Saturday, 21 December 2024

Analisis Pasca Race MotoGP Motegi Jepang 2019 . . . Lagi lagi Riset Ban jadi pembeda !

TMCBLOG.com – Memegang Janji dan Mencoba merealisasikannya di race. Itulah yang dilakukan Oleh Marc Marquez Sepanjang 24 Lap memutari sirkuit berkarakter stop and Go seperti Motegi yang pada dasarnya boleh disebut sebagai Honda’s Back Yard. TMCBLOG Hadir langsung di Motegi pagi kemarin saat race day, persis hadir di Sirkuit ketika sesi Warm-up kelas motogp dihelat dan pagi itu Suhu sikuit yang terletak di kompleks perbukitan di daerah Tochigi ini memang cukup ‘ dingin’ buat kebiasaan Orang indonesia seperti saya . . Yes sekitar 20 derajad celcius ( ground 24 C). Saat itu Di Sesi Warm – Up Team dan Marc sudah Fokus banget menggunakan hanya satu jenis kompon ban slick Yakni Kombinasi Medium – Medium. Marc Keluar, test Race Pace selama 12 Lap back-To Back dan dari sana ketahuan selama 10 Lap Marc torehkan Pace konsisten di 1:46, plus sekali Time attack di awal 1:45 . .  Namun jelas Targetnya adalah bagaimana bisa mempertahankan Race Pace ini sepanjang dua kali lipat lap yang Marc lakukan saat Warm-Up. Yang Masih dikepoin lebih lanjut adalah Kapan persisnya Presiden Honda meminta Marc Untuk Kunci Gelar Konstruktor Di Motegi itu Juga, Sebelum Sesi Warm-up atau sesudahnya ? . . Terlepas dari itu pemilihan ban depan Medium sepertinya memang sudah fixed dilakukan semenjak Jumat. Soal Ban Belakang tinggal Soft atau Medium . . Kalau Ban belakang hard semenjak hari Jumat sudah bukan Opsi Bagi Marc dan Hampir semua pembalap lain karena Kompon karetnya sulit menemukan Suhu ideal untuk menghasilkan Grip yang optimal ke asphal.

Riset Ban Kembali Jadi salah satu Pembeda

Karakter stop and Go selain membutuhkan Ban depan dengan proteksi terbaik saat di Squeze, butuh juga Ban belakang yang selain Harus nge-grip, Juga harus tahan terhadap efek Gesekan dinamik dengan asphal (terlebih lagi Motegi terkenal abrasif) saat torsi yang dihasilkan oleh Putaran Crankshaft diteruskan via sistem Transmisi dan rantai menggerakkan Ban untuk secepatnya keluar dari apex tikungan dengan Cepat. Dan tmcblog mensinyalir sepertinya Marc dan team Tahu bahwa Ban Belakang Soft yang selain punya temperatur kerja yang mudah diperoleh dan ngegrip, Juga memiliki sisi negatif soal Tire wear yang mungkin tidak bisa tahan jika diminta menahan gempuran  Torsi yang terus menerus mengalir deras saat keluar tikungan selama 24 Lap. So Ban Medium memang jadi solusinya.

Perlu sobat catat juga bahwa fluktuasi Perubahan suhu pagi dan siang di Motegi sama seperti mungkin soal pertumbuhan perekonomian jepang yang cenderung stabil terkendali dan tidak beriak-riak impuls ekstrim . . Kasar katanya, Nggak tiba tiba pagi 20 C, siang bisa saja masuk 35 C . . . cek saja pagi Hari suhu udara Motegi saat Warm up 20 C, lalu siang saat race day Cuma naik 1 derajad doang sob jadi 21 C . . sementara Suhu Track cuma Naik 4 C doang dari 24 C ke 27 C. Tmcblog yakin team team sekelas  Monster Yamaha, Ducati dan Repsol Honda punya seabrek abrek data soal temperatur ini sehingga mereka bisa memprediksi karakter perubahan cuaca berdasarkan data statistik yang jauh lebih akurat.

Dari satu data ‘Receh’ kayak yang tmcblog lakukan di atas saja sudah bisa dijadikan refleksi bahwa di Motegi ahad kemarin warm-up sudah cukup mewakili seperti apa Saat Race. Team Fabio Sendiri yang saat Warm up hadir sebagai tercepat ke-dua masih menggunakan dua tipe ban belakang medium dan soft . . . Yap dari Management Persiapan Ban, Terlihat bahwa Fabio masih belum fokus bahkan saat Warm-up di pagi harinya. So dari sini kembali mudah mudahan sekali lagi bisa menuntaskan pertanyaan soal teori Ban Ghoib. Di era MotoGP saat ini Pemilihan Ban ini dilakukan dengan riset dan eksperimen yang nggak mudah dan membutuhkan banyak sekali bank Data.

Jadi pada dasarnya Bukan hanya Perbedaan Kompon Ban yang jadi pembeda menang atau kalah, Namun bagaimana juga perlakuan riset terhadap ban yang dipilih

Dari data Grafik di atas yang merupakan Laptime Progres 24 lap kemarin terlihat bahwa sebenarnya tidak ada tanda tanda dominasi seperti misalnya yang bisa kita lihat di Aragon. dari Grafik Top-7 Finisher di atas terlihat bahwa Benar Marc Lebih unggul namun pacenya tidak terlalu jauh berbeda dan bahkan di akhir akhir Race pembalap Seperti Dovizioso bisa push Desmosedicinya sampai mendekati Fabio.

Ternyata memang semua di MotoGP itu terukur banget. Dalam Press Converence debrief Pasca Race Marc mengatakan bahwa pada dasarnya team sudah melihat bahwa dengan 24 lap dan Pace 1:46 low harusnya bensin 22 liter yang tersimpan di bawah seat Jok Honda RC213V Cukup. Namun ternyata Marc memperoleh tantangan Tak terduga dari Pembalap Rookie of The Year Fabio Quartararo yakni gangguan di lap Lap awal dimana akhirnnya Mau Nggak Mau Marc melayaninya sehingga Pace keduanya masuk di angka 1:45 high. Sama kayak Sobat sekalian Pake Beat atau Vario . . teorinya sederhana, makin dalam Puntir Gas maka hembusan udara di Throttle body makin besar, fuel makin banyak dan makin boros. Prediksi Tak terduga ini membuat Lampu dan alarm Warning – Indicator Low-Fuel Honda RC213V berkedip kedip saat ia berada di sektor tiga lap ke 23

Menurut Marc dengan hadirnya Warning ini biasannya ada sisa 3 Lap, Oleh Karena itu sobat Bisa lihat di Grafik, Laptime Marc Turun hampir setengah detik di Lap terakhir, dia sengaja melakukannya buat bikin irit RC213V . . yes rada gamang juga nyebut ‘ irit ‘buat RC213V hehe  . . ia panteng di segitu dengan hati deg degan kayaknya, sayang fitur heart-rate di display TV Dorna nggak keluar saat itu terjadi yaaa  . . kalo ada lumayan buat kros-cek hehe. Dan memang saja, ketika Cooling down Lap Bensin di tangki bbm RC213V habis. Ini adalah kedua kalinya Marc mengalami kejadian serupa di Musim ini setelah sebelumnya di Silverstone. Beruntung ada assist dari Hafizh Syahrin yang mengantar marc sampai ke Parc Ferme Motegi.

