Tuesday, 26 November 2024

Michelin PEDE MotoGP lebih ngacir di musim 2020 nanti

TMCBLOG.com – Michelin Pede Bikin MotoGP lebih Cepat Musim 2020. Yap Sesumbar ini bukan Tanpa data sob, Michelin berani percaya diri seperti ini karena data yang mereka Kumpulkan saat test Barcelona yang lalu dimana Para pembalap Juga Ikutan mencoba Ban Michelin baru dengan teknologi kompon Karet baru yang akan Dipakai pada Musim 2020 nanti

Menurut Michelin, Mayoritas dari 18 pembalap Lintas Brand yang mencoba ban Baru ini mengatakan Bahwa mereka melakukan laptime yang lebih tajam dibandingkan Saat di race Weekend MotoGP Catalunya 2019 yang lalu. Pita Kenaikan Laptime berada di angka lebih cepat 0,2 sampai 0,8 detik per Lap dibandingkan Data race weekend Catalunya 2019. Michelin mengambil angka rata rata yang lebih logis yakni mengalami laptime lebih cepat 0,4 sampai 0,5 detik per Lap.

Perubahan Teknologi Kompon karet ban dirasakan Secara empiris Oleh Para pembalap MotoGP dengan perasaan bahwa Ban baru terasa lebih soft dan lebih ngegrip saat dipakai Belok Nikung. Yes ini yang penting, Kencang di Straight memang alamnya begitu, namun bisa ngegrip dan kencang di Tikungan Butuh Banyak Kombinasi hal yang mendukung seperti talenta Pembalap, Karakter motor, Kondisi track dan tentunya Juga karakter Grip Karet Ban.

Michelin mengatakan Bahwa mereka berani membuat Kompon Ban yang lebih soft dibandingkan dengan Kompon Soft 2018/ 2019 karena kenyataannya adalah di tahun ini pembalap yang menggunaan ban Soft Slick bisa mempertahankan durabilitas dan Lapisan karet Ban sampai akhir Race. Artinya Michelin masih melihat ada Ruang lebih untuk membuat ban dengan kompon lebih soft dari versi Soft di musim 2018/2019 . . wew, tambah beresiko atau Nggak ya ?

Taufik of BuitenZorg

35 COMMENTS

  1. Yang paling penting dari ban adalah stabilitas. Soal performa dan durabilitas bisa dicari angka idealnya lewat riset ban di sesi FP. Lha kalau ujug2 ndlosor akibat tidak stabilnya karet ban kan mjd faktor yg tdk bisa dibuat kalkulatif prediktifnya alias judi adu nasib.

  2. What in the actual F?
    Dibikin lebih soft lagi,yg ada aksinya cuma terjadi di 3 lap terakhir doang jangan2 (atau cuma khusus hot lap tyre)

    Perbaiki dong front tyre nya,biar ga terjadi lost grip tiba tiba tanpa ada gejala mau ilang

    • IMO, justru front Michellin jauh lebih baik ketimbang Bridgestone, mknya banyak pembalap atau motor yg memanfaatkan keunggulan front end posisinya bisa di depan. Pembalap lost front end, sering kali karena saking bagus gripnya, akhirnya mereka abuse the front. Rata-rata rider bilang kl grip jelek, mereka lebih berhati-hati dan menjaga agar jangan sampe slide. Sebaliknya saat gripnya bagus, kecenderungannya mereka akan terus push, dan akhirnya saat mencapai limitnya, mereka g siap/sempat untuk antisipasi.

      D blog Oxley terbaru tentang “How I Ride: F1/4”, secara g langsung kita bisa menggambarkan bagaimana perbedaan riding style antara rider Moto2 (era CBR-600) dengan MotoGP. Saat di Moto2, mereka harus bisa memanfaatkan corner speed, sehingga riding style yg optimal adalah riding style gaya butter and hammer-nya JL99. Sementara, di MotoGP, riding style yg optimal adalah riding style yg bisa mengoptimalkan braking area. IIRC, F1/4 ngomong kl saat berdiskusi dengan MM93, Marc menyampaikan kl di saat pertama kali pindah ke MotoGP, riding stylenya masih mementingkan corner speed, tapi semakin lama corner speed tersebut semakin berkurang dan beralih ke riding style yg mengoptimalkan kelebihan di kondisi yg ada.

