Home MotoGP Opini : Ada masalah prinsipil yang urgent diselesaikan Yamaha MotoGP

Opini : Ada masalah prinsipil yang urgent diselesaikan Yamaha MotoGP

238

TMCBLOG.com – Ada sedikit perbedaaan diksi antara opini yang diutarakan Oleh Valentino Rossi, pembalap paling banyak makan asam-garam di atas Yamaha M1 dan Fabio Quartararo yang baru memasuki tahun kedua Menggunakan Yamaha M1 saat mengungkapkan Kekurangan dari Yamaha M1 2020.

Fabio Quartararo “Motornya benar-benar berbeda dengan tahun lalu dan saya tidak pernah merasa motor ini milik saya, Bahkan ketika kami mencapai balapan hebat, saya tidak pernah merasa Motor 2020 sebagus  yang saya lakukan tahun lalu 2019; itulah perasaan saya. Ada yang kurang, jadi kami tidak nyaman menaikinya “

Valentino Rossi : “( Awalnya) Kami memiliki banyak harapan untuk M1 2020 tetapi kenyataannya kami tidak membuat langkah besar, M1 2020 tidak terlalu berbeda dan ini bukanlah langkah maju yang jelas. Selain itu, jika Anda melihat performa Morbidelli, dia mengalami musim yang fantastis dan memenangkan dua balapan dengan motor tua. “

Diksi yang digunakan keduanya Fabio yang memang sejatinya Baru merasakan Dua Versi M1 mengatakan Ada banyak perbedaaan, sementara Rossi yang boleh dikatakan mengenal hampir semua Versi dari M1 mengatakan dengan Frase yang lebih butuh penafsiran mendalam bahwa Tidak ada perubahan Maju dari M1 Di tahun ini dibandingkan versi tahun lalu . . alias sama sama memiliki Masalah.

Valentino Rossi mengatakan masalah dari Yamaha M1 ada di Traksi ( grip) Ban. Walaupun pada dasarnya Michelin tahun ini dibuat dengan update pengembangan yang  lebih ‘ menguntungkan ‘ mesin inline 4 ketimbang mesin V4 dengan cara membuat Kompon Karet di bagian side wall dari ban lebih lunak dan lebih ngegrip ketimbang Versi tahun lalu, Valentino Rossi mengatakan Bahwa masalah M1 tetaplah pada grip walaupun memang harus lebih dilihat lagi kedalam akar masalahnya . . apakah Crank inersia, setup sasis, suspensi, Swingarm, namun tentunya kalau di dalam mesin tidak bisa di bongkar.

Ok Cukup dulu sampai disini . . jadi sebenarnya akar masalah dari Internal Yamaha khususnya Depertemen Pengembangan mesin Inline CP4 ini ada Di mana ?

Masih Ingat Artikel Akar masalah yamaha M1 Double header Jerez ? Kami – tmcblog rasa akar masalaah masih tidak jauh merujuk dari apa yang telah kami tuliskan di sana . . . Yap di awali dari Permintaan Masao Furusawa kepada seorang engineer muda kala itu yang bernama Kouichi Tsuji. Furusawa memintanya ” Saya butuh kamu disini, saya butuh kamu untuk mendesain sebuah Mesin yang merupakan ‘ Mark 2 ‘ nya MotoGP ! “ dan setelah itu Salah satu yang diajukan Tsuji san adalah desain Mesin 4 silinder Crossplane Crankshaft. Dalam perjalanannya 2004 Mesin CP4 ini masih menggunakan 5 valve persilinder sampai akhirnnya disederhanakan sedikit menjadi 4 valve per silinder. Dan pada dasarnya basis desain dan basis konsep 2004 -2005 dari yamaha M1 ini lah yang masih digunakan Oleh Yamaha M1 sampai Musim MotoGP 2020 ini dan bahkan 2021 nanti. Dan yang harus dan Patut kita semua camkan adalah  . . Karakter alami dari Mesin Motor ini seperti juga Karakter CP lainnya tidak pernah menghasilkan Power dengan angka yang Biadab . . adalah Ngimpi di siang bolong mesin CP4 bisa mencapai performa top Speed yang menyamai Mesin V4 Desmodromicnya Ducati . .

Bahkan sampai saat ini Pun Pabrikan kedua yang menggunakan mesin CP4 ini yakni Suzuki Pun tidak pernah memiliki Performa Speed dan akselerasi yang sangat Biadab Untuk The Blue Rocketnya Suzuki GSX-RR . . Karakter Yamaha M1 semenjak awal pasca Valentino Rossi Pindah dari Honda Bukan di Area itu . .  Sangat sangat Jarang Kita memperoleh berita bahwa yamaha M1 memecahkan rekor Top Speed. Kekuatan Yamaha M1 selalu berada di karakternya yang seimbang – dengan sasis netral dan Delivery Power yang yang smooth – yang menjadikan motor ini kekuatan terkuat di MotoGP selama satu dekade atau lebih Karena mereka cepat di Bagian bagian lain selain Straight.

Mesin CP4 ini memiliki karakter Akselerasi bagus. Di Mugello Yamaha M1 selalu kalah 10 km/jam di Long straight, namun mereka bisa lebih cepat dari motor motor lain di Spot spot Short Straight dan membuat secara Keseluruhan Yamaha Bisa lebih cepat dari Motor lain . .  Dan Tsuji-San saat itu ada di Box Yamaha Saat itu selama hampir lebih dari 15 tahun.

Secara Umum Motor yang kencang adalah Logis Bisa berpotensi bermasalah dengan Reliabilitas atau keandalan. Motor yang lebih Pelan Biasannya dan logikanya lebih bagus Reliabilitasnya, Namun yang terjadi Di akhir 2020 ini Yamaha Koq aneh, tetap Bukan Jadi motor yang terkencang, Namun Reliabilitasnya malah dipertanyakan . . Buktinya banyak, permasalahan Over heat Di Jerez sampai terakhir yang kabarnya malah bikin Valentino Rossi tersenyum adalah Ketika Yamaha M1nya mati mendadak karena permasalah elektronik saat race Valencia 1 . . . Ini Brand Jepang atau Brand Itali, Koq masalah di elektronik ?

