan Dovi di race Sachsenring pertamanya dengan motor prototipe 4 silinder 1000 cc MotoGP.
Dari Grafik di atas terlihat bahwa di 10 lap pertama Race Pace Alex Rins sebenarnya lebih cepat dari Vinales. Sementara Pace jack Miller pada dasarnya tidak mendekati pace dari Vinales maupun Rins. Sayang Rins Jatuh di Lap ke 19 dimana ia mengaku sedikit menambah kecepatan di T11 tersebut. Lumrah Karena sebelum itu dinding kiri ban terpapar banyak tikungan kiri, sementara dinding kanan belum siap diberi load yang melebihi limit.
Dan yang terakhir adalah Grafik Pace Valentino Rossi yang nggak bejaban melawan race Pace team-Matenya Maverick Vinales. Yang jadi pertanyaan, Biasanya Rossi Bisa comeback di hari ahad entah dengan mengevaluasi setup sembari melihat setup team mate yang memang dibuka Policynya. Apakah memang sekarang pendekatan Development Rossi dan Vinales sekarang benar benar berbeda sehingga setup tidak bisa asal Plug and Play diantara keduanya ? Overall, Marc Marquez memang sangat digjaya dan pantas disebut King Of The Ring di Sachsenring ini.
BTW ada beberapa catatan Marc di race Sachsenring yang baru di menangkannya Selain kemenangan berturut turut 10 kali. Menurut Catatan Dr Thomas Morsellino kemenangan 7 kali di kelas primer Marc Marquez menyamai kemenangan 7 kali Rossi di Mugello di zamannnya. Dengan 75 Kali kemenangan Seri GP artinya Marc berada di posisi 4 Hanya 1 point dibawah Mike Hailwood untuk statistik kemenangan GP terbanyak. Marc Menang 49 Kali di kelas GP dan 50 kali menorehkan fastest lap Race . . dan tentunya angka angka ini berpotensi terus akan berubah seiring dengan berjalannya waktu . . silahkan dikunyah kunyah sob
Taufik of BuitenZorg
Marc”sachTENking”marquez
Tinggal nunggu akhir musim mbah oci ZonkTENking
Untouchable Marc
Jaman balapan milenil selain adu skill ,juga adu strategi dan adu kepintaran.
Yach emang jaman sudah beda , vr dari jaman old spt wa haji dan komentator senior dimareh . Anak 3 THN aja sudah lebih pinter maen gadged daripada ortunya.
Vr cepat nikahlah, gelar ke 10 tinggal mimipi saja.
asemmm pake ngajak ngajak aku lagi 😀
Kudu pinter mind war n mind control juga
kalimat lain dari paragaraf rossi, “rossi itu punya skill hebat dimasanya, tapi ketika dia sendiriann mesti develop motor, well terbukti di musim ini kapabilitasnya, ketika si muka asem milih jalannya sendiri dibanding jalan jalan bareng rossi”
ngueeeeeeeeeeeeeeeeeng……….
dulu master of mekanik “burgess” kenapa di tendang ya ?
Gelar ke 10.. ntar diwakilkan oleh Marq…
Fans harusnya gak ada komen yg nyeleneh karena isi artikel ini dewasa dan berbobot banget ???
Sayangnya gak juga…
Biasanyanya fans buta mah kagak peduli isi artikel
Tunggu aja nanti agak siangan
Mungkin sekarang masih pada d kelas atw ngejar setoran
Saya tahu saya tua, Namun tahun lalu saya hanya 12 bulan lebih muda, jadi Usia bukanlah sebuah alasan untuk lambat dalam memberikan komentar..
Kok ngakak ya wkwkkw
ada sebab akibat dari lambat berkomentar …
pekerjaan yang menumpuk
memabca secara sekasama dan meikmati
jaringan lemot
keasikan maen game
jadi umur gak bisa dijadikan alasan…hehehe piss
Apa lg pas cebokk di wc lah dalah artikel wak haji masuk ke hp tuing .. masak iya langsung pegang hp .. nah .. padahal hanya 12 detik udah selesai .. jd umur g bisa jd patokan juga untuk berkomentar pertamax .. hemm
Gokss
Marc di atas angin…
buat VR.. lewatin quat n vin dulu…
baru bisa ngomong ttg marq…
benar2 konsisten banget marc tahun ini, juara atau podium 2, kecuali crash.
Wah saya ga melihat lgsg nih .