      • *Belum sls ngetik, kepencet enter (nasib jempol tembem).

        Dr situ, keliatan kl rider happy dengan front michelin sekarang, krn saat di braking area, dg front yg lebih ngegrip, sekarang mereka bisa abuse front tyre habis-habisan. Ditambah dengan rear tyre Michelin yg lebih bagus ketimbang Bridgestone, mereka bisa memanfaatkan rear brake untuk membantu controlling the bike saat front tyre mulai lost controll akibat hard braking. Mknya rider yg naturenya banyak memanfaatkan rear brake maccam MM93, Jackass, F1/4, dll bahagia dengan ban Michelin…….

        Di awal penerapan Michelin, emang kualitas ban depan mereka jauh dibawah Bridgestone, tapi saat ini dengan carcass baru, sepertinya mereka bisa on par untuk setengah lap (Kl bridgestone, carcassnya bisa bertahan dari awal sampe akhir lap).

  3. Sewajarnya tiap tahun seharusnya memang bisa lebih cepat
    Kecuali ada perubahan major disisi mesin
    Krn dr sisi pabrikan motor juga berevolusi mempertajam laptimenya
    Dr sisi penonton bukan laptime yg semakin cepat yg diinginkan
    Melainkan tingkat kompetitif tiap balapan yg lebih baik

  4. atau kenapa gak dikasih beda beda kompundnya bannya dari
    Hypersoft,Ultrasoft,Supersoft,Soft,Medium,Hard,Extrahard
    gitu?

  5. Hmmm supersoft ya, tapi dari tahun belakangan sudah ada ban jenis ghoib lhoo buat pembalap anu yang dituduhkan oleh kaum yellow dan bberapa admin kompor ig motogp

  6. Kalo misal ganti vendor ban lagi macem Pirelli atau brand lain apa kemungkinan settingan motor semua pabrikan (baik team factory/ satellite) bakal beda lagi wak?
    Seperti Rossi yang kalo gak salah pas awal2 pindah dari Bridgestone ke Michelin itu kesulitan cari settingan karena karakter kedua brand ban tersebut berbeda.

    • Dan menurut pengamatan Wah Haji di MotoGP antara Bridgestone dan Michelin, ban mana sih yang setidaknya jarang dikomplen para rider atau secara performa lebih baik?

      • klo ga salah pernah dibahas klo bridgestone itu bisa dipake bener2 secara maksimal sesuai karakter ban..ibaratnya mah bridgestone dagangnya jujur,hard bilang hard,soft bilang soft..nah klo michelin ini jualannya kadang ga sesuai sama deskripsi..awal2 peralihan sering banyak komplen dr rider..blm lg pas ditengah race,ban pd mleduk..klo ga salah pernah kejadian sm kenny robert jr. cmiiw

  7. Ini Michelin sejak 2004 emang kagak becus jadi supplier ban di F1. Sejak 2008, tambah gak becus di motoGP. Entah angin apa kok masih diberi nafas ama DARNO.
    Ban memang jadi penentu keberhasilan meraih juara seri oleh MM93. Tapi kenapa cuma ambil itu sebagai contoh?
    Kalau Bridgestone masuk lagi di motoGP, gw yakin 70% pembalap bakal pindah ke Bridgestone.

    • Kenapa masih diberi napas? karena yang mau ikutan tender ban motogp cuman michelin tok. Dunlop ogah lebih konsen di moto3 dan moto2, sementara Pirelli juga ogah karena konsen di WSBK sama F1. Jadi ya mau ga mau cuman itu pilihan satu-satunya.

