Wednesday, 25 September 2024

Quartararo : Top Speed M1 2022 Masih Kalah, Masa Depan Nggak Jelas

TMCBLOG.com – Walaupun berada di posisi ke 4 pada timesheet pada debrief pasca hari ke-2 Test Mandalika, Fabio Quartararo tetap mengungkapkan ketidak-happy-an dirinya dengan pekerjaan yang telah dilakukan Yamaha selama musim dingin ini pada YZR-M1 nya, terutama yang berkaitan dengan performa top-end mesin CP4 Yamaha M1. Fabio mengombinasi kecepatan terbaik di tiap sektor yang ia lakukan seharian kemarin dan cukup positif saat ia melihat laptime kombinasi yang berada di angka 1:32,3 dan ini adalah yang tercepat diantara semua kemarin. Namun, Fabio menekankan bahwa hasil tes di hari kedua tidak ada hubungannya dengan apa yang akan terjadi nanti di balapan, terutama dengan motor yang secara signifikan memiliki top-end power lebih kecil daripada para pesaingnya di lintasan lurus. Saat ini pun Yamaha tidak boleh terlalu over-confidence terhadap senjata andalan mereka ketika menyapu tikungan cepat. Saat ini bahkan motor motor V4 banyak yang sudah menemukan cara bisa cepat di speed corner seperti misalnya Ducati dan Aprilia.

Setelah hari kedua Test Di Mandalika, Fabio berbicara kepada media di kanal Zoom dan berbicara jujur ​​tentang apa yang terjadi saat ini di Yamaha. “Saya mengharapkan sesuatu yang jauh lebih baik, motor yang jauh lebih baik untuk tahun ini. Jadi, tentu saja, masa depan saya tidak jelas saat ini. Anggap saja bagi saya itu belum waktunya untuk membicarakannya, tetapi masa depan saya terbuka lebar dan kami harus melihat proyek berikutnya”. Sebenarnya apa yang dikatakan Fabio di atas cukup multitafsir, namun ‘masa depan terbuka lebar’ ini memang banyak diartikan bahwa 2023 ada kemungkinan Quartararo untuk pindah pabrikan.

Untuk hal ini Ducati, via Paolo Ciabatti sudah menyatakan bahwa 2023 ke depan mereka sepertinya tidak akan mencari talenta dari luar. Aprilia sepertinya tidak mau lagi kehilangan waktu development karena terlalu fokus soal pembalap, mereka sudah settle sekarang dan KTM punya jalur pembalap muda. Mungkin potensinya di Suzuki dan Honda. Bahkan Rumor Paddock mengatakan bahwa sebelum Test Sepang sudah ada kontak pertama antara pihak Fabio dan pabrikan sayap mengepak ini.

Masalah kontrak adalah masalah lain, yang hadir di hadapan adalah fakta bahwa mesin akan disegel dalam tiga pekan ke depan jelang GP Qatar dan setelah itu tidak ada kesempatan lagi mengembangkan mesin, Fabio tahu kenyataan bahwa Ia dan Yamaha harus segera mengonfirmasi spek mesin yang akan dihomologasikan ke FIM: “Ya itulah (mesin yang dipakai saat test pra musim) yang kami miliki untuk sepanjang tahun ini. Mungkin kami dapat menemukan sesuatu, tetapi mesin ini akan menjadi basis kami. Tahun lalu kami kehilangan rata-rata 9 km/jam, dan hari ini kami kembali berada di 9 km/jam. Yang ingin saya katakan adalah kami belum mengambil langkah apa pun. Saya pikir lebih baik tidak terlalu memikirkan hal ini, fokus saja pada gaya mengemudi saya dan coba berjuang untuk hasil terbaik.”

