Friday, 29 November 2024

Uccio : Yamaha tak bisa tunggu Rossi sampai Mugello

TMCBLOG.com – Uccio Salucci telah menjadi Sahabat terdekat Sosok Valentino Rossi selama bertahun tahun. Sebagai sporting director VR46 Academy Kini ia pun lebih intens Karena memiliki tanggung jawab terhadap talenta binaan Akademi balap ini di Moto3 dan Moto2 yang tergabung dalam Sky Racing Team VR46 . Nah dalam Perilisan team tersebut Untuk Musim 2020, Kepada GPOne , Uccio Menjelaskan beberapa hal termasuk latar belakang cepatnya keputusan Yamaha Soal Quartararo – Rossi.

Uccio membantah perkiraan Bahwa Vale berada dalam Perasaan Bad-Mood pasca hadirnya Pengumuman Yamaha Racing yang akan menggantikan dirinya dengan Quartararo di Musim 2021 nanti. Ia mengetakan bahwa semua hal ini telah lama dibicarakan ” Tidak, ini bukanlah hal Buruk, dengan Yamaha Kami telah membicarakannya berhari hari dan Kami telah bertemu satu sama lain dalam periode ini, juga dengan Lin jarvis. Ada Hubungan baik dan Transparasi di antara kami yang mewarnai segala keputusan, Baik keputusan yang enak maupun nggak mengenakan “

” seperti Misalnya yang satu ini, kami menggapai kesepakatan bersama Karena Yamaha Tidak bisa menunggu Valentino sampai Mugello untuk menggerakan bursa Pembalap, Kami juga nggak mau bersikukuh karena ini tidaklah adil buat pembalap pembalap Muda dan Juga karena ini (memaksakan kehendak) tidak terlihat Bagus ” 

Quartararo, Valencia MotoGP test, November 2019

Dari pernyataan Accio ini diketahui Bahwa dalam menentukan keputusan Lanjut atau tidak dengan Yamaha Factory, Valentino Rossi ingin meyakinkan diri dulu sampai beberapa race (sampai Seri Mugello). Namun melihat Market semakin hangat di mana Ducati sangat getol membidik pembalap pembalap Yamaha seperti Vinales dan Quartararo, Yamaha Logikanya memang Harus bertindak cepat mengamankan dua Aset Masa depan mereka ini.

Ketika Dikonfrontir soal Tawaran Yamaha bagi Vale untuk membalap Pasca 2020 di team Satelit Petronas Yamaha SRT dengan segala Support pabrikan, Uccio membenarkan tawaran tersebut ” Ya tawaran tersebut memang ada dan Kami mengatakan ‘ kenapa tidak’ namun sekarang semua bergantung Kepada Valentino di mana ia mau melihat akan seperti apa Kekompetitifan dirinya dan Jika ia mau maka ini bukanlah hal buruk Buat membalap Dengan Petronas “

pict : Michel Turco

Dan mengenai persiapan Vale di test Pra-Musim Sepang, Uccio berkata ” Ya Ia akan pergi hari senin (Pastinya ke Indonesia dulu), Saya melihat Vale Relax, bergairah dan bersemangat untuk mencoba Yamaha (M1) baru, dia selalu membicarakannya dan mengatakan bahwa menurut pendapatnya pabrikan telah mengambil arah (development) yang benar, dia melihat sesuatu dalam tes Valencia dan Jerez. Sekarang kita akan melihat Motor realnya, dia sudah tidak sabar. “

Taufik of BuitenZorg

85 COMMENTS

  1. Ya siapa juga yang sudi setelah disalah2in motornya kemudian disuruh nunggu sampai Mugello, kasarnya jangankan nunggu, Yamaha justru nyari cara pecat paling alus biar gak di dramain sama si drama queen. Dalam kubu Yamaha juga pasti punya pikiran waras, kita punya bocah 19 tahun potensial ngapain nunggu Sugiono yang usianya 2 kali lipat bocah kita, begitu kira2. Monggo nick2 baru silahkan bully komen saya.

