Tuesday, 5 November 2024

Analisis Pasca Race MotoGP Assen 2022 . . . Luar Biasanya Effort Aleix Espargaro!

TMCBLOG.com – Balapan di sirkuit Dutct TT Assen selalu tidak mengecewakan, kombinasi antara layout, karkater dan morfologi sirkuit ditambah lagi dengan bentuk chicane GT terakhir memang menjanjikan balapan cepat (tidak selalu melulu berarti top speed) -karena tidak banyak bentuk tikungannya yang ‘mati’- plus juga dengan banyak lokasi atau hotspot untuk menikung dan menelikung. Bicara spot menikung bahkan dua sektor terakhir terutama di sekitar Ramshoek Corner, daerah tersebut hampir dapat dipastikan membuka berbagai macam strategi untuk bisa overtaking lawan karena setiap model strategi pembalap saat memasuki tikungan baik tajam dari dalam maupun kencang melebar dari luar tikungan selalu akan menjanjikan posisi rentan di sisi sebaliknya bagi lawan untuk melakukan serang balik dalam sebuah dog-fight. Artinya karena tikungannya sangat cepat dan posisi pembalap selalu berada di limit, jika pembalap masuk dari dalam, lawan bisa attack dari sisi luar dan juga sebaliknya.

Jika kita berbicara jalannya balapan MotoGP Assen 2021 ke belakang, semua orang akan setuju bahwa ini sirkuit yang sangat memanjakan motor-motor berkonfigurasi mesin inline-4. Cerita lamanya adalah sirkuit TT Assen ini memang menumpulkan berbagai kelebihan motor bermesin V4, silahkan sebut top speed, pengereman yang luar biasa stabil plus akselerasi stop-and-go yang luar biasa. Dua speed corner panjang yang dimiliki oleh sirkuit ini boleh dibilang sangat memanjakan kombinasi mesin inline-4 dan sasis yang dimiliki oleh Suzuki GSX-RR dan juga Yamaha M1. Namun bagaimana TT Assen 2022?

Assen-nya sih nggak berubah, namun peta persaingan dari karakter motor yang berubah. Minimal dua pengembang motor mesin V4 -sebut saja Ducati dan Aprilia- sepertinya sudah sukses meng-inline 4-kan karakter motor V4 mereka, terutama dengan menghadirkan pendekatan aerodinamika yang tersembunyi dari berbagai model fairing dan aero parts. Ducati menghadirkan downwash duct yang tahun 2022 ini makin moncer dikombinasikan dengan dimensi fairing yang lebih compact -dibandingkan dimensi fairing 2021- sehingga mereka bisa lebih sharp ketika memasuki tikungan dan ketika motor diajak berganti arah. Sementara Aprilia menghadirkan bentuk side fairing berundak yang seperti sudah TMCBlog coba analisis pada artikel artikel sebelumnya, yang disinyalir menghadirkan ground effect yang ujung-ujungnya juga melahirkan downforce pada kondisi motor rebah ketika RS-GP diajak menikung cepat.

http://app-okeefe.jfo7syl77y-pxr4kzxnv4gn.p.temp-site.link/2022/06/19/cp4-meng-v4-kan-mesin-inline-4-downwash-duct-meng-inline-4-kan-mesin-v4/

Mau downwash duct Ducati ataupun fairing berundak dengan pola aliran udara menyerupai ventury effect ala Aprilia semuanya adalah ikhtiar kedua pabrikan Eropa ini untuk menghadirkan effek mirip inersia menikung motor bermesin inline-4 yang khas. Alaminya, karena mesin inline-4 memiliki desain crank-shaft [kruk as] yang lebih lebar dibandingkan dengan mesin konfigurasi V4 maka crankshaft inertia yang dihasilkan akan bisa lebih membuat motor akan terus miring menikung (lembam/malas) saat motor dibuat nikung oleh pembalap. Dan pembalap nggak perlu effort terlalu heboh untuk membuat motor menikung halus menggunakan mesin inline-4 ini. Nah singkat kata efek mirip ‘kelembamam’ ini lah yang berusaha dihadirkan di mesin V4 dengan kedua aero-devices Ducati dan Aprilia via ground effect.