      • Dan buat Dorna, it’s a blessing in disguise.

        Dengan ban supranaturalnya, bikin rider kebingungan sama karakter ban. Dan akhirnya balapan jadi undpredictble dan ketat. Beda dengan balapan waktu era bridgestone, dari lampu ijo nyala sampe bendera berkibar, rider bisa full betot gas. Akhirnya yg bisa bertahan dr early lap carnage, bisa dipastikan finish paling depan.

        Sekarang, dengan satu rider yg udah memahami karakter Michelin karena udah riset dr lap pertama sesi practice, balapan jadi mirip era Bridgestone dl. Asal dia lolos early lap carnage, ngacir k depan, tahan kl gapnya udah jauh, push di akhir lap. Atau kl jd korban d lap awal, ngikutin rider depan sambil nurturing carcass, dan push di akhir.

        Dan mungkin karena itu juga akhirnya Dorna maksa Michellin untuk bs bikin bap yang durable sekaligus cepat…..

        • Kempot : Bridgestone gak punya duit kah buat masuk lagi ke GP ?

          AIM-1N : Well, pembaca waras dimari udah pada tau kalau kondisi terkait sirkuit bisa menjadi penentu performa ban. Bukan cuma aspal atau cuaca, bahkan persentase tikungan kanan/kiri juga menentukan. Riding style malah menurut saya kurang berpengaruh lagi terhadap performa ban. Jadi emang harus riset dari awal sampai di sirkuit. Makanya saya bilang Michelin gak becus, Ban SOFT/HARD bukan lagi menunjukkan durabilitas, tapi lebih ke level kekuatan grip ke aspal. Durabilitas hanya berlaku jika dan hanya jika faktor aspal maupun cuaca masih masuk dalam variabel tetap. Inilah yang jadi senjata MM93 sampe2 ban SOFT bisa ngacir terosssss.

        • IMO, MM93 bukannya ngacir terus dari awal sampe akhir. Seperti halnyay AD04, dia berusaha memelihara ban juga, sehingga pacenya pun terkadang terlihat seperti yoyo, naik-turun. Saat dia ingin cepat, maka riding stylenya akan agressive, penuh hard braking, atau flat out. Sementara saat dia berusaha menghemat ban, dia akan lebih smooth dan mementingkan corner speed. Itu sebabnya dia cukup cocok dengan RC213V MY2019 yg lebih bertenaga, wlpun front end feelnya berkurang. Karena dengan extra speed, dia bisa memiliki banyak opsi saat di track.

          Selain itu kenapa dia sekarang lebih sering berusaha di depan di early lap. Karena saat di depan, memelihara ban akan jauh lebih mudah dibandingkan saat rider di belakang pembalap yg lain, selain karena dia bisa memperoleh cool air untuk mencegah ban overheating, dia juga bisa controlling the pace, baik buat dia sendiri maupun rider di belakangnya.

  8. “Slick bisa mempertahankan durabilitas dan Lapisan karet Ban sampai akhir Race”
    ———————————————–
    Mereka ngomong gitu udah mempetimbangan rider yg pada strateginya udah kaya balapan sepeda g?? Nahan pace setengah race biar biar bannya awet dan punya ace buat last lap.

  9. Yamaha udah hampir menemukan solusi buat ban belakangnya, eh malah mau dikasih ban lebih lembut lagi.

    Ambyar lagi deh tahun depan.. haha

    • IIRC, d musim 2017, MV25 dan DP26 termasuk pembalap yg kadung cocok dengan carcass Michelin 06. Cm krn mayoritas pembalap minta carcass yg lebih keras demi keamanan dan durasi ban sepanjang Race akhirnya Michelin bikin carcass 70. Dan seperti halnya DP26, selama musim 217,dia g bisa meraih hasil optimal. Jd kl akhirnya Michelin bikin ban yg lebih soft kynya MV12 bakalan bisa explore habis-habisan ban tsb

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

TERBARU

KONTEN PILIHAN

MOTOGP