Pasti seru yaa adegan tipu tipu ban
Wkwkw
Di umur yg sama, torehan kemenangan seri marc masih banyakan rossi
fumiyem akut yg gak move on dari si pipel cempien nya?
sebelum umur 25, total point championship di semua kelas yang diraih rossi adalah 2188 point, sebelum umur 25, marc sudah mengumpulkan 2580 point.
nah lo?
Yamaha nyerah, dovi nyerah. Kaga Ada semangat battle nya amat pembalap jaman now.
Remasol fet MM99 jos
Dan M1 mulai superior kembali itu benar adanya.
No 46 party terus berlanjut itu juga kebenaran.
Yg penting Sport tanpa part indihe sport bike bikin adem mata.
jadi ban belakang slick Medium benar-2 harus fresh & new ya .. ga mau bekas pakai walau 1 lap … stelah itu tetangga kita bilang ban ghoib lagi … padahal begitu smart-nya itu mm93
so pasti nek…
Jaman Rossi muda dulu, gak ada istilah riset ban.
Pembalap pabrikan macam Rossi, dll akan dibuatkan ban baru (sesuai kondisi lintasan) di malam Minggu, dan langsung diterbangkan sehingga hari Minggu siap dipake balap.
Beda sekarang. Dia mesti milih ban mana yg cocok dengan gaya balapnya dari ban yg udah disediakan sejak kamis.
Tambah pusing deh.
Ini moto gp apa ban gp yah sbnrnya?
Jangan gitu, nanti banyak kuning2an muncul mengatakan itu hoax dan tetap blg kl ban mamakes itu ghoib
Kalo gak salah dulu Michelin (karena mayoritas dulu banyak yg pake michelin) cuma support 5-10 pembalap di klasemen teratas yg dapat perlakuan khusus yaitu dapat update ban yg lebih cepat dibandingkan yg lain
Sedangkan sisanya ya cuma bs terima apa adanya,yg kenceng tambah kenceng yg lambat tetep aja lambat,dibanding jaman sekarang yg tanpa pilih kasih dimana semua pembalap dapat ban yg bs dikatakan sama semua,jadi gak ada pilih kasih diantara kita
Zaman dulu pabrikan ban juga turut berlomba, makanya mereka memberikan service terbaik untuk para pembalapnya. Kompon ban disesuaikan dengan karakteristik pembalap jagoannya. Sampai satu titik pemenang ditentukan ban yg digunakan
kyakny didalam hati marc benar2 kecewa atas kejadian di austin yg lalu yg membuatny gagal menyamai rekor rossi 7 musim menang beruntun d mugello, dan kesempatan terakhirny ada d sachsenring ini mkna doi hati2 banget.
mntab marc skrg sudah menyamai rekor rossi tpi anda memiliki nilai lebih sebab marc melakukanny d surkuit yg bukan d negarany, saat ny thun dpan untuk mnjungkalkan rekor tsb, tpi biasany susah banget melewati angka ‘7’, smpai2 waktu 10 tahun pun blum cukup untuk rossi untuk bisa mlewati angka ‘7’(glar jurdun klas premier)
10 poles 10 wins 10 years
Wak, ada analisa MM bisa nikung sedemikian rebahnya? 66 derajat klo ga salah.
Ga takut ngesot tuh?
Di race day kemarin Marc cuma main aman di 64°,sedangkan cal ngepoll di 62°
Cmiw
IIRC, kmrn sempat ada replay Marc nikung 66°. Cuman g tau juga apakah itu replay dr kualifikasi atau memang dia sempat lean sampe 66° lagi
IMO, Bisa jadi ada beberapa faktor. Bisa dari konstruksi Ban Michelin untuk musim 2019 yang lebih soft, sehingga saat menikung tapak pada dinding ban lebih luas dibandingkan sebelumnya. Motor yang lebih baik dibandingkan tahu lalu, dan ridernya sendiri. Menurut Marc, saat ditanya di post-race conference terkait statistic crashnya di musim ini yang lebih baik, menurut Marc hal itu terjadi karena dia bisa fokus dan berkonsentrasi penuh, sehingga (IMO) dia bisa memperoleh feel lebih baik terhadap kondisi motor dan bisa segera safe saat terjadi lo-slide (Saat test Brno dia perbah miring sampe 68 derajat, tapi akhirnya dia hampir crash).
-CMIIW dan open to discuss
lha ini kan catatan rekor baru ya
Inline yg jago jago nikung dlongsor ditikungan gak inline kw gak yang ori. V4 yg gk bisa nikung. Bisa rebah 66° ditikungan.
Masih terlalu awal buat ducati nyerah kan. Coba tuh lepasin si petrux, suruh push dari awal, ga usah nungguin dovi mulu, mungkin masih ada harapan baru. ?