Imho, menurut kami Saat ini adalah sesuatu yang urgent Yamaha Butuh Orang yang mengerti Karakter dan Soul sebenarnya dari mesin CP di Box  . . Tsuji-san memang Bukan ‘bapak Crosplane Crankshaft’ , namun dia secara umum adalah salah satu yang tersisa dari Insinyur pendesainnya kala itu dan secara umum ialah yang mengawal mengawal CP4 M1 saat Furusawa-san tidak ada lagi di Box . . Dan tanpa mengecilkan Peranan sosok sosok Telenta muda seperti Takahiro Sumi, Setelah 2016 Praktis, secara umum sepertinya tidak ada Orang yang benar benar mengerti secara sangat sangat mendalam karakter dari mesin CP4 ini. . . . Dan bahkan Jika Sobat sekalian ngeh Di Box Suzuki Ecstar saat ini paling tidak ada Sosok Spanyol Italia yang walaupun Bukan engineer namun, mengikuti sejak awal dan Mengerti banget Karakter Mesin CP4 ini sehingga Mungkin Ia sangat tahu pendekatan apa yang harus dilakukan ke mesin CP4 ” Blue Rocket ” yang terbukti Punya Potensi Bagus Jika Arah pengembangannya Benar . . . Di adalah Davide Brivio

Davide Brivio

So menurut tmcblog, Mungkin ada bijaknya Yamaha Melihat secara menyeluruh penyebab dari segala macam permasalah di tahun 2020 ini dan berusaha Untuk mengembalikan Karakter Murni Mesin CP4 Versi Iwata . .

Taufik of BuitenZorg |@tmcblog

238 COMMENTS

    • IIRC, Brivio keluar dari Yamaha karena menjadi manajer Rossi. Dan saat itu di Yamaha sendiri masing-masing pembalap punya team manager masing-masing.

      • yap… bgtu jg ktka suzuki menggaet brivio mmang sdh tidak bekerja di yamaha ketika itu rossi balik dari ducati ke yamaha

      • dari dulu tim biru emang kurang bisa diajak kompetisi..hanya fanboe akut yg ngomongnya bisa menuhi kolom komentar…..

    • Nangis apa gimana pak pada keluar dari yamaha terus bisa berprestasi di tempat lain? Masa lalu ya masa lalu. Lorenzo juga gede di Aprilia juga ga cuma di Yamaha lho.

    • Ditinggal furusawa..gada peningkatan..manajemen amburadul….
      Ibaratnya anggota tim udah macan..tapi gada pemimpinnya lebih sangar dr macan….ya morat marit…
      Tsuji iya orang pintar…bisa buat mesin..
      Tp kemampuan kepemimpinannya..?

    • Bukan lulusan
      Tp orang yg d sia2kan yamaha cenderung cemerlang karirnya setelah pindah pabrikan
      Mirisnya orang yg paling penting d yamaha justru miris prestasinya

      • @waqit makanya bro mari kita vote bung qwandar supaya pabrikan tersebut makin maju,jangan sia² kan pengalaman beliau yg sudah super beyond expert dipermesinan dunia balap

    • Terlalu berharap pada fenomena duo yamaha factory 2021 Vinales dan Quartararo.
      Jujur,dua nama itu punya miss prestasi yg bisa menjadi acuan dan jaminan.
      Sebut vale pedrosa dan stoner yg punya karakter kuat dan bisa handle masalah pada motor yg normal ataupun yg ga normal/pada saat motor ga 100% bagus.
      Nah 2 orang ini menurut TMC mana yg punya kelebihan itu,???
      Mana yg siap menerima tekanan dan survive di saat seperti itu.
      Menurut saya ga keduanya.
      Lebih istimewa morbidelli menurut saya

      • Sebenarnya aku masih 100% yakin arah pengembangan tahun 2020 ini bukan berdasarkan Vinales, karena meski dia memberi masukan, tapi Yamaha masih lebih mendengarkan Rossi. Bukan masalah apa2 tapi arah pengembangan yamaha tahun ini menurut Rossi gak terlalu beda dengan tahun lalu, yang dalam artian, berarti Rossi lebih tahu mana yang berbeda besar, dan mana yang gak berbeda. Sedangkan jika kita mau flashback ke tahun 2016, saat Vinales di Suzuki, oke memang dia menang 1 kali dan podium 4 kali, tapi selain itu dia finish jauh lebih kompetitif dibanding 2015, dan bisa dibilang selalu finish di jangkauan 10 besar, bahkan beberapa di 5 besar. Dan perlu diingat di 2016, Suzuki sepertinya memang fokus arah pengembangan ke dia, dan terbukti berubah jauh prestasi suzuki di 2016 ketimbang di 2015. Nah, ini yang menarik di 2021 nanti bagaimana? apakah Yamaha masih mendengarkan masukan Rossi atau malah fokus ke pengembangan 2 pembalap factory 2021? Aku juga yakin riding style Taro dan Vinales gak beda jauh.

  1. maaf wak, saya menafsirkan (salah satu) arah dari tulisan ini penggantian lin jarvis kah?

    belum pernah dengar orang ini bener2 solutif dari segala masalah m1 selama ini. yang keinget banget malah ‘i’m on vacation’

      • dari dulu tim biru emang kurang bisa diajak kompetisi..hanya fanboe akut yg ngomongnya bisa menuhi kolom komentar….. wak haji kok marah2… apakah semakin biru nih

      • Ngemeng ngemeng soal masalah
        Mengatasi masalah adalah bagian dari kejuaraan motogp. Siapa yg paling cepat bisa mengatasi masalah dia lah yg jadi Juaranya motogp…
        Karena masalah diciptakan sendiri di awal musim,
        So… Kalau kalah jangan beralasan karena sedang masalah. Dari tahun 2013 kemana aja??? Emang pabrikan lain tidak ada masalah???
        Jadi orang yg solutip

  2. motor yamaha mentok pengembangan sepertinya, bingung mau dikulik mananya
    Karna motor lain yang V engin bisa dibawa halus saat nikung mkanya serasa inline gapunya kelebihan,

    • Tapi nyatanya V4 kunyit juara dunia 2002, 2003, 2006, 2011, 2013, 2014, 2016, 2017,2018, dan 2019. Sedangkan yg katanya “V4 asli” cuma 2007 selebihnya khususon ilal runner up ditangan Doviwidodo. Masih kalah dg CP4 Yamaha yg juara 2004, 2005, 2008, 2009, 2010, 2012, 2015.

