Home MotoGP Takeo Yokoyama : Honda RCV MotoGP nggak akan pernah jadi motor mudah...

Takeo Yokoyama : Honda RCV MotoGP nggak akan pernah jadi motor mudah !

157
Foto : Nail Spalding

TMCBLOG.com – Idealisme dari pabrikan di MotoGP itu itu bermacam macam dan salah satunya yang tmcblog rasa cukup tegas, keras dan agak sedikit menanggalkan aura kompromistis adalah Honda. Seperti Kita ketahui , mendiang Soichiro Honda, Founder dari Brand Honda pernah berkata saat pembukaan Honda Collection Hall Motegi : “Mesin nggak pernah berdusta. Sukses akan selalu datang jika mesin Bagus, jadi ayo tunjukan kepada dunia apa yg kita telah lakukan. Lalu mereka akan lihat Honda Yang sebenarnya . . . ” Ini mungkin hanya satu dari sekian banyak Quote dari Mr Honda, Namun dari quote ini lah kita bisa mahfum bahwa dari dulu Honda memang memulai pengembangan Kendaraan balapnya baik Mobil maupun sepeda motor bermula dari konsentrasi pembuatan Mesin. Setelah Mesin selesai, barulah Part part lain seperti sasis, Suspensi, Elektronik dan Aerodinamika mengikuti apa Karakter, kemauan dan target dari Mesin tersebut. Kita sudah berkali kali membahas soal ini dan biasannya pembahasan berkaitan dengan pa yang ditangkap Oleh Kebanyakan Netizen Jaman Now yang mayoritas menganggap Honda Hanya membangun RC213V tailor Made Buat Marc Marquez. Bila dikaji sebentar bisa jadi ya terlihat seperti itu dan tidak bisa disalahkan juga, terlebih lagi jika dikaitkan dengan fakta Bahwa hanya Marc Marquez lah Yang bisa Juara seri di Musim MotoGP 2019 ini dengan Honda RC213V.

Marc Marquez dengan Honda ini sudah seperti kombinasi yang bisa dibilang seperti mereka hadir ditakdirkan memang untuk bersama. Agak sulit mendapatkan Marc Marquez pindah Pabrikan Jika selama Honda membuatnya nyaman dalam artian mendengarkan dan melakukan apapun untuk bisa membuat Marc Menang . . . Ingat bahwa Marc Marquez sendiri pernah berkata Bahwa ia nggak butuh motor yang nyaman dikendarai, ia hanya butuh Motor yang kencang dan dapat membuatnya Juara  . . Lah, Gimana tho, Ndilalah ini jelas Klop sama idealismenya Honda terutama jika kita melihat Heritage yang diwariskan Oleh Soichiro Honda sebegitu tegasnya terhadap Idealisme ‘ Mesin powerfull, terkuat, tebaik, terkencang dan lain lain ‘. Disisi lain agak susah sepertinya kita melihat HRC tidak mendengarkan Marc dan memberikan apapun Yang Marc Minta Karena minimal untuk Saat ini HRC melihat hanya Marc lah yang bisa jadi ‘Kartu As’ agar mereka tetap bisa menjalankan Segala Titah Utama dari Mendiang Orang Nomor satu Honda Yang kini telah mengakar dan Mewarnai karakter dari Honda secara keseluruhan.

Yap segala dua alinea ini tmcblog tulis Untuk memberikan pembukaan bagi pembahasan dan pemaparan apa yang bisa di Korek oleh Jurnalis Mat Oxley pada Blog terakhirnnya yang berhasil mewawancarai salah satu think tank HRC, salah seorang yang menurut tmcblog adalah Sosok di paddock paling memiliki Semangat, jiwa dan Karakter Yang dititahkan Oleh Soichiro Honda . Ia adalah  Takeo Yokoyama. Takeo sendiri Bergabung dengan honda di tahun 1996 sebagai Insinyur sasis dan memiliki andil dalam development Sasis dari CBR600RR kala itu. Takeo Bergabung dengan HRC di tahun 2004 dengan karir awal mendesain sasis buat Motor kelas Intermediate Honda RS250 Dua tak yang dilanjutkan Ke RCV series. Tahun 2013 penah menjabat technical Director HRC dan mulai 2018 menjabat sebagai Technical Manager. Di perbincanngan dengan Mat Oxley Takeo cukup mengupas banyak hal dari Evolusi Honda RC213V tahun 2019 ini sob