Jadi sekarang ini bukan hanya ada konotasi domba yang memiliki karakter serigala yang bias disematkan di motor motor inline-4 bermesin firing order cross plane, namun serigala serigala saat ini pun sudah memiliki karakter ‘kancil’ yang lincah ditikungan. Nah lincahnya serigala ini pun diperkuat oleh talenta pembalapnya yang kian terasah. Terutama Pecco Bagnaia yang mempelajari dan mempraktekan gaya balap butter & hammer ala Jorge Lorenzo ketika bersama Ducati. Pecco benar-benar tak tersentuh di balapan Belanda 2022 walaupun sebenarnya kepo juga untuk mengetahui bagaimana akhir cerita 26 lap TT Assen jika Aleix Espargaro nggak didorong keluar oleh Fabio Quartararo.

Pict David Goldman Via Speedweek

Oke, bicara soal Aleix Espargaro, dalam artikel sebelumnya sudah TMCBlog coba tekankan bahwa hanya dengan melihat fakta empiris bagaimana ‘Pak Carik Andorra’ ini melakukan aksi comeback dari posisi 15 sampai akhirnya finish di posisi 4 atau melewati sekitar 10 pembalap di depannya dalam sekitar 20 lap (artinya rata-rata satu orang dilewati dalam setiap dua lap) jelas sudah bahwa Man Of The Race-nya buat TMCBlog adalah Aleix Espargaro, tentu tanpa mengecilkan performa tak tersentuh dari Pecco Bagnaia dan aksi brilian dari Marco Bezzechi.

Hitungan kasarnya adalah begini. Di lap ke 4, Aleix Espargaro masih menorehkan laptime 1:33,020 yang lebih cepat 0,004 detik dari Pecco Bagnaia yang saat itu memimpin. Namun di lap kelima ketika insiden yang terjadi di tikungan 5 dan membuahkan hukuman Long Lap Penalty untuk Quartararo di GP Silverstone bulan Agustus nanti, membuat Aleix melambat karena harus masuk gravel sehingga hanya menorehkan laptime 1:41,080 atau lebih lambat dari Pecco yang sat itu menorehkan waktu 1:32,930. Atau kejadian ini membuat Aleix Espargaro kehilangan waktu 8,15 detik.

Nah, di akhir balapan Aleix hanya kalah 2,585 detik, artinya Aleix bisa mengikis sekitar 5,56 detik ketertinggalannya dari Pecco selama 20 lap. Ini artinya secara secara rata-rata, Pak Carik Andorra –Aleix Espargaro- berhasil mengurangi jarak rata-rata sebanyak 0,275 detik per lap dari Pecco. Ini tuh sangat impresif.

Bagaimana Aleix Espargaro melakukannya? Mari kita lihat data empirisnya via ‘grafik cacing tawuran’ berikut ini;

Grafik di atas bisa memperlihatkan bagaimana damage effect dari insiden Aleix – Quartararo dan membuat Aleix kehilangan waktu 8 detik dari Pecco.

Grafik diatas yang merupakan grafik zoom Pecco versus Aleix di lap 6 dan seterusnya bisa memperliatkan kepada kita bagaimana mayoritas Aleix nge-push dan selama 16 lap dari total 20 lap pasca insiden, secara umum laptime Aleix berada di bawah atau artinya lebih cepat dari laptime Pecco. So, tanpa memperhitungkan segala kemungkinan lain seperti efek dari kemungkinan terjadinya dog fight antara Pecco – Aleix atau mungkin Aleix – Fabio, jika [bani andai-andainya muncul] tanpa terjadinya insiden di lap ke 5 tersebut, maka ada kemungkinan Aleix Espargaro bisa mengalahkan Pecco Bagnaia di akhir balapan. Namun, patut digaris bawahi semua ini masih ala-ala bani andai-andai.

Grafik di atas adalah progres laptime dari top-4 finisher dari Bagania, Bezzechi, Vinales dan Aleix. Ketika laptime digabungkan kayak gini semakin kelihatan bahwa apa yang dilakukan Aleix Espargaro di race Assen 2022 adalah exceptional !! kami persilakan untuk dikunyah-kunyah deh sob.