    • v4 mendekati i4? , wkwkwk, ngakak bet dah ah, rcv terbukti bbrp musim terakhir pd bbrp tempat bs ngimbangin & overtake desmo gp. inline 4 dari 2015 sampe skrg dah berapa kali juara dunia? ,suka kocak logika lu dah wkwk,.handling kali yg mirip klo sm i4 mah, jauh lebih mending drpd pabrikan blu yg dari 2017 sampe skrg masalah grip ban belakang aja gakelar kelar wkwkwkw

    • Setuju mbah… Menurutku bukan hanya di mesin saja, tapi koordinasi antar semua lini harus di bangun lebih bagus, nah kalo kalo gitu bisa menjadi tim yang kompak dan kuat

    • jolor bukan dilepas.. tp sengaja melepaskan diri, trlihat dri muka jolor yg ngerasa M1 ga maju2 develop nya..
      dya kurang puas, makanya ngelepasin diri buat pindah ke mesin yg lbh ganas..
      ehh gataunya jolor malah cidera biasa kendaliin kuda poni malah mainan kuda jingkrak.. trakhir mainan kuda lumping smpe protol smua tulang2

    • Davide nama Italia banget. Makanya gw mikir Duketek mungkin melirik Brivio ke Duketek.
      Pembalap murah calon jurdun? Ya cuma di Sijuki.

      • Yups dia emg org italia keknya,2010 abis ngundurin dri dri yamaha jg cm ngelola merchandisenya vr46,bru deh akhir 2013 dikontak2 sama suzuki buat project comebacknya ke motogp.. sebenernya udh dri th kemarin suzuki nie lebih superior dibanding yamaha, jurnalis2 luar jg bilang gt kq.. cma fby garis keras dsni aj yg masih menghibur diri.. sama ketolong paruh kedua yamaha emg kelihatan kenceng dibanding suzuki.. IMO

      • fabio tahun kemaren pake M1 2019 spec B wak…
        jadi g’ tau M1 2019 spec A kayak apa…
        tahun ini langsung pakek spec 2020

    • Yowis bung qwandar anda urus aja berkas² buat ngelamar disana siapa tau anda beruntung jadi petinggi disitu,yamahaa lagi darurat butuh orang seperti anda bung qwandar

      • Kalo dia masuk Daftar enginer Y.tahun depan kapasitas mesinnya jadi 1.055 CC VVA wkwkwk.
        Demi ngimbangin kecepatan mesin pabrikan lain

    • Asal situ tahu saja, bait itu cuma bisa dikata bait ketika situ sarkas dan orang gak nangkap sarkas yang situ buat. Itulah yang namanya bait.

      Kalau yang situ lakuin, itu namanya micu emosi orang dengan ucapan gak berdasar, aka trolling.

      Bedakan, saya sekedar meluruskan. Itupun kalau bisa.

    • @ebul
      wkwkw ga bakalan bisa jawab kalo di jelasin gituan bro,orang macam tu udah susah di ajak bicara,tipikal kalo salah lupa ingatan,hapus akun dll
      cirikhas komentator IG

  3. Terlalu banyak mengeluh pembalapnya soale thn kemaren juga selalu bilang ban kurang ngegrip trus musim ini sama micelin sdh dibuatkan ban yg sangat ngegrip sampai mesin v4 gak berdaya terhadap ban baru tapi pembalap yam ha masih bilang kurang ngegrip

  4. Maaf korek sedikit wak enjiner muda itu bernama qwandar aka mentega bukan tsuji-san??? soalnya dia bela yamaha mati²an ampe urat lehernya mlotot???

    • Udah deh qwandar anak lonte itu ga bisa diomongin bahasa manusia, bahasa hewan, bahasa tumbuh tumbuhan, emg jenis begitu harus diomongi pakai bahasa parang, clurit biar faham

    • Jangan begicu bung qwandar,anda berpeluang besar menggantikan mr.jarvis,ayo majuu bung qwandar kerahkan pengalaman anda dipabrikan paling prestisius didunia balap motor

      • Emg pengangguran anak lonte itu mah gayaan nya aja ngehina org dirinya lebih hinaaaaaa busuk, nug nug sebelon ada ni si qwandar anak lonte blog aman aman aja kerna ga ada yg beneran mancing emosi org kalau elu beneran editor peduli dengan blog ini udah deh lu berangus aja semua si qwandar anak lonte ini jgn lu kasi celah lagi dulu juga ada perang fb tapi ga ada tuh yg sampe kaya qwandar ini qwandar ini udah kelewatan batas nug elu editor harus nya lu faham sebelom ada qwandar dan sesudah qwandar bagaimana blog ini jadinya

    • Emg lu anak lonte bacod doang gede ajakin duel beneran kisut perangai anak yg keluar dari sperma haram ya model elu begini ga jauh jauh emg

  5. Dari artikel ini saya menangkap betapa besarnya ketergantungan dengan “pawang mesin”. Gak cuma yamaha, bahkan juga suzuki.
    Apa ada tim lain yg bisa develop mesin spt sebuah sistem?
    Siapapun orang yg pegang, selama ikuti buku petunjuk, maka mesin itu akan berjalan sesuai harapan, tanpa perlu datangkan “sang pawang mesin”

    • Rasanya Ndak bisa boss. Karena MotoGP itu prototipe. Jadi mesin seringkali detailnya SPT yg sudah di bukukan.
      Dan karena prototipe di ke;as tertinggi & sangat kompetitif, perbedaan 1% bisa berdampak besar….
      Dan biasanya project leadernya pasti orang2 yg terlibat di projects sebelumnya.
      Walo mungkin saja terjadi seperti yg boss sampaikan….

    • Jawabannya bisa, tapi masalahnya mesin tidak seperti sistem karena ada yang namanya pembekuan mesin, kalau sistem gagal atau ada error maka bisa pakek metode lain atau bahkan buat dengan cara yg berbeda. Tapi mesin motogp yang terlanjur dibekukan harus dipakai sampai akhir musim dan juga menuntut untuk dikembangkan di sisi lain dan baru bisa buat mesin lain di akhir kejuaraan.

    • Kesalahan manusia yang mengendarai bukan kesalahan engineer yang menciptakan..
      Engineer menciptakan sesuai keinginan sang pengendara…

      Jadi meskipun tahun ini tidak ikut seri MotoGP tetap HRC dan Marquez adalah pemain MotoGp yang terhormat tanpa tidakan ilegal …

      Trial and Error, dan gagal, kemudian dihukum karena tindakan ilegal…dan tahun ini Yamaha MotoGp akan menorehkan sejarah tersebut..