Takeo memulai dengan menjelaskan Apa perbedaan Honda RC213V 2018 dan 2019 yang menurutnya  Jika dilihat sekilas, maka di daerah mesin tidak terlihat perubahan signifikan dalam soal Platform bentuk. Namun Honda mengubah Intake ( RAM AIR ), Merubah Throttel Body dan beberapa Part Kecil lainnya. Secara umum bentuk fisik Kepala silinder dari RC213V 2019 tidak berbeda dengan Versi 2018, Namun jeroannya yang terdiri dari ratusan part Detail boleh dibilang sangat Masif berbeda.  Hampir tak ada Part 2018 yang dipakai di RC213V 2019 begitu penjelasan  Takeo. Secara umum Takeo menjelaskan bahwa untuk mesin Honda terkonsentrasi pada pencarian titik balance pada dua hal yakni : Mengurangi Friksi (gesekan) Internal antar-part di mesin dengan perubahan model Pembakaran (ruang bakar, model asupan udara, Model FI dll ) . Karena menurutnya agak sulit mengail performa di luar dari kedua Bagian tersebut.

Takeo Menjelaskan bahwa di Track semuanya adalah kombinasi antara Rider dan Mesin. Namun secara umum, menurut Takeo ada dua moment yang terjadi selama di Track. Yang pertama adalah momen dimana Skill Rider lebih dibutuhkan dan di momen kedua adalah momen dimana Rider tidak bisa mengerjakan apa apa lagi untuk Bisa lebih cepat dari Pembalap Lain.

Pada bagian dimana Rider lebih dominan dan ini biasannya adalaah masa masa di mana Grip ban menjadi Limit / batas antara bisa kencang atau lambat atau jatuh. Area ini biasannya ada pada Pengereman dan saat pembalap berada di tikungan. Di area ini pembalap melakukan semua skill yang ia bisa seperti perpindahan tubuh, pengoperasian Bukaan gas, pengereman depan , belakang dan lain lain.

Di Bagian Lain Yakni setelah pembalap keluar tikungan dan berhasil menaklukan Wheelie, semua boleh dibilang bergantung pada mesin. Bagaimana bisa torehkan top speed, menjaga grip saat melaju distraight semua ebrgantung pada mesin dan elektronik. Dan di area kedua ini lah – di gear ke 4, 5 dan 6 dimana Grip Ban bukan lagi menjadi Limit dan masalah pelik – adalah bagian yang bergantung pada Mesin, bergantung pada bagaimana Honda memberikan potensi performa lebih pada mesin dan ini lah yang juga mayoritas bergantung pada Pabrikan.

Takeo juga menjelaskan bagaimana Posisi Michelin dalam memberikan Layanan ban Slick yang dipakai di MotoGP. Menurut Takeo, Michelin itu memberikan ban dengan Potensi yang cukup luas. Michelin ini cukup bagus dalam hal memberikan laptime tercepat begitu pula soal Konsistensi. Namun Memang menurut Takeo Jika salah dan berlebihan dalam menanganinya, Michelin bisa jadi Masalah Besar. Dan Khususnya Lagi, Takeo melihat Marc Marquez memiliki andil dalam mengerti Karakter dari Michelin ini. Tentu dengan gaya riset yang Marc dan team lakukan, dari cara Marc mencari kombinasi terbaik dari Kemiringan yang dibutuhkan dengan berapa besar beban (load) yang harus di berikan kepada karet ban.

Takeo Bilang bahwa RC213V memang mengalami perubahan besar besaran dalam upaya mereka mengail Performa Top-end dari Motor ini Tahun 2019. Namun dari segi sasis sebenarnya tidak terlalu banyak berubah. Walaupun jelas Perubahan bagian Head stock dimana untuk 2019 harus ‘ dibolongin ‘ untuk membuat jalan bagi Air-Tunnel akan membuat perubahan dari segi kekakuan Moto , secara umum Geometri dan Titik Pusat massa ( Centre of Gravity ) dari Sasis 2019 tidak berbeda dari Sasis 2018. Namun kenapa Pembalap Bilang ada pula Yang terasa berbeda di sasis 2019? Menurut tmcblog karena adanya perubahan dari Kailan performa dari Mesin, maka ada sedikit imbas ke feel dari sasis . . Idelanya sasis memang berubah saat mesin diubah karakternya tho ?