Yang cukup mengherankan memang Dovizioso yang sepertinya kehilangan Pace di awal dan pertengahan race ketika Ban Soft-Mediumnya dalam keadaan baru. Dovi mengatakan bahwa ia banyak kehilangan laptime ( sekitar 0,2-0,4 detik) di Mid-Corner. Namun setelah lebih dari 15 lap, Grip Itu kembali Hadir . . sepertinya emmang Dovi kurang banyak data riset, FYI di Warm Up dovi menggunakan Ban dengan kompon berkebalikan yakni Medium -Soft dan ini membuat ia tidak bisa mengerti banyak soal Fenomena Ban belakang medium di atas Mesin Desmo. Dovi Gagal membantu Ducati untuk Membendung Honda di Titel Manufaktur di Motegi, namun dengan modal 17 Point lebih tinggi dari Repsol Honda, Ducati punya SPare perbedaan di atas 5 point per Seri di sisa tiga seri terakhir ke-depan.

Secara umum Yamaha pasca rehat tengah Musim 2019 memiliki performa Grafik yang sangat bagus. Bukan Hanya diperlihatkan Oleh Seorang Fabio Quartararo yang pada artikel sebelumnya telah tmcblog infokan bahwa ia membuang jauh jauh pre-liminary Mindset yang bisa mengungkungnya untuk memiliki barrier takut dulu sebelum bertanding. Mindset pen-dikotomian Sirkuit A adalah sirkuit Pabrikan A, Sirkuit B adalah Sirkuit Untuk Mesin Jenis B dan lain sebagainya. Dan Bahkan saat tmcblog ngobrol sama Manuel Pecino dipinggi Paddock Motegi kemarin, Manuel Menginfokan secara Lisan bahwa Fabio sama sekali tidak melihat Marc Marquez sebagai seorang pembalap Super saat berada di depannya, Ia tidak takut sama sekali sama embel embel Juara dunia 8 kali  . . Marc di matanya adalah sama dengan pembalap Lain, Semua Pembalap yang jika ada di depannya akan dicoba untuk di Overtake, sedangkan jika ada di belakangnya akan ia coba sekuat mungkin untuk meninggalkannya atau minimal Defend. Targetnya cuma Victory.

Posisi finish di MotoGP Motegi 2019 memang cukup menarik dan lebih dinamis bila dibandingkan dengan Tahun 2018 yang lalu. Isinya lebih berwarna dimana Ducati yang kuat di Tahun lalu terlihat agak kendor di awal Race MOtegi pada tahun ini, sementara itu Yamaha Terlihat Kuat begitupula Satelit Honda Yang diwakili Cal Crutchlow. Bahkan Morbidelli pun sempat sedikit menguat di awal race diikuti Oleh Suzuki GSX-RR Alex Rins. Walaupun Sesama meisn Inline 4 terlihat memang sepertinya antara Suzuki dan Yamaha punya detail yang berbeda . . apa itu? Mudah mudahan tmcblog bisa kupas kupas di artikel mendatang sob.

Valentino Rossi Crash, DNF di Motegi ini dan menambah torehan Lara berkepanjangan. Di Motegi ini pada dasarnya Vale Banyak memulai hal hal yang lebih menggambarkan sedikit keadaaan Paddocknya yang menurut opini tmcblog agak ‘kehilangan arah’ . Mengaku Puas dengan swing-arm Carbon di Race race sebelumnya, akhirnnya di Motegi ini Vale kembali menggunakan Paket Swing-arm alumunium. Bahkan Muffler double Barrelnya pun dilepas di Motegi ini. Namun semua upaya di Motegi ini kembali mbuleed Buat Vale. Ia kehilangan Pace awal sehingga harus turun dibandingkan posisi start, terjebak Traffic dan akhirnnya melakukan kesalahan di T1. Bila pembalap Yamaha Lainnya memperoleh kenaikan performa secara keseluruhan di Motegi ini, namun performa Rossi tercatat yang paling rendah dibandingkan ke-tiga rider Yamaha Lainnya di Motegi.

Pada dasarnya race weekend Motegi memang race weekend yang butuh banyak intens soal Pengaturan strategi. Hari sabtu boleh dibilang adalah ‘ hari Yang hilang’ karena di hari tersebut Pembalap tidak memiliki kesempatan sama sekali untuk riset apapun. Dengan forecast jepang yang terkenal ke-jituannya boleh dibilang memang Sabtu di Motegi kemarin memang Khusus buat Kualifikasi. Disinilah butuh kesiapan, kematangan team dalam mengelola dan Memanage waktu se-efesien mungkin Guna persiapan race day . . . see, kelihatan kan perbedaan masa Romansa Jaman dulu yang katanya malam sebelum Race masih bisa party dibandingkan dengan era saat ini dimana Riset sudah dilakukan bahkan Mungkin sebelum Race dilakukan  . .

Taufik of BuitenZorg

Baca Juga :

  1. Analisis Pasca race MotoGP Qatar 2019 . . . RC213V meningkat, namun Belum Cukup !
  2. Analisis Pasca race MotoGP Argentina 2019 . . Marc Marquez seperti race di dunianya sendiri !
  3. Analisis Pasca Race MotoGP Austin 2019 . . Fokus di Rins VS Rossi !
  4. Analisis Pasca Race MotoGP Jerez 2019 . . Marc Memang Terbaik di Jerez !
  5. Analisis Pasca Race MotoGP Le Mans 2019 . . . RC213V Baru, Mentalitas Baru !
  6. Analisis Pasca race MotoGP Mugello 2019 . . . Ducati Terkencang, Honda mendekat !
  7. Analisis Pasca Race MotoGP Assen 2019 . . . Maverick Layak Juara, Marquez P2 Sudah Seperti Victory
  8. Analisis pasca race MotoGP Sachsenring 2019 . . . Dari gocekan di grid start sampai strategi manage ban saat race !
  9. Analisis Pasca Race MotoGP Austria 2019 . . . Strategi Dovizoso Sukses permainkan Marquez !
  10. Analisis Pasca Race MotoGP Silverstone 2019 . . . FIX, Marc Marquez ‘dikadalin’ Alex Rins !
  11. Analisis Pasca Race MotoGP Misano 2019 . . . Ilmuwan berwerpak Balap !
  12. Analisis Pasca Race MotoGP Aragon 2019 . . . Dua Mode dalam satu race weekend !
  13. Analisis Pasca Race MotoGP Thailand 2019 . . . Epic Fight, Gambaran seperti apa 2020 nanti !

137 COMMENTS

  1. Wak, berarti di masa2 mendatang, manajemen detail akan memegang peranan semakin penting dong ya..?

    Blm kebayang sih, bisa jadi jenis cat yg dipakai livery, wearpack, helm harus minim friksi hambatan udara kali yahh…?

    • Kalo ga salah dulu di F1 team jaguar pusing gara gara cat ijo metalik nya lebih berat beberapa kilo dari team lain. Hahaha

      Apa motor Ducati di cat merah doang ya. Selapis aja…

      • njirrr, masih ada yg ngeh dengan kasus perhitungan berat warna cat di F1.

        mantap
        situ lumayan pengemar lama F1 juga rupanya

      • serunya di lap awal sama lap-lap menjelang akhir saja. nntn di masa mika hakkinen dan sumaker pertengahan balap nggarai ngantuk. bener itu bukan formula one tapi formula yawn…

      • Kalo ga salah mobil dibersihkan sama ga dibersihkan aja bisa beda 0,00xx sekian detik per lap…
        Berlaku juga buat motor…
        Makanya balap internasional kendaraannya kinclong2…
        Selain menghormati sponsor, juga bisa nambah kenceng sepersekian detik…

      • Itu asal muasal McLaren warna silver karena ngelotokin cat.. jadinya full aluminium…
        Akhirnya ketagihan nge cat silver saza..