    • udah betul itu putusan yamama, bang ros jg gak ngoyo tetep mau liat hasil balapannya dulu toh..semoga yamama empire bisa sruntal sruntul di barisan depan, so mamakes kocar kacir bin mules gak tenang lagi ngopi2 di sirkuit..

    • Tapi kan emang bener kemarin itu salah motornya.

      Mau dibantah juga ga bisa, semua orang yg gk halu tau emang kalo kemarin (2017 – 2018) yama-ha struggling. Tahun 2019 aja cuma satu rider yg menang 2 seri. Kecuali misalnya 2019 Vinales menang 6x Fabio 3x Morbidelli 2x, sementara Rossi ga menang…

      • Ya salah Yamaha kenapa Jorge nggak dipertahankan

        Begitu ditinggal,mbrudull spinning,boros ban,dll
        Pada gak becus develop motor, saling lempar kesalahan,sampe siapapun dipecatin

        • udah jelas Lin sendiri ngemeng Yamaha terlalu menyepelekan ECU bukan soal hengkangnya JL. atau dengan logika sama, 2019 MM perkasa karna JL?

        • @sales HRC

          Yamaha struggling sejak 2017 pertengahan

          Fabio masuk 2019

          Lu beneran ngawur atau blow-on sih… 2017 sd 2018 ga ada Fabio.
          Justru 2019 udah ada perbaikan

      • AFAIK, 2017 MV12 menang tiga kl di awal musim. Sebelum akhirnya arah pengembangan M1 makin g jelas. Padahal 2017 bisa jd momentum yg pas buat Yamaha. RC213V masih underpowered dan Marquez masih harus beradaptasi dg mesin bigbang. Sementara Dovi dg Ducati blm bisa memanfaatkan kelebihannya dg optimal, terutama masalah mengatur tempo balapan.

        • @AIM-1N

          Maverick menang kan dgn carcass lama Michelin. Setelah ganti dia gagal adaptasi.

          Soal spinning dll terus berlanjut selama dua tahun. Terlepas siapapun rider Yama-ha nya. Memang pilihan chassis Rossi memperburuk keadaan, tapi kan udah jelas dan confirm Yama-ha salah milih jeroan mesin n menyepelekan elektronik.

        • Pokoknya setelah MM segel juara, yg lain tiba2 kompetitif. kebetulankah?? gak ada yg namanya kebetulan, GP itu POLITIK kata CS

        • Arah pengembangan Rossi dengan cara ngeliat kelebihan motor lawan, lalu dia mengicar ‘sesuatu’ itu. Cara itu sangat berhasil saat dia membuat power delivery M1 jadi bagus layaknya RCV yang saat itu memang superior (tepatnya saat dia dan Burgess pindah ke M1 th.2004).

          Sementara itu, arah pengembangan paduka Hohe (dan sepertinya Maverick–lately) dengan cara memetakan base setup berdasarkan strong point dari M1 itu sendiri. Cara ini berhasil terutama saat MotoGP memasuki era modern dengan segala elektroniknya. Data-data M1 hasil Hohe (semenjak dia bergabung dengan YFR) adalah sangat penting. Ada benarnya kata Ramon Forcada, bahwa M1 dan Hohe udah kayak diciptakan untuk saling melengkapi.