Walaupun Sasis 2019 memiliki CoG dan Geometri Yang tidak berbeda dengan versi 2018. Namun Takeo jujur berkata bahwa selama Musim 2019 HRC memakai sekitar tujuh sampai sepuluh jenis sasis yang berbeda. Secara regulasi pun sebenarnya hal ini diperbolehkan. Ibarat kata, kalaupun uangnya ada, setiap sesi Punya Sasis yang dedicated dan selalu berganti saat melakukan sesi lain pun diperbolehkan . . Sasis Pabrikan Sultan ya kayak begitu dah.

Takeo menjelaskan bahwa perubahan sasis memang salah satunya dilakukan karena perbedaan dari penambahan Power dan torsi dari Motor. Aksi dari Mesin Yang berbeda butuh Reaksi berbeda pula dari sasis. Namun secara Khusus Marc Marquez menurut Takeo Hanya menggunakan empat jenis sasis berbeda selama Race Musim 2019 yang lalu. Sementara Cal crutchlow menggunakan sekitar satu atau dua Jenis sasis yang berbeda saat race. Patut dicatat itu saat race, sementara di sesi lain termasuk saat Test resmi ataupun Privat Jumlah sasis yang dicoba jauh lebih banyak dan Cal Cruthclow sendiri diakui banyak mencoba sasis baru terlebih dahulu ketimbang marc Marquez.

Cal Crutchlow sering mengeluhkan struggle soal engine Brake saat memasuki tikungan dan untuk menjelasakan permasalahan ini Takeo menjelaskan dengan analogi yang sangat brilian. Ia mengatakan bahwa pada dasarnya Behaviour dari deselerasi dan akselerasi itu sama namun secara vektor saja yang berbeda, negatif atau positif. Jika Motor melakukan perubahan torsi pada akselerasi, maka hampir dapat dipastikan akan ada perubahan saat berdeselerasi. Menurut takeo Cara mengendalikannya pun sama. So secara umum Jika saat melakukan deselerasi bermasalah, kemungikinan besar juga saat berakselerasi bermasalah juga.

Ketika dikonfirmasi bahwa apakah MotoGP memasuki era dimana Motor sulit diajak smooth karena soal Spek elektronik, Takeo lebih suka menjelaskan bahwa sampai kapanpun Honda Tidak akan pernah menjadi Motor yang smooth dan flowinng dalam artian ketika menghadapi tikungan. Honda tidak akan Pernah menjadi Motor Yang mudah untuk dikendarai dan hal tersebut tidak bergantung pada alektronik apakah itu Inhouse buatan Honda ataupun championship Elektronik.

Ibarat kata pakai Elektronik In-house yang kata netizen +62 dianggap punya soul Asimo sendiri pun , maka RC213V akan selalu godek godek di tikungan . . . Hal ini Juga menjawab semua permintaan dari pembalap termasuk Cal Crutchlow yang kerap kali meminta Honda untuk membuat nyaman Motornya. Takeo Bilang ke Cal bahwa Honda bisa saya membuat motor yang nyaman, Namun belum tentu akan bisa kencang. Pada akhirnnya Takeo menutup mulut Cal dengan pernyaaan bahwa dengan Honda RC213V, dengan segala Karakternya yang nggak bakalan pernah jadi Motor Friendly mengharuskan ia (cal) berusaha keras karena dengan berusaha keras itulah ia dibayar. Serem Juga omongan Takeo se serem rambutnya yang pernah bergaya Mohawk 😀

Ketika Takeo ditanya soal statistik Crash Marc Marquez yang lebi Jarang Crash di tahun 2019 ini, Ia menjawab bahwa ini lebih dikarenakan beberapa alasan. yang Pertama adlaah Karena Marc Sendiri meningkat secara skill dan peredaman emosi saat ini. Ia Bisa merasakan lebih detail Mesin dan Limit ban. Hal kedua yang menyebabkan Marc sedikit Crash adalah penambahan Performa dari Motor. Motor lebih memiliki top speed di gear 4, 5 dan 6 membuat marc tidak terlalu harus berjibaku melawan Ducati Misanya di pintu masuk tikungan.

