TMCBLOG.com – Dalam semua podcast yang TMCBlog coba bagikan baik itu mungkin di teh Lucy Wiryono maupun pada official Trans7 selalu memang TMCBlog menyoroti mengenai perubahan karakter persaingan yang terjadi di MotoGP saat ini. Maksudnya persaingannya tidak seperti masa Grand Prix 500 atau MotoGP zaman dahulu dimana pada saat itu trek/sirkuit sudah seperti lapangan Kurusetra tempat tanding Pandawa vs Kurawa. Menonton MotoGP dulu seperti melihat sebuah pertunjukan perang antara protagonis yang banyak dielukan oleh fans dengan kompetitornya yang dengan tanpa mengurangi hormat, untuk mudahnya TMCBlog sebut sebagai tokoh-tokoh antagonis. Biasanya protagonisnya hanya 1 atau paling tidak dua sampai tiga saja sementara kompetitornya banyak.
Persaingan di trek dan di luar trek terjadi sangat panas saat itu. Oleh karena itu jangan heran jika melihat Valentino Rossi terlihat menolak jabat tangan Marc Marquez, atau beraninya Casey Stoner mengatakan “ambisimu melebihi talentamu!” kepada pembalap dengan back-up fans kuning stabilo terbesar sedunia, Valentino Rossi. Atau kejadian kejadian lainnya. Di trek, sepertinya tak ada pembalap yang benar-benar berteman kala itu, mereka masing-masing adalah kompetitor terhadap yang lain. Saat ini?
Entah ini terjadi ini adalah ‘by design’ atau memang terjadi secara natural, namun semua umumnya seperti “anak anak baik di trek”, “semua berteman” . . Sementara dalam menonton sebuah pertandingan kompetisi, penonton atau fans itu butuh melihat satu orang yang ia jagokan. Sementara dengan perkembangan mesin MotoGP yang dikarenakan regulasi teknis semua terlihat merata membuat fans bingung mau memegang siapa yang ia jagokan di trek untuk bisa membawa rasa emosional ketika menonton balapan baik di trek langsung maupun di layar TV. Diperparah lagi dengan kondisi ‘pertemanan’ ini.
Jadi yaaa mungkin penonton sekarang tidak membawa emosi mereka lagi ketika menonton, ingin melihat keseruan balapan doang tanpa menyisakan bekas impresi mendalam yang mungkin bisa diingat puluhan tahun berikutnya pasca melihat balapan seperti misalnya kejadian tikungan Crokscrew Laguna Seca antara Stoner – Rossi atau Rossi – Marquez di tempat yang sama yang tentu banyak diingat fans tulen MotoGP sampai kapanpun juga.
Kirain perasaan ini cuma TMCBlog doang yang ngerasain, namun ternyata setali tiga uang dengan apa yang legenda MotoGP Jorge Lorenzo rasakan. Ketika ditanya soal efek pasca pensiunnya Valentino Rossi, dan pembalap lainnya seperti dia (Lorenzo), Casey Stoner, Dani Pedrosa, dan Max Biaggi, ditambah absennnya Marc Marquez, kancah MotoGP tampaknya kurang memiliki kepribadian yang kuat. Lorenzo menjawab kepada Cycleworld
“Saya setuju. Saat ini semua pembalap tampak berteman. Quartararo tidak berbicara dengan Bagnaia seperti saya berbicara dengan Rossi. Pecco tidak berbicara dengan Jorge Martín seperti Rossi berbicara dengan Stoner. Saat ini, mereka semua memiliki hubungan yang baik.”
Ketika ditanya apakah menurutnya persahabatan antara pembalap saat ini nyata adanya, Lorenzo menjawab ; “Saya pikir bisa, karena Instagram dan (kecederungan) mengejar lebih banyak LIKE. Di satu sisi itu bagus untuk olahraga.”
“Saya sangat menghormati setiap pembalap, tetapi pertempuran yang kejam selalu membuat para penggemar bersemangat. Saya memikirkan tatapan tajam yang diberikan Gibernau kepada Valentino di Jerez 2015, pertarungan antara Rossi dan Stoner atau Rossi dan Biaggi. Rivalitas itu ada di udara. Sama halnya di Formula One, di mana persaingan Lewis Hamilton versus Max Verstappen atau Verstappen versus Leclerc terlihat nyata. Anda bisa melihat semuanya di depan kamera.”
Sedikit flashback, Lorenzo ditanya mengenai kasus dinding pembatas pembalap Yamaha factory di masanya yang memisahkan dirinya dan Rossi dan Lorenzo pun bersedia menjawab mengenai seberapa sulit menjadi rekan setim Valentino Rossi. “Itu sulit. Tanpa kepribadian saya yang kuat, mungkin saya akan dipukuli secara psikologis karena Valentino memiliki semua perhatian.”
“Semua orang mencintainya, dan ini membuat anda merasa sangat kecil. Tapi saya bertekad, dan begitu saya menurunkan visor, satu-satunya target saya adalah membuka throttle dan menang. Mengalahkan Rossi dengan motor yang sama memberi saya banyak kepuasan dan popularitas.”
Kasus 2015, Marc Marquez Bukan Temannya
Pada penjelasannya ke CW, Lorenzo sekali lagi mencoba menjelaskan versi dirinya mengenai Sepang clash 2015. “Tahun itu saya akan dengan mudah memenangkan gelar karena saya yang tercepat, tetapi pada hari balapan sesuatu selalu terjadi. Seperti masalah dengan visor, hujan pada hari Ahad setelah akhir pekan yang kuat di Silverstone kering. Jadi terlepas dari kecepatannya, itu menjadi musim yang sulit.”
“Banyak faktor yang terlibat, tetapi untuk kisah Rossi-Márquez, GP Argentina sangat penting. Valentino bertanggung jawab atas kecelakaan Márquez, tetapi dia tidak meminta maaf setelah balapan. Marc tidak menyukainya. Saya pikir alasan Rossi akan mengubah keadaan. Márquez tidak benar-benar ingin saya memenangkan gelar; kami tidak berteman.” – Taufik of BuitenZorg | @tmcblog
Kuncinya ada di argentina 2015
tetep SAE motogp jaman rossi vs markes….
Marc hanya ingin Vale tidak jurdun di 2015. Makanya marc “bantuin” lawan terdekat rossi saat itu yaitu Hohe..
terima kasih om hohe
Rossi vs Gibernau Jerez 2005 emang ikonik, keliatan bgt Gibernau gak terima kalah dgn cara dipotong seperti itu..
Rossi vs Gibernau
Marquez vs Lorenzo
Rossi vs Stoner
Rossi vs Marquez
Joss selalu terngiang-ngiang
Paati banyak yang maido paragraf terakhir
‘Maido’ adalah istilah bahasa Jawa yang kurang lebih artinya meragukan (sesuatu)
Lebih cocoknya mbantah
Maido bukannya mencela wak
Pasti banyak yang maido paragraf terakhir
Ya jelas tampak Berteman, yg bad boy pada disingkirin. Iannone tau sendiri, Redding udh jelas punya karakter dan perwakilan Inggris, dibiarin pergi, Petrucci yg lumayan punya bumbu krn sama kaya Iannone, dimusuhin ama Aleix jg sama udh ga di motogp. Skrg yg tersisa pembalap baik doang, Espargaro yg pongah jg musuh adu bac#tnya udh pada pergi dari motogp, Lorenzo, Iannone, Petrucci, Redding, sapa lagi yak, masih byk sig cuma gua lupa.
Marc jg. Tapi di lintasan.
Aleix koar2 terus ttg srudak sruduknya marc di lintasan, tapi ga pernah digubris.
karna di lintasan ya itu lah arena pertarungan
bukan microp… eh
Rossi ama Lorenzo aja ditanggapin B aja ama Marquez, padahal 2 alien itu. Apalagi Espargaro wkwkwk motogp skrg kaya balapan bagi rider kelas 2. Para alien pensiun diwaktu hampir bersamaan, skrg bocah2 motogp umurnya hampir sama, skill hampir sama, yaudah karakternya hampir sama. Dulu kan ada gengsi senioritas ama junior yg pgn nunjukin kualitas diri, itu yg memanaskan situasi balapan jg
iya juga ya, dulu keliatan banget senior ama juniornya, sekarang hampr sama
ane rasa mir saat ini yg masih lumayan frontal kalo ada konflik2,cuman beberapa hari udah terlupakan
kayak yg congor helmnya ditarik Miller ato saling balas senggolan dgn Miller tapi abis itu move on karena sering latihan bareng
Mir, Oliveira, Espargaro itu pembalap temperamen sejak kelas kecil. Tapi skill mereka sekedar papan tengah gabisa dijadiin bumbu drama. Motogp klo masih mau nerusin cara promo usang ala Dorna yg harus ada antagonis ama protagonis, maka butuh yg papan atas sekaligus bad boy, sayangnya kaga ada.
Gimana kagak berteman
Wong spek motor aja udah kayak spek OMR alun-alun
Beda cuma emblem merek
Lupa kalau faktor motor juga ada andil bikin kompetisi memanas
Bahkan di jaman Stoner sampe bikin perang ban seolah kyk perang harga diri pabrikan
Almarhum Simoncelli vs Pedrosa
Almarhum Simoncelli vs Hohe
Mendiang
Nah itu maksudnya
Kembalikan ECU inhouse, hapus winglet. Bakal seru balapannya.
Ducati bakalan paling lemot lagi kalo pake ECU INHOUSE
Ya kalau dibuat tensi si tokoh besar vs si tokoh kecil, iya keren buat yg nonton
tapi buat si kecil ya kasian lha di luar lintasan waktunya hidup normal masih aja kena getahnya. Menurut saya lebih solutif ya battle nama brand. Supplier ban dibuat jadi 2 itu harusnya udah battle gengsi nya gede bener, atau seperti ala ala di sini, diadain apparel championship
Jadi dramanya tetap ada, tapi bukan menumbalkan individu. Bahkan mungkin efek emosionalnya sampe ke penjualan, apa ga seneng itu brand di pasar consumer
Argentina, kan motogp tidak pakai spion
Sengaja Trick Rossi itu.
Tapi dia tau marc ada disitu, keren kan vale…pada akhirnya selesai sudah kisah vale sejak saat itu
Emang kuat bgt mental Hohe, kalo bagnaia ada di posisi hohe apa gk kena tuh mentalnya
Sirkuit adalah tempat pertarungan untuk membuktikan siapa yang terbaik
Loh bukannya berteman itu baik dan menambah pahala? Apakah MotoGP butuh drama seperti sinetron?
Motogp gak butuh pahala, butuhnya piala…
Ya kl dlu pdhal dah tau siapa yg bakal menang.. apalagi era emas alien masing² cm puas liat jagoan nyalip atau spt maining peserta yg lain.. selain krn skil mmg dia jd pede motornya jelas lbih hebat dr yg lain…🤣 dan kl ada satelit podium tu spt wow bget..
Intinya motogp butuh pembalap dgn karakter haus kemenangan macam VR46 dan MM93, mencoba untuk menang atau gak bisa tidur.
Meski dibilang sradak sruduk tp pembalap ngeyel untuk menang macam MM93 emang menghibur… Dan dibutuhkan motogp.
Apa perlu motogp dibikin kayak pasar senggol jaman Ahmad Jayadi, Asep Hendro, Rafid Poppy, Hendriansyah ?
ayo mau pilih pemenang ganti2 tiap seri atau yang menang itu2 aja?
—-
really miss the 4 aliens show (and baby alien show)
antagonis itu sebenarnya sudah ada dalam diri aleix espargaro, lihat waktu dia sering clash saat kualifikasi atau race.
cuma media ko ga eksos terus, dan juga karena ketenaran aleix ga bisa menyundul ke atas.
Pembalap pembalap sekarang kebanyakan diisi anak anak academy, otomatis mereka punya relasi, dari sini mereka berhubungan baik dan diikuti beberapa pembalap medioker non academy biar main aman, mungkin begitu
Kalau bermusuhan nanti keluar lg petuah steward: yg bermusuhan long lap penalty
Sekarang yg seru hanya di klasemen poin, dulu serunya di lintasan. Karena juara dunianya sudah ketahuan sejak pertengahan musim.