TMCBLOG.com – Marc Marquez seperti yang bisa sobat lihat di artikel kemarin membantah merasa bersalah ketika dikaitkan dengan kepergian Pramac Ke Yamaha seperti yang secara blak-blakan disebut oleh pemilik tim Pramac Racing – Paolo Campinoti yang juga bisa dibaca di artikel awal Assen. Pembelaaan diri Marc ini mendapat dukungan dari Gigi Dall’Igna yang juga bilang bahwa kepergian Pramac bukan salah Marc Marquez.
“Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Pramac, karena dengan kontribusi mereka kami berhasil mengembangkan motor kami dan juga talenta-talenta muda. Kami menyesal kehilangan kenyataan yang begitu penting, tetapi seluruh dunia ingin kami kehilangan tim yang hebat tahun depan.
“Kami tentu saja tidak akan mengubah filosofi kami, faktanya kami telah menandatangani kontrak dengan Aldeguer, mencoba melakukan dengannya apa yang telah kami lakukan dalam beberapa tahun terakhir dengan Enea dan Martin. Ini akan menjadi tantangan di depan kita dan kehidupan terus berjalan.”
“Jika Marc pergi ke Pramac, itu akan berbeda, tapi mempertahankan dua pembalap itu rumit. Meski begitu, ini bukan kesalahan Marquez karena kami harus memilih seorang pembalap dan kami punya tiga pembalap yang tersedia, sadar akan fakta bahwa mereka akan masuk ke pasar.”
“Kami tentu saja tidak menempatkan Marquez bersama Bagnaia untuk mengevaluasi Pecco, seperti yang saya baca di beberapa surat kabar. Pecco adalah andalan kami, dia memenangkan dua gelar bersama Ducati dan melakukan hal-hal luar biasa. Kami pikir adalah hal yang tepat untuk memiliki dua pembalap terbaik di tim.”
Di akhir penyataannya ke Skysport-italia ini, Gigi juga bilang bahwa Ducati akan berusaha mempertahankan talenta hebat yang ada seperti Fabio Digianntonio sementara tempat untuk Fermin Aldeguer akan diumumkan dalam waktu dekat. – @tmcblog
Marc: hehe…
Pasang Badan
Kasian morbidelli & alex marquez ga di anggap bertalenta, ckck
Basuki ma digia kenapa ga sekalian anda sebut??
Basuki tahun depan udah pndah ke april, gak masuk hitungan..
Faktanya memang kurang cukup untuk top level MotoGP.. bakatnya hanya bisa bersaing untuk moto2 dan moto3..
Dekengane pusat
akhirnya nama Marq yang lebih sering disebut dalam pemberitaan, tambah menaikan lagi anunya
Masalahnya Martin juga hebat dengan Ducati Pramac,, usia muda, potensial jurdun, gak ada alasannya buang Martin untuk Marc Marquez yang sudah masuk usia sepuh MotoGP
Tapi sponsor pengennya Marc Marquez karena lebih bisa ngejual produk mereka dengan exposure lebih dibandingkan Martin
Pelajaran buat Martin harus lebih bisa personal branding lagi mulai Aprilia esok, karena juara aja gak cukup, MotoGP itu entertainment sports
pelajaran buat martin, juara dunia dulu masbro… mau sehebat apapun martin vs 8x juara dunia hopeless…
@RS84
Martin kan dah juara dunia meski baru sekali, pas 2018 di moto3
Penalty 10detik gk dibahas?
Ralat; hukumannya 16 detik bukan 10 detik, dan udah ditulis di paragraf terakhir artikel hasil race Grand Prix.
Wkwkwk ducita akhirnya sadar talenta potensial yang tersisa setelah kejadian bedol desa, tinggal giananto.
Seorang joki underrated yang akhir musim lalu harus berjuang jatuh bangun demi dapet seat.
Amar73 – Frengki nggak perform.
Firman belum teruji kayak apa naik desmo.