Selain itu Menurut Takeo, Tahun 2019 ini Honda memberikan setup Motor terutama soal suspensi dan Rigiditas Sasis yang bisa membuat Marc Merasakan feedback dari Limit Grip ban. Karena Menurutnya Jika Marc telah bisa membaca dan menemukan limit Grip maka soal Bagaimana pendekatan cara melibas tikungan atau melakukan speed corner semuanya tinggal diserah kan ke Marc, ia akan menemukan cara dan pendekatannya sendiri untuk bisa menaklukan handicap tersebut dengan cara memanage rem depan, rem belakang, pemindahan Posisi tubuh serta tentunya Bukaan gas.

Mengenai Honda RC213V 2020, Takeo kembali menjelaskan bahwa Honda akan terus berevolusi soal Performa dengan cara terus menerus berkontinu menemukan Peningkatan di area ruang bakar dan menurunan  friksi antar part di ruang bakar. Namun Di 2020 nanti Takeo kembali mengemukakan bahwa ada sedikit arahan untuk membuat RC213V lebih ‘ friendly ‘ Dibandingkan Motor 2019 Tanpa mengorbankan Power dan Torsi. Arahan yang tidak pernah dilakukan di 2019 karena tahun 2019 ini adalah Tahun khusus di mana Honda memang mengejar performa Top-end dari Motornya. Jadi Ya secara umum memang power dan torsi tetap jadi Fokus utama Honda di 2020 ini.

Mengenai Sasis Takeo Sempat mengakui bahwa – Karena memang secara regulasi dimukinkan – Honda tidak akan bermasalah (dalam artian sanggup secara finansial dan sumberdaya)  jika memang harus menjalankan strategi berbeda dalam hal pengembangan sasis buat setiap pembalapnya. Secara singkat Takeo mau bilang bahwa Honda sanggup melakukan hal gila seperti itu  . . dasar sultan sultan  . . Namun Takeo memberi Gambaran bahwa di 2019 sendiri walaupun pintu kemungkinan pembuatan sasis berbeda itu terbuka, antara Marc, Jorge dan Cal tidak banyak perbedaan dalam soal Desain sasis.

Takeo Yokoyama pun menjelaskan soal Sasis Marc Marquez dan Cal yang sempat di wraping menggunakan Carbon. Menurut Takeo, Carbon memang salah satu Yang bisa dimainkan untuk tujuan memberikan Karaketer yang berbeda pada sasis. Mudahnya metoda ‘Carbon wraping’ ini lebih dikarenakan kita dapat dengan mudah memasang dan melepas wraping Carbon bergantung pada kebutuhan dari Karakter fleksibilitas dari motor terhadap Track. Secara Umum Takeo tidak menyebutkan soal Variabel Kekakuan dari Sasis Yang menjadi Penyebab/ dasar pemikiran penggunaan ‘ carbon wraping ‘ . Alasan utamanya adalah lebih ke efek Respon dari peredaman ( damping) . . hmm peredaman apa nih, Transfer getaran dari mesin atau chatter keseluruhan dari kombiansi mesin dan sasis ?

Ditulis bergaya narasi dari hasil Interview Mat Oxley dan Takeo Yokoyama

157 COMMENTS

      • Kang T4ufik,
        itu Takeo San ngobrol sama Marc sikile kayane gatel, dadi digaruk-garuk.
        Terus Takeo San juga terlihat merangkul F1/4 dengan hangat,
        kira2 di kemudian hari HRC kepincut sama si F1/4 gak Kang?

      • Yamaha beda filosofi
        KLO Yamaha motor balap dibuat nyaman meski lemot.
        Sedangkan motor matiknya didesain kenceng meski kayak gerobak sampah.

        Ga heran KLO balapan kalah Mulu karena lemot, sedangkan jualan kalah Mulu karena motornya ga nyaman.

        Yamaha kayaknya ga paham peruntukan motor…

        makanya selalu jadi bulan2an

      • Bebas pabrikan mo bikin motor kaya apa aja. Tapi dengan motor yg sulit, hanya stoner yg bisa handle ducati, hanya Mark yg bisa handle honda, ada rossi dan lorenzo yg bisa handle yamaha. Saat dewi fortuna sudah tidak berpihak, serasa semua jalan salah. Terlalu liar, terlalu nyaman, terlalu kencang. Saat kemenangan terus berdatangan, motor balap harus liar, harus nyaman, harus kencang. Intinya ga ada patokan motor di buat harus seperti apa, yang pasti harus finish duluan dibanding yg lain.

    • Pagi2 udah sarapan artikel berat ini, sebenernya 2019 udah bisa ditebak semenjak race Qatar sih, dimana waktu itu ada video yg menayangkan perbandingan last lap 2018 dan 2019, sangat terlihat akselerasi rcv meningkat pesat, logikanya 2018 aja juara dengan perubahan karakter yg signifikan kemungkinan besar 2019 juara lagi.

      Dan mungkin ada suatu saat honda bikin rcv yg lebih manusiawi, misalnya ketika gap dengan rival terdekatnya lumayan jauh, 2019 ini juga sepertinya lumayan makanya ada masukan untuk bikin rcv yg agak friendly

    • Dimana pemblap yg jd sasis itu sendiri,

      ???

      Team buat pembalap yg ingin pecar rekor, bukan buat pembalap sekedar podium dan kenyamanan

      Catet mo

      ???

    • Nggak baca artikel wak haji ya??? Ini saya copaskan kutipannya
      Namun Di 2020 nanti Takeo kembali mengemukakan bahwa ada sedikit arahan untuk membuat RC213V lebih ‘ friendly ‘
      Jadi pas aja kan pernyataan puig dan takeo. Nggak berbeda

    • Namun Di 2020 nanti Takeo kembali mengemukakan bahwa ada sedikit arahan untuk membuat RC213V lebih ‘ friendly ‘

      Itu tulisan di artikel ini. Jadi sama kan pernyataan puig dan takeo

  1. Yach makanya kalu rider mau balap pake motor nyaman dan tidak sering nerontok tulang, Yach pasnya bawa mesin inline.

    Mesin V khusus rider allien sejati.

    • Fireblade sejak di kepalai tadao baba dr awal emang dibikin fun to ride saat para kompetitornya bikin motor superbike street legal yg mengumbar power kencang tapi liar kayak naik banteng,mereka bikin yg beda
      Bahkan demi memangkas bobot biar gak berat berat amat sampe tetep dikasih teleskopik karena waktu itu suspensi USD masih cukup berat,padahal para lawannya udah pake USD

      • IMO, karena Honda masih belum melihat dampak “race sunday, sell monday” dari seri WSBK. Tanpa menang lima kali berturut-turut di WSBK pun, mereka tetep bisa naikin revenue penjualan motor (estimasi 2020, sampe $21.6 miliar).

  2. Jadi kalu mau balap , kenceng dapet, nyaman dpt , podium dapet , ngak perlu sampai keluarkan tenaga dan pikiran sampe 100%< walu belum tentu jurdun

    Yach bawa mesin inline jawabannya. Tapi salary pasti bedalah. Kerja 120 % dan 90 % , pasti beda bonus dan salarynya. Sesuai kemampuan lah.

  3. Jadi wajar, ymh aja msh lebih prefer ke vr daripada jl,.

    Ymh bisa klaim ke rider , you jurdun karena motor kami, you naek motor lain, rontok tulang,

    • gak jurdun sekali saja pas tahun 2015 udah jadi bahan pertanyaan, yang gak jurdun dari tahun 2010 gak kamu pertanyakan Ferguso?

      • ya harus dipertanyakan, kan MM skillnya mahadewa. super adaptif, bisa naik motor rasa badak sekalipun. klo VR rider ecek2 skill tukang gerobak gak usah dibahas walau 2015 tukang gerobak diatas alien

    • Mm yg dulu yang sekarang bukan yg sekarang bro dia sudah ber metamorfosis.
      Dan juga ingat semua pencapaian di masa lalu gak perlu di sombongkan kita jalan kedepan bukan mundur.

        • Justru musim 2015 lah batu ujian pertamanya, dan musim 2019 hasil metamorfosisnya akibat kesandung 2015. G semua even hari minggu harus diakhiri dengan kemenangan. Empat podium tiga dan dua finish keempat bisa membuatnya jadi juara dunia, alih-alih enam DNF. Dan 2016 dia menunjukkan hasil metamorfosis pertamanya dengan motor 2016 yg pada dasarnya masih memiliki masalah. Cukup lima kemenangan (sama dengan musim 2015), dan tiga podium lebih banyak, plus finish dengan membawa poin, membuat dia bisa mengunci gelar dengan dua seri tersisa.

        • lah gimana sih. kok pernyataan mu kontradiksi sama valeban yang lainnya. mana bisa skill ecek-ecek sering ngasih “hiburan” ditrack seperti kata fansnya.
          lu juga kalo skill tinggi tapi belum mature + kaga wise ngambil keputusan ya sama aja, pilihannya win or nothing, kaga ada ambil aman.
          untuk sekarang bisa dilihat MM lebih mentingin placement poin saat situasi bener-bener gak nguntungin.

