TMCBLOG.com – Setelah rehat summer break yang mungkin menjadi rekor terlama dalam sejarah 5 tahun terakhir MotoGP akhirnya pada akhir pekan ini kita akan kembali menikmati hadirnya deru suara mesin motor empat silinder prototipe yang akan membelah salah satu sirkuit dengan trek terpanjang dalam kalender MotoGP, sirkuit Silverstone. Tidak seperti sirkuit Assen yang hadir sebelum summer break ataupun sirkuit Red Bull Ring setelah ini. Silverstone adalah sirkuit ‘datar’ dengan tidak banyak menghadirkan perubahan elevasi. Hal ini juga berhubungan dengan posisinya yang dibangun di atas landasan bandar udara militer RAF.
Sirkuit ini dahulu terkenal bumpy, namun sempat dilakukan pengasphalan ulang di tahun 2019 persis setelah gagalnya balapan basah 2018 yang disebabkan karena drainase yang buruk. Permukaan aspal yang baru jelas merupakan peningkatan kualitas grip besar-besaran namun setelah empat balapan F1 dan balapan terakhir MotoGP tahun lalu membuat sirkuit yang memiliki panjang hampir 6 km ini kurang lagi ngegrip, kurang abrasif dan bahkan memunculkan kembali beberapa spot bumpy baru.
Terlepas dari tantangan kondisi aspal, panjangnya Silverstone jelas memberikan tantangan tersendiri. Sirkuit clockwise ini ini memiliki 18 tikungan pada 5,9 kilometernya dan penuh akan kombinasi kompleks dari tikungan yang umumnya flowing/mengalir. Dan membaca karakter ini, mindset kepala kita pasti akan lansung menuju ke motor-motor bermesin empat silinder segaris Yamaha dan Suzuki karena secara umum bentuk crankshaft inertia dari mesin kedua pabrikan ini akan menghadirkan karakter alami yang ‘malas’ / lembam saat menikung. Kalau sudah menikung ya maunya terus menikung, dan ini menyebabkan secara fisika mesin jenis ini kencang banget di tengah tikungan ketimbang V4 yang memiliki karakter crank shape lebih sempit dan compact.
Hal itu lumayan logis, terutama jika kita hubungkan dengan fakta bahwa sejak MotoGP kembali ke Silverstone pada 2010, Yamaha telah memenangkan sebanyak lima kali balapan di sini, dengan Jorge Lorenzo meraih tiga kemenangan di sirkuit, Valentino Rossi satu kemenangan pada 2015, dan tentunya kemenangan terakhir Silverstone tahun 2021 yang lalu atas nama Fabio Quartararo.
Jika ada yang berpendapat bahwa trek ini terdengar seperti trek Suzuki, maka pendapat ini juga tidak sepenuhnya salah : sejak mereka kembali ke kelas utama pada tahun 2015, mereka telah menang dua kali, sekali pada tahun 2016 dengan Maverick Vinales, dan terakhir kali dengan Alex Rins. Plus kehadiran Rins di podium dua pada tahun 2021 yang lalu. Mengingat bahwa hanya ada lima Grand Prix yang diadakan di Silverstone dari tahun 2015 buat Suzuki, maka 2 kemenangan dari lima membuat Suzuki memenangkan 40% semenjak mereka kembali ke MotoGP. Dan sedihnya ini mungkin juga akan jadi momen terakhir Suzuki hadir di Silvestone untuk balap MotoGP.
Selain dua pabrikan Suzuki dan Yamaha, tentu ada pabrikan lain yang juga siap hadir habis-habisan dan ditunggu banget update pasca summer break-nya. Buat TMCBlog pabrikan yang kami juga sedang tunggu performanya di Silverstone adalah Aprilia. RS-GP secara umum adalah motor dengan mesin V4, namun dengan berbagai resep pengembangan yang dilakukan di bawah reparto corse yang dipimpin oleh Romano Albesiano, Aprilia RS-GP ini memiliki karakter yang mungkin paling balance se-grid MotoGP saat ini. Nggak ada lagi mungkin dalam kamus mereka sirkuit inline 4 atau sirkuit V4, kalau bisa ya dilibas semua karena semua sirkiut dengan RSGP memiliki potensi untuk ditaklukan dengan hasil maksimal podium 1.
Pada interview yang dilakukan Manuel Pecino 24 jam sebelum Maverick Vinales memperoleh podium pertamanya bersama Aprilia, Romano Albesiano menggambarkan betapa berbedanya Aprilia 2022 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya baik dalam hal kualitas motor maupun kualitas organisasi. “Ya, memang… Dengan dimensi yang kita miliki saat ini di reparto corse [divisi balap], dengan jumlah orang yang menghasilkan ide, potensinya ibarat sebuah fly-wheel yang baru saja mulai berputar dan akan berkembang lebih jauh. Saya sangat optimis karena saya melihat bahwa, terlepas dari level yang kita miliki saat ini, kapasitas untuk tumbuh sangat besar.”
“Seperti yang baru saja saya katakan, saya sangat senang dengan apa yang dilakukan Piaggio Group, untuk orang-orang di Noale ( Pabrik Aprilia ) untuk semua orang yang bekerja di pabrik di jalur perakitan… untuk semua orang. Apa yang terjadi sangat, sangat bagus.”