          Cara pengembangan yang dipake Rossi (dan Burgess) dulu, kuat kemungkinan udah gak relevan lagi ama MotoGP modern. Itu juga kemungkinan yang bikin M1 (dan Rossi) seperti anak ayam kehilangan induk selepas ditinggal Hohe di 2016.
          M1 lemah di topspeed, minta tambahan topspeed ama insinyur untuk season 2017 CMIIW. Alih-alih jadi joss gandos, yang ada malah ‘mesin terlalu ringan’ lah, ban spinning lah. Kalap untuk cari solusi, yang ada malah ngamprak-ngamprak sasis 2016 lebih bagus lah (hanya karena liat seorang Rookie Jarko bersinar pakek motor lungsuran 2016), dan gak fokus ama hal-hal yang entah udah ngabisin duid berapa itu (kenalpot tumpuk ala Sujuki, dll).
          Belum lama ini, Vinales mungkin juga udah gerah ama arah pengembangan itu, dan memilih untuk jadi “anak nakal” dan percaya ama setup sendiri.

        • IIRC, Michelin mulai ganti ke stiffer compound saat seri Mugello. Dan saat itupun MV25 bisa finish d posisi 2. Kl stiffer compound dijadikan patokan, his result at Mugello were much better compared to his 6th at Jerez, dan dia pake kompon lama. IMO, MV25 become bad to worse, saat ad yg bilang “I am a good developer and I know how to ride a Yamaha” dan mulai menyetir arah pengembangan M1. Hanya saja muncul masalah saat metode pengembangan yg diambil lebih ke arah ganti, comot, dsb alih-alih, ride around the problem. Saat diliat motor lain berakselerasi lebih cepat, maka harus tweak electronic. Saat mid corner lemah, maka harus ganti chassis, dst. Dan akhirnya MV25 pun mengambil pendekatan yg sama, dan dia semakin kehilangan arah smp dpt julukan “bipolar”.
          —————————————–
          “Pokoknya setelah MM segel juara, yg lain tiba2 kompetitif”
          —————————————–
          Seingat saya seri Silverstone, Austria, Misano, dsb sebelum seri Thailand, atau saya yg ngikutin MotoGP d dunia paralel???

      • @sales HRC

        Yamaha struggle kata Lin Jarvis sendiri. Salah pilihan engine, menyepelekan elektronik. Ga baca ya ? Makanya jangan nyebar brosur doang….

        Yama-ha spinning kelihatan kok di slo mo keluar tikungan. Semua yg nonton race pasti tau. Hahaha

      • @Carlos

        Ada yg karena faktor Rossi. Ada juga yang nggak. Yama-ha menyepelekan ECU MM. Akhirnya elektronik berantakan. Mau hire orang yg capable udah ga ada.

        Gw ga yakin Rossi se Dewa itu sampe tau soal elektronik n bisa ngatur siapa yg dihire siapa yang tidak.

        Gw juga ga yakin Rossi se Dewa itu sampe bisa ngatur crankmass tahun ini sekian gram, tahun depan sekian gram.

        Jadi salah Rossi …iya ada, kayak soal development chassis vs Vinales. Yang salah Yama-ha (motornya) juga ada.

        Ga bisa disederhanakan itu salah Rossi semua. Dia ga seDewa itu sampe tau semuanya

      • Ya bisa jadi. Liat aja hasil Rossi 2016 vs 2017
        Mencolok.

        Skill mah masih jago dia.

        Tapi gak ada yg piawai ngembangin M1 ya udah bubar. Rossi itu fighter, gak cocok muyul.

        Hari ini bilang arah pengembangan udah benar. Besoknya lagi : eh belum Ding ?

    • Pabrikan mendevelop motor berdasarkan masukan riderny,jdi klau motor ny slah pengembangan mka si rider juga punya andil dlm kslahan tsb,2017 awal ymha lebih mendengarkan vinales d banding rossi hasil ny vinales dominan dgn 3x juara sdangkan rossi gak mampu juara seri(sebelum assen), drisitu rossi gak mau klah saing dan meminta supaya masukanny lebih d dengarkan d bnding vinales, dari situlah awal hilangny jati diri m1 sampai akhirny 2019 paruh kedua vinales beserta tim ny mncoba kembali berkreasi dgn cara mereka sendiri tnpa mau ikut”an pengembangan rossi lgi hasilny bisa d lihat perolehan poinny tertinggi kedua setelah marc maquez di paruh musim kedua 2019.
      Klau bicara motor mh lihat tuh marc kluar tikungan sering geal geol,aplgi ketika merubah posisi posisi motor dari kiri kekanan ketika menghadapi tikungan berbalas(zigzag) terlihar rc213v sangat inferior bhkan d bndingkan ducati