        • LAKBAN ini aneh, VR dibilang hebat gak terima, dibilang ecek2 gak boleh, kayaknya LAKBAN ini 93ndeng berjamaah

        • justru lu yang gendeng, udah dibilang yang claim skill rossi tinggi itu fans nya sendiri. padahal udah dibilang “kata fansnya” , masih tetep gak bisa baca? mana mau valeban dibilang kalo skill rossi itu ecek-ecek terus yang dewa nsr+rcv nya. elu darurat literasi Jon.

          coba tanya sama kroni-kroni valeban disini.
          yang dewa motornya atau skill rossi?

          terus

          coba tanya sama kroni-kroni fby disini.
          yang berperan penting motor nyamannya atau skill rossi?

    • @jono: di tahun itu motor dan ridernya lagi belajar…hasilnya 2016-2019 jurdun…

      Kalo yang onoh 1 dekade kenapa ga juara ya???

        • Simply, HRC f***-up their bike. Untuk MY2015, HRC berusaha mengejar akselerasi, shg mereka memilih crank mass yg salah, terlalu ringan. It’s accelerate too quickly, it destroyed the tyre. It’s deccelerate too quickly it caused the tyre skid. Mknya untuk musim selanjutnya desain mesin mereka menggunakan external flywheel.

          Dan rider mereka saat itu masih ky bocah, belum berpikir “optimizing the result and ride around the problem”.

        • Oke marquez juara 2013, 2014 terus nyungsep 2015, lha rossi juara 2001-2005 terus 2006,2007 kok malah ko baru juara lagi 2008 dan 2009. Terus sampai sekarang masih nggak bisa juara lagi.

        • Rossi menang berturut 2001-2005, 2006, 2007 ngapain? 2008,2009 juara lagi, 2010-2019 zonk lg. Yg penting kan setelah jatuh berusaha lagi dan berhasil. Jadi lebih parah marc atau rossi???

    • Jono, 2015 power RC213V di sepang yang kerapatan udaranya kurang karena ambient temperature tropis, adalah powerful dan HRC terlalu cepat puas di test pramusim 2015 di Sepang, jadi waktu di Eropa daerah subtropics yg kerapatan udaranya lebih dapat karena ambient temperature lebih rendah vs tropis, RC213V MY2015 over power dan liar melebihi liar RC213V MY2019 (mungkin) in house ECU tahun itu juga tidak akan bisa berpengaruh banyan terhadap design engine, (ruang bakar, kubah piston, diameter valve, durasi sudut cam shaft vs tinggi – rendah valve lifting, DLL) untuk mengurangi power dengan merubah fuel – air ratio. Jadi yah 93 tujuh kali jatuh dalam satu musim (+ 1 sepang accident he he) dan itu masih bisa no 3 di kejuaraan dunia…. Lha tahun itu jika memang 46 jago di Valencia kenapa tidak bisa menguber 93 apalagi 26, dan 26 itu sepanjang karier 99 adalah kompetitor sejatinya,, jadi bila 26 di Valencia 2015 membiarkan JL 99 jadi jurdun adalah lucu dan naif..

      • wah ente fans MM yg durhaka ya, MM dengan skill maha dewa, naik motor dengan power seperti ROKET saja pasti bisa menhandlenya, klo enggak, sudah pasti kehebatan MM sekedar MITOS belaka

    • 2019 Hodna masih kalah kencang ama Dukati.
      Jambakan torsi maupun topspeed, Desmodromic masih jadi nomer 1.

      Apa yg Soichiro katakan kalo dia tau fakta itu ya….

  4. Secara pribadi.. Saat aku memiliki biaya untuk modifikasi.. Maka hal pertama yg di lakukan adalah upgrade performa mesin..
    Lek sudah punya mesin yg kuat dan kencang.. Urusan tampilan nomor 2..
    Xixi

  5. wak haji coba artikel serupa ada ga untuk motor lain semiaal yamalu? tentunyabyg dibahas adalah kenapa yamalu bertahun2 sering zonk? dan penjelasan tentunya dari sisi engine layaknya artikel ini..

  6. Marc Malkis ngomonge “aku butuh motor kencang” ? pas dikasih HRC speed power nomer wahid nyusruk ambyar kudu operasi maning wak ?