  2. yang menarik kemarin adalah si vina yang di prediksikan akan menggusur si dovi di akhir race malah keteteran akhirnya..malah si dovi yang melejit mendekati fabio..hm..kehabisan ban kah neng vina ini

  3. Yang menurutku aneh tuh ketika Wak Haji terbang ke Motegi bareng Suzuki, tapi kemudian ditelpon T7 ketika acara live race ??

    • Koq aneh? Kan profesionalisme biasa, saya dapat media pass motogpnya kan kali ini dari Trans7 yg usahakan, mosok saya nggak kasih laporan telp ?

      • Lho bukannya wak taufik sdh diakui secara resmi/terakreditasi sebagai media resmi peliput motogp kok dapat media passnya dari trans7?
        Apa tiap seri mesti mendaftar sendiri2 atau itu ada semacam masa berlaku gitu?
        Apa gmn sih wak? Kepo aku….

        • itu benar adanya, namun saat daftar ulang peliputan kami mo pake atas nama siapa?
          Contoh lain, FYI . . Om David Emmet sendiri dapat pass sekarang dari Euro Sport News, cmiiw bukan motomatters.com

      • Owh, gitu Wak. Mohon maaf, bukan niat ane Suudhon, karena emang beneran nggak tahu kalau harus pake media pass khusus (mengingat wak haji udah biasa wara-wiri di paddock). Anyway, thanks pencerahannya. Pertanyaan saya udah terwakili komen Mbah Masdikin di atas ??

  4. Artikel analisa pasca race paling ngebut. Senin udah keluar.

    BTW, sempat ada info tentang front wet tyre MM93 saat sighting laps? Saat after race press conference sih Marc cuman bilang kl dia dan timnya mencoba mengantisipasi perubahan kondisi (Which is, absolutely, a sham)

    —————————————-
    “Fabio sama sekali tidak melihat Marc Marquez sebagai seorang pembalap Super saat berada di depannya, Ia tidak takut sama sekali sama embel embel Juara dunia 8 kali”
    ———-
    Sama ky Marquez wkt naik kelas pertama kali. “It’s amazing riding together with Rossi, and Pedrosa. But right now, they’re my rival”

    • Masih beda om, dulu awal rookie mm nafsuan loh buat nomero uno. Kalo fabio kurang bernafsu menurut saya. Prediksi saya musim depan fabio bakal lebih terbebani, secara dia pebalap yfr terbaik musim ini. Preasure Iwata beda dgn tim jepun lainnya

      • Yg saya bahas terkait dengan mindset Fabio dalam melihat rivalnya, yg sama dengan Marc.

        Untuk masalah nafsu untuk menjadi nomor satu, kalau saya pribadi malah melihatnya ambisi Quartararo terhambat kualitas motornya. Banyak yg bilang Quartarao terbantu dengan karakter M1 yg rider friendly, tapi M1 yg dia gunakan pun banyak limitasi, seperti jumlah mesin yang hanya 5 buah, dan akhirnya diikuti rev limit sebanyak 500 rpm. Belum lagi power dan akselerasi M1 yang dengan GSX-RR pun kalah, capaian Quartararo musim ini menunjukkan “how fabulous he is”.

        • corner speed m1 dan sasisnya lebih bagus daripada gsx-rr, best bike saat ini, 2018-2019 sasis m1 ga beda jauh, dan lebih bagus daripada gsx rr

          tahun depan pun dovi akan tetep 2nd place, not quart, prediksi quart bakal ngisi posisi 3-4 di klasemen dengan motor full spek pabrikan

        • Itu sebabnya banyak jurnalis dan saya pun mengikuti mazhab yang sama. Kl Yamaha bisa squeeze another hp dan Rins bisa mengatasi problem kualifikasinya, kedua rider tersebut bisa menjadi sumber masalah utama Marc dalam memeprtahankan gelar juaranya. Karena saat ini baru kedua rider tersebut yg bisa riding around the limit. Oilviera dan Binder (musim depan), terhalang dengan kualitas motornya. Semakin banyak rider yg ngerecokin dan ganggu dominasi Marc, semakin besar probabilitas rider selain Marc menjadi juara dunia.

          IMO, wlpun Marc adalah extraordinary rider di musim pertamanya di MotoGP dia terbantu dengan RC213V, inhouse ECU, dan strong front dari Bridgestone (Yg Dani aja bisa super stoppie di musim 2014 -tp masih bisa masuk apex dg pas). Dengan mindset, fighting spirit, dan dibantu dengan motor yg ramah terhadap rookie (maksudnya dia) plus tim yg mendukung, dia bisa mengoptimalkan musim pertamanya sehingga bisa jadi juara dunia (dan itupun di bawah bayang-bayang penalty point system yg khusus di develop cuma biar Marc g miss behave). Yah, capaian luar biasa di musim 2013 itu juga tetap terbantu juga dengan DP26 dan JL99 yang harus jatuh bangun dan cidera. (Some said he is a one very lucky boy, but many forgot that Fortuna always favor the best).

        • @vega
          Belum tentu, tahun depan karakter ban Michelin bakal berubah, yamaha dan suzuki bakal makin cepat di tikungan, saya ragu kalau ducati bakal dapet p2 lagi

        • Untuk Ducati y tergantung Gigi juga. Interview Gigi di motogp.com dia bilang kl unutk 2020, Ducati akan berupaya menghadirkan motor yang “completely new” sebelum tes Valencia, karena dia g terlalu puas di musim ini karena tidak bisa memperbaiki kelemahan motor sepenuhnya. Dan sepertinya fokus development pada area sasis (kemungkinan untuk mengejar corner speed).

        • Saya menduga pelimitan RPM -500 itu justru karena Petronas yg ‘pelit’ cuma kasih dia jatah 5 mesin.

          Which is bocah ini disuruh ngirit mesin supaya awet ampe 19 seri. (500 RPM direlakan supya gak terlalu geber banget mesinnya yg muaranya bikin boros umur mesin).

          Setelah seri hampir kelar, namun jumlah sisa mesin dianggap masih cukup. Dilepaslah itu “belenggu pengiritan” sebesar 500RPM.

          Poor Fabio ???

          Kadang kesel juga ama putra mahkota itu, dikasih segalanya malah zonk kosong nyaring bunyinya.

    • Beda dong… Marc menang. Fabio belum.

      Kalau sampai akhir musim 2020 pole n podium doang, fix another Zarco.

      Btw mentalitas nyamain Marc dgn rider lain menurut ane blunder. Marc cerdas raja strategi.

      Rins tau. Rins bisa menang duel
      Dovi tau. Dovi bisa menang duel

      Kalo ngandelin cepat doang harus kayak Vinales ngalahin Marc di Assen. Gapnya harus gede. Kesempatan Fabio ya Philip Island

      • sayangnya phillip island itu kaya sachsenring, left turn-dominant wkwk dan sepang 2 tahun terakhir ducati kuat meskipun marc sempet menang, dan ga usah ngomongin valencia. . .,

        bayangin ente pembalap bertalenta macam fabio,dovi, vinales, tapi ente hidup di eranya marc. . .

        • Cuma kan PI flowing. Bukan stop n go. Sepang emang ga ane prediksi, nonton langsung aja. Valencia asal ga hujan kayak kapan hari bakal seru.

          Sayang raja PI udah pensiun.

        • PI kalo MM disundul Jarko lagi ya DNF lagi buntut RCV jadi oblak ?