      • Gp mania@ arah pengembangan ala rossi thun 2004 berhasil saya rasa juga krna faktor tidak adany rider yg bisany memaksimal potensi rc211v, usia rossi yg saat itu sedang menuju usia emasny. M1 2004-2007 atau m1 pengambangan ala rossi lyakny rcv 2018-2019. Kencang….. tpi bgi pembalap tertententu.
        Ketika 2006 pembalap mulai bermunculan dominasi rossi mulai goyang dan hmpir runtuh. Beruntung jl48/99 tahun 2008 gbung ymha dan membuat m1 lebih jinak d tangan semua pmbalap dan rossi kembali kepuncak 2008-2009 sebelumny akhirny kembali redup thun 2010 sampai skrg. M1 jdi motor yg mudah d kendarai bhkan oleh rookie sekalipun berkat sentuhan jl99. Tercatat hanny franco morbideli dan syahrin yg tidak bisa podium diatas m1 sejak 2009-2019

      • @ zero
        Normalnya memang pabrikan develop motor berdasarkan masukan dr rider
        Namun ada juga pabrikan yg keukeuh dgn apa yg mereka sudah kerjakan
        Atw ada juga krn salah menerjemahkan masukan dr rider
        Atw ridernya sendiri yg salah menganalisa
        Kita cuma bisa kira2 penyebab strugle nya krn faktor no 1, 2 atw 3
        Tp kalo seorang rider yg selama ini dijadikan role model kemudian ditinggalkan, apa iya logika nya kalo pabrikan merasa selama ini mereka yg salah?
        Apalagi itu terjadi setelah terjadi perombakan besar2an di top management

        Btw coba liat valencia 2019 ketika marc nyalip miler ditikungan n dgn memperpendek jarak dgn fabio ditikungan

      • @zeroes…

        Ga mungkin Yama-ha 2017 didevelop dari masukan rider yg baru bergabung tahun itu. Jelas oleh rider sebelumnya. Rossi dan Lorenzo. Vinales bisa juara diawal karena ban Michelin di seri seri awal sesuai dgn karakternya. Di pertengahan 2017 karkasnya diganit (cuma 3 org yg milih karkas lama, yg lain milih yg baru) … Chassis diganti ke maunya Rossi, plus masalah crankmass n elektronik yg gak beres.

        Pasca break pertengahan musim pabrikan lain progresnya bagus. Yama-ha semakin ketinggalan.

        Vinales gagal adaptasi dgn karkas baru, ditekan pabrikan n Michelin untuk ga bicara dgn media… N ga punya sport psikolog.

        Kalo semuanya klop, cuma sedikit rider yang bisa menang jauh dan dominan dari Marc. Dia salah sedikitnya.

  2. Uccio itu sebagai manajer VR apa bukan sih?,kok sampe tau ke ranah klausul kontrak mengkontrak
    Padahal istri,pacar,atau bapaknya pembalap lain aja belum tentu tau sedetail itu loh


    Ooiya hari valentine besok udah umur keberapa bapak kita itu?,yaah nambah setahun doang sih ?