“Sejujurnya, kami kehilangan sesuatu yang besar. Tetapi jika saya mulai terlalu fokus pada ini, maka mentalitas saya tidak akan sama, dan saya ingin mendapatkan yang terbaik. Di luar itu, saat motornya tidak cukup, Saya bukan seorang insinyur, jadi pada akhirnya satu-satunya hal yang bisa saya lakukan adalah mencoba yang terbaik dan melihat apa yang bisa saya lakukan untuk memperjuangkan gelar dan meraih kemenangan. Itu hal terpenting bagi saya, untuk bertarung memperebutkan gelar juara. Tapi sejujurnya, kami belum mengambil langkah yang saya harapkan.”

Fabio pun mengungkapkan kekhawatirannya soal panjangnya gerbong Desmosedici dalam grid-start MotoGP saat ini. Bukan hanya GP22, bahkan GP21 pun terbukti masih sangat kompetitif: “Kami harus khawatir tentang delapan Ducati. Mereka semua cepat, mereka memiliki delapan motor dan delapan pembalap cepat. Rookie membutuhkan waktu lebih lama tentu saja, tapi saya yakin bahwa pada akhirnya mereka akan datang karena Di Giannantonio sangat cepat hari ini, dan dia mengambil banyak langkah ke depan. Itu tidak akan mudah.”

Namun begitu ada juga hal positif yang diperoleh pada hari kedua kemarin, Fabio merasa race pacenya solid: “Ketika saya mencoba ban balap di sore hari, kecepatannya sangat bagus, saya berlari di 32,4 dengan karet ban yang sangat usang. Saya pikir besok kita akan dapat melihat kecepatan saya yang sebenarnya lebih baik, karena saya akan melakukan latihan balapan (long run). Saya tidak yakin akan melakukan 27 lap, tetapi sekitar 15 atau 20 laps. Di situlah kita akan melihat kecepatan yang sebenarnya, dan saya pikir itu sangat cepat. Saya sangat senang dengan race pace saya, di lap cepat apa yang saya lewatkan adalah gap [laptime] antara karet bekas dan baru jauh lebih sedikit dari sebelumnya, sekarang lebih sulit dan saya tidak mengerti alasan perbedaan kecil ini”.

Secara umum jika kita melihat data yang dihimpun oleh Chris Pike, Fabio Quartararo sebenarnya berada pada posisi paling atas dalam hal laptime rata-rata (yakni 1:32,623) dan berada di posisi paling atas juga soal race pace. Tercatat dalam 27 lap solid yang diukur 5 lap Fabio bisa memperoleh di bracket time 1:31,5 – 1:32,0 lalu 5 lap di bracket  time 1:32 koma kecil dan 9 lap di angka 1:32,5 – 1:33. Sebenarnya potensinya masih ada, namun ya itu dia yang diperoleh Fabio di test pra-musim sepertinya lepas dari ekspektasinya.

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

45 COMMENTS

    • Taro ini walopun ngeluh tp mentalnya sudah matang, dia ngerti harus ngapain d atas motor

      Kalo musim depan ketiga rider yamaha gk bisa perform kayak tahun lalu berarti bener omongan taro & bukan sekedar psywar belaka, yamaha harus serius berbenah atau mereka bakal kehilangan taro

  1. Top Speed M1 jauh dibawah bahkan dibandingkan dgn GSXRR, tapi mau gmn lagi, sepertinya insinyur Yamaha juga udah coba berusaha menaikkan top speed M1 mereka, tapi mungkin apa yg dikorbankan tidak layak dgn hasil yg dicapai,

    • Justru itu fungsinya test kan
      Kalo memang ternyata penambahan topspeed gak worth it buat fabio, kan masih bisa cari opsi lain
      Knp waktu test ini gak coba dimanfaatkan

  2. sygnya di balapan realnya nanti simulasi race pace yg ideal itu sulit dicapai kalo Fabio tidak start dr front row, krn Fabio harus berjibaku melawan Ducati yg terkenal sulit utk di overtake bagi M1 yg punya top speed rendah, cara yg paling ideal agar bisa menang lawan Ducati utk Yamaha ya harus start dari front row, sedangakn front row harus memiliki motor yg kencang di time attack, nah masalahnya Desmo pun juga rajannya time attack,