  7. koleksi sasisnya banyak euy…dan semoga HRC gak nemuin sasis yg bener2 klop buat mesin V4 yg cocok libas tikungan cepat…

  8. Pas lawan dovi di redbull ring di lap terahir ternyata rcv bisa whelee juga kalau di gas ini indikasinya anti whelee rcv itu tangan nya mamakes apa di mana ya ??

  9. Bukan gt bro sebelah itu pendekatanya lebih ke desain sasis baru ke mesin.
    Tujuan nya sama menjadi yang tercepat tapi jalan nya berbeda.

    • Lah kan diartikel wak haji udah di tulis dengan kata trbal kalau beda karakter mesin beda sasis .. lah kalau pengembangan dri sasis dlu baru pengembangan mesin apakah klop dengan sasisnya .. nah

  10. Karma is real..
    Dulu waktu Yamaha raja moto gp, giliran FBY yg jumawa, FBH ngumpet sambil counter attack.
    Sekarang Honda Raja moto gp, giliran FBY yg ngumpet sambil counter?
    FBH dan FBY memang spesies aneh..
    Winner is a winner, apapun alasan nya, skrg Honda dan Marquez yg terbaik.
    Semoga balap tahun depan seru, ga monoton kek tahun ini..

  11. Wah kenyang banget baca nya,mantap!
    Semoga bs menelurkan lagi ide ide gila kayak jaman dulu kayak 250 6silinder,oval piston,pipa knalpot yg di liukkan lewat punuk (tangki) motor,V5 dll

    • Dani Pedrosa rider sejati,, kata Mateo Dani Pedrosa adalah SOP ridding MotoGP yang hidup jadi ingat Sepang 2013 dan 2015 Dani Pedrosa, MotoGP China 2006 dll

  12. Wah tuh takeo cba ksi pake tuh mtr ya,apa gak kasihan sama pembalapnya yg jatuh bangun malah sampe pensiun byk. MM jg kmrin dislokasi bahu lagi. Maaf sy bkn fansboy ya.

  13. Bagus berrti sasis yg dibuat takeo ini , karena marc bisa merasakan limit ban … , Mungkin alasan itu haerce menolak untuk kenyamanan yg hakiki dimotor nya .. mungkin sblah terlalu nyaman jd mbah e sampek g ngerti kapan ban sudah limit jd nyungsep mulu ekekek

  14. Lg nyari “counteran” yg pas, nyerang personal dgn topik ga jauh2 dr “pindah pabrikan” atau cara perayaan, plintir komenan pembalap atau mekanik, ngebuzz artikel2 receh (misal mekanik cal ga dibalikin dan bla bla bla)..

    ***tapi di ig

    Ahahah

    • Karena di F1 bukan hanya mesin,tp ada aerodinamika,sasis yg terlalu rumit untuk digabungkan pengembangannya,meskipun honda ada divisi aerodinamika untuk dahon jet…dan saat ini yg berani full terjun di F1 dan motogp untuk saat ini hanya dahon(meskipun dulu yamyam pernah suplai mesin F1)..raksasa otomotif dunia audi-vw gk berani terjun,sedang toyota memilih mundur…

  15. @wak haji,…
    Menurut ku Diluar 2 aspek, engine +pars lainnya dan rider who ride it. Aspek kondisi internal rivals dan regulator punya pengaruh sendiri dalam (=goal) championship.
    Btw, aspek engine terlihat jelas parameter nya = top speed ~ acceleeration. Dan, actualnya Ducatilah yg mempunyai ini. Berarti kan scr langsung/tak langsung diakui sebagai no.1, tapi begitupun sejak tahun 2007 (=stoner) gak bisa berbuat lebih…?
    Dilintasan, form faktor utama adalah Rider. Kira2 ada gak, rider yang selevel dgn marq (walau berkombinasi dgn mesin no.2/honda). Jadi silogismenya, jika Marq (+) kombinasi dgn ducati apa yang terjadi…??
    Nah, ini yg mau aku singgung, sebenarnya para rival (honda+Marq) bisa dikata apple to apple gak sih?, kalo jawabanya Tidak, berarti fenomena (Honda+Marq) standarisasinya terlalu tinggi (spt disinyalir salah satu bos ducati).
    Am I right…..??

