Sunday, 22 December 2024

Analisis Pasca Race MotoGP Aragon 2021 . . . Bagnaia Kalahkan Marc Marquez Bukan Dengan Top Speed !

TMCBLOG.com – “Saya mencoba menganalisis titik lemahnya tetapi dia (Bagnaia) tidak memilikinya. Di semua bagian trek (Aragon) dia cepat. Saya bertarung berkali-kali melawan Dovizioso. Dan Pecco [Bagnaia] sama dengan Dovizioso tetapi dengan cornering speed yang lebih tinggi.”. . . Begitu apresaiasi dari juara multi seri balapan Aragon sebelumnya Marc Marquez kepada Francesco ‘Pecco’ Bagnaia. Dari awal TMCBlog sudah curiga dengan pernyataan Marc Marquez pasca dibekuk oleh Pecco pada race MotoGP Aragon 2021 dan membuatnya frustasi karena tak sedikitpun ia bisa melihat celah kesalahan Pecco selama 23 lap membuntutinya. Belum puas? Lanjutan dari pernyataan Marc adalah sebagai berikut; “Saya mencoba pada awalnya untuk mengikuti Pecco dan saya tahu sebelum memberikan ‘segalanya’ pada ‘serangan terakhir’ bahwa dia mengendarai motornya dengan sangat baik. Dia mengerem sangat lambat dan sanggup menghentikan motornya dengan baik. Juga pada sisi akselerasi dia sangat cepat.” See, Marc Marquez tidak pernah satu kalipun menyebutkan soal Honda RC213V besutannya kalah adu top speed dengan Desmosedici GP21 yang dikendarai Pecco. Marc Marquez tidak mengatakan RCV kalah top speed dengan Desmosedici. Bukan karena menyembunyikan atau menafikan sesuatu, namun karena memang demikian. Secara umum jika sobat sekalian lihat tayangan ulangnya fakta akan menunjukan di depan muka kita semua bahwa top speed Marc di back straight umumnya lebih tinggi dari top speed Bagnaia . .

Dari grafik di atas yang TMCBlog olah dari data yang di-provide oleh Dorna, terlihat dengan jelas bahwa hanya di lap 23 atau lap terakhir saja lah Marc Marquez kalah soal top speed dari Bagania itupun sepertinya bukan dikarenakan sebuah alasan performa. Adalah benar Pecco Bagnaia sempat menggelontorkan top speed yang sangat menakjubkan yakni 349,5 km/jam yang hanya bisa ditandingi oleh Brad Binder, namun itu diperoleh Bagnaia pada sesi FP2. Mungkin hanya untuk sekedar tahu bahwa ia punya potensi top speed Desmosedici sebagai senjata rahasia, namun sangat sangat jelas Pecco tidak menang di race Aragon dari Marc karena unggul top speed. Ia menang karena hal lain. Kita cek dulu soal race pace yah.

Secara umum memang race pace laptime antara Bagnaia dan Marc memang seperti mirror atau mungkin boleh dibilang ‘kembar yang hampir identik’, dan ternyata jika kita melihat data selanjutnya, penguasaan sektor kedua pembalap ini memang ternyata berbeda-beda sob. Silahkan dicek deh.

Sengaja TMCBlog kasih highlight merah dan oranye (jingga) di tangkapan layar dari data di atas. Laptime Bagnaia di sektor dua dan tiga TMCBlog kasih warna merah karena umumnya di sana Pecco unggul dari Marc, dan sebaliknya race pace Marc pada sektor satu dan empat; dua sektor di mana di kedua spot tersebut memiliki dua straight yang seharusnya jadi ‘makanan standarnya’ Ducati. Agak anomali bukan? Ini kembali memperkuat analisa bahwa Ducati Bagnaia tidak mengalahkan Marc mengandalkan senjata pamungkas mereka, Bagnaia menggunakan senjata lainnya yang mungkin untuk kasus Aragon ini sangat unik dan sepertinya hanya Bagnaia sebagai pembalap Ducati yang paling mampu mengekstrak dan memaksimalkannya yakni: Corner Speed ditambah konsistensi dari penjagaan teritorial racing line yang sangat luar biasa bagus.

 

Yap jika sobat sekalian lihat peta sirkuit di atas, sektor dua (warna kuning) dan sektor tiga (warna merah) memang penuh berisi dengan speed corner. Sobat sekalian, racing itu juga ilmu eksak. Racing line terbaik adalah jalur terbaik yang jika seseorang bisa menjaga berada di jalur tersebut dengan kecepatan yang paling tinggi, maka Ia sesungguhnya telah memegang kunci kemenangan dalam balapan. Sobat sekalian bisa simak, 7 kali Marc Marquez melakukan upaya untuk overtaking Pecco, dan ke tujuh tujuhnya ia lakukan bukan di racing line terbaik Aragon karena apa? Karena racing line terbaik sudah dipakai oleh Bagnaia di depannya. Racing line seseorang di depan kita yang sudah dikuasai dengan kecepatan tinggi tidak bisa kota okupasi begitu saja, kita hanya bisa meng-copynya dari belakang. Dan, mau nggak mau Marc harus melakukannya pakai line lain. Kebanyakan Marc melakukan dari sisi dalam tikungan. Adalah sesuatu yang eksak jika seseorang mengambil jalur lebih dalam dari racing line terbaik maka saat exit corner ia akan melebar dan sebaliknya jika masih dari bagian luar tikungan (akan kalah waktu di awal) maka akan bisa keluar tikungan di bagian sisi yang lebih dalam dari racing line terbaik.

Menurut kami Marc akan sukses melakukan upaya tersebut (overtaking dari sisi dalam racing line terbaik) jika lawannnya tidak memiliki corner speed yang terlalu bagus seperti yang Bagnaia lakukan. Namun karena ini Bagnaia, strategi Marc boleh dibilang gagal total. Namun begitu Marc dan Repsol Honda jadi makin percaya diri ke depan karena tahu bahwa di sirkuit berjenis CCW [counter clockwise / berlawanan arah jarum jam] begini, mereka punya sesuatu untuk diandalkan dengan durabilitas dan kekuatan yang juga sudah lebih ter-recovery pasca penyembuhan cedera tahun lalu. Next ada sirkuit CCW selanjutnya, yakni CoTA-Austin.

Namun begitu race Aragon menyisakan kekepoan mendalam mengenai kenapa bisa Pecco begitu bagus memanfaatkan karakter balap yang seharusnya dimiliki oleh motor-motor berkonfigurasi mesin inline 4? Jawabannya mungkin bukan karena soal Ducati mengubah sesuatu sehingga gaya inersia mesin V4 mereka mendekati gaya inersia dari mesin inline 4. Namun Bagnaia lah yang bisa menghadirkan hal tersebut. Kekuatan Bagnaia berasal dari caranya menghentikan Desmosedici GP21 dengan sangat cepat di tengah zona pengereman, Jadi dia dapat melepaskan rem dan mengandalkan kestabilan ban depan untuk membuat motornya stabil sebelum meluncur ke tikungan dengan kecepatan tinggi. FYI , Bagnaia ini termasuk pDucati dengan gaya responnya terhadap throttle paling halus dibandingkan dengan Miller, Zarco dan Martin.

Bagnaimana dengan juara ketiga, Joan Mir?

Jika dilihat dari grafik laptime miliknya, sebenarnya pasca lap ke 15 Joan sudah bisa menyamai race pace dari kedua pembalap di depannya. Namun sepertinya ia sudah kehilangan banyak momentum untuk mengejer Marc dan Pecco. Ia kehabisan waktu meladeni Aleix Espargaro yang juga tampil impresif di paruh kedua musim MotoGP 2021 ini. Lalu soal Quartararo? Kenapa ia tidak bisa tampil impresif di race Aragon dan hanya bisa mencoba mempertahankan posisi 8-9 bertempur bersama beberapa pembalap seperti Lecuona dan Nakagami? Fabio mengatakan bahwa penyebabnya selain kalah top speed adalah grip ban belakangnya yang menurun drastis semenjak awal dan kian menurun bersamaan dengan bertambahnya lap “Sejak awal balapan saya merasa bagian belakang saya tidak bekerja secara normal, jadi saya terus turun, turun, turun posisi. Dari lap pertama sepertinya ban belakang saya berbeda, dengan perasaan aneh dari lap pertama hingga akhir. Saya tidak memiliki performa untuk mneghentikan motor, performa grip, atau traksi ban.”

Yang jadi pertanyaan adalah kenapa grip ban belakang Fabio nggak maksimal. Fabio dan Yamaha tidak menjawabnya, namun TMCBlog punya satu diagnosa yang cukup jelas yakni karena temperatur trek. Secara umum selama hari Jumat sampai Sabtu, Fabio dan Yamaha tidak pernah menemukan situasi dimana suhu permukaan trek Aragon bisa mencapai 48º C. Jika ditilik dari dua sesi yang memiliki waktu serupa dengan saat race. FP2 44º C dan FP4 45º C. So, ya sekitar 4 sampai 3 º C yang bisa merubah karakter grip dari ban belakang soft Michelin yang dikombinasi dengan Yamaha M1.

Namun begitu lagi lagi Fabio mengatakan hal menarik di akhir penyataan; “Juga trek ini cukup ‘kacau’ bagi kami karena dari tikungan 15 ke tikungan 1 [back straight, T16 dan straight utama] kami kehilangan 0,3 atau 0,4 detik, yang harus saya pulihkan di tikungan yang sulit.” See? Lagi lagi, Fabio nggak mengatakan bahwa Yamaha M1 kalah top speed. Entah karena ia tidak mau membuat image seperti itu pada motor tunggangannya atau memang ia selalu mencoba menjaga ‘marwah’ dari Yamaha M1 ? After all, sesuatu yang sangat unik yang tidak pernah terjadi dalam setahun dua tahun belakangan diucapkan oleh pembalap Yamaha lainnya. Fabio memang ‘beda’!

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

128 COMMENTS

    • Ini seperti duel pecco dan olivera di moto2 pada saat itu(lupa sirkuit mana?), pecco memang jago ngerem dan racing line yg presisi meskipun motor geol2 waktu masuk tikungan. Lawan sepadan sebenarnya si binder sama olivera, sayang dia di kubu ktm. Sebenernya binder sama olivera klo pegang ducati pasti jadi title contender

      • di Redbull Ring 2018 itu, duel ketat banget, sampe akhir, Oliveira kalah karena emang Pecco dan Kalex lebih bagus saat masuk tikungan, sedangkan Sassis KTM dan Oliveira udah klop di saat cornering dan juga di tipikal tikungan long corner.

    • Wak,
      di lap terakhir kan marq melebar dan menginjak garis hijau dengan parah (bukan sekedar di pinggir 5-10cm lho), dan peraturannya lap terakhir kan yg nginjak garis hijau akan kena penalti.
      nah kemarin kok marq gak dapet pinalti ya ?
      atau kena pinalti tapi krn jarak mir lebih dari 3 detik jadi posisi podium tetap gak berubah kah ?

  1. strategi markes yg nyalip lawan sambil ngedorong lawan melebar (block pass kah..?? ) gagal terus
    padahal ane udah yakin banget tuh bakalan kesalip si bagiono, tapi gatot……kayaknya pecco udah tau jadinya selow aje die

  2. “Konsistensi dari penjagaan teritorial racing Line yang sangat Luar Biasa bagus”

    ini sih yg paling saya apresiasi pas race kmaren. superr

  3. Race kemarin pecco emg sempurna sih. Siapapun dibelakangnya pasti susah nyalip dia.
    Untungnya marc ga terlalu nekat atau maksa. Kalo ga kemungkinan besar mereka berdua bisa crash bareng hahaha

  4. Berarti logika anda salah.
    Kemampuan menurun karena apa? Karena cedera kan? Kalo gt artinya marc ga 100% sembuh.

    Dia msh cedera meskipun secara fisik atau tampak di mata, tulangnya udh nyambung, ototnya mulai pulih.

  5. Menurutku Marc tidak akan mungkin bisa lagi 100% seperti sebelum cidera.
    Cidera parah kemaren pasti membatasi fisiknya dan berdampak thd psikologinya.
    PR buat Marc adalah menemukan gaya balap baru yg sesuai ketertasannya sekarang. Motornya juga perlu perubahan utk megakomodasi hal tsb.

    • Motor gw liat udah kearah sana, HRC bukan Aprilia yg baru ganti sasis/mesin setelah dikatain motornya bukan motor MotoGP oleh pembalap barunya. HRC bisa bikin sasis tailor made dan sesuai komen gw yg dulu, bahwa HRC sedang berupaya bikinin motor sesuai skill Marquez yg skrg ato bahasa kontroversi bikinan gw ‘mengM1kan RC213V’. So Marquez emg udah tumpul ato bahasa alusnya skillnya udah beda dibanding sebelum patah lengan atas, kalo emg dia bisa balik ke papan atas ga lebih karena peran HRC dan kecepatan HRC dalam membangun sasis sesuai kebutuhan pembalap.

      • iya pembalap tercepat (hrc) setelah cidera parah dan lama gak ikut race, sampe² yang koar² paling gede dan ga absen race ketinggalan sekebon.. oh lupa kemaren ada yang bilang ini worst bike on the grid

  6. jangan lupa ducati motor yg memiliki akselerasi yang mungkin terbaik di grid wak, selain racing line yg ngga terganggu, begitu keluar tikungan saat disalip ya langsung wusss

    • Tikungan apa dulu nih?? Klo tikungan parabolik mengalir, ya M1 jagonya ekselerasi begitu keluar tikungan..tapi klo tikungan patah baru Ducati jagonya

  7. Marquez emg keliatan frustasi krn Bagnaya rapet banget jaga line, sampe dia ga sadar dia keluar tikungan sebenernya lebih kenceng dan terus nempel Bagnaya sampe ke tikungan selanjutnya,

    – ‘Saya mencoba PADA AWALNYA untuk mengikuti Pecco dan saya tahu sebelum memberikan SEGALANYA PADA SERANGAN TERAKHIR’ bahwa dia mengendarai motornya dengan sangat baik. Dia mengerem sangat lambat dan sanggup menghentikan motornya dengan baik. Juga pada sisi akselerasi dia sangat cepat’ –

    Yakin deh pasti ada yg bakal pelintir pernyataan Marquez yg ini, dia jelasin bahwa dia ngintil Bagnaya sebelum kerahkan semua potensi motornya disaat2 terakhir, sebelum Marquez kerahkan semua potensi motornya alias gampangnya sebelum tunjukin kecepatan asli RC213V dia liat Bagnaya punya akselerasi bagus, SEBELUM dia nyerang yak. Bahkan di sepanjang artikel jg dikabarin bahwa Ducati pun ternyata ga mutlak menang topspeed. So? Komen gw di artikel hasil race gimana? Bener lagi kan? Silahkan kalo masih mau bantah boleh copasin komen gw yg itu kemari, ntar gw jelasin cara memahami komen gw.

    RC213V worst bike? Sayangnya hasil race kemaren ditambah data yg disusun wakaji ga nunjukin itu sama sekali. So? Nilai sendiri yak wkwkwwk

    • Tetep kang, yg bisa mengendarai Duketek layaknya celeng asli ya Stoner. Gak perlu itu namanya corner speed sehalus sutra. Cukup pake Bridstun. Powerslide terosss sepanjang balap.

      • Menurut gw jg style Bagnaya cuma bisa di aplikasikan di beberapa trek, dia agak mirip Dovi bedanya Dovi manfaatin kelebihan Ducati di trek lurus, Pecco di cornering. Belon ada yg bisa sekencang Stoner diatas Ducati entah itu motor posisi nungging ato posisi rebahan. Bahkan Lorenzo aja kalo diperhatiin malah lebih niru cara Dovi waktu di Ducati. Mungkin kalo Ducati kasih dia kesempatan di musim ketiga gw yakin cerita bakal lain dan rekor pencapaian Stoner kemungkinan akan disamain Lorenzo.

        • Lord Hohe di musim ketiga di Duketek menurut ane malah bakal bencana. Sejak cedera parah pasca Thailand ntuh Hohe bener2 “menghaluskan dan mempresisikan” gaya balap dia. Di Magny Cours semusim berikutnya pas kontrak ama HaReCe tuh keliatan kok Hohe mengadaptasi cara Pedrosa menghandle RCV.

    • iya..iya mantap analisanya bung xixixi
      top dah…pokoknya number one dimari xixixi

      termasuk analisa situ bahwa akselerasi RCV si Marc “lebih bagus”
      walo Peco sendiri ngomong bahwa dia menang Exit Corner sementara Marc menang Entry Corner
      wkwkwk

      Iya..iya deh RCV saat ini bukan worst bike, tapi sayangnya jumlah crash oleh rider2nya banyak bener. Saking bagusnya yg podium baru Marc doang di 2 trek counter clockwise “makanan”nya si Marc, 3 rider sisanya jadi pada frustasi karena jarang bgt finish 6 besar, kalah ama rider cacat bahu.

      kira2 motor pabrikan mana yg menurut situ yg worst musim ini…sejauh ini ?? (dgn mengabaikan kemungkinan development di sisa2 musim ini)
      awas…jangan kyk kemarin situ sensi baru gue nyebut2 katemi SEOLAH-OLAH under perform karena gue make patokan si Oliveira (yg terkesan “menghilang dr peredaran” setelah paruh musim)

    • di kejuaraan ini kan ada klasifikasi tertentu, misalnya ada Klasifikasi Konstruktor, team, dan juga independent team. Minimalnya dari angka-angka di tabel bisa menggambarkan kondisi suatu pabrikan, maupun kondisi team.

      Untuk independent team, berhubung S dan April gak punya jadi sulit untuk jadikan patokan.

      Paling mendekati gambaran umum adalah constructor dan team.

      Faktane sejauh ini merk H memang papan bawah untuk klasifikasi konstruktor, begitu pula klasifikasi team nya papan bawah juga. Konsisten menemani April yang masih team anak bawang.

    • karena mereka liatnya marc mostly di belakang pecco terus, padahal lagi dianalisa mo disalip dimana (mungkin otak mereka isinya cuman asal salip, lupa kali mereka klo marc jago strategi & team work).. dan mereka ga perhatiin beberapa lap attacking modenya ketika tu rcv bisa sebelahan sama pecco.

    • hehe canda gan
      btw….bahkan barusan di FP3 Misano, duo komentator BTsport2 pun memiliki pemikiran yg sama ama opini gue yg amatir ini.
      bahkan kemungkinan RC213V adalah motor terburuk (untuk musim ini) diantara semua pabrikan yg ada!!!
      silakan di cek sendiri komentar mereka saat sisa waktu Free practice 3 antara sisa menit 24 hingga sisa menit 23 (itu pun klo ada yg ngerekam)

  8. Analisanya seperti belum selesai wak. hanya sebatas membahas faktor rider mas bagong, padahal menurut saya sepertinya bukan bagong saja yang bisa meng M1kan desmo, kemarin Hohe Martin di austria juga bisa seperti itu, dimana speed menikung dari desmo sepertinya memang sudah lebih baik lagi, terutama akselerasi keluar tikungannya seperti melesat apalagi ditambah perangkat holeshot atau ride high adjuster

  9. Thn 2018 honda kalah telak dgn top speed ducati
    2019 honda perbaiki mslh top speed tp ducati lbh maju perbaiki akselerasi lbh baik
    2020-2021 honda stagnan tp ducati dh berkembang sana sini
    Fix 2022 honda harus ga cuma berkembang tp jg harus berevolusi 2-3 langkah k dpn dr pd kompetitornya

  10. Padahal kalo diterjemahkan ya kalah top speed juga itu. Mengingat sektor terakhir begitu flowing dan sangat cocok untuk i4.
    Bijak sekali anak muda ini.

  11. Dari awal mang engkes gak “menggoda” pak eko, dalam rangka ngabisin ban blakang pak eko. Misal cucuk2an dulu ampe pak eko bikin ksalahan. Mang engkes sih..!! trlalu sibuk nganalisa pak eko… Jadinya pak eko gak keabisan ban ampe pinis.
    Btw..
    Pak eko emang cakep bgt jaga racingline, bukaan trotelny, n tuh motor setinganya sempurna mau dibawa nikung mau latebraking mau drag di backstraight beuh sempurna…!!!

  12. Gw lupa ducati atau KTM ya?
    yg katanya kalo ada di belakang mereka, itu bisa mengganggu down force motor dibelakangnya, karena semacam “dirusak” dulu angin yg akan keluar dari motornya

    • Marc sudah mulai kembali, motornya juga dah ok “ditangan dia”..jadi gak usah d debatkan lagi…Marc sudah bagus banget kmrn, dan kebetulan memang tantangannya adalah jagoan2 muda yg lebih Milenial, cerdas, dan berani dengan tunggangannya yg sangat seimbang
      Tapi Marc sudah ok, tinggal gas poll terus sesuai jalurnya

      #semoga Joan mir juara seri musim ini, jagoan ane#

  13. gaya pecco sangat beda dngan dovi,,saya prhatikan cara pecco pakai ducati pantatnya pecco sperti menari nari di atas jok ducati swaktu lgi menukar arah tikungan.

    • Yang jelas jagoan lu juga udah abis masa emasnya. Kalo soal alien, ya semua pembalap motogp ga ada alien, Markus aje bisa patah tulang kok. Membuktikan mereka semua juga manusia biasa bukan alien apalagi gatotkaca. Kalo merujuk ke performa, kayanya terlalu maksa utk tidak mengakui skill Quartararo taon ini. Berandai-andai masa depan sih, silahkan aja toh saat ini ga bakal ada pembuktiannya krn belon terjadi.

      • wk wkwk premature sekali, disaat kemarin itu was a perfect day for bagnaia,, sama kyk kondisi dovi dulu berkali kali mengalahkan marc. hanya marc yg katanya sudah habis masa emasnya yg make motor yg dikembangkan during race, yg tangannya masih bisa diperdebatkan sudah sembuh atau belum.
        bisa nempel peco secara konstan lebih dari 5 lap dan ngasih tekanan seperti kemarin kemarin..

        • Menurut gw yg prematur adalah memprediksi suatu hal dalam 5 taon cuma karena dalam hati ga suka pembalapnya (gw udah ngamatin nick Waluyo, doi sangat nampak epbeem garis keras), ketimbang yg komentar berdasarkan fakta yg udah nampak.

        • Cidera yg mengharuskan absen semusim penuh, kembali pun jadi kaya rookie. Itu udah bukti nyata cidera Marquez bukan cidera biasa dan cewt utk disembuhkan. Sembuh sekalipun, mungkin bakal sembuh di usia dimana kebanyakan pembalap mulai mikir pensiun. Coba sebutin nama 1 aja pembalap yg udah absen selama Marquez kemudian waktu comeback kembali seperti dulu lagi, ada? Rossi sekalipun semakin menurun, cuma karena rivalnya kuat aja jadi terkesan seolah penurunan skill Rossi setelah parah kaki ga terjadi.

      • Allien kan cuma istilah aja kepada rider yg plg sering menang dan bertarung

        wak haji juga menyematkan istilah itu kepada 5 org rider : MM, VR, DP, JL, CS.

        karena ke 5 rider itu yg sering menang dan bertarung ketat dan sdh jurdun lebih dari 1 kali kecuali DP.

      • Never say never mas…. kalo jagoan yang menurut sampeyan sudah habis masa emasnya adalah Mamakes. Kebetulan sekali paduka Hohe justru malah berpikir sebaliknya. Pasca cedera dan comeback memang butuh waktu, tapi JL99 sendiri yakin Marc akan kembali menang dan dapat bertarung untuk kejuaraan lagi. Saya pribadi sih berharap Marc belum usai, karena kemaren ‘duet’ dengan pecco bisa bikin deg-deg-ser… Saya pribadi suka keseruan semacem itu. Ya mirip-mirip ama kesengitan persaingan dia ama Dovi di 2017

        Tapi ya kalo jagoan yg sampeyan maksud adalah Rossi, ya wis betul memang. Sebagai pembalap, gak dipungkiri lagi sudah habis masanya, itupun lebih karena usia, bukan karena cedera. Th 2015-2016 mungkin masih bertaji. Tapi 2017-present semakin menurun.

        • @asdasd Wkwkwk bener juga alien di Roswell aja jatuh modyar,terus diotopsi sama pihak Amerika dan akhirnya dibangunlah Area 51

  14. Jelas peco masih muda dan haus kemenangan pertama. Apalgi gurunya kasi semngat luar biasa sebelum race. Nah menarik soal dovi…v4 emang susah diajak corner speed,apakah dovi akan berjaya kalau pakai yamaha? Hem..menarik neh. Morbidelli..lama istirahat apakah klik mendampingi fabio biar aman dr serangan bagnaiya dan mir?

  15. Setelah saya amati dari tahun kemarin,,gak heran pak topik jadi komentator motoGP Trans7 (qualifiying)..coba pembawaannya di permanis dikit GK berkesan kaku pak,,pasti pak Joni lono bisa digeser pak topik.kayak Fabio geser Rossi…wkwkwk

    • Emang lebih enak kalo presenter racenya juga wak haji sekalian. Dari wawasan dan update perihal motogp lebih luas wak haji. Secara pembawaan juga enak wak haji, kalo yg itu tuh sering nyerobot narasinya mbak lucy, jadinya malah ga jelas pada ngomong apa, dan pas giliran dikasih ngomong sering belibet sendiri. Bukannya jelekin, tp kalo saya vote wak haji.

  16. hha.. kemampuan turun atau naik jgn di judge dari balapan kmren doang..
    dulu waktu sebelum cidera juga beberapa kali kalah dari dovi, mirip kyk balapan kemaren, tapi masih bisa juara..
    biasa aja kali kalah dari ducati mah, emang akselerasinya juga biadab (bukan top speed ya)

  17. setelah di kunyah kunyah dari hasil balapan di motorland kemaren, kesimpulannya adalah levelnya Marc udah kembali, cuma lawannya sekarang makin cepat?

  18. top speed engga lah, yg penting itu akselerasi, dislipstream sampai ga bisa aeronya ducati jg bikin susah dislipstream, coba gundulan kaya dulu, jadi celeng semua itu ducati kecuali yg bawa casey

  19. walo dibilang gak bisa 100% lg, udah tumpul blah blah, it’s ok karena semua memang ada masanya masing2.. tp fighting spirit Marquez masih ada, bahkan sampe kesempatan terakhir masih dicoba walo gak berhasil jg.. memang khusus untuk Bagnaia kemaren adalah salah satu penampilan terbaiknya, sempurna.. yg jelas kemaren mereka berhasil menyajikan tontonan motogp yg menarik, dan pemenang cuma ada 1, yg lainnya runner up.. respect buat keduanya..

    • Emang yg mempermasalahkan kalo udah tumpul jg siapa, mungkin ada tapi gw cari2 di artikel ini kebanyakan komentator ga mempermasalahkan. Lagipula kalo udah tumpul artinya ga setajam dulu lagi, bukan kemudian artinya jadi sekelas Aleix Espargaro skillnya. Marquez pasti masih bisa menang lagi, tapi ga akan sehebat dan sedominan dulu, knp? Ya karena udah ga setajam dulu (udah tumpul).

      Rider yg udah tumpul ga cuma Marquez, Lorenzo sampe jadi kaya Tomas Luthi di Repsol, Rossi sampe jadi ayam sayur di Ducati, balik Yamaha pun ga setajam sebelum patah kaki di Mugello, Aoyama tadinya papan atas jadi sedikit diatas Abraham, Rabat tadinya menjanjikan setelah dapet cidera parah jadi tukang sunmori. Skill bagus emg anugrah, tapi bukan berarti kita ga boleh mengakui fakta bahwa skill seorang pembalap udah menurun, ga tajam, ato bahasa kontroversialnya udah tumpul.

      • Pisau kalu sudah tumpul cuma 1 yg dilakukan, dibuang atau diasah lagi.

        Kalu MM sih sepertinya bukan tumpul, tapi sdh tidak setajam dulu, butuh ekstra tenaga utk memotong lawan yg kuat

        Kalu lawan kls menengah sih sanggup motong MM.

        Kalu tumpul dari artian kaya VR sih ngak sepertinya, wong cuma MM yg bisa ladeni peco kemaren dgn motor celeng.

        Kalu VR dah tumpul karena dah berkarat.

      • Kalo tumpul artinya tidak tajam bukan tidak setajam yg dulu
        Kalo tidak setajam yg dulu artinya tetap tajam tapu tudak tumpul
        Tumpul n tajam itu hanya hitam dan putih tidak ada area abu2

  20. agak penasaran sih..seandaikata,jika,andai (bani andai mode on :v ) tidak ada inovasi winglet serta ecu tidak diseragamkan dan Honda masih ttp pake ecu “ASIMO” akankah hasilnya seperti ini????

  21. 93 ngga kalah top speed tp itu dilakukan dg terpaksa agar tetap mepet sama 63 di mulut tikungan dan seakan2 93 menang entry padahal itu ‘False Entry’. Sementara 63, ngapain ngotot ngeluarin top speed yg bisa berakibat fatal, dg kecepatan segitu aja 93 uda melebar terus pas exit. 63 jelas menang telak di exit corner. 93 entry dg rem sekuat tenaga, sementara 63 entry dg sedikit rem dan persiapan betot gas sekuat tenaga.

    “93 habis”, kayaknya belum. Rider yg benar2 kuat dan konsisten belum ada. 1/4, ketika ada problem, mundurnya jauh amat. Dulu 04 menang fight dg 93 sampai dibuat video oleh motogp dg 04 menang 4x dan 93 menang 1x. Tp semua yg 93 kalah, itu sirkuit ‘teritorial’ ducati. Coba lihat di cota atau jerman, 04 ada dimana? 1cm pun 04 ngga bisa sentuh 93. Dan tahun ini, di jerman, apa ada rider2 ‘muda’, ‘milenial’, ‘kuat’ dll yg bisa fight dg 93 mati2an sampai last corner? Faktanya ngga ada 1 pun. Masa problem semua kecuali 93?

    93 kemungkinan besar tidak akan ‘sekuat’ dulu lg. Tp tetap bisa memperlihatkan bekas2nya. Lihat tahun ini, pas 1/4 menang, ngga ada rider2 muda yg ngerecoki, begitu pun sebaliknya. Ngga ada ‘Determinasi Dominan’ yg diperlihatkan. Di sini menang, di sana masuk 5 besar aja ngga mampu. Di sini bisa fight, di sana sekedar ‘bertahan hidup’.

    Salam,

    93 Lover
    (Tp ngga love2 amat ? dan Sedang lirik2 calon idola baru tp belum ada memperlihatkan ‘Determinasi Dominan’)

  22. Tolong nick ini diberangus pak. Sampah betul komennya.

    Entah emg die hard fannya marc atau mmg sengaja komen gini biar makin menjamur haternya marc

  23. Itu kalimat halus yg artinya FQ20 nggak bisa dapat pace di sirkuit ini entah apa sebabnya. Mungkin karena motor, ban, ECU, atau sebab lain. Kalau MV bilangnya ya terus terang “I don’t know.”

  24. Jadi kesimpulannya,

    MM yg sdh dianggap sdh tumpul kemaren berhasil membuat tontonan menjadi menarik lagi,

    karena usaha nya mengasah lagi dan mempunyai sisi lain yg msh tajam utk memotong ,itulah yg membuat menarik.

    Dibanding pisau lain yg msh setajam silet tapi kemaren tdk mampu memotong,

  25. Udah ente jawab sendiri kan
    “fabio MENCOBA mencabut dikotomi trek”
    Setelah dicoba ternyata gagal sehingga
    “fabio sedikit mengakui bahwa memang ada habibat yg ga sesuai”
    Ok bre… wkwkwkwk

    Btw seinget gw artikel yg ente sebut itu adalah opini empunya blog deh bukan pernyataan fabio
    -cmiiw

    • Fabio once said : “Honestly, now I don’t think about Yamaha or Honda tracks. “

      Jadi benar adanya kalo Fabio pada awal musimnya di MotoGP mempunyai mentalitas yang positif, dengan cara menyingkirkan preliminary mindset yang buruk.

  26. Marquez belum tumpul tapi udah mulai muncul rasa takut. Sama kek lorenzo, setelah retak tulang belakang dia mulai takut. Marquez yang dulu ga bakalan nunggu final lap buat overtake. Dia bakalan overtake secepatnya trus ngasi jarak sejauhnya.

  27. Fabio mengatakan bahwa penyebabnya selain kalah top speed adalah grip ban belakangnya yang menurun drastis semenjak awal dan kian menurun bersamaan dengan bertambahnya lap

    Yang ini gimana wak kalau bukan fabio? Apa analisa aja?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

TERBARU

KONTEN PILIHAN

MOTOGP