Monday, 25 November 2024

Gabarrini Gambarkan Keaadan Pecco 2022 dan Stoner 2007

TMCBLOG.com – Pecco Bagnaia dan Ducati memasuki match point pertama mereka merengkuh gelar yang lepas selama 15 tahun belakangan setelah terakhir Casey stoner berhasil menyegel gelar juara dunia di gelaran MotoGP Motegi dengan Desmosedici GP7 kala diasuh oleh crew chief Cristian Gabarrini dan team manager Livio Suppo saat itu.  Mengenai permutasinya lebih lengkap bisa sobat lihat di artikel sebelumnya.

Pada dasarnya, Sepang – Malaysia akan menjadi tuan rumah untuk kesempatan pertama Pecco untuk menyegel gelar juara dunia kejuaraan kelas utama dari total empat pesaing yang tersisa. Bagnaia akan menjadi juara;

  1. Jika Bagnaia menang dan Quartararo tidak finish di podium.
  2. Jika Bagnaia menyelesaikan balapan di P2 dan Quartararo tidak menyelesaikan lebih baik dari P7 dan Aleix Espargaro (Aprilia Racing) tidak menang;
  3. jika Bagnaia finish P3, Quartararo tidak finish lebih baik dari P11 dan Aleix Espargaro tidak finish di podium;
  4. Bagnaia finish P4, Quartararo tidak finish lebih baik dari P14 dan Aleix Espargaro tidak finish di podium; atau
  5. Bagnaia finish P5, Quartararo gagal mencetak poin dan Aleix Espargaro tidak finish di podium.

Yang menarik adalah tahun ini juga Ducati akan kembali mengantungkan harapannya, salah satunya kepada Cristian Gabarrini, salah satu pelaku yang membuat Ducati berhasil meraih satu-satunya gelar juara dunia sampai saat ini. Kepada Gazzeta, Gabarrini sedikit menceritakan dan menggambarkan perbedaan antara keadaan Ducati pada musim MotoGP 2007 dengan 2022 saat ini.

Yang pasti pertama-tama Gabarrini menggambarkan perbedaan dari motornya yakni Desmosedici GP7 dan GP21/GP22 saat ini. Mengenai Desmosedici GP7 ia memberikan penilaiannya sebagai motor yang; “kasar … benar-benar di batas kapasitas manusia”. Sementara baginya motor Ducati yang sekarang yaitu GP21 dan GP22; “Sekarang ada lima hingga enam pembalap yang rata-rata kuat. Pada tahun 2007 hanya satu yang bisa mendorongnya ke batasnya yaitu Casey“. Saat ini Desmosedici baik itu GP21 maupun GP22 sangat adaptif dengan banyak gaya membalap, tetapi untuk dijinakkan dan menjadi rekan balap yang sangat kuat membutuhkan ketepatan teknis, fisik, dan mental yang maksimal dari pembalapnya. – @tmcblog

20 COMMENTS

  1. paket motor ducati emang udah lengkap…cuma dari gp PI kemarin ada 1 kelemahan yg sangat terekspose yaitu Kemampuan motor saat masuk tikungan
    keliatan banget pas saat masuk tikungan GP22 lemah bahkan dibanding RCVnya Marc sekalipun,,tapi akhirnya kaya gk terlalu signifikan karnya akselerasinya juga di atas rata rata

  2. No 2 paling bisa di usahakan.
    Ducs army kan umumnya bisa ke posisi atas semua.
    Bisa berurutan kaya di PI kemaren, cukup lah buat bikin taro di belakang.

  3. Pada lupa Capirex, kalo gak tua fisik prima, mungkin dia yang pertama juara Ducati -hilal nya udah samar samar- , dan Stoner juara pake desmo warisan capirex

    • opini sya capirex mau masih mudapun tetep ga jurdun,krena selain ross masih ada biagi dan pmblp lain.klopun mau diblng keuntungan stoner… cuma ini.ban.ducati udh pake bridgestne ketika itu…nah tahun berikutnya dgn ban yg sama ducati lngsung kalah dari rossi bhkan mulai muncul penyakit aneh2

    • Gw sih ngeliatnya saat 2006 Capirex bawa GP6 saat kondisi prima, ngacir bener, etapi seri berikutnya langsung ancur-ancuran klo gak posisi bawah ya off karena cedera dibanting motor

  4. “ada lima hingga enam rata-rata kuat” maksudnya adalah untuk team order dan jgn lupa diperbantukan oleh regulasi dorna yg menguntungkan ducati, seandainya ducati juara ya tetap saja di mata publik krn 2 faktor tsb
    respect ama casey krn pure skill tanpa team order

  5. Jika Peco pada perebutan juara dunia tahun 2022 ini yg dihadapi adalah MM-93, tentu akan lebih mirip dgn yg dialami Stoner tahun 2007 silam.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

TERBARU

KONTEN PILIHAN

MOTOGP