  6. Blue rocket : reverse cp4+vvt

    Praduga ane malah, mesin blue rocket ini sangat endurance.

    Kita tau sizuki itu durable/endurance mesin holic di masspro nya.
    Tidak mungkin dong protonya di bikin sama dengan masspro ??

    • Iya bener, msh inget bgt dulu pas new gsx r1000 rilis “used technologies used in motogp, such as VVT” , menurut update regulasi 2016 sebenerny vvt yg hidrolis & elektronik dilarang ,tp cerdikny suzuki bs bikin vvt mekanikal menggunakan bola bola yg kena gaya sentrifugal dari putaran camshaft, hats off , suzuki??

      Tp reverse cp4 kyny bukan deh bro, wkwk, soalny suzuki blok mesinny memang cenderung lebih rebah drpd Y, tp arahny kedepan , bukan kebelakang.

      CoG lebih rendah, Airbox jg bs lebih plong , cerdik emang, skrg masih ada yg mau bilang juki inline kw? Wkwkwk , knalpot double barrel aja siapa yg niru…

        • @ilmor_go memang pake reverse cp4 crankshaft bro.
          Di wak haji pernah di bahas
          Pengen liat blue rocket di mugello top speednya brpa.
          Kasian kmrn liat rins di kemplangin v4 pas trek lurus

  7. Masao Furusawa:”saya butuh kamu di sini, saya butuh kamu untuk mendesain sebuah mesin yg merupakan “marq 2″ motogp”
    Nah, kakek furusawa aja dah tau akan ada marq (masalah penulisan “q” dan “k” itu tergantung daerah) di motogp yg akan datang(Marq 2=marques bersaudara?)
    Eni kuesyen?

  8. Sudah saatnya J.A.R.V.I.S diganti dengan F R.I.D.A.Y

    Kalo untuk Suzuki, saya lebih tertarik dengan orang Jepang berambut putih/kuning yang selalu berada di Paddock team saat masih pakai mesin V sampai saat ini pake mesin inline…

    Tolong sekali-kali dibahas Wak..orang Jepang berambut putih di garasi Suzuki itu…
    Apakah perannya seperti Takeo di Honda?

  9. Emang gak kayak Takeo dulu ya?yg sebelum menjabat jadi head divisi nya dulu jadi semacam bawahannya Shuhei Nakamoto selama beberapa tahun,mungkin selama itu juga diturunkan ilmu ilmunya

    Apa Sumi langsung ujug ujug jadi kepala hanya bermodalkan teori doang?,tanpa praktek di lapangan dulu saat masih dijabat Tsuji-san

  10. kyk kurang greget ending artikel nya wak.. hehe..

    kyknya sih gr2 pebalap ymaha sndiri yg salah arah,. dr awal2 slalu minta naikin top speed mlu.. akhrnya mlh jd kacau karakter alami dr M1 itu ndiri..

    tp itu jg mungkin d karenakan kompetitor saat itu (musim 2016-2019) honda n ducati mulai bs bejaban M1 di tikungan,. sedangkan d trek lurus M1 tetep kg bs bejaban am mesin V4 honda n ducati..

    n mungkin yg trakhr, ngga ada lord hohe yg bnr2 bs bw M1 sesuai karakter alaminya.. yaaa mirip2 rins d suzuki gt lah.. d tikungan alus bgt..

      • Eh tapi eh Tapi wak, suzuki punya basis mesin V4 baik 1000cc jaman Rossi naik kelas motoGP sampai 800cc era stoner juara th2007. Suzuki punya Basis Mesin VVVV.. Hehehe

      • hehe.. bs jd wak..
        insinyur yamaha mungkin bilng gni “rumput tetangga selalu nampak lbh hijau”. jd syukuri n perdayakan smaksimal mungkin aj yg kita punya..

      • Ada kemungkinan mbah furusawa turun gunung lagi ga wak? Soalnya dlu pernah diwawancarain sm jurnalis jepang akira nishimura pasca pensiun 2011.
        Gimana klo yamaha bermasalah? furusawa:”bila yamaha memang benar² butuh bantuan, saya akan siap membantu”.

    • Ganti konfigurasi mesin adalah salah satu solusinya

      Kata KTM, melambatkan montor yang sudah terlahir kuenceng itu lebih mudah daripada mengencangkan montor yang aslinya lambat

    • Kemungkinan ada benernya juga..
      Musim lalu.. Honda dan ducati sangat bagus hampir di semua track.. Bahkan ducati bisa di bilang motor sempurna saat itu.. Mereka kuat di straight dan halus di tikungan.. Mungkin baik honda dan ducati saat itu masih di dukung dengan pembalap yg memang alien dan juga tanpa beban kontrak sprt yg terjadi musim ini di ducati (dovi)
      Namun dari sana yamaha melihat ini sebuah ancaman besar di musim berikutnya (2020) dan juga pembalap dari yamaha banyak yg mengeluhkan kalah d top speed.. Sehingga membuat yamaha juga berusaha untuk pengembangan kearah sana.. Namun mereka lupa karakter alami mesin cp4 ini.. Akibatnya musim ini bnr2 runyam buat yamaha.
      Sedangkan suzuki.. Mereka konsisten pengembangan dgn bagaimana membuat motor tetap balance seperti musim lali walau mungkin ada juga sedikit pengembangan.
      Dan dapat di lihat musim ini hasilnya..
      Honda tanpa mm93, ducati dgn dovi yg g lagi memiliki motovasi juara, yamaha dengan salah arah pengembangannya, beruntung suzuki dengan konsistensinya..

      Ini hanya spekulasi saya saja dengab melihat situasi yg terjjadi di gp2020.

      • mungkin aj kan,. rolling speed kluar tikungan bgs, trek lurus kg bgtu pnjang, yaa ngacir tuh i4..
        n karakter ini yg skrng ada d suzuki. dlu yamaha dngn lord hohe jago nya..