          Tapi Fabio dan Vina patut diwaspadai disini

          Ducati sepertinya gak banyak bicara di PI.
          Dapet podium pun sudah nais

      • Sekali lagi yg saya bahas tentang mindset Fabio tentang kompetisi di kelas utama yang sama dengan Marc, g bahas perbandingan capaiannya sama sekali. Untuk capaian, kita masih harus melihat musim selanjutnya.

        Tapi yg jelas, Fabio has the raw talent. Musimnya di CEV menunjukkan hal tersebut. Emosinya yang perlu diperbaiki, dan dia pun menyadari hal tersebut, karena dia juga melibatkan sports psychology dalam teamnya (entah atas permintaannya sendiri, saran Mahe, atau malah Wilco).

        • Capaian nunjukin ketepatan mindset bro AIM-1N

          Kalo mindset dia bener, dia ga nyamain semua sirkuit n semua rider. Fatal itu di era strategi dan era Marc kayak sekarang.

          Rins tau, Rins menang.
          Dovi tau, Dovi menang.

          Keduanya paham kalo didepan n gap ga cukup jauh, tinggal nungguin Marc godek godek beberapa kali, kelar idup lu.

          Bener kan, kelar P1 Fabio ?

        • Kalau ngomong capaian ditunjang pengalaman, cocok buat kasus di tikungan x kecepatan y lean angle z yg terbaik, jadi Fabio ngerasain sendiri.

          Kalo soal mindset n strategi, ada ribuan video dan tulisan yg sudah ngebahas mana yg berhasil n mana yg ga berhasil saat lawan Marc.

          Dovi 2017 yoyo, berhasil nahan Marc P2 n yg lain ikut ngerecokin Marc, baru ngacir. Itu mindset yang benar dgn strategi yg benar, ngikutin potensi motornya.

          Apa dgn inline 4 di sirkuit stop n go bisa begitu ? Leading race n dibelakang ada Marc dgn gap 0,XX ?

          Itulah yg gw bilang mindset Fabio ga jalan kalo buat ngelawan Marc.
          Dan yg begituan ga harus dgn pengalaman.

          Rins menang Silverstone bukan hasil pengalaman duel dgn Marc di Silverstone.

          Saat Rins pertama kali juara, Marc crash. Seingat gw juga Rins ga pernah last corner battle ama Marc.
          So mindset Rins benar. Dia tau versus Marc bukan kaleng kaleng. Kemenangan pertama Suzuki vs Marc juga didapat saat Vinales leading jauh dari Marquez. Dan itu cuma butuh riset n mindset yg sesuai.

          Coba lihat kemenangan Lorenzo Yama-ha dari Marc, hampir semua dengan gap yg cukup lumayan.

          Mugello 2016 baru bisa dibilang Lorenzo menang dgn pengalaman.

        • “Apa dgn inline 4 di sirkuit stop n go bisa begitu ? Leading race n dibelakang ada Marc dgn gap 0,XX ?”
          ———–
          Maksudnya Buriram? Apa bedanya dengan posisi Marc dengan Rins di Sylverstone, d sirkuit flowing leading dengan gap nol koma sekian dari motor inline. Apa kemudian kita akan bilang mindset Marc g jalan buat ngelawan Rins?

          Hanya karena Rins berhasil menang melawan Marquez di Sylverstone g berarti dia harus fight dengan Marc dl hingga lap yang sama di track yang sama toh. 42 seri race dia riding bersama Marquez, dan dia bisa mempelajari Marquez baik dari apa y dia lihat saat race maupun dari data lap by lap. Dia bisa mempelajari kelebihan dan kekurangan Marc/RC213V dan memformulasikan dalam race craftnya di track. Begitu juga Dovi, g heran dia dapat gelar the Professor karena dia bisa dengan tenang memformulasikan strategi race dengan berbekal experiencenya. Pengalaman g cuma untuk bisa tahu bagaimana cara melibas tikungan x dengan kecepatan y dan lean angle z yg terbaik. How to control race pace pun termasuk bagian yang harus diperoleh dengan pengalaman, bahkan knowing when to fold saat kartu yg dimiliki termasuk njembek juga seringkali baru diperoleh berdasarkan pengalaman (sometimes with a hard way –ky Marcquez d 2015).

          Sementara Fabio, dia rookie. Rider yg masih baru belajar kompetisi di kelas paling atas. Saat ini dia hanya tahu (dan diberitahu) untuk bisa melaju dengan cepat dan konsisten. Bukan untuk tiba-tiba formulating his own strategy during the race. Kl dia biasa, berarti dia jauh lebih jenius dibandingkan Marc, bahkan Kenny Roberts Sr. Rins aja masih harus diberitahu kapan harus merubah mapping, Marc pun harus berdiskusi dengan teamnya untuk bisa formulating strategy, give Fabio a break. Seperti halnya Marquez yang berkembang dengan melihat punggung Rossi. Fabio, Rins, Oliviera, Binder dan rider muda lain pun saat ini juga sama, developing their race craft dengan melihat punggung Marquez yg sudah “set another bar from the one before”, dan dari situ baru mereka memformulasikan bagaimana cara mengalahkannya.

          Dari awal saya sudah menyampaikan sebagai rookie, Fabio sudah memiliki mind set yang cukup bagus. Dia tidak peduli lawannya siapa, dan dia g pernah ngerasa perlu sungkan. Dia g peduli tracknya apa, yang dia tahu hanya berusaha yg terbaik dengan motornya. Dia g peduli motornya punya problem apa, yg dia tahu dia harus push to the limit untuk bisa mengoptimalkannya. Dan mindset itu sama dengan Marquez di musim pertamanya, kenapa terus kemudian pada g terima sampai membandingkan dengan dia sudah menang ap belum (atau saat fight dengan Marquez)……….

        • “he has little to learn” , ini potensi maximum fabio sudha keliatan di 3 race terakhir, kalo musim depan dia dapet support full factory yamaha dan masuk tim pabrikan dengan motor full spec, dia bakal di posisi 3 atau 4, tergantung performa rins, dovi akan tetap kuat

          burriram stop n go ? jelas jelas banyakan long cornernya, mana mesin v4 selain marc yang ada di depan ?

          jangan cuma liat berapa kali menangna doang, liat lawannya siapa, marquez harus lawan rossi dan lorenzo pada masa primanya, belum lagi dani pedrosa yang semuanya pake ECU inhouse masing2 pabrikan dengan rcv yang di tahun pertamanya tidak secocok sekarang dengan karakter marc

          qart lawannya ? untuk posisi 2 lawannya cuma rins sama dovi yang angin-anginan, lihat statistik 2013 vs sekarang untuk perebutan posisi 2 jauh lebih mudah sekarang karena tidak ada pembalap yang konsisten selain marc

          jangan belebihan ekspetasi kaya zarco, cuma beda umur doang, overrated is overrated

        • dan yang orang2 salah, kenapa bandingin marc sama fabio, fabio itu lebih mirip lorenzo muda, dari skillnya dia hampir setara lorenzo waktu rookie dulu, kalo mau bandingin statistik, bandingin sama lorenzo waktu masih rookie, fabio itu pembalap tipe lorenzo, zarco, vina dan inliner lainnya, disuruh naik v4 hasilnya ga bakal sekonsisten naik inline, saat ini masih lorenzo yang paling baik jika dihitung waktu dia masih rookie, natural dan raw talent lorenzo the best untuk memaksimakan kekuatan inline di speedcorner dengan gaya smooth saat dia masih rookie dulu

        • Yang bandingin siapa? Dr awal saya cuma bilang, mindset Fabio sama dengan Marc bukan mau nyamain capaian Fabio dengan Marc, bagian mananya yg sulit dipahami?

          “he has a little to learn” bukan maksudnya Fabio sudah dalam potensi terbaiknya, itu ungkapan Morbidelli untuk bilang kl sbg rookie level F1/4 mendekati level rider kelas primer. G berarti terus dia g berkembang. F1/4 sendiri juga bilang kl dia measih mempelajari rivalnya, terutama Marquez. “Again, a race that we learn again to manage the tire even if at the end we struggled. We managed to get the good lap time in another way. I think that’s something that we learned mainly here”. Seperti yg saya bilang, mentalitas Quartararo sama dengan Marquez. Tapi apakah kemudian capaiannya selevel Marquez, jalannya masih jauh. Ini baru tahun pertama mereka berhadapan, dan di tahun ini mereka saling mempelajari satu sama lain.

          Sebagai gambaran, strategi race Marquez kmrn secara garis besar ada dua. Ngebut dari awal, ambil jarak, dan cooling down (biar hemat bahan bakar) atau bertahan di belakang rider cepat, slipstreaming, biar hemat bahan bakar dan ambil alih di lap akhir. Tapi akhirnya dia ambil opsi A karena tahu dia bisa melaju cepat saat warm up lap dan motor Yamaha cukup cepat di Motegi. Strategi itu dibuat bukan untuk menghadapi Dovi, tapi untuk menghadapi rider Yamaha yang memenuhi grid terdepan. IMO, Marc sendiri juga menyadari kelebihan mesin inline rolling speed yang bisa dioptimalkan selama tidak ada yang mengganggu racing line-nya. Selain itu, Marc juga pasti paham (Cal sudah bilang dr awal) kl kelebihan Yamaha adalah saat menggunakan ban baru mereka bisa melaju lebih cepat. G heran mereka selalu memuncaki fast lap di tiap sesi FP dan Q1/2. Membiarkan Fabio di depan akan membuat upayanya untuk menang jadi lebih berat. Makanya dia milih opsi A dengan catatan lap-timenya 1.46 high biar bahan bakarnya cukup sampe CF (Sampe dia harus cruising dan pasang wet tyre saat sight lap).

          Di sisi paddock yang lain strategi Quartararo adalah memanfaatkan kelebihan M1 untuk bisa di depan Marc secepatnya, bikin gap, dan smoothing the pace setelah gapnya cukup. Karena dia tahu, dengan karakter inline yang kuat di tikungan, dia akan lebih cepat kl dia bisa bebas memilih racing line-nya sendiri untuk memanfaatkan rolling speed from corner to corner (Dia nyalip Marc d T7 juga gara-gara rolling speed dr T6). G heran dia langsung nyalip Marc di T7 yang langsung di balas Marc di T10 dengan sedikit memaksa (mirip yang Marc lakukan thd Dovi) smp Quartararo off -akhirnya squaring biar tetap dapet apex, tapi akibatnya Miller yang off-line biar g nabrak Quartararo.

          Setelah Marquez d depan pun, dia bukannya tanpa tekanan dari Quartararo. Marc tahu dia harus konsisten di 1.46 low untuk bisa mempertahankan konsumsi bahan bakarnya hingga akhir lap. Tapi Quartararo juga tahu dia harus bisa menempel Marquez untuk bisa menekan di akhir lap, makanya lap 12 lap pertama, antara Marc dan Quartararo yoyoing the gap between each of them. Saat Marc cruising untuk hemat bahan bakar, Quartararo menaikkan pace-nya sehingga dia bisa mendekat, dan akhirnya Marc pun harus naikin pace biar gapnya terjaga. “Sometimes this is good news, but this time it was not so good because then with the fuel, we know that was a little bit on the limit”.
          Dari kondisi tersebut, terlihat kl race Motegi kemaren bener-bener Battle of Wits antara Marquez dengan Quartararo. Keduanya berusaha outsmart satu sama lain, walau akhirnya tetap tidak bisa dipungkiri kalau ada kondisi tertentu yang menguntungkan bagi seorang rider untuk bisa melintas garis finish pertama. Bahkan di dua lap terakhir, gap antara Marc dengan Quartararo benar-benar terkoreksi sampai 1,5 detik karena Marc harus smoothing his ride dan Quartararo pun masih berusaha menekan Marquez karena dia harus menghindar dari tekanan Dovi (Dan keduanya benar-benar sudah dalam limit).
          In conclusion, sebagai rookie, Fabio Quartararo sudah memiliki modal yang cukup (salah satunya mentality-nya) untuk bisa berkompetisi againts the Titans, seperti yang dimiliki Marquez di awal musim pertamanya. Apakah kemudian dia bisa menumbangkan Kronos atau tidak, perlu waktu untuk membuktikan lagi. Karena pada akhirnya ada kondisi eksternal yang bisa mempengaruhi dan mengakibatkan gagalnya rider berbakat seperti Kochinski, Gobert, Capirossi, Biaggi, Kato, Melandri, hingga Zarco.

      • @bro AIM-1N

        Ya jelas ga sama dong Marc didepan ama dibelakang. Hahaha

        Kalo Marc didepan dibelakangnya Dovi, ada kemungkinan Dovi menang via akselerasi. Ada kemungkinan straight terakhir disalip efek slipstream.

        Kalo dibelakangnya motor inline kan ga mungkin begitu. Kalo gw ga salah ingat bro AIM-1N sendiri yg nulis inline punya racing line sendiri di corner yang kalo ga begitu ga keluar speed cornernya. Itu sebabnya Lorenzo berusaha kualifikasinya bagus, start didepan, ngacir biar ga kehalang racing linenya. Itu sebabnya Vinales susah nyalip Dovi.

        Marc udah tau itu, bro AIM-1N juga udah tau … Gw yakin.

        Rider sejago apapun ga bisa ngelak kalo disalip di trek lurus. Bener nggak ? Honda di trek lurus dgn jarak minimal tertentu bisa nyalip Suzuki n Yama-ha. Bener nggak ? Marc kalo nge-push sampai limit (Marc hobi bgt nge-push sampai titik penghabisan) n mau make segala cara. Bener nggak ? So kombinasi itu bisa dikalahkan dengan :

        1. Ngasi tekanan terus menerus sampe dia bikin kesalahan sendiri (kata Stoner) udah ada di tmcblog sejak lama artikelnya. Kalo Fabio baca artikel MotoGP pasti udah baca juga disitus lain.
        2. Ngacir sejak awal ala Lorenzo.(udah lama bgt) Fabio belom di motogp
        3. Yoyo n biarin Marc dikeroyok rame rame ama p3 n P4 (2017)
        4. Ngadalin Marc ala Rins (ini terjadi sebelum Buriram)
        5. Kalo udah last lap n ga bisa unggul jauh sengaja lepas gas biar Marc didepan baru kalahin di last corner pake block pass, atau cara lain. Ini juga kejadian di seri awal musim ini. Diakui ama Marc sendiri juga kok.

        Cuma mindset Fabio ngerasa Marc sama kayak yg rider lain… Dan dia milih didepan, ga ngajak rider lain ikut ngasi pressing ke Marc. Ga juga berhasil bikin gap cukup gede dgn Marc. Marc disamain ama rider lain… Halooo ?

        Butuh lebih dari itu buat kalahin Marc.