Aprilia dibangun terutama pada 2022 dengan impuls peningatan yang sangat menjulang. Dan kehebatan RS-GP tahun ini bahkan bisa (tanpa mengecilkan peran, talenta dan performa Aleix) menempatkan pembalap yang selama 10 tahun terakhir nggak pernah hadir namanya dan bahkan baru memperoleh kemenangan grand prix tahun ini seperti Aleix Espargaro bisa menebar ancaman bagi siapa saja yang menganggapnya sebagai ancaman. Motornya nggak hanya dibangun untuk bisa melepaskan ratusan daya kuda di straight, namun juga bisa stabil pintu masuk tikungan serta menyapu dengan cepat pula di tengah tikungan.
Semua desain di RS-GP saat ini seperti sangat terlepad sari bayang-bayang mesin V4 yang sudah lama mapan. Desainnya unik, desain aerodinamikannya unik, dan bahkan desain detail untuk menghadirkan downforce saat menikungnya dengan mendesain Tunnel effect di Side fairing pun sangat berbeda dibandingkan Ducati yang menggunakan downwash duct. Balik lagi soal Aprilia dan Silverstone. Sebagai catatan dengan performa RSGP 2021 pun Aleix Espargaro pada event tahun lalu berhasil finish podium 3 di sirkuit ini. Oleh karena itu logis jika semua kembali pasang mata terhadap pabrikan Noale tahun ini di Silverstone.
Apapun yang terjadi di Silverstone, sirkuit menjamin balapan yang seru asal treknya kering. Pada tahun 2019, balapan diputuskan di tikungan terakhir antara Alex Rins dan Marc Marquez. Pada tahun 2016 Cal Crutchlow harus bersusah payah untuk merebut posisi kedua di depan Valentino Rossi. Tahun 2014 melihat lain thriller dekat antara Marc Marquez dan Jorge Lorenzo. Dengan cuaca yang cerah untuk Silverstone akhir pekan 2022 ini, kemungkinan potensi balapan spektakuler juga dapat hadir. – Taufik of BuitenZorg | @tmcblog
GO Aero GO
Iannone nyengir kuda liat perkembangan motor yg dia pernah kata2in, sambil berharap dapet seat 2023 tentunya minimal peran Savadori bisa dia gantiin. Liat umur sih udh ga mungkin Iannone comeback pake motor ini setelah dipaksa hiatus 4 taon kecuali ke wsbk ato ada keajaiban kaya Dovi. Tapi yg jelas motor ini selaen bikin rider yg dinegaranya dikenal sbg medioker bisa jumawa, jg bisa bikin Dovi ama Roberts nyesel. Satu2nya yg nolak seat Aprilia dan ga nyesel kayanya cuma Lordrenzo.
-Ini sih kemungkinan Aprilia vs Ducati (asal gak ngelawak aja).
-Yamaha khususnya Quartararo mungkin main aman meminimalisir damage dari long lap penalty.
-Suzuki khususnya Rins mungkin bisa curi-curi kesempatan nempel bareng Aprilia-Ducati asal gak kumat nyungsep.
-KTM bisa nempel juga asal start dari 2 row terdepan.
-Honda sih nyimak aja lah, sukur-sukur top 10.
Long lap penalty itu waktunya ditentukan race director atau boleh sesukanya pembalap?
Sepertinya ditentukan oleh RD harus dilakukan di lap sekian smpe sekian, klo smpe kelewatan malah bisa double LLP
LLP harus dilakukan dalam kurun waktu 3 lap setelah hukuman pertama kali dijatuhkan, jadi kalo dr awal start Quartararo udah dijatuhi hukuman LLP, maka Quartararo punya waktu sampai Lap ke 3 atau ke 4 utk menjalankan hukumannya, kalo gagal dilaksanakan maka LLP akan di dobel kan,
kalo di akhir2 balapan kena hukumannya dan ga sempat ditunaikan sampai garis finish biasanya kena hukuman penambahan lap time bbrp detik,
cmiiw
sirkuit yang terlalu panjang menghsilkan sedikit lap, sehinggap penonton langsung juga ngeliat pembalap yang lewat jadi lebih sedikit
Ian yg baru gabung april aja bisa bawa rsgp old nyodok barisan depan, hal yg gk mampu dilakukan Aleix bertaon2 ngndon di April. MV yg itungan baru masuk aja bisa naik podium. April progres besar2an sejak Rivola masuk, lalu mengaminkan masukan Ian. Sampe dibela2in nunggu Ian saat kena kasus, karena tau potensi Ian. Coba dibalik Aleix yg kena kasus, apa mau April nungguin.
Terakhir, yg dulu mecah telor Ducati juara seri itu Ian. Hal yg gk mampu Dovi lakuin bertaon2 ngendon di Ducati.
Nyimak FP dulu liat kesiapan pebalap dan kesehatan
Hanya krna masih konsesi dan bebasnya winglet. Klo tanpa winglet dan konsesi ya acakadut
Ya minimal juara dunia tim lah. Hampir pasti
Yes cukup menarik nih jelang Motogp Silverstone ini. Kebetulan, sudah buatkan video jelang British GP ini, barangkali berminat untuk lihat:
Jelang BritishGP 2022
https: //youtu.be/QyhijZlRsxw