Ducita..ducita… 😄😄
Sekadar mengingatkan, Ducati taon ini punya 8 rider, dari 8 rider itu 6 diantaranya bisa menang pake Desmogp. 2 yg mana merupakan duo pay rider belon ada tanda2 bisa menang tp malah paling duluan konfirm perpanjang kontrak Ducati wkwkwk Gigi sama kaya kebanyakan komengtator dimari, ketepi ama surname akhirnya malah bikin rider bagus yg bisa menang kebuang bahkan tim paling potensial kabur. Real man management disaster ini mah.
Hahaha ducita akhirnya sadar, setelah kejadian bedol desa, joki potensial tersisa tinggal giananto.
Seorang joki underrated, yang akhir musim tahun lalu mesti berjuang demi dapet seat tersisa.
Firman masih belum jelas kayak apa.
Ducita…ducita…
Keputusan Pramac ke Yamaha juga tidak terjadi semalem kali.
Seenggaknya membuat peta kekuatan menyebar, terimakasih Marc, mau disangkal kyk gimana pun memang penyebab terakhirnya ya Marc,
Melihat Aprilia perform kemaren kyknya Martin pun bakal khawatir akan performanya musim depan, trek lurus di ayam2in, di tikungan sulit masuk kalo rider depan ga ngasih celah, belum lagi masalah teknis yg sering melanda kubu Noalle,
Gigi ini tipikal orang yg suka sama pembalap bakal disupport terus. Mirip kejadian lord jorge & dovi. Mau sebagus apapun dovi diatas desmo tapi kaya biasa aja dimata gigi. Beda sama lord yg dipuja puji sama gigi.
syukurlah ada kabar baik soal digia. tapi jangan wsbk juga
Markes balapan kemaren kena penalti ga sih?
Wak taufik/bang nugie, itu pas marc kasih kode buat digia overtake emang dia tahu ya kalau tekanan ban depan dia kurang? Sesinsitif itukah para pembalap gp dengan tekanan bannya? (kabarnya ‘cuma’ kurang 0,01 psi)
Trus, kurang tekanan ban depan ini emang dari awal balap (start) atau tekanan turun ketika udah muter beberapa lap sih? Trus kapan sih tekanan ban itu dicek sesuai aturan atau gak? Kalau misal diceknya sekian menit/jam setelah finish line, kira2 apa manfaat marc ‘jaga’ tekanan ban dengan makai digia di depannya selama banyak lap (kayaknya komentator MotoGP juga ikut bingung dengan beberapa manufer balap semalam, mereka pakai istilah ‘bizarre’)
Iya betul. Marc sengaja suruh Diggia nyusul dia supaya bisa naikin tekanan ban depannya.
Balapan di belakang rider lain bisa meningkatkan temperatur ban dan menaikkan tekanan ban, karena aliran udara segar terhalang rider yg di depan.
Pembalap level road race Asia pun bisa ngerasain beda tekanan ban.
Mungkin Marc tau angkanya beda 0.01 bar itu setelah liat data di pitbox, tapi memang pembalap (apalagi udah level MotoGP) pasti sensitif feelingnya sama tekanan ban.
Makanya post race Marc bilang, penyebab dia kena penalti itu setelah disusul Bestia (melebar dan drop laptime) tekanan bannya turun lagi.
Thanks penjelasannya bang nugie. Btw, kapan sih pengukuran tekanan ban dilakuin? Kalau diukur setelah finish (di paddock misalnya), ngapain juga repot2 jaga tekanan ban dengan buntutin pebalap lain, toh kalau sudah lewatin garis finish (apalagi setelah sekian menit) ya kan tekanan/panas ban turun lagi. Di sini saya masih bingung bang hehe…
Sensor tekanan ban kan always on sepanjang race, datanya auto update ke officer dorna bang..
Jadi kliatan tuh, tekanan ban semua pebalap tiap lapnya..
tp dgn kejadian marc kmren, harusnya bisa dibuat rules exception, klo di lap tertentu ada insiden, kmren sih kyknya dorna paham penjelasan marc, tp gatau nanti beneran diterapkan atau gak. Kluar jalur karena insiden dan tekanan ban hanya beda 0,01 di lap itu mgkin bisa di masa depan bisa di maklumi..
Justru efek marc 93 Bagus.. Peta kekuatan tim jadi merata.. Bukan hanya di satu pabrikan..masih ada fermin aldeguer nanti yg bisa berpotensi menggantikan Jorge martin..