        Mudah mudahan Yama-ha tahun depan bisa update lumayan deh. Kalo mindsetnya begini tapi dgn kemampuan Yama-ha yg sekarang, paling banter Fabio nyuri P1 sekali doang kayak Vinales n Rins …

        • Tapi di sisi lain, dua hal tersebut bisa juga memiliki kondisi yang sama apabila dilihat dari sisi: Marc/Fabio berusaha memaksimalkan mesinnya di track yg naturenya tidak mendukung mesinnya dan menggunakan apapun yang bisa dia gunakan untuk menghalangi lawannya memanfaatkan keunggulan mesinnya. Marc dengan mengganggu racing line Rins, dan Fabio berusaha di depan agar bisa menemukan racing line optimal dan jauh dari gangguan. Tapi pada akhirnya, keduanya kalah karena wlpun sudah berusaha maksimal, pada akhirnya lawan yang bisa mengoptimalkan keunggulan mesinnya dengan kondisi matra yang mendukung tetap susah dikalahkan.
          IMO, pendekatan Fabio dengan selalu di depan bukannya tanpa alasan karena memang, saat ini, hal tersebut satu-satunya yang bisa dilakukan M1 yang hanya memiliki keunggulan corner speed. Harus Jauh dari gangguan sehingga bisa memilih racing line yang optimal.

  5. ironi sekali liat vale, pembalap hebat pada masanya tp sulit menerima bahwa dia sekarang sudah habis, bukan hitting the apex lagi tp hitting the gravel

  6. wak..menurut saya gelaran motogp modern ini sudah sangat mahal dan perlu biaya tinggi, jadi kecil kemunginan pabrikan yg kurang mampu, ga bisa terjun di motogp, jadi yg ikut pabrikan itu itu aja kurang seru, balikan motgp ke mesin dua tak lagi…
    dan hapus teknilogi canggih yg makan biaya banyak..
    dan yg paling penting bukan marques terus jadi juaranya..bosaan

    • @olisamping
      inilah yang pasti terjadi apabila fans wsbk memaksakan diri menonton dan menyukai motogp

      saran pribadi: stop watching motogp, stick to wsbk instead.

      • ironinya adalah, di WSBK sekarang malah lebih fleksibel ngembangin teknologi, g terbatas dengan segala homologasi. Asal dipake di produk massal homologasi, bisa dipake di WSBK. Honda aja kabarnya bakal menerapkan dynamic aero parts.

    • Secara teori era 4 tak lebih ramah lingkungan daripada 2 tak.

      So gw say no balik maning 2 tak.

      Sementara moto E masih berkembang, nikmati 4tak aja dulu.

      • Honda pun sudah membuat mesin 2 tak yang ramah lingkungan. Penghapusan kelas 500cc two stroke lebih ke masalah politis alih-alih pertimbangan lingkungan. Honda despise two stroke. Dia sampe bikin piston oval cuman biar motor 4-tak bisa berkompetisi dengan mesin 2 tak.

        Kondisi sekarang, y enjoy aja lah……..

    • Apa menjamin kalo balik ke 2 tak tidak akan pakai part2 eksotis dgn teknologi dan metalurgi termutakhir
      Ini balap prototipe loh,dimana pabrikan tidak mau setengah-setengah dlm melakukannya,
      Moto3 aja kalo dijual harganya bisa fantastis,padahal mesin 1 silinder 250cc itu

    • setiap waktu pasti ada y. namanya perubahan, dan untuk menghadapi perubahan ini bukan dgn cara mundur namun harus beradaptasi

    • G perlu panjang2 wak
      Cukup bilang
      Kalau pembalap pujaan mu dah keteteran mending stop nton moto gp dari pada kelaman sakit hati kena serangan jatung kan bahaya

  7. wak..menurut saya gelaran motogp modern ini sudah sangat mahal dan perlu biaya tinggi, jadi kecil kemunginan pabrikan yg kurang mampu, ga bisa terjun di motogp, jadi yg ikut pabrikan itu itu aja kurang seru, balikan motgp ke mesin dua tak lagi…
    dan hapus teknilogi canggih yg makan biaya banyak..
    dan yg paling penting bukan marques terus jadi juaranya..bosaan

    ulangi lagi

  8. Marc Marquez ga pernah terganngu dgn yg namanya kecepatan, maksudnya kecepatan itu tak pernah membuat dia merasa takut, hilang fokus, berdebar, tertekan atau gelisah.
    Memang hal ini adalah hal yg biasa bagi pembalap yg memang ditempa dan dilatih buat terbiasa dgn kelajuan. Namun apa yg membedakan pembalap Spanyol itu dgn pembalap lainnya ialah kecepatan yg dirasakan olehnya secara relatif adalah pelan. Ambil contoh seperti POV nya Flashman ketika beraksi. Atau lebih mudahnya seperti pilot jet tempur yg dilatih utk terbiasa terbang di atas kecepatan suara. Tapi faktanya Marquez ga punya sama sekali sertifikat atau lisensi pilot jet tempur, semua itu adalah bakat alami dia.
    Menurut mentornya Guim Roda, “Tetapi Marc setelah melepaskan helm, dia terus saja beritahu kamu tentang balapan tadi, dia jelaskan apa yang motor itu lakukan, termasuk rem, ban, dan suspensi sampailah putaran trotel di setiap tikungan sirkuit. Dia juga beri saran apa perlu yg dilakukan untuk tingkatkan kekuatan motornya ,” katanya.
    Juga Roda turut mengutip pernyataan mantan Presiden Federasi Sepeda Motor Kerajaan Spanyol, Dimite Angel Viladoms yg menganggap Marquez adalah seorang pembalap istimewa yg penuh akan sensor dan mengetahui segala apa yg terjadi pada motor di setiap bagian sirkuit…

  9. untuk keberhasilan meraih tujuan, bila di properti ada menerapkan 5 l, di tim repsol hadno pun juga menerapkan 5 l, dan berhasil. hehe..
    jangan pernah sekalipun menanyakan sesuatu kepada vinales, karena ‘i do not know’; dan jangan juga sekalipun menanyakan sesuatu kepada si ‘itu’, karena…. ‘get f****d out from here!’, dan terjadilah. hehe..

    • Vinales ngomong gitu karena tekanan pabrikan saat Yamaha struggling Pak Bangun.

      Dari wawancara oxley seri how I ride, dia juga ngerti teknis kok.

      Yang get out from here siapa Pak Bangun ?

    • untuk properti 5 l ini adalah lokasi, lokasi, lokasi, lokasi, dan lokasi.
      untuk tim repsol hadno dan markes 5 l ini adalah learning, learning, learning, learning, and learning. hehe..

  10. Cobalah lupakan Alien sejenak, untuk saat ini dia unreachable..

    from now..
    Vinales vs Rins fight buat klasemen 3..
    Mereka juga masa depan MotoGP selain MM dan F1/4..

    Semoga di 3 seri tersisa, Rins vs Vina bisa menyajikan tontonan menarik..

    MotoGP ya MotoGP sampai kapanpun selalu menarik..
    tidak butuh sebuah superstar atau people hero.. karena MotoGP sendirilah objek keseruannya..

    Sebenarnya berharap top 6 season ini dari merk yg berbeda..
    tapi setidaknya ada 4 pabrikan yg berbeda dalam big 4 klasemen artinya motogp mulai merata..

    Maju terus TMCBlog…

    • Kalo disini banyakan sales motor yg komen bro… Jadi harapannya beda ama ente yg netral merk n suka MotoGP siapapun ridernya.

      Mereka lebih suka ngatain brand lawan daripada diskusi pernak pernik MotoGP selain juara n motornya.

      Ente harus lebih sering sering komen sini biar lebih rame komentar berisi.

      • @Rian,
        yup bro..
        background tiap orang mesti beda-beda.. main di blog TMC ini justru beyond expectation,
        kita disuguhin artikel2 yg jauh diatas standard umum blog ber-bahasa dengan segmen yg sama motorsport..

        sayang kalau masih ada yg nyampah, troll dsb..