  16. bicara soal “idealisme”.. kenapa Honda ngebiarin AHM untuk melunturkan image CBR 150 series pada k45g/n memakai konfigurasi engine square/overstroke?? kan ideal nya motor sport fairing itu kencang dan powerfull, bukan soal irit2an juga.. kenapa ini malah jadi napas pendek2, tenaga datar, limit di 10,500 rpm.. ini motor sport apa bebek.. oke it’s just 150cc.. but, this is sport bike bro! mungkin jika mendiang Bp. Soichiro tau klan CBR nya ada sperti ini, dia hanya bisa geleng2..
    yah memang AHM mungkin beda pandangan utk kelas 150cc itu untuk harian, ga peduli mau itu brand kasta motor tertinggi honda apapun, sayang sekali untuk nama CBR itu, jadi tidak eksklusif dari segi harga dan prestige nya..

    tuk AHM, please kembalikan mesin OVERBORE pada tipe sport produknya, jangan ambisi kejar market saja, tapi VALUE pada produknya

  17. pantesan waktu mesin Hodan suruh ngikutin sasis McLaren malah hasilnya zonk,giliran sasis yg ngikutin mesin Hodan baru deh Verstappen bs unjuk gigi
    Mbah Shoichiro emang ahli mesin sih,awal sebelum perusahaan hodan lahir, Mbah Shoichiro tawarin piston buatannya ke yoyota kalo gasalah tapi ditolak oleh yoyota,akhirnya Mbah bertekad untuk bikin perusahaan sendiri buat buktiin kemampuannya(mungkin ada dendam juga kali ya,bahkan sampe sekarang selalu saingan),kalo saja waktu itu dia diterima kerja di yoyota mungkin raksasa Hodan gak akan ada

  18. Padahal artikelnya Wak Haji itu udah netral banget, menjelaskan secara detail terkait teknis beserta hukum fisika dan tetekbenggeknya. Tapi kalau dasarnya Sales ya tetep cucuk2an merasa sesembahannya paling istimewa.

  19. Bagi Honda, Marc itu berkah tp sekaligus tamparan. Berkah karena dgn Marc lah Honda mengambil kembali kejayaannya. Tp jg tamparan akan egonya yg kelewat bengkak. Kita ingat konflik Honda vs Rossi yg rebutan klaim: mana yg lebih dominan, motornya atau pembalapnya. Dan Marc menampar muka Honda dgn keras, sekaligus menyelamatkan muka Rossi.

  20. Nah itu bener, m1 motor yg paling sulit dan pasti sulit menang. Hanya rider alien yg bisa juara dengan m1. Apalagi juara dunia, eh juara galaksi deng, kan yg bisa naklukin m1 alien. Speed kalah, akselerasi kalah, hard brake juga kalah. Tapi kan nyaman. Rider ga harus jumpalitan. Kok beda sama Jono pemikiranmu nak?

    Oh ini cuman ngimpi.

    Skippin aja!!!

  21. “maka RC213V akan selalu godek godek di tikungan”..
    O pantes beat pop gw godek godek kalo nikung. Turunan rcv rupanya ??‍♂️

  22. Udahlah gda gunanya adu argumen,, tiap motor punya filosofi masing2. Mau pke yg cara A atau B pasti mereka punya tujuan yg sudah ditentukan.
    Mau adu argumen sampe berbusa pun ga akan berpengaruh.
    Tapi masalahnya emang ada yg sengaja mancing2 nih, dg mengangkat brand yg dia puja dan menurunkan brand yg dia benci. So.. sebenernya yg trobelmekernya ini siapa sih??
    Klo ada yg bikin trobel ya pasti ada yg konter

    Say no to #kasetrusak
    Say yes to #thinklogically

  23. bahasa paling mudahnya adalah RC213V atopun motor protorype honda sebelumnya adalah motor yang memilih pembalapnya, bukan pembalap yang memilih motor tersebut, filosofi itu semakin menguatkan bahwa RCV ini motor “gifted”, bukan sekedar motor yang bisa semua pembalap menaklukan atau mengendalikannya, dari RC211V RC212V sampe RC213V udah klihatan siapa yang bisa outstanding kendalikan RCV dan siapa yang engga. vale dani casey marc adalah rider yang dipilih RCV terlepas mereka juara dunia atau tidak tapi mereka mampu konsisten di depan pake RCV, bukan masalah skill rider karna rider di motoGP punya skill smua

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


Exit mobile version