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

56 COMMENTS

      • Makanya FQ dihukum tambahan long lap di next race..

        Karena mepengaruhi hasil Aleix.. finish ke 4 .. nyaris ke 6.. drama lastc chicane..
        Berapa potensi poin hilang..

    • Napa susah banget ngakui kalo ada rider team n motor tertentu yang lebih bagus
      di track tertentu dari yg lu suka…

    • Ya dilihat juga dong latar belakangnya…

      Perusahaan kecil, yg segmented… Baru tahun belakangan ini lumayan di support dana ama sponsornya… Ga sanggup bayar rider dgn gaji gede…

      Ya udah A dong,

      Kalo ada pabrikan besar, dengan dana sangat besar, sponsornya raksasa, rider mahal… Motornya banyak, punya team satelit, sanggup bajak teknisi mahal dari team lain tapi masih jadi ampas di lintasan… Tapi 0 point. Walaupun konsesi tetap aja E nilainya.

      Hahahaha

      • rian

        di motogp yg bekingannya paling kecil cuma suzuki yg lain gede semua.
        Aprilia bagus saat ini ya wajar² aja, v4 powerfull + mudah ditekuk di tikungan + rider spain + masih konsensi.

      • @Rio

        Iya betul Suz-uki… Vinales menang terus lama baru juara seri lagi.

        Tapi Aprilia juga kisahnya ga kalah miris. Grup Piaggio baru belakangan aja support nya lumayan. Aprilia sempat disebut pabrikan penghancur karir rider di MotoGP. Bahkan rider Moto2 nolak gabung ke Aprilia. Dan itu baru baru aja.

        Masuk MotoGP ga langsung status team pabrikan…
        V4 awal 75derajat kan gagal, terus bikin v4 90derajat kayak Du-cati. Dan menghadapi masalah yg sama. Nikungnya ga kayak I4. Berkat effort teknisinya bisa kayak gini. Dan itu bukan kerja mudah. Ducat-i butuh berapa lama baru bisa gini… Plus rider Itali (bagnaia)

        Jadi point rider spanyol ga relevan. Lah bukan sekelas Marquez atau Hohe yg besarin Aprilia… Tapi rider yg kalah saing dgn team mate nya di pabrikan sebelumnya. Iannone yg diharapkan ngangkat nama Aprilia kena hukuman.

        Jangan lupa Suz-uki pernah juara dgn Kevin Schwantz di kelas utama. Aprilia ga pernah…

        Masih lebih miris start nya Aprilia daripada Suz-uki

  1. berkaca pada agresifnya Aleix, hal ini menunjukan bahwa setiap pembalap bisa terus agresif sepanjang balap tanpa mikir awet awetan ban atau takut resiko jatuh.

    • Jawaban singkatnya, ketolong konsesi. Tanpa mengecilkan skill Aleix yg emang sebenernya segitu2 aja, itu semua bisa dibilang biasa utk ukuran pabrikan yg mulai settle tapi masih dapet keuntungan konsesi. Yamaha ama Honda klo boleh gonta ganti spek sih jangankan 15 ke 4, lebih dari itu jg bisa. Klo mau liat pembalap yg sering nyalip posisi start 2 digit tapi finishnya 1 digit yg pure skill bukan ketolong konsesi, ada Brad Binder ama Alex Rins. Klo ada yg ga terima komen gw silahkan bully, udh biasa kok. Asal klo komen gw terbukti jgn kabur lagi yak wkwkwk

      • Brad Binder emg pure talenta sih dia,, disuruh nyeret kandang ayam disepanjang balapan dan skrg bisa di posisi 6 klasemen sementara, diam2 mengerikan nih anak

      • Mantap @akang to the point
        Konsesi + darno biar point makin rapet persaingan makin gregets..hehehe
        Kate Pabrikan jepang lo jual gw borong skrg ikutin alur,selama pabrikan eropa blm jurdun selama itu dikekang senjata pamungkas asimo+motobot..