        @K-to..
        dengan pake acuan minim saja..
        waktu kita nonton Misano dan Buriram bagaimana Rins kesulitan overtake Dovi..
        Maka pake pembanding yang sama juga kmrn di Motegi Vina kesulitan loop si Dovi..

        Harusnya fight Rins vs Vina dalam kondisi fit ini potential, tahun ini masih ada waktu dan tahun2 mendatang..

        menggunakan Yoyo Dovi ini sebenarnya kita bisa komparasi ke rider mana aja termasuk Mir, F1/4 dll..
        karena paling tidak paket Ducati-Dovi ini yg bisa dianggap jadi standard uji buat perkembangan rider lain,
        mengingat betapa stabilnya Dovi dalam 3 tahun terakhir ini..
        lihat aja point yg di achieve Dovi tiap tahun dari 2017, mesti dapat 200 something..

        Tapi kalau mau data lebih presisi ya enak baca di TMCblog..

        • Banyak juga yg nyepelein Dovii karena belum bisa jurdun. Sementara buat P2 di era sekarang ini juga udah sebuah pencapaian luar biasa.

    • Oiya,belum pernah liat dog fight one on one antara Vinales dan Rins
      Palingan disalip abis itu ketinggalan satu sama lain,gak pernah nempel ketat dr awal sampe akhir
      Kalo kejadian kan makin nunjukin siapa inline yg terbaik

      • Kalau inlinenya jelas Suzuki (saat ini) kalau ridernya tahun ini sementara Rins, dia menang lebih banyak. Secara keseluruhan Vinales. Kemenangan pertama Vinales dgn Suzuki saat Suzuki belum sekuat sekarang, Marc juga saat itu nggak crash. Hahaha.

  11. Skenario duelnya di Motegi ini bukan Marc vs Fabio. Tapi Marc vs Dovi.

    Sayangnya Dovi jelek kualifikasi.

    Silakan ikutin mindset semua sirkuit sama kayak Fabio. Tapi terlalu menggampangkan menurut gw.

    Marc yg jurdun aja masih ngomong sirkuit ini bukan sirkuit yg menguntungkan kami dll.

    Rider cerdas berhitung.

    • Betul fabio lgi semangat semangatnya bagus si beragapan sprt itu ..coba lihat kedepanya apa sesuai omonganya bahwa sirkuit ini itu bukan dari pabrikan A dan B , yg sudah ber pengalaman bertahun tahun saja masih ber hati hati dan selalu riset jgn menggampangkan fabio ..

    • Kan Fabio juga bilang kl itu mentalitasnya dia biar bisa giving his hundred percent every track. G berarti kemudian dia akan memberlakukan semua lintasan sama. Marc aja bilang kok, “every Thursday my mentality is the same, to win”. Kemudian dia menambahkan “after free practice and qualification, we know where our position”. Tapi kemudian di hari minggu pun, obyektif utamanya tetap pingin menang, seperti yg ditunjukkan Marc di Austin dan Sylverstone. Cuman di Assen dia mau menghadapi kenyataan lebih awal, saat Vinales beneran g terkejar lagi.

      Dan sekali lagi, Ini masih musim pertamanya Quartarato. Musim pertama (kedua, dan ketiga) Marc pun seperti itu, main terabas yang penting kenceng. Marc harus land on his back dulu untuk bisa menyadari, langit itu berlapis (dan mungkin Fabio -dan Rins- pun harus seperti itu)

  12. artikel analisis pascrace yang lumayan ngebut ya wak hehehe… kayaknya diketik di atas pesawat pulang ke Indonesia deh, make the most of the time spending in a flight

  13. FIM World Championship Grand Prox Regulation, 2.4.4.5, number 5 “The fuel tank capacity limit in the MotoGP Class is a maximum of 22 litres.” Kl mau membawa dibawah 22 liter dengan pertimbangan biat bobotnya keseluruhan motor lebih rendah lebih ringan juga sah, yang penting kapasitas bahan bakar g melebihi 22 liter (termasuk bahan bakar yang ada di part lain yg menyuplai bahan bakar k injector).

    AFAIK, Motegi ini emang juicy circuit kok. Sirkuit yg boros premium dan rem.

    • Wedhew,dikasih premium gak batuk batuk plus ngelitik itu motor ??
      Kecuali Dijepang Sono nama bensin premium memang truly ‘premium’,huehe

  14. Kan era sekarang Moto GP banyak sensornya bos.. udh ketahuan bensin mau abis. Dan hebatnya marc cekatan ganti maping. Liat Setang Under york MotoGP idh kayak remot banyak bgt tombol.. kalo salah pencen ya ambyar. Padahal mencet itupun butuh fokus ditrack dalam keadaan speed tinggi..menurut saya FQ bagus musim ini karna banyak motifasi dan sedikit beban.. coba liat musim depan kalo udh dpt spek pabrikan gimana ceritanya

  15. Nyanyi dulu ah…

    “Letakkanlah tanganmu diatas bahuku…
    Biar terbagi beban itu dan tegar dirimu…
    Usah kau Lara sendiri, masih ada asa tersisa.. ”

    Masih banyak fans yg memujamu mbah, masih ada asa untuk malu bersama ??

    Wak haji, kejam juga bahasanya “Lara Berkepanjangan” ??

  16. Ya h team tidak bisa spt dulu lagi, karena banyak peralatan electronic yg mesti diutak Atik. Buat settingan di ECU pasti buat rumus algoritma.

  17. Ya setidaknya ada sebuah gambaran, secerdik2nya The Profesor sehebat2nya The Doctor sengeyel2nya Top Gun belum biasa menyaingi seorang Bayi Alien, cuma si Iblis El Diablo yang mampu sedikit menganggu ketenangan si Bayi Alien!Hehehe

  18. Shock aja ada yang ngatain data di mari itu receh…

    Tapi whatever lah, toh sdh akhir jaman…
    “Ketika tanganmu lebih tajam dari lidahmu”

    CMIIW

  19. Kl memang mnrt fabio melihat marc saat blapan mski didpn ato diblkg ny skalipun adl sma spt pmblap2 bysa sbnrny c wjar,krn 1.dy msh rookie,it pun ditim satelit,like marc say,bruntungny jd rookie it prtma tdk ad beban,nmny jg bru naik motogp,msh excited,cba sna sni,brada ditgh2 pmblap senior,trgetpun blm bnyk (minim c rookie of the year),marc dl jg gt ko,dy bhkn bkn prioritas honda saat prtma kali naik motogp,msh ingt bgt omgn mbah shuhei yg blg marc it bertalenta tp msh btuh pngalaman,dn bnr sj saat it prioritas honda msh bertumpu di dani utk perebutan gelar…marc hny mncba menikmati jlanny blapan,pun trkdg excited ktika bermanuver dg pmblap2 senior lainny spt rossi,dani,jorge…marc sndri blg dl di2013 sbnrny trget dy brada pling tdk di5bsr klasemen…
    2.lihat dl ditim mna dy bergbung,marc 2013 sjk awl sdh didaulat ditim rksasa sekaliber repsol honda,jng ditny msuk tim pbrikan it enk2 aj,jstru mlh tdk enk krn tgg jwb ny lbh bsr,aplg tgg jwb thd sponsor dn nma baik tim,pabrikan lho…dmn2 smw sorot mata bhkn media ppsti lbh ke tim pabrikan,aplg dinaungi staf2 ahli pbrikan dg jbtn yg tggi pula dicorporation ny…srca tdk lgsg it adl beban…
    3.fabio blm msuk jd kontender kejuaraan…marc 2013 awlny jg spt grusa grusu,asl menikmati aj salip sna salip sni,yg mngkn smpe membuahkn penalti dsb,nah tp sjk tb2 dy msuk jd kontender,dctulah marc lbh sdikit mngatur mentalitasny,bebanny berat coy msuk dftr berburuan gelar,aplg it yg dilawan rekan setim dn jurdun berthanny…lihat ap yg dilakukan marc divalencia 2013,kl marc tdk jd kontender,dy psti ttp png mng atw tdk sm skali…tp bhkn dy hny mncba berthan mlihat gempuran jorge ke dani,yg saat it emg kondisi jorge hrus menang…sma ky dovi,dl 2017 awl2 dovi ke marc jg bysa aj,tp stlh dy msuk diposisi kontender,smwny jd brubah,lihat btapa puasny dovi saat mng dri marc,udh brasa jurdun saat it…pressureny gede jd kontender,aplg yg dilwan marc,gk akn ad lg pkiran marc it spt pmblap2 bysa kl udh jd kontenderny..mkny marc skrg brpkir utk tdk meremeh kn siapapun…bljr dri 2017 saat dy sm skali tk terpkir kl dovi bs jd kontender krn emg saat it dovi merangkak naik posisi kontender scra berthap,gk kliatan diawl2…marc bhkn sll blg smw rider bs jd kontenderny,dn siapapun yg dilwan dirace it brt dn susah…dn sll menganggap smw pmblap yg dilawanny saat race it smwny hebat tk terkecuali ntah it rookie,yg udh brumur,ato yg memang dri dl jd lwanny…