  3. Yamaha yg serius buat ngerebut Jurdun pasti akan melakukan apa aja buat mewujudkannya,, mengubah org2 penting dimanajemen sampai membentuk divisi khusus elektronik dan tes eropa, menghire ahli elektronik MM, Mengontrak Lorenzo, tentu langkah terakhir adalah mencari pembalap terbaik, utk saat ini sekedar membuang Rossi mah pasti ga mikir dua kali bagi Yamaha,, mau ga mau suka ga suka Rossi pasti tersingkir, apalagi pembalap terbaik itu (selain Marc Marquez tentunya) sudah ada di depan mata mereka, sudah dalam jangkauan mereka, jadi tunggu apalagi ??? ,, syukur Yamaha (dan Dorna?)masih membutuhkan Rossi dalam hal marketing, jadi mereka masih memberikan tempat utk Rossi membalap,,

    • Ga cuma marketing. Kalo dilihat klasemen championship kemarin, Rossi no 7.

      Kalau Marc dan Rins di keep pabrikan masing – masing, Yamaha mau keep siapa ?
      Dovi ? Petrucci ?

      Oke katakan mau cari rider muda, alternatifnya siapa ?

      Pecco atau Alex Marquez ?

      Jadi kesimpulannya selain untuk marketing, Yama-ha butuh Rossi untuk jadi rider di team satelit. Lumayan kan pointnya…

  4. Vale itu mmg ga tau diri, harusnya 2016 udah pensiun. Mau jadi GOAT terkabulkan dgn dijadikan kambing hitam oleh efbeye dan yeefer

  5. Pernyataan jin jarvis terbukti dlu setelah kasih statement bahwa si mbah bukan masa depan yamama lg. Akan banyak yg datang dan pergi bahkan dy mungkin akan oergi jg. Jd ini pertaruhan jin jarvis jg? Kalo taon ini gagal jg. Dy out? Cmiiw

  6. Ini gara2 komengtator blog tmc nih .. mbah oci idupnya jd runyam .. ande aja yamama g baca komen dimari g bakalan tuh mbah oci digusur tahtanya ..

  7. Fby sering salah. Fbh sering salah. Pokoknya kalo udah ngaku fans berat, logikanya ga jalan. Kalo logikanya ga jalan ya sering salah.

    Soal Morbidelli, bisa jadi dia baru top3 saat seumur Dovi.

    Semua orang mikir Dovi sudah habis. Iannone dibuang karena dianggap bakal mengganggu Lorenzo. Kenyataannya, tiga tahun dia jadi runner-up. Itu udah prestasi besar di era Marc.

  8. Aneh, para komentator lg pd pake pembalut ya. Hi hi hi, baper² komennya…
    Peace…

    Jalani hidupmu wahai para komentator, yg diomongin dah pernah hidup sukses.
    Rajin kerja, biar bisa cash beli zx25r, jgn banyakin komen negatif

  9. Sporting director Moto3 & Moto2
    Keluar masuk Paddock semaunya
    Keliling dunia gratis tiap race
    Tidur di hotel bintang lima

    Ucio life

  10. Emang pertamina jualan di luar negri kayak petronas? Apa yg perlu di promosikan ke pasar global kalo gak jualan disana?

  11. Win Win Solution itu…
    gak ada yg singkirkan atau dibuang diusir dr YFR…
    toh Yamaha juga udah mempersiapkan tim kelas moto gp termasuk satelitnya…

    kedepan pembalap yg dipersiapkan segera mungkin memahami M1 motornya dan develop lanjutan..krn pembalap Yamaha juga telah dibidik pabrikan lain…kecuali aset besarnya cuma 1 pembalap boleh tuh nunggu bursa transfer lalu dibujuk untuk stay kalau pindah pabrikan bisa tambah nyungsep…

  12. Artikelnya bagus wak, gak clickbait kayak blog sebelah. IMHO ini keputusan yang tepat yang sama-sama sudah dipahami camp Rossi maupun Yamaha.
    Mau gimanapun juga Yamaha harus gerak cepat buat ngelindungin pebalap muda kayak Fabio dari caplokan tim factory lain sambil mengembangkan YZR-M1 supaya bisa lebih kompetitif melawan Marquez dan HRC yang saat ini harus diakui jauh lebih superior.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

TERBARU

KONTEN PILIHAN

MOTOGP