  2. Winglet depan aprilia efektif banget buat late braking. Kayaknya pabrikan laen kudu bikin “PAPAN REKLAME” serupa.
    Sayang belum ada sponsor yang nempel di winglet itu

  3. Buat saya best overtake di Assen itu yang di moto e
    Tikungan ramshoek T15 gw lupa siapa tapi
    Di salip dari luar
    Pakai moto e yang berat banget

  4. RS-gp menurut saya motor tercantik se grid motogp kombinasi desain wingket dan body depannya pas, ga kaya ducati yang desain aeronya ga enak dilihat begitupun dg RCV yang makin aneh

  5. BTW apa karna kemarin RS-gp pakai sekop udara ban belakang ya? Makanya bannya awet sampe akhir ditambah cuaca yang adem pula
    Kalo pasukan ducati kan pada dilepas, biar ban cepet naik ke suhu ideal kali ya di lap awal

  6. Dulu main PS2 MotoGP 3 di sirkuit ini justru malah enakan pakai GSV-R punya Robert Jr atau NSR500 punya Barros ketimbang ZX RR punya Shinya Nakano yang pake mesin i4 kala itu. Tapi ya itu di PS2 sih, aktualnya bisa jadi beda.

    • Dikotomi inline ama V baru terjadi akhir2 ini, tepatnya setelah ECU seragam. Dulu mesin V bisa semudah inline handlingnya ato inline sebadak V tenaganya, ya peran engineer yg masih bebas dan ECU bisa dibikin 100% pas sesuai motor dan karakter yg dimau.

  7. yang terbaik di Assen 2022 sih ane rasa ya Ai Ogura,sempat hampir hi-side mundur ke posisi 18 lambat laun bisa merangsek lagi sampe podium 2
    lebih mengesankan karena pake mesin dan sasis yg sama ,kalo untuk ane loh ya

  8. Wak serius request, kira2 analisisnya ini berbau politis atau emg ada hal teknis yg ngaruh ya? Klo diperhatiin, jaman katiyem msh konsesi taun terakhir, performansinya warbyasah, knapa abis jd non konsesi melempem bgt gt? Kwatir saya kejadian di neng apri taun depan nih, taun ini gaharnya ampun2, segitu ngaruhnya kah efek dibebasin development bagi pabrikan konsesi? Atau hanya urusan durability engine? Atau emg pabrikan lain levelnya jauh lebih meningkat jd kesannya katiyem melempem? Mgkin bisa jd artikel buat dikunyah

    • Menarik, Namun secara umum semua yang dilakukan Aprilia dan Aleix ini under regulasi Konsesi . . Dan pembuktian sesungguhnya ada di tahun depan dimana Aprilia sudha Non Konsesi

      • Berarti wak dalam arti lain konsesi adalah murni bakar uang lebih banyak buat development ya, drpd non konsesi? Atau settingan dorna biar dana hibah ke neng apri bisa dipangkas taun depan? Hehe

      • Nyatanya konsesi emg buat memudahkan pabrikan baru lebih cepet kompetitif, dgn kata lain secara ga langsung Dorna punya peran bikin pabrikan gede struggle dilaen sisi pabrikan yg selama ini underdog punya kesempatan unjuk gigi, klo bisa ditunjukkin terus itu gigi ampe kering wkwkwk jadi klo secara kebetulan jurdun, ya jurdun krn regulasi yg didesign penyelenggara itu sendiri.

  9. Gak sia sia Carmelo ezpeleta dukung Aleix Espargaro!! 🥰

    Kamu masih gak dukung Aleix?? 🤔

    Real From Zero To Hero!!

  10. Karena aleixs tahu…musim ini kesempatan emas buat memperjuangkan jurdun. Karena musim dpn tanpa konsesi dan bisa juga perubahan power motor lawan bakal kesulitan. Ibaratnya dia nothing to lose. Beda dgn fabio dan bagnaiya. Tapi kok aleixs saat melambat difinal lap dan dada. Dada tak kena LLP ya. Padahal itu melanggar aturan. Ketika fabio senggol aleixs meski tak jatuh lgsg gercep kasi LLP. Dorna pingin biar gak jepun lagi dan lagi yg jurdun. Hehe

  11. Aleix sangat luar biasa diassen , tidak menutup kemungkinan bisa juara dunia apabila konsisten sampai seri akhir ,kita tunggu saja # next race

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


TERBARU

KONTEN PILIHAN

MOTOGP