    • Pd masa itu juga si mbah keluhkan masalah grip
      Tetapi yam tertipu dgn hasil test maverick
      Apapun itu menilai dr hasil yg udah ada mah gampang
      Saat ini fabio merasa kurang, hal ini dinilai berpotensi mengancam gelar dia
      Nanti hasilnya seperti apa ya urusan nanti
      Yg jadi problem knp skrg gak dicoba dulu sebelum masuk masa engine di lock

  3. Jika fabio menggunakan racing line berbeda dgn v4 yang berjibaku didepan satu persatu bisa disalip setelah tikungan pertama. Dan jika fabio lepas maka akan ngacir tak terkejar v4.

  4. Bucin amat sih ni anak. Mentang2 pernah jurdun, takutnya kena mental mirip Mir. Kalo mau nambah speed ya minta ganti konfigurasi mesin ke V dong. Sudah kodratnya Inline kalah topspeed sama V.

  5. Sedangkan yamama pun sudah menyiapkan plan B yang bernama ketoprak.
    Dia memang belum pernah nyicip M1. Seperti halnya digiananto yang kata taro bahaya, masih memerlukan waktu, tapi akan merepotkan pada akhirnya.

  6. Mbah Kakung udah berkali-kali bilang yamaha M1 sejak 2015 secara garis besar rasanya sama saza. Cuma beda tipis-tipis perbedaannya. Diluar faktor reflek dan ototnya yang mulai melambat karena udah sepuh, dia pasti nglotok soal evolusi M1.

    • Mungkin akselerasi jadi naik, krn traksi ban bagus sehingga mencapai top speed yg sama bisa lebih cepat, tapi kalau top speed lebih tinggi belum tentu kali ya,

  7. Banyak yang bilang taro lagi manggul kantong pasir. Tapi data dari chris pike justru berkata sebaliknya. Setidaknya sampai hari kedua di mandalika. Pebalap jaman now memang lebih sulit bersandiwara, selama akses data bisa dijembreng jelas.

  8. Salah satu pembalap spesial ini, bisa memaksimalkan potensi motor tapi mengembangkan yang kurang, sebenarnya apa yang diutarakan sama seperti Rossi, cuma penyampaiannya lebih jelas ke arah mana yang bisa dikembangkan, karena kalo management mesin sudah ada handicap ecu seragam itu

  9. Makanya pernyataan sumi san di artikel wak haji kmrn sdh gk begitu relevan di era MotoGP skrg.yg sdh memiliki piranti part tetek bengeknya,mulai dr winglet,holseshot device,RHA,FHa Dll yg msh dinkekepin sama pabrikan lain.

  10. Catatan itu dicapai tanpa adany gangguan dr pembalap lain. Nah, klo race mestiny FQ20 jgn smpai tercecer dr 5 besar utk mengejar v4 didepanny.

  11. Sebaiknya yamaha mulai memikirkan beralih ke tipe mesin V4 jika power benar2 sudah tak bisa di up grade. Tapi kok suzuku justru beralih dari V 4 ke Inline ya?

    • Ini yang menarik. Kok suzuki malah kebalikannya. Jadi sebenernya totally need more power atau totally need a new bike yamaha ini ya?

      • Kesimpulannya mungkin tergantung style/skill ridernya.
        Faktanya,meskipun ducati sangat unggul di top speed,tapi hanya Bagnaia yang stabil. Lainya tidak stabil. Stabil tidaknya kan mungkin juga disebabkan faktor motor alias tingkat kesulitan dikendarainya.

      • Intinya ya pada kecocokan rider itu sendiri menurutku. Contoh MM 93,dia sangat buas dengan motornya. Tapi team matenya memble semua. Begitu pula ducati. Hanya Bagnaia yang kinsisten. Itu pun di akhir2 sesi.

        Sepertinya yamaha mengejar stabilitas. Karena jika sebuah motor stabil,maka akan terjadi konsistensi. Dan konsistensi adalah cara untuk menjadi juara.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here


TERBARU

KONTEN PILIHAN

MOTOGP