Petrux ya bisanya cuma segitu doang bro, 11-12 sama dovi.
Iya bro makanan empuk dukduk tp marc masih bisa podium 2 ato 3 .. cuma bisa mangkas maksimal 9 poin per race … sedangkan kalau pas dukduk ketemu makanan keras mereka tercecer di 1 kecamatan dri marc .. min plus nya mungkin dihitung2 petinggi dukduk udah g bisa kali ya
Rins ora dibahas blas terkait frame baru, apakah mmg menjadi pengaruh 2x crash kmrn..he.he..
Husssh jangan bikin panas suasana yg uda adem..kan si Rins uda finis duluan(juara/Mr sunday..)
Kasian udah cape ngarep marq gagal, malah jagoannya makin dibelakang.. xixixixi
@nglnio
Salam otw zonk 10x
Salam ga jadi juara diaustin
Salam otw jurdun ke 8 dari MM
Wkwkwk
harapan orang2 (fans) terhadap rossi terlalu tinggi. posisinya seharusnya memang utk motivator dan mentor pembalap yg muda2 aja. ada berapa orang sih usia 40an yg masih sanggup me-manage adrenalin dan refleks di kecepatan 300km/jam ? itu pun masih bisa di papan tengah klasemen.. ada belasan rider yg lebih muda dibawahnya. lorenzo pun sudah habis masanya.
G ada grafik Rins dan Miller? Penasaran aj sih, apakah memang lebih cepat dibandingkan MV12, terutama setelah ganti engine mapping. dr beberapa kali catatan laptime Rins selalu lebih lembat di sektor satu sampe tiga, las sector aja dia bisa lebih cepat.
Sementara Miller, sepertinya dia lebih punya pace dibandingkan duo factory, cuma seperti biasa darah muda, panas di awal aj di akhir race udah kehabisan senjata.
Ducati angkat bendera putih? IMO, Dovi yang angkat bendera putih. Keunggulan Ducati hanya di power dan akselerasi, serta tweaking ECU. Di dua tahun terakhir, Dovi terlihat lebih baik karena memang dia bisa mengoptimalkan keunggulan Ducati tersebut, sementara pabrikan Jepang masih berkutat tentang bagaimana menguasai knowledge terkait unified ECU. Sekarang saat ketiga pabrikan sudah mengetahui kunci ECU, mereka mulai bisa mendekati Ducati. Gap yang sudah Dovi buat dengan memanfaatkan keunggulan mesin Ducati mulai menutup, dan Dovi tidak memiliki amunisi lain untuk menambah gap tersebut (i.e. Talent and Grit).
lap 4-8
AR42 : 1’21.3x – 1’21.8x
MV12 : 1’21.8x – 1’22.0x
lap 9-17
AR42 : 1’21.9x – 1’22.1x
MV12 : 1’21.9x – 1’22.2x
t
OK, thanks. Fix, di Sachsenring kmrn, GSX-RR memiliki pace yang jauh lebih baik dibandingkan M1
grafik sudah ditambahkan
Danke…
Dan fix, emang Rins jauh lbh cepat dibandingkan MV12.
Secara pace Miller g lebih cepat dr Duo Ducati. Cuma dia emang lbh konsisten di 1:22
wow respon kang taufik top bgt
Ga yakin juga kalo Rins secepat itu di awal lap dan gak crash bakal finish p2.
Tyre management belakangan ini makin penting. Banyak rider yg memudar di akhir race gara gara keliru tyre management nya. Rins juga pernah beberapa kali kan…
Bisa jadi, tapi bisa jadi juga bakal tetap bertahan di P2. Seperti yang terlihat di grafik, bahkan setelah menggunakan engine map 2, yg kemungkinan untuk menghemat ban, pacenya masih lebih cepat dibandingkan MV12, dan deviasinya nyaris konstan. Sementara dr grafik di atas juga terlihat kl pace MV12 sendiri juga udah mulai kedodoran. Petintah “mapping 2” di dashboard Rins pun kemungkinan perintah Brivio kepada Rins untuk mulai memikirkan long race, dr pd fokus mendekati MM93 yg obv di luar level
Gue udah mikir kalau mapping 2 emang harus menghemat kompon ban…ini sirkuit kan ekstrim ke kiri…jadi bawanya harus bener2 konsisten dan stabil, bukan nge-push sampe keteteran sendiri. Michelin ini busuk banget yak gak bisa se-durable Bridgestone.
