Tuesday, 26 November 2024

Mandalika Termasuk Salah Satu Sirkuit Terbaik MotoGP Secara Teknikal

TMCBLOG.com – Sikruit Mandalika di Lombok . . . Seperti yang sudah kita bisa lihat di artikel reviewnya ketika TMCBlog mecoba langsung mengaspal di sirkuit ini menggunakan motor sport 250 cc, baik bermesin dua silinder maupun mesin 4 silinder, sirkuit ini memang sangat menyenangkan, tentu sangat berbeda dengan layout old school sirkuit Sentul. Layout Mandalika memang jauh lebih modern, kombinasi antara sedikit lambat dan banyak spot daerah yang cepat di sirkuit ini. Terlepas dari pemandangan yang luar biasa indah yang secara dikellilingi oleh perbukitan dan ujung tikungan 10 sudah sangat mengarah ke samudera Indonesia ada banyak keterkejutan hadir yang memompa adrenalin setiap individu yang mencoba sirkuit ini, baik hanya untuk sekadar review, riding cepat rekreasional ataupun para pembalap di setiap jenjang karakter pembalap, pemula maupun profesional pemegang gelar Juara Dunia berkali-kali MotoGP maupun WSBK dan hal ini jelas semakin kentara ketika TMCBlog mencoba berkali-kali melihat jalannya setiap sesi balapan mulai dari ATC, Moto3, Moto2 maupun MotoGP dari layar kaca.

Membalap di suhu udara 30-31° C dengan temperatur permukaan aspal sampai 61-62° C adalah sesuatu. Namun kita tiada bisa melawan atau mengubah mother nature terebut kan? Terkecuali satu sirkuit dibangun di sebuah indoor yang membuat keadaan bisa lebih dikenadalikan namun tentu akan costly dan kayaknya lebih nggak mungkin lagi.

Nah, salah satu yang membuat TMCBlog merasa sangat amazing adalah bahkan hanya dengan racing line yang sangat terbatas – mungkin hanya sekitar 1,5 meter di beberapa titik atau hanya sekitar 10% dari lebar badan treknya sendiri – namun kita bisa melihat ada banyak sekali kejadian overtaking dilakukan di semua kelas dan hampir semