Thursday, 14 November 2024

Cal Crutchlow : Aerodinamika Yamaha M1 Harus Dikurangi !

TMCBLOG.com – Cal Crutchlow kembali bicara blak-blakan mencoba mengumbar apa yang ia bisa suarakan mengenai pengembangan paket motor Yamaha M1 saat ini dan ke depannya. Setelah berbeda keinginan dalam hal performa power dari mesin inline-4 dengan Quartararo, kali ini Cal berpendapat soal Yamaha M1 dengan paket aerodinamikanya selama ini.

“Kami tidak berkembang sebagaimana mestinya saat ini. Namun saya berharap hal ini akan berubah. Seperti yang Anda ketahui, kami sedang menguji mesin baru dan saya yakin arah mesin ini sudah tepat – tetapi belum merupakan langkah yang kami perlukan. Tapi arahnya lebih baik,” begitu kata Cal memulai penjelasannya.

“Masalahnya adalah terlalu banyak fokus pada aerodinamika,” lanjut Cal “Saya menyelesaikan tiga tes tahun ini yang berfokus pada aerodinamika. Namun ada area lain yang perlu kami tingkatkan sebelum membahas masalah aerodinamika.”

“Sejujurnya saya fikir saya bisa melakukan lap lebih cepat di Motegi dengan fairing normal tanpa semua winglet aerodinamika dibandingkan dengan banyak fairing aerodinamika. Karena pada akhirnya, semua orang mencoba meniru jalur dalam hal downforce dan sebagainya. Namun waktu putaran dalam balapan delapan tahun lalu tanpa aerodinamis lebih cepat dibandingkan dengan yang kami kendarai sekarang.”

“Ada tiga bidang inti yang harus kami kerjakan. Hal terbesarnya adalah mesin, lalu elektronik dan aerodinamikanya harus dikurangi. Aerodinamika berada di urutan bawah dalam daftar prioritas saya. Pasalnya sepeda motor ini bekerja ketika sayapnya masih kecil, tanpa berusaha mengikuti jejak pabrikan lain. Motor ini berbeda dari yang lain dan saya pikir perlu mengambil langkah mundur dalam hal aerodinamika.”

“Ya, kita harus membuat mesin yang lebih cepat, tapi yang pasti kita harus membuat mesin yang lebih halus dan lembut. Saya juga mengatakan tentang mesin tahun ini bahwa menurut saya tidak tepat untuk menggunakannya. Fabio dan Franco memilih mesin ini, tapi sekarang kami punya masalah karena mesinnya sangat agresif dan kami tidak bisa menghasilkan grip. Jika kami berkonsentrasi di area ini, kami akan berakselerasi lebih baik dan lebih cepat di ujung straight.”

“Komentar kami sama, tapi saya adalah test driver sementara mereka menjadi pembalap. Anda ingin secepat mungkin. Saya, di sisi lain, ingin meningkatkan motornya agar bisa secepat mungkin. Mereka menginginkan sesuatu sekarang. Tentu saja saya juga menginginkan hal itu sekarang, tapi saya tahu ini adalah proses yang harus kami lalui. Tapi saya yakin Fabio dan Alex [Rins] diharapkan akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik di awal tahun depan.”

Secara hukum kerjanya, sayap-sayap rekayasa aerodinamika pada motor MotoGP memang membutuhkan dorongan (thrust force) yang besar dan ini pasti bersumber dari mesin, begitu pula prinsip kerja pesawat udara bisa terangkat naik dari permukaan bumi dan cruising di udara. Sedangkan selama ini Yamaha M1 bukanlah paket motor yang memiliki kekuatan pada mesinnya, karenanya tren motor dengan perangkat aerodinamika berhasil pada Ducati dan juga KTM selain dari faktor riset pengembangan aero-fairing mereka yang matang. – @tmcblog

36 COMMENTS

  1. Mungkin yg diperlukan,parit venturi effect fairing kayak RSGP
    Siapa tahu keunggulan cornering speednya bisa didapat lagi

  2. Mesin V4 pabrikan eropa dari segi power emang terlalu beringas, akhirnya di redam dengan aerodinamika & ecu pirrelli. Sedangkan Mesin inline 4 jepang, powernya tidak seberingas V4 eropa, tapi malah di redam dengan aerodinamika & ecu pirelli. Ya hasilnya begitu.

  3. Mestinya yamama sebagai satu2nya yang pake inline 4, bisa menemukan resepnya sendiri.

    Ducita dari dulu kuat di lurusan. Payah di tikungan (kecuali stoner jokinya). Begitu mereka nemuin resep nikung (winglet dkk) jadinya kayak sekarang.

    Yamama dulu kuat di tikungan, letoy dilurusan. Liat ducita ngacir pake winglet, ikut2an. Hasilnya? Nikungnya sama aja, lurusan tetep letoy 😂

  4. Yamaha beruntung punya Test rider cal Crutchlow yang berpendapat sangat dalam hingga ke inti permasalahannya.

    Namun semuanya akan berakhir di keputusan Pebalap YFR (quartataro, Rins) memilih paket M1 yang mana, walaupun Test rider sudah memberikan gambaran plus minus paket tersedia

  5. Padahal selama ini pabrikan yamama kekeuh maunya fokus sama kekuatan M1 yaitu speed corner. Tapi ace ridernya ngotot minta mesin lebih powerfull dan akhirnya diturutin. Tapi lihat M1 sekarang, makin ngaco dari karakter aslinya.

  6. Kasus M1 ini sebenarnya sederhana menurut saya, mesin versi 2019 dgn tambahan 500-1000rpm sudah bisa membuat bersaing di barisan depan. Tp tidak mudah juga memberikan tambahan rpm tersebut jika mesin saat ini sudah di rpm limit.

  7. mencoba idealis dgn ga mengikuti pabrikan lain dan mengurangi sayap. Terlihat seperti menolak arah tren pengembangan sekarang. Terakhir repsol hoonda ngomong begini langsung dicaci tapi karna ini yamahha harus diaminin dong 😃

    • Ya karena Yamaha basic mesinnya bukan V4 dan secara naluri Inline udah gacor di tikungan, tinggal maksimalin aja ditikungan dan Akselerasi dan jangan ngejar Topspeed, toh di 2021 pun udah kelihatan kok meski di Qatar Topspeed ducati emang kenceng, tapi banyak lap2 dimana Ducati cuma di rentang topspeed 335-340 kph. Cuma sesekali aja di rentang 350kph.

  8. Pendapat saya mungkin yamaha kan kata Cal perlu fokus di grip belakang, sedangkan aero sekarang fokus di depan karena itu cara mesin v4 merekayasa karakter mesin mereka agar bisa jabanin Yamaha in the past di tikungan

    Bisa jadi :
    – yamaha perlu mengurangi aero yg terlalu masif di bagian depan, jangan terlalu besar
    Karena Yamaha udah bagus di area itu dg front wing standar
    – mungkin yamaha perlu explore aero untuk bagian belakang motor lebih banyak, bukan di depan, juga memperbanyak potensi grip belakang
    – bisa jadi kombinasi sendok di bawah fairing, aero belakang di perbanyak sesuai kebutuhan
    – kan tujuan aero sekarang memperbanyak downforce untuk membuat motor gampang menikung, Yamaha sudah punya potensi itu dari karakter inline nya, jadi mungkin fairing depan 2019, sedangkan fairing belakang 2023 + tambahan bagian kanan kiri buritan
    – fokus pada kemulusan akselerasi seperti kata cal
    – boleh meniru kompetitor tapi jangan sampai melupakan jati diri atau di sini karakter motor Yamaha
    – aero ducati bekerja dg baik karena emang powernya dengan aero depan sinergi, sedangkan yamaha struggle karena memang yg dibutuhkan bukan hanya itu
    – fokuskan akselerasi, grip belakang dulu, smooth engine characternya td, elektronik, mungkin malah yamaha harus roll back arah development nya
    – ga usah takut kalah di trek lurus kalau itu memang bukan poin plus Yamaha, yg penting motor punya poin plus atau kelebihan yg bisa menutupinya, yg mana itu adalah di smooth speed cornering

    ***IMHO, ini hanya pendapat pribadi
    CMIIW

  9. Pabrikan asal Eropa seperti Ducati apalagi KTM dan Aprilia udah ngembangin aero-fairing untuk merekayasa aliran udara di badan motor yg berujung mengubah karakter dan behaviour motor itu sendiri. Keliatan dari angle of attack dari wingletnya cenderung punya sudut berderajat besar (penampangnya landai) dan tidak terlalu menabrak aliran udara dari depan jadi udah bukan cuma utk nambah downforce semata tapi juga utk mengarahkan aliran udara ke bagian samping sampe belakang motor.

    Sedangkan pabrikan Jepang kayak Yamaha masih aja pake winglet berdimensi masif dgn angle of attack besar macam model wingletnya Ducati 4-5 tahun lalu.
    Ditambah dimensi motor mesin inline yg pasti lebih lebar ketimbang motor mesin V, makin berat aja buat nabrak angin.
    Udah mesinnya lemot gak ada revolusi pengembangan di situ, malah dikasih tambahan beban pula, ya wajar aja laptime melorot dari spek yg lalu lalu. Wkwkwk

    • Nah ini baru bener….winglet ducati, KTM dan aprilia tugasnya mengarahkan aliran udara kebelakang motor dengan bonus mendapat tambahan downforce… sedangkan winglet yamaha sepertinya dibuat untuk menambah downforce saja…

      Honda dulu punya shoei nakamoto yg dari divisi F1, sekarang Aprilia juga punya Rivola yang dari F1…mungkin pabrikan jepang bisa nih bajak adrian newey atau siapa gitu biar aero pabrikan jepang ga tertinggal jauh…

      • Ya ga mungkin lah bang bajak Newey, dia udh enak di RBPT. Apalagi besok bakal migrasi PU, udh sibuk lah dia, lagian mana mau downgrade ke GP.
        Petinggi F1 yg mau ke GP juga paling yg udh berstatus Mantan, kaya Rivola tuh contohnya

  10. jangan lupa faktor suspensi belakang yang bisa diceperin tiap keluar tikungan yang membuat pabrikan eropa makin kuat di trek

  11. Tapi seperti yg gw komen di artikel sebelumnya, ngandelin speed corner aja ga cukup saat ini krn waktu di race sering ketutupan motor didepannya yg saat ini punya racing line mirip2 semua, ujung2nya buat stress rider krn ga bisa overtake di tikungan dan di straight malah ditinggal sekebon, bisa diakalin dgn start di front row, tapi sygnya Desmo juga masih unggul dlm time attack,
    Yah mungkin bener apa kata Carl, kurangin winglet biar setidaknya mengurangi stress ban depan Michelin biar ga terlalu overheat kalo stuck dibelakang motor lain, dan juga elektroniknya harus di push lagi, biar makin pinter manajemen tenaga mesin,

  12. Power mesin itu memang utama! itu opini liar saya lho ya? Liat kemaren..pas Toprak duel sama Bautista/ sapa sih!! Pas di portimao pas masuk & keluar tikungan memang Toprak unggul..tp di trek lurus mesin R1 nangis! Dikamplengi mesin pinagale ducita! Padahal jarak pas finish sangat tipis.

  13. Dari komen cal Yamama sepertinya akan balik ke konfigurasi 2019 dengan berfokus mengurangi masalah grip belakang dan mengurangi perangkat lenong singlet. Mgkin Alex dikontrak untuk mengembangkan paket motor ini pada saat balapan langsung sehingga mendapatkan feedback yang lebih realistis dari pembalap berpengalaman, drpd si taro yang cuma nuntut power melulu. Sektor yang masih bisa dinaikkan Yamama selain lenong singlet masih banyak kayak kopling start punya katemi, donwwash duct buat nambah grip ban, mgkin sosis carbon kayak katemi, knalpot tiup punya katemi atau swingarm yang dikasih aero kayak punya April yang sempat dites. Dari semua sektor tersebut mgkin Yamama punya keunggulan dalam desain sosis, drpd mikirin ECU Ama ban yang gak selesai2

  14. Saat test, biasanya pabrikan sedia 2~ 3 jenis mesin.
    nah, si pembalap utama lah yang menentukan mau pilih yang mana buat musim depan.

  15. Senangnya komentar di tmcblog.com, “kuota” komentar tidak terlalu dibatasi, jadi artikel terbit kemarin pun masih bisa ikutan komentar. Walaupun komentar saya dimuat tidak mendapatkan keuntungan secara finansial, tapi senang bahagia komentar dimuat hehe.
    Asal komentar nya tidak mencela pabrikan lain/orang lain 👍👍

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


TERBARU

KONTEN PILIHAN

MOTOGP