Makanya gak bisa berandai andai… Ingat nggak miller ngejabani Marc di awal race. Habis itu … Ya habis.
Pace ga diukur 5 lap kalo total lapnya 30 lap. Lah crutchlow yg jauh lebih berpengalaman tyre managementnya daripada Rins aja ga berani langsung agresif. Sesudah dekat, nyoba, gagal…
Satu satunya kemenangan Rins itu pas Marc crash. Jadi ya, masih banyak butuh pembuktian. Sekarang Rins baru selevel Miller. Menang sekali.
G harus berandai-andai juga, kl ada data yg cukup bisa diprediksi juga. Dan dari grafik d atas juga kelihatan kl setelah ada kode mapping 2, lap time Rins mulai terlihat kaya yoyo, naik-turun tapi dengan deviasi nyaris konstan dan semakin melambat. Dari situ bisa diasumsikan kl Rins mulai mempermainkan speednya, berusaha mempertahankan gap dengan MV12 alih-alih mendekat MM93, sekaligus memelihara ban (mirip gaya AD04 yg dikenal master tyre management) grafiknya kontras dengan sebelum ada kode “mapping 2”. IMO, Cal bisa mendekati MV12 bukan karena tyre managementnya jago, tapi emang MV12 yg semakin melambat. Dari kondisi itu, mknya saya memprediksikan, kl Rins g bikin kesalahan, dia kandidat paling kuat P2 di Sachsenring kmrn.
Bener, Rins emang masih butuh pembuktian, selama dua tahun terakhir dia selalu berkutat di motor yang g memiliki potensi, sehingga sebagai rookie alih-alih mempelajari how to ride around the bike, malah akhirnya berkutat dengan hal yg g perlu. Mknya berulang kali saya bilang, Rins dan Mir butuh coach seperti Zeelenberg, Felon, ato Julian Simon.
Karena baru berapa lap doang udah crash, datanya kurang. Jadi ga bisa diprediksi pacenya.
Kalau beberapa lap doang sama aja kayak laptime kualifikasi dong. Ga nunjukin pace yg sebenarnya. Miller sering kualifikasi bagus… Race kedodoran.
Kalo ngeliat Suzuki sekarang, harusnya Rins bisa lebih dari ini kalo cukup konsisten. Sekarang corner speed udah lebih oke Suzuki. Vinales dgn Fabio cuma memanfaatkan yg tersisa dari Yamaha. Yamaha jadi pabrikan no 4 sekarang. Cuma karena kurang konsisten, akhirnya crash. DNF Vinales eksternal. Rins internal… Hahaha.
Kalo dibalik, misal Vinales yg megang Suzuki sekarang … Ane yakin Marc lebih khawatir. Rins lebih jago menutupi kekurangan motor dibandingkan Vinales menurut ane… Tapi kalau motornya udah mencapai level tertentu… Vinales lebih cepat daripada Rins. Sayangnya, Vinales itu developer yg buruk… Harusnya dia seteam dgn Lorenzo di Suzuki… Wkwkwkwk.
Kurang setuju deh
Itu sudah setengah lebih balapan
Cukup mewakili -imho
Dengan data diatas bisa dibilang pace rins lebih cepat dr vinales
Justru kalo dibilang “dgn pace seperti itu belum tentu rins p2” ini yg berandai2
Datanya gak ada n gw gak mo kearah situ
Malah yg ada data pilihan ban rins M-H sama dengan vinales
Satu lagi marc dgn Ban H-M n pace lebih cepat bannya bisa awet sampe akhir
But sekali lg faktanya tetap rins dnf
Rian @ ya jangan disamain dengan kualifikasi juga gan … Itu udah setengah main loh jd bisa diambil datanya … Kalau kita inget2 diaustin yg marc padahal baru lap berapa ya lupa kan nyungsep tu ,itu aja bisa diambil datanya … Kenapa rins g bisa ..dan belum tentu mv nunggang suzi lebih baik dri rins .. yamaha sepeninggalan lorenzo thun 2016 kurang apa coba .. pas dia test akhir tahun dia kayaknya bakal jd kandidat terkuat ngalahin marc .. lah kok zonk .. meskipun 2017 yamaha motor nya bermasalah tp pas test kok menjanjikan banget tp waktu musim dah berjalan kok zonk ..padahal waktu fp ato kualifikasi mv juga bagus .. tp race mlempem … terulang kembali sampe 2019 ini .. berrti mv dalam mengontrol ban kurang bagus dri pada rins itu sih menurutku ..