      • Masalah top speed bukan Kuntji juara dunia kan Qwandar ngomong begitu thoo saat 2016 V RCV yang lemot bisa juara dunia?
        Rossi yang minta agar M1 bisa semakin laju saat straight.. dan tahun 2019 kemarin RCV sudah bisa tidak celeng meski hanya MM pawangnya..
        Tahun ini AM bisa membawa RCV seperti In line dan dia masih pemula mengendarai RCV

  11. Bener wak, motogp adalah ajang balap dari pabrikan motor dgn karakteristik dan idealisme masing2 yg dituangkan dalam wujud sepeda motor jd baiknya tiap pabrikan jgn ingin punya motor mirip atau menyamai milik pabrikan lain, begitu pun pembalap jgn mendorong pabrikan utk membangun motor sesuai dgn karakter riding nya apalagi jika gemar pindah2 tim balap

  12. Lambat berevolusi gegara terlalu nyaman sama rossi dan lorenzo dan kemudian menjadi gugup dan galau dikala markes dan honda semakin klop dan mendominasi jadinya malah pengembangannya kehilangan arah

    • habisnya oci bisa jualan, sementara Lord gak bisa jualan (ngiklan motor yg gak payu). Mereka ber 2 sama-sama bagus, tapi momen terbaik oci udh habis krna alien-alien baru bermunculan

  13. Penafsiran ku yang orang awam ini, selepas musim 2016 yamaha butuh perombakan besar besaran dan benar minimal mengembalikan jati diri M1 yang “hilang”

  14. yahaha kalau mau hebat bikin mesin, buat mobil sejuta umat dulu….

    pasti ada yg bilang , yahaha ada toyota hahahaha

    mesin 150 aja beli ke minarelli

    dikembangin sendiri malah jadi vampir

    • Yg pegang peranan penting bagusnya GSXRR kayaknya lebih ke Ken kawauchi dan Shinichi Sahara sih,Brivio kayanya nanganin rider,sponsor dll

      • Betul cak, Sinichi sahara n Ken Kawauchi yg bertanggung jawab mesin BlueRocket.
        Brivio hanya me manage pebalap n staff d bwh nya.

      • ya, minimal bisa bikin suasana team adem, gak banyak bacot, kurang ini kurang itu, si anu bilang sudah di jalan yang benar, si itu bilang kurang kenceng kalo tangki penuh, si ono bilang lagi liburan, you can bet on me, ujung ujungnya i don’t know ? ?

    • bner kata yg diatas2 ntu..
      ken kawauchi & shinichi sahara lbh mempengaruhi pengembangan gsx-rr.. klo brivio yg ngatur tim aja..

      dan spertinya 2 enginer sujuki itu lbh ngerti soal i4 cp ktimbng yahaha

  15. Tapi Sizusi mlah pindah dari V ke I kan ya (CMIIWW)? dan bukannya itu perlu waktu lama? tapi menarik sih kalo Y bisa convert ke V, kita tunggu aja, mbah darmo udah sms Y pusat kayak nya hehehe…

  16. Lbh prefer klo Yamaha ttp pke mesin Inline aj,tp bner2 dprrbaiki sisi kelincahan di tikungan2, sngt cepat di slow corner. Dgn top speed yg klh kenceng pun psti ttep bs finish duluan.

  17. Wak tolong dong gambar rossi berhenti untuk memeriksa dashboard nya dan sebelah nya ada gambar Mir raih topspeed di hilangin gak enak banget lihat nya (bagi fb ono sih) hehehhe..

    • asli ksian sya sma si mbah, udh hidup mati ke yahaha ehh motornya kek gtu, sya lbh salut ke effortnya si mbah sih..
      coba itu timvr46 jdiin tim satelit sujuki, trs si mbah jd rider disana biar ngerasain jurdun 10 biar bsa pensiun tenang

  18. Yamaha percaya diri, masalah wheel spinning sudah mereka atasi, padahal yg ada adalah ban michelin yg gripnya makin bagus. Sedangkan masalah motor yamaha yg bikin wheel spinning blm terselesaikan. Jadi yg bikin yahaha tampak bagus ya performa michelin yg meningkat dlm hal grip, Motor yahaha tetep. meskipun morbid bisa berjaya sesekali, performa blue rockets yg meningkat pesat yg sama sama I4, nunjukkan yahaha jalan ditempat, klo ga dibilang makin ancur gara gara soal part subuh standar

  19. Yang bikin heran ya durabilitasnya. Sejak jaman 2006 sih major problemnya udah keliatan. Untung ada Hohe yang bisa kasih input bagus. Tapi ya gitu, setelah itu mandeg.
    Brivio bukan engineer, jadi informasi teknis yang dia bawa ane pikir tidak menyumbang kontribusi signifikan utk GSX-RR. Kontribusi Brivio kan mengelola tim ama pembalap supaya bisa dapat hasil maksimal di atas motor Sijuki.

    • Sama saja, scem mau di bubut juga lapisannya ilang, jebol juga.
      Diasil dibubul jebol juga, karena lapisannya ilang.
      Cuma beda tingkat kekerasan lapisan hardennya itu yang disizuki memakai metode scem, yahaha memakai diasil. Lebih keras scemnya.
      Nama lainnya tidak memakai boring besi tebal mirip boring konvensional.
      Mau scem mau diasil kalo lapisannya ilang ya jebol.

    • kebanyakan Motorsport cc tinggi pakeknya nikasil/SCEM, suzuki kawasaki karena daya tahannya.. untuk class cc rendah untuk 4 pabrikan jepang kyknya cuma suzuki sama Kawasaki aja yg pake, yamaha pke diacyl yg murmer dan lama kelamaan jadi vampir oli, honda pake material yg user-friendly aja gampang dibubut

    • kebanyakan Motorsport cc tinggi pakeknya nikasil/SCEM, sijuki kawak karena daya tahannya.. untuk class cc rendah untuk 4 pabrikan jepang kyknya cuma sijuki sama Kawak aja yg pake, yamehong pke diacyl yg murmer dan lama kelamaan jadi vampir oli, hondut pake material yg user-friendly aja gampang dibubut

    • hhhaaoooorreee…shogun FL ku kayaknya udah pake SCEM juga..
      pantesan pada ga ada bengkel yang mau bubut..
      ternyata ini alasannya…
      wkwk

    • Neo October 7, 2020 at 23:03
      @Lin Dan n @Hatmo
      Skalian pencerahan org2 biar ga terhasut batinya sma soundtrack, wkwk

      @FXR
      wellsaid bro

      @kedapkedip
      sudah dijelaskan dgn baik sma bro FXR, kamu coba sekali2 cek tugas team manager deh..dia ga ada namanya ikut2an menentukan jeroan mesin, paling banter ikutan masukan setup, itu jg kalo jago bgt managernya. Dan sudah dijelaskan sma bro FXR juga, setelah Suzuki mundur dr motogp pake V engine, projek GSXRR ini sudah dimulai..itu masih jauh dr timeline Brivio gabung Suzie

      @neo; katanya davide gak ikut kembangin suzi lah… Kan dapat konsesi sbg newcomer
      Udah dijawab tmcblog komenmu dulu

  20. Pesan denny sumargo ” jadilah diri sendiri jangan berusaha menjadi orang lain”
    Dan siyamaha pengen menjadi ducatie hionda yg speednya sangat gila,akhirnya apa yg dapat problem ngk bekesudahan dari 2016..???