    jng smpe menjilat ludah sndri y fabio,bsk kl jd kontender dipepet marc,jng mpe gerogih lho…sekelas jorge,rossi dn dovi aj gerogih loh brada ddkt marc…Bkn gerogih lg,bhkn sgt frustasi…
    kl emg brada diddkt marx saat blapan spt pmblap bysa trz knp dimisano dn thailand saat klah dilast lap dy frustasi bgt??bhkn mpe kesel sndri dn tertngkap kamera pula…ktny B aj….

  20. Ducati ga make lean angle gede waktu belok, beda dgn inline.

    Ducati juga karena wheel base panjang, sangat stabil di braking

    Makin kecil lean angle n makin stabil saat braking, makin ga butuh main kaki kanan kiri.

    Selain itu ada juga faktor style rider yg berbeda satu sama lain. Vinales lebih agresif gaya balapnya dari Lorenzo misalnya… Dovi lebih halus dari Iannone.

    So ga bisa dibikin simple itu sekedar Ducati vs Yama-ha mas bro. Marc sampai berasap tuh bootnya kalo lagi nge-push. Toh menang juga kok.

    Hahaha

  21. @bro AIM-1N

    Ya jelas ga sama dong Marc didepan ama dibelakang. Hahaha

    Kalo Marc didepan dibelakangnya Dovi, ada kemungkinan Dovi menang via akselerasi. Ada kemungkinan straight terakhir disalip efek slipstream.

    Kalo dibelakangnya motor inline kan ga mungkin begitu. Kalo gw ga salah ingat bro AIM-1N sendiri yg nulis inline punya racing line sendiri di corner yang kalo ga begitu ga keluar speed cornernya. Itu sebabnya Lorenzo berusaha kualifikasinya bagus, start didepan, ngacir biar ga kehalang racing linenya. Itu sebabnya Vinales susah nyalip Dovi.

    Marc udah tau itu, bro AIM-1N juga udah tau … Gw yakin.

    Rider sejago apapun ga bisa ngelak kalo disalip di trek lurus. Bener nggak ? Honda di trek lurus dgn jarak minimal tertentu bisa nyalip Suzuki n Yama-ha. Bener nggak ? Marc kalo nge-push sampai limit (Marc hobi bgt nge-push sampai titik penghabisan) n mau make segala cara. Bener nggak ? So kombinasi itu bisa dikalahkan dengan :

    1. Ngasi tekanan terus menerus sampe dia bikin kesalahan sendiri (kata Stoner) udah ada di tmcblog sejak lama artikelnya. Kalo Fabio baca artikel MotoGP pasti udah baca juga disitus lain.
    2. Ngacir sejak awal ala Lorenzo.(udah lama bgt) Fabio belom di motogp
    3. Yoyo n biarin Marc dikeroyok rame rame ama p3 n P4 (2017)
    4. Ngadalin Marc ala Rins (ini terjadi sebelum Buriram)
    5. Kalo udah last lap n ga bisa unggul jauh sengaja lepas gas biar Marc didepan baru kalahin di last corner pake block pass, atau cara lain. Ini juga kejadian di seri awal musim ini. Diakui ama Marc sendiri juga kok.

    Cuma mindset Fabio ngerasa Marc sama kayak yg rider lain… Dan dia milih didepan, ga ngajak rider lain ikut ngasi pressing ke Marc. Ga juga berhasil bikin gap cukup gede dgn Marc. Marc disamain ama rider lain… Halooo ?

    Butuh lebih dari itu buat kalahin Marc.

    Mudah mudahan Yama-ha tahun depan bisa update lumayan deh. Kalo mindsetnya begini tapi dgn kemampuan Yama-ha yg sekarang, paling banter Fabio nyuri P1 sekali doang kayak Vinales n Rins …

    • bisa dilihat, penyakit spin bannya masih ada, ditambah karakter sirkuit yg abrasif kyk motegi, mencret semua tu M1, terbukti, dari morbi yg mundur teratur, doctor abal abal yg ndlosor dan ga pernah bisa move dari gerombolan medioker, vinales yg kena sentil, dan fabio yg di dua lap terakhir kena sampai 0.5 detik sama dovi. marc juga melambat tapi gar gara bensinnya tekor

    • Perasaan si rins ga ngadal2in banget deh, rins bisa nyalip marc ditikungan terakhir karena marc sedikit slide di tikungan, coba kalo ga slide blm tentu bisa nyalip marc, kalo yang bener2 ngadalin marc ya dovi, wheels to wheels di tikungan terkahir, ngalahin marc ditikungan dengan strategi (tidak ada kata dovi beruntung atau marc sial slide segala macem, murni dovi ngalahin marc)

    • Komen yang berbobot neh,saya rasa Fabio pasti belajar gmana hadapin MM tahun depan, nah PR yamaha krn dah py ahli ecu 2 org harusnya bkin mesin powerfull jg g ush mikir ban spin. Dan kemarin kok malah pke ban soft dimotegi. Sdg MM pke medium keduanya. Kan lbh bs tahan lama sampe finish.

  22. Setuju sama komentar bro @Aimin, bahwa Fabio klo mau menang di MotoGP harus pake mentalitas yg udh dijelasin diatas. Gak peduli siapapun lawan nya, apapun motornya, dimana pun posisi nya, Fabio harus bisa ngasih 100% kemampuannya setiap race. Klo kata urang Sunda “Tong keok samemeh dipacok”

    Tpi setuju jga sama komentar bro @Rian, klo mau menang lawan Marc itu harus pake pemikiran yg berbeda, gak bisa nyamain strategi yg dipake saat lawan Rins atau Vina sama saat lawan Marc. Karena kebiasaan Marc dan pemikiran Marc pun beda dari rider MotoGP lain nya. Apalagi skrg era nya Marquez.

    Tebakan ane ya, thn depan ane yakin pasti gak jauh beda ama thn skrg. Ada yg bisa ngalahin Marc di beberapa sirkuit, tpi belum ada yg bisa ngalahin konsistensi Marc disemua sirkuit. Kecuali ada faktor X

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

TERBARU

KONTEN PILIHAN

MOTOGP