#misba
Lorenzo di Yamaha pake Bridgestone… 2016 doang michelin, tahun itupun dia juara 3. Sesudah Marc n Rossi.
Lorenzo di Yamaha pake ECU in-house… Begitu 2016 semua ganti unified ECU semua jadi beda, seorang Lorenzo pun juara 3 pake Yamaha.
Apa pointnya ? 2017 yamaha ga berasa dipuncak… Salah desain engine. Di awal race dgn karkas ban depan yg lebih lunak, Vinales 3x menang. Setelah itu ganti ke karkas yg lebih keras atas request Marc Rossi dll. Cuma Vinales dgn Pedrosa yg menolak. Ditambah problem elektronik, keadaan jadi tambah buruk.
2016 Suzuki + 2017 Yamaha dgn 2019 Suzuki beda … Bagusan Suzuki 2019. Jadi kalau akhir tahun Rins tidak top3 … Ya dia cuma selevel Miller.
Kalo dibandingkan pada tahun “bermasalah” 2017 Yamaha Vs 2017 Suzuki … Sebenarnya udah ketahuan siapa yg lebih baik. Cuma biar ente aja yg nyimpulin.
Tahun 2017 n 2018 pun udah rame “hype” Zarco … Jangankan dibandingkan dgn Vinales, katanya Zarco malah lebih baik daripada Rossi. Wkwkwkwk. Lah dia ngalahin si Mbah aja pas di tech3 aja ga bisa.
Sekarang rame hype quartararo… Mau dia pole position 10x pun masih lebih bagus Miller n Rins daripada dia.
Dan jelas, yg terbaik itu Marc
Hahaha.
klau dulu ducati gak kekeuh dgn desmo dovi mah dan tidak mendepak ianone kyakny kita akan lebih sering melihat marc mengeluarkan gaya agresifny, karna dgn ducatiny. semnjak d tinggal stoner, bgi saya ianone lh pmbalap ducati yg pling bisa mengeluarkan potensi desmo, bhkan dgn motor peninggalan rossi(2013) dan d tim satelit dgn status rookie sklipun ianone sudah sering mengacak barisan depan, hanya saja dia tidak konsisten
Teruss tambah printilannya ducs!!! Mungkin kurang rame motornya jadi masih tertinggal
Coba sampingnya kasih tas ronjot gitu biar seimbang ???
salad box ganti ricecooker ya, mungkin membantu
Dornah pusing.. lagi2 honda musuhnya…oprex lagi regulasinya..
markonah hebat kalo juara mah bebas apa aja …
ini artikel sudah mendalam analisa nya. kalo masih ada yang melenceng mungkin konspirasi ban kotak sama berat wearpack dan helm plus celana dalam
Boring
Marc berani gk pindah tim?
Marc berani gk pindah pabrikan?
Marc kalo balapan beraninya kabur, tungguin itu yg di belakang
Marc gk akan jd next legend
Udah kyak fb kronis sblh blm? ?
Lumayan lah ya ?
Awas di fentung om sama sebelah
Apa hak situ menanyakan hal itu?gaji pun gak lebih besar dr uccio ??
Eh,uccio digaji Yamaha gak sih?
Saya kaget… Coba tanya menhub
Itu bukan urusan saya…
tahun ini jurdun lagi.
Menurunnya performa Rossi kok sepertinya ada kaitannya dengan Quartararo Effect.
Marq mbodohi duc duc soal ban “palsu”
Dan berhasil…
Wkwkwkkkk
permisi wak haji,
ni harusnya bisa jadi 3 artikel lho, tp malah dijadiin satu artikel panjang,,
saluut weh, disaat media lain cari untung banyakin artikel, wak haji malah bikin artikel berkualitas,,
ntaaaaap,,
wkwkwkwk 11
11 = 1 jempol kiri 1 jempol kanan ya wak? ?
maksute gitu bener
kadang artikel yang dipecah 3 jumlah pembacannya < dari artikel 1 yang digabung secara komprehensif
Nah kan ini kamu kayak dukati waktu race kemaren bro .. marc ganti ban ikutan ganti ban lah kok tp bo’ong ..
sama kayak coment mu ini terus dibales kang taufik gini ..
Taufik July 9, 2019 at 11:03
kadang artikel yang dipecah 3 jumlah pembacannya < dari artikel 1 yang digabung secara komprehensif
Mak jlep wkwkwkwk
lawakan lawas cak kartolo…hahahha.. caranya…masukin ke dua tangan di saku selana masing2… terus di hitung… nah khan jadi 11…..