  21. Yamaha perlu jelas mau dengerin pembalap yang mana, mau make referensi pembalap bau kencur yang sebelumnya pendekatan tsb udh pernah terjadi dengan vinales. Lihat sekarang? Yang ada tuh pembalap paling banyak ngeluhnya ketimbang prestasinya. Atau mau pake omongan pembalap yang paling banyak kasih gelar buat yamaha?
    Plus manfaatin juga super test rider lord jorge, inputan 2 orang (rossi+jorge) mudah2an bisa bawa m1 ke arah yg bener.

  22. menurut ane wak tim YFR skrg ga punya rider developer yg bagus atau malah tim engineer yg bisa menerjemahkan dgn benar masukan para rider,, lihatlah bentuk M1 skrg ga karu2an, ga kaya dijaman VR dan JL jaya yg masih slim meskipun bermesin inline, diperparah dgn terlalu bergantungnya YFR dgn VR di akhir2 kariernya seperti skrg yg menghambat Yamaha mendapatkan rider2 lain yg berpotensi, Pol Espargaro lepas, Dovi lepas, JL lepas,

  23. Setuju wak, harus ada pimpinan yang baru di kubu yamaha, yang bisa ngatur anak buahnya biar gak banyak ribut di media, apalagi sampai ikutan bikin rusuh kayak petinggi ducati,

    contohlah HRC dan Suzuki

      • ada progress lah, motor susah di tangan anak kemarin sore, malah dia ga dianggep pantas mengendarai motor juara itu hehehhe…

      • lah otak mu juga ngawur, puig kan bagian dari hrc, kan mamng ada progress, bukan awal aja yang bagus trus mundur teratur, awal aja sudah curang hahahah…

  24. Yg jelas tahun ini milik suzuki bahkan bisa dikatakan juga KTM. Karena yamaha,honda dan ducati mempunyai masalahnya sendiri. Cuma ngarepnya jika suzuki jurdun,perhatikan dong pasar motor indo neh. Byk yg nunggu model baru 250cc,saluto atau burgman.

  25. jadi gini , lulusan univ tokyo
    ranking 1 . ke honda ,yg punya passion racing masuk f1 dan HRC
    2. ke suzuki ,
    3. – sampai akhir = bikin statrtup / ke kawasaki / ke toyota

    dari toyota yg kurang brillian kerjanya , gitaran, ngopi2 , jjs , komen denial di taruh di yamaha
    di yamaha di random antara motor dan musik

    mangkanya klo ga ada jeremy burgess mau jadi apa yahahahahahaha

  26. jadi gini , lulusan univ tokyo
    ranking 1 . ke honda ,yg punya passion racing masuk f1 dan HRC
    2. ke suzuki ,
    3. – sampai akhir = bikin statrtup / ke kawasaki / ke toyota

    dari toyota yg kurang brillian kerjanya , gitaran, ngopi2 , jjs , komen denial di taruh di yamaha
    di yamaha di random antara motor dan musik

    mangkanya klo ga ada jeremy burgess mau jadi apa yahaha

  27. Yg di butuhkan yamahan saat ini bukan lah seorang mekanik handal, tapi seorang manager tim yg bisa menyatukan & merangkul 4ridernya,

  28. Semua ada masanya… yamaha pernah berjaya… honda pernah berjaya… skrg suzy yg berjaya…

    Sudahlah… mmg dunia itu seperti ini
    … gak ada akhirnya kompetisi itu… sampai dikau pensiun dr duniaa…

  29. Seolah urgent, tp knp bs berlarut larut begini ya? Yamaha jg bkn organisasi kmrn sore..

    Kehadiran Lorenzo sepertinya jg tdk optimal..

  30. dlu honda jg seringkali bermasalh mulai jaman casey yg motornya chatter bngt, mm lack of power, tapi tetep pada akhirnya bisa ada solusi…

  31. dlu hnda jg seringkali bermasalh mulai jaman casey yg motornya chatter bngt, mm lack of power, tapi tetep pada akhirnya bisa ada solusi…

    • Banyak bener masalahny daridulu, chatter , kurang power, delivery terlalu liar(2015), tp selalu ad solusiny ,

      Motogp buat mereka mungkin bener bener dijadiin “laboraturium berjalan” dengan makna sesungguhny wkwm

  32. Guys dari pada pusing mikirin siapa pengganti struktur ymaha mending divote bung qwandar yg pengalamannya jangan ditanya lah dipermesinan dunia balap dia super beyond expert diblog terhormat ini

  33. Tsuji san udah out setahun lalu 🙁
    berarti selama ini Lin Jarvis sama Arima Kousei
    eh… maksudnya takahiro sumi kurang lihai dalam mengambangkan M1 dong ?

  34. Menirut VR46 masalahnya traksi ban nya kutang lengket ya Wak?
    Mungkin karena torsinya besar ngejar akselerasi itu mesin, ngorbanin top speednya. Sepertinya musti revolusi deh, gak cuma part per part

  35. Cukup-cukup masalah yg dibahas diartikel wak haji ini diserahkan ke bung qwandar beliau sudah sangat super beyond expert dalam menangani masalah internal ditim pabrikan yg prestisius.. oke?

    • Kuntjinya adalah ledakan Maximum 10° setelah TMA langkah pembakaran…
      Gasoline engine bila ledakan terakhir atau pembakaran serentak terjadi di 10° setelah TMA tekanan hasil pembakaran yang menjadi Force /M paling besar karena lengan poros engkol pada 10° setelah TMA dalam posisi offset piston yang tepat adalah paling ideal… Seperti saat kita membuka baut roda Truck dengan kunci roda dan pipa pada posisi lengan tertentu kita mendapatkan tenaga terkuat dan kenyamanan dalam mengayun pipa..
      Dan mesin CP bila diorientasikan seperti itu hasilnya yaah over torque berbeda dengan V engine karena posisi piston terhadap crankshaft sudah bersudut dan salah satu piston yang satu crank pin journal pasti sedang bukan langkah tenaga….