Hiburan di grid ngeliat Ducati sibuk bawa2 ban apakah ban….kena PsyWar free HRC haahha.Wak Haji ada bonus pembahasan Tentang Paduka Hohe gosip bilang pensiun eh ada bilang balik ducti soalnya Twitter on David adem2 aja
sebenarnya ditulis sama om David tapi Buat pembaca yang subscribe langganan di motomatters
saya belum mau nulis hal tersebut, karena seprtinya masih sangat lemah alias level rumornya masih kental, dan bahkan Jorge sendiri belum memberikan respon apapun
Siap Wak haji thx infonya 813
biasanya sehabis race ada sesi uji coba part baru apa udah ada jadwal sendiri di sirkuit tertentu wak haji ?
kalo kayak honda, yamaha, ducati, suzuki, pengetesan biasannya tertentu
kalo aprilia, KTM masih lebih bebas, bergantung pada jumlah Ban
Apakah tim boleh pakai ban sediri, IRC road winner misal
Sekalian aja pake TRX auto rotation… Wkwkwk
menurut anda2 sekalian siapakah yg pantas masuk top five rider tahun ini? ya setidaknya paruh musim pertama ini. silahkan isi pollingnya dan hadiah ambil di AL*A MARET masing2
rins
Fbquaratro
mvk
mir
petrux
maksute mind Game ?
karena loss 25 point di catalunya, AD sudah nyerah? too soon to judge, kalo gitu skrg saatnya balap nothing to lose niy, bersaing dengan petrux yg lebih fighter
who knows besok2 si MM sial (pas salip2an dengan petrux mgkn), point bisa dikejar
betul, setuju sekali, ketek duketek belum sepenuhnye apek. neper say neper.
Sebenarnya Marc itu kalah cepet loh wak sama FQ, masak FQ uda finish dan duduk sambil habisin sisa petronas ditanki bensin pakek sedotan, eh malah MM masih aja balapan touring, itu pun g bisa ngejar yg posisi buncit, apalagi nyalip MV12 sampe overlap, seharusnya kan kalo emang dia jago di Sachsenring bisa overlap si MV donk wak haji, kalo kaya gini mah tetep juaranya FQ donk, kan dia duduk manis duluan sambil ngelap air mata di pit, katanya fans anu yg finish duluan yg menang.??????, yang aneh juga kemarin kenapa mala VR yg banyak ke shoot kamera, bukannya MM, berarti man of the race nya VR donk ya karena berani adu duel antar pembalap.!! Ayo siapa yg mau namabahi kata2 saya biar fans nya g termehek mehek karena jadi medioker.??
Pack kedua aka papan tengah lebih menarik ditonton soalnya rookie JM36 dog-fight ama 3 motor ducati meski hasilnya bisa ditebak kalau Mir jelas bakal kalah karena tekanan emosi yang akhirnya bikin wide. Padahal kalau bisa tenang dikit lagi aja, bisa finis ngasepin 3 Duc loh.
Santai dulu sob, rins sama mir belom tau resep nya ban yg dari alam nya mbah darmo alias ban ghoib bin astral, ntar kalo uda bisa memahami ban astral michelin bakalan bisa riset kayak MM kok, so pasti bisa jadi lawan di champion..FBS mah tinggal support aja pembalap nya..apalagi suzuki kalo bisa klop settingan ecu pirelli+pakek pelk showa+ skok usb, uwiiiiih joss sob, meskipun balapan pakek ban swallow aja pasti menang..catet itu sob..
Tuh telapak tangan sampe kapalan semua
Ngeliat tangan gue yg mulus kayak tangan perawan langsung minggir?
katanya sih nggak ada, saya nggak merhatiin bener
Ada kmren di race ,tp cm 1x
– 13 marc at turn 3 lean angle 66 derajat on 100 km per jam #GermanGP
.ini tulisan dari live tweetnya rossifumy_indonesia
Ownernya pasti yg kemaren yg pake kaos 46 di antara lautan kaos 93, ikutan foto bareng dan joget” setelah Marc celebrate ……
https://twitter.com/VR46Indonesia/status/1147843967867731970?s=19
Aq jg liat ,tp gak mengabadikan
https://twitter.com/VR46Indonesia/status/1147843967867731970?s=19
Aq jg liat ,tp gak ngabadiin
Ini fp indo
Bayangin marc pakai i4 di sachsenring kayak main game motogp di ps, laptimenya bisa tembus 1:18 hahahaha
setelah kasus “aerogate” yg bikin ducati panas dingin, kini muncul lagi “tyregate” yg diperkenalkan oleh marc dan timnya. Yg lagi lagi bikin ducati dan bahkan tim lain celingukan planga plongo…
gwelaaaa ini,,sedap banget dibaca ngalir,,,gak ingin berenti..gokil banget wak tulisannya….
menurut gw saat wak haji bkin tulisan ini ditaro di IG,,,, bkn apa2 setiap paragraf bisa jadi 1 artikel…jadi satu artikel blog ini bsa dibkin 10-20 artikel IG..( lebay sih)…dan ini rawan banget dicuri… percaya deh wak, sering banget gw liat tulisan wak haji..di IG2…. selain mencerdaskan sebagian pembaca IG juga byar gak dicopas sama kamvret2 IG
artikel yg sangat menarik dibaca ?, panjang tapi seru..
sayang Stefan Bradl tidak dibahas sama sekali..
meski hanya achieve pos 10..
tapi sesuatu yg Jorge belum pernah reach sampe mid season ini..
kedepan ini fight antara MV vs AR bakal jadi sorotan deh..
Bantuan ban goib lagi ini mah..ya kan wak??
Michelin emang ban goib kok. Mana ada ban yg antara kompon Soft-Medium-Hard memiliki rentang performance yang hampir sama. Atau karakternya tergantung sirkuit, ky di Sachsenring kmrn, ban kompon Hard tapi bisa lebih soft dan lebih cepat habis ketimbang Medium, dan akhirnya MV12 yg jadi korban, di ssi paddock yang lain juga akhirnya MM93 lebih milih opsi Medium ketimbang Hard. Itu sebabnya di era Michelin, race dimulai dari hari Jum’at karena harus banyak riset ban. Karakter ban g bisa diprediksi dari jenisnya seperti saat masih menggunakan Bridgestone. Rider yang benar-benar memahami karakter ban tiap sirkuit akan lebih memiliki peluang untuk sukses di hari minggu.
ban kompon Hard tapi bisa lebih soft dan lebih cepat habis ketimbang Medium
menurut saya ini mengartikan bahwa Michelin bukan tidak bisa diprediksi, Michelin ini bisa diprediksi jika pembalapnya benar benar riset ban tersebut saat latihan.
Kalo dibilang Bannya punya karakter membingungkan itu bener, tapi kalau tidak bisa diprediksi, saya kurang setuju . . . mungkin kurang riset saja
Akur mbah, tapi buat simple minded macam saya yg cuman satpam, untuk mempermudah mencerna complicated information, seringnya jumping conclusion. Daripada mumet menganalisa, mending akuin aj bahwa ada unsur goib diluar kemampuan kita yang berperan.
Lagi jaga, liat ada barang putih nangkring, goyang-goyang di pohon beringin depan kantor langsung bilang ada kuntilanak. Padahal ternyata tadi siang ada layangan putus, nyangkut di pohon, dan ketiup angin………..
Jikapun itu ghoib maka tetap fair, toh semua jenis ban berlaku untuk semua pabrikan, tinggal pabrikan mana yg mampu memahami dengan baik karakter ban saat latihan bebas. Jangan sekedar asal cepat aja di FP1-3
Crankshaft Inersia mesin inline sepertinya gak terlalu ngaruh di sirkuit ini, karena corner speed itu butuh momentum, artinya sebelum corner speed, motor harus sudah laju terlebih dahulu.
contohnya di Sachsenring sektor 2 tikungan 7 parabolik, itu tikungan sepertinya makanan empuk mesin inline, padahal tidak karena sebelum masuk tikungan, motor masih dalam keadaan lambat setelah keluar tikungan 6.
jadi sebenarnya Sachsenring ini makanan empuk RCV yang lincah karena dari tikungan 1 sampai 6 itu tikungan lambat patah-patah, tikungan 7 lebih parabolik tapi tetap masuk tikungan lambat. belum lagi tikungan 13 yg stop and go itu makanan RCV juga
yang menguntungkan mesin inline disini mungkin cuma tikungan 8 dan 12 saja.
jadi keunggulan marquez disini bukan karena banyak tikungan ke kiri, tapi karena kelincahan RCV ditikungan patah patah terutama di sektor 2, ini sama seperti statemen Vinales dari FP2 yg harus memperbaiki kelemahan dia di Sektor 2 dari pasukan honda.
Sedikit banyak setuju dengan pernyataan tersebut, Sachsenring emang anomali. Secara umum harusnya mesin Inline tetap memiliki kelebihan di Sachsenring, dan mereka memang tetap memiliki keunggulan tersebut di sini. Buktinya, mesin Inline bisa mempecundangi mesin V yang lain, bahkan rookie pun berani fight dengan mesin V dengan pembalap yg lebih berpengalaman. Tapi ada sedikit anomali di Sachsenring karena ada karakter sirkuit yang akhirnya malah mendukung RC213V sebagai laptime bike.
IMO, dominasi RC213V kemaren lebih karena desain motornya sebagai lap time bike yang (termasuk anomali hasil Cal) mengoptimalkan lean angle saat cornering, yang pada umumnya merupakan kelemahan karena berarti lebih lama menggunakan ujung ban dalam kecepatan tinggi, alih-alih seperti GP19 yang benar-benar squaring the corner sehingga akselerasi banyak menggunakan tapak ban yang lebih “gemuk” (otomatis lebih hemat compound). Tapi kelemahan tersebut menjadi kelebihan untuk bisa bertarung dengan motor bermesin Inline. Sehingga, biarpun kalah di beberapa sektor, di sektor yang lain rider RC213V bisa unggul di sektor yang lain. Selain itu, Sachsenring terhitung sirkuit yang jarang digunakan untuk event, selain itu Sachsenring juga bukan sirkuit permanen karena sebagian tracknya merupakan jalan kota, otomatis ban kompetisi pun tidak memiliki grip optimal di sini. Kondisi ini yang menguntungkan RC213V yang dikendalikan MM93 dan CC35. Untuk Marc, kita g perlu bahas kemampuannya menaklukkan track licin, bahkan Cal sendiri juga bilang kl biasanya RC213V MY2019 susah belok, tapi dengan track yang licin, si Sachsenring dia dengan mudah belok dengan memanfaatkan slide ban belakang. Bahlan Pol pun mengakui kl di Sachsenring dia seperti balap dirt track, ban kurang grip hingga akhirnya dia g bisa cepat dan memperoleh hasil maksimal. So, gabungkan seluruh kondisi tsb, Motor yang memang dirancang untuk lincah dan lebih cepat di tikungan dengan memanfaatkan lean angle, tikungan yang menyambung satu sama lain, track yang licin, dan rider yang memiliki kemampuan kontrol throttle yang memadai (plus doyan tikungan kiri). G heran kl Sachsenring seperti Marquez’s backyard. Seandainya RC213V tidak memiliki karakter lap time bike, tidak dikendarai oleh MM93, bisa jadi perebutan podium antara Quartararo, Rins dan Vinales dan g ada pembalap yg seenaknya sendiri turing.
Ada Fanspage yang judulnya motogp_j****_n** eh taunya ABM adminya terus pake ilmu kira” tanpa analisis bilan ban ghoib lah ini lah
Haha bnyk akun ig berselubung moto gp tapi nyerangnya abm
Entah komen ane yang ini dibaca atau nggak sama wak haji… tapi kuat dugaan ane sejak 2015, Marc dan team mulai dapat pencerahan entah bagaimana dia pelajari betul2 kombinasi ban yang berlaku di tiap sirkuit juga dengan history2 nya termasuk cuaca dan kondisi aspal saat itu.
Sebagai rider agresif non-powerslide…ban depannya pegang peran utama dlm kontrol/traksi sedang ban belakangnya lah yang menentukan race pace ama endurance. Michelin ini kan karakternya lemah endurance di suhu agak tinggi.
Kalau histori artikel wak haji soal penggunaan ban tiap seri race ada yang mau bikin resume, bakal keliatan itu polanya. Khususon MM93 ya…soalnya yg punya kebiasaan riset ban secara pribadi kan MM93.
yes, sebenarnya memang gaya riset marc ini sebenarnya simpel dan bisa banget direplikasi, yang jadi pertanyaannya, siap apa nggak?
Kalo yang rebah 90° ada bro, AR42 sama FQ20 ?
Artikel yg pnjang x lebar nmun enak dbaca,apa mungkin krn Marc tak trsentuh smua jd mnyenangkn??
Mungkin memang respect beneran bro
hmm.
Situ Bapak tirinya Marquez y, tau banget isi pikirannya dia…..
mungkin Marc bukan mengidap “personality disorder” kang,tp lebih kearah “gimana besoklah” fokus ke championship daripada kemenangan,tapi kalau situasi memungkinkan ya gass dari awal,intinya sih dia cerdas,pandai membaca sikon,kapan harus bertahan,kapan mesti menyerang.
untuk Alex Rins,kayaknya mesti belajar dari Marc,cari limit motor saat latihan bukan pas balapan,jd kalaupun jatuh,ya pas latihan aja.