  36. Bukanya magnet pirreli dr italia wak? Peranti electronik saat ini. Ane berpikir. Sebener nya yg bikin tenggelem ya bahwa team yamama ga secepat itu beradaptasi. Si mbah sendiri sampe bilang bahwa sijuki lebih pintar dr yamama saat ini.

    Ga cuma yamam kan yg punya masalah tentang ini. Hodna 2016. Si juki jaman ian. Bedanya yg lain ada perubahan yamama sama. Dan selalu di situ masalahnya. Dan taun ini puncak nya. Selain ga berubah masalah nya tambah teliability nya kurang.(jd inget mclaren di tinggal hodna di F1) pas pake renault masih suka masalah. Cmiiw

    • Mungkin juga kejadian mirip tapai sedikit berbeda McLaren punya masalah engine dengan Honda karena karena mereka kekeuh maksain mesin harus ikuti size zero concept chassis-nya mereka. nah pas Honda pindah ke Torro Rosso dan Redbull, mereka (TR & RB) bilang ke Honda untuk buat mesin terbaik mereka nanti chassis akan mengikuti desain mesin, lihat hasilnya sekarang lumayan bagus.

      Selama ini Yamaha punya masalah elektronik, mungkin juga mereka harus mendesain motor yang mengikuti desain elektronik MM? Mungkin..?

      Intinya Yamaha harus merubah konsep desain mereka.

  37. Mengenaskan ,disaat KTM ,APRILIA berjibaku dengan konsep mereka dan selalu tertinggal tetapi tetap menjunjung tinggi sportifitas eh yamaha nge-cheat tp msh tetap di belakang
    Same on U

  38. sy pikir mah konsistensi dr yahama….klo ga ada kjadian mleduk atw skandal pasti adem meski tu motor ga hebat top speed…suzuki mnang konsisten aja,ibarat ny manager ny hebat tau harus gmna…wak yamaha klo sy dengerin kok mirip honda atw ducati ya suara knalpot ny…klo suzuki beda sndiri,jngn 2 pake bigbeng mngkin ya

  39. Rekap Juara seri 2020 sampai Valencia 1 :
    Yamaha = 6
    Suzuki = 2
    Ducati = 2
    KTM = 2
    Honda = X
    Aprilia = X

    Dibalik motor yang bagus ada “man” dengan skillnya.
    Ducati dan Yamaha paling semangat membunuh Honda-nya Marq. Karena beban itulah yang tidak ada di Suzuki menjadikan mereka pelan pelan aja tapi pasti. Begitu pun dengan KTM yang awalnya tidak dianggap bisa bersaing tahun ini.
    Arah Yamaha harus diluruskan oleh manajeman pusat, karena semua problem sudah ketahuan, tinggal eksekusi untuk tahun depan.
    2020 Mir akan Jurdun dan itu sangat pas.

  40. udh paling bener, kasih motor seliar mungkin cari rider “pemerkosa” motor

    gw rasa inline belum tamat, tapi coba kembali ke jaman2 eksperimental seperti dulu

  41. Tahun ini ada engineer magneti marelli dari Ducati yg gabung.
    Harusnya sih bisa pecahkan kendala electronik tahun lalu yg emang lumayan krusial.
    Ternyata, pendekatan ke M1 emang super beda kayaknya.
    Motor unik banget ya.
    Gatau kalo di MotoGP beda ya,tapi di superbike dulu Ben spies bilang YZF R1 tu gila banget.
    Km bisa ambil racing line manapun sambil gantung RPM dan motor ini masih di track.
    Sayang di MotoGP karakter Ban beda banget ama di superbike dan jangan harap pengembangan motor produksi masal yg netral berlaku di MotoGP.
    They built a bike only for ace rider

  42. Atau bs pakai pendekatan ala Suzuki. Bkin chassis yg bs sinkron sama ban dulu. baru naikin power perlahan. Tapi kayaknya power CP4 Suzuki dan Yamaha 11-12 sama Suzuki, tapi yang bkin beda chasis Suzuki kayaknya g bkin stress ban berlebih jd bs d ajak fight d akhir2 lap

    • di jalur lurus sujuki bsa bersaing sma v4 bro..
      berati sujuki pnya simpenan tenaga yg bisa dikulik dri mesinnya, cma mreka tahan krna filosofi ‘balance’ ntu..
      klo mreka blm nemu sasis yg mumpuni buat handle power, maka tenaga mesin di tahan.. ktimbng dilurus joss pas ditikungan main prosotan

      • kayaknya bs bersaingnya ketika setengah atau 3/4 balapan. ketika semua ban sdh mulai turun performanya. jadi ya itu td kuncinya, bkin chassis yg bkin awet ban

  43. sudah dibilang sma rosi sejak 2017.. coz rosi udah kek ‘penunggu’ kubu yahaha.. dya bilang klo ada masalah di motor yg blm kelar sejak saat itu

  44. Warning banget buat Yamaha. kalau dalam 2 tahun (2021-2022) performanya tidak jelas, sponsor2 juga bs ragu thadap Yamaha. ujung2nya Yamaha balapan tanpa sponsor besar. dtambah lagi Rossi kan sdh g d factory team

  45. mungkin di yahaha kebnyakan cmpurtangan enginer yg ngedesain mesin, jd ga fokus gtu..
    liat sujuki pas gp500 thn 70, cma modal 4 enginer, 2mesin, 2sasis..
    alhasil lebih fokus bsa jurdun konstruktor 7x berturut2

  46. Di Box Suzuki Ecstar saat ini paling tidak ada Sosok
    Spanyol Italia yang walaupun Bukan engineer namun, mengikuti sejak awal dan Mengerti banget Karakter Mesin CP4 ini sehingga Mungkin Ia sangat tahu pendekatan apa yang harus dilakukan ke mesin CP4 ” Blue Rocket ” yang terbukti Punya Potensi Bagus Jika Arah pengembangannya Benar . . . Di adalah Davide Brivio

    Gw pernah disuruh belajar tentang managemen tim sm komentator disini karna gw komen bahwa Brivio berpengalaman tentang mesin CP M1 dan dibawa pengetahuannya tsb ke suzuki

    sampai gw dikasih timeline perjalanan awal brivio dari yamaha ke suzuki dibanding dengan masuknya suzuki lagi

    gw lupa komentator tsb

    • poin nya komentator tsb menyangkal Brivio ikut andil atau tahu tentang CP M1 sbg manager team suzi karena bukan enjiner…… dan dijelaskan tugas2 manajer tim

      hahahaha….. semoga dibaca beliau

  47. Saya bantu proofread yah om.

    “Motornya benar-benar berbeda dengan tahun lalu dan saya tidak pernah merasa motor ini milik saya. Bahkan, ketika kami melalui balapan hebat, saya tidak pernah merasa motor 2020 sebagus versi tahun lalu. Itulah perasaan saya, ada yang kurang jadi kami tidak nyaman menaikinya “ pungkas Fabio Quartararo.

    “( Awalnya) kami memiliki banyak harapan untuk M1 2020, namun kenyataannya kami tidak membuat langkah besar. M1 2020 tidak terlalu berbeda dan ini bukanlah langkah maju yang jelas. Selain itu, jika Anda melihat performa Morbidelli, dia mengalami musim yang fantastis dan memenangkan dua balapan dengan motor tua. “ ucap Valentino Rossi.

    Diksi yang digunakan keduanya
    Fabio yang sejatinya baru merasakan dua versi M1 mengatakan ada banyak perbedaaan antara M1 versi tahun ini dengan tahun sebelumnya. Sementara Rossi, yang bisa dikatakan mengenal hampir semua versi dari M1 menyatakan bahwa tidak ada kemajuan dari M1 versi tahun ini dibandingkan sebelumnya, alias sama sama memiliki masalah.

    Valentino Rossi mengatakan masalah dari Yamaha M1 ada di traksi ( grip) ban, walaupun pada dasarnya Michelin tahun ini dibuat dengan update pengembangan yang lebih ‘ menguntungkan ‘ mesin inline 4 ketimbang mesin V4 dengan menggunakan kompon karet yang lebih lunak di bagian side wall dari ban ketimbang versi tahun lalu. Valentino Rossi mengatakan masalah M1 tetaplah pada grip walaupun memang harus dilihat lebih dalam ke akar permasalahannya , apakah itu crank inertia, setup sasis, suspensi, atau swingarm. Namun, hal tersebut tentunya tidak dapat direalisaksikan karena kondisi mesin yang tersegel
    Jadi, sebenarnya akar masalah dari internal Yamaha khususnya departemen pengembangan mesin inline CP4 ini ada di mana?

    Masih ingat artikel akar masalah Yamaha M1 double header Jerez ? TMCblog rasa, akar permasalahan masih tidak jauh dari apa yang dituliskan sebelumnya. Yap, diawali dari permintaan Masao Furusawa kepada seorang engineer muda kala itu, yang bernama Kouichi Tsuji, Furusawa memintanya untuk mendesain sebuah mesin baru untuk balap MotoGP. Kala itu, Tsuji turut mengajukan desain mesin 4 silider Crossplane Crankshaft. Di awal pembuatannya, mesin tersebut menggunakan 5 klep persilinder, namun seiring perjalanannya disederhanakan menjadi 4 klep saja persilinder. Hingga hari ini, desain terakhir tersebut lah yang digunakan oleh Yamaha hingga musim GP 2020 ini dan 2021 nantinya. Satu hal yang harus kita ketahui, karakter mesin 4 silinder segaris maupun Crossplane Crankshaft adalah belum pernah menghasilkan tenaga dengan angka yang besar. Akan menjadi mimpi di siang bolong bila mengharapkan mesin CP4 memiliki top speed yang menyamai mesin V4 Desmodromic-nya Ducati.

    Hal ini turut diperkuat dengan performa dari pabrikan Suzuki yang juga menggunakan mesin CP4. Performa dan akselerasi The Blue Rocket-nya Suzuki, GSX-RR, pun tidak sebesar motor Ducati. Karakter Yamaha M1, semenjak awal kedatangan Valentino Rossi, bukan di area itu. Sangat jarang sekali kita melihat motor Yamaha M1 memecahkan rekor Top Speed, baik ketika latihan, kualifikasi maupun balapan. Kekuatan Yamaha M1 berada di karakternya yang seimbang, dengan sasis netral dan Delivery Power yang yang smooth, yang menjadikan motor ini cepat di tikungan.

    Mesin CP4 ini memiliki karakter akselerasi yang baik. Di Mugello, Yamaha M1 selalu lebih lambat 10 km/jam di long straight, namun mereka bisa lebih cepat dari motor motor lain di titik short straight yang membuatnya lebih cepat dari motor lain. Pada saat itu, Tsuji-San ada di box Yamaha selama hampir 15 tahun.

    Secara umum, logis apabila motor kencang bermasalah dengan reliabilitasnya. Namun, hal yang aneh justru menimpa Yamaha di akhir musim 2020 ini. Dengan karakteristik tenaga mesin menengah, permasalahan mesin yang mereka alami cukup banyak dan bertubi tubi. Buktinya, permasalahan overheat di Jerez hingga yang paling anyar ketika M1 membuat Valentino Rossi tersenyum karena mendadak mati ketika balapan sedang berlangsung dikarenakan permasalahan elektronik ketika race Valencia 1. Brand Jepang atau brand Itali, kok bermasalah di elektronik?

    IMHO, saat ini sangat krusial untuk Yamaha. Mereka membutuhkan orang yang mengerti karakter dan soul dari mesin CP di box. Tsuji-san memang bukan ”bapak Crossplane Crankshaft”, namun secara umum dia adalah salah satu yang tersisa dari insinyur pendesain mesin tersebut dan yang mengawal M1 CP4 saat Furusawa-san tidak lagi di box. Tanpa mengecilkan peranan sosok talenta muda, seperti Takahiro Sumi, setelah 2016 tidak ada orang yang benar benar mengerti secara mendalam karakter dari mesin CP4 ini. Bahkan, jika sobat sekalian ngeh, di box Suzuki Ecstar saat ini setidaknya ada sosok Italia, yang walaupun bukan engineer, namun mengikuti sejak awal dan mengerti banget karakter mesin CP4 ini. Hingga ia sangat tahu bahwa performa mesin CP4 ini memiliki potensi yang bagus jika arah pengembangannya benar. Sosok itu adalah Davide Brivio

    So, menurut TMCblog, ada baiknya Yamaha melihat secara menyeluruh penyebab dari segala permasalahan di tahun 2020 ini dan berusaha untuk mengembalikan karakter murni mesin CP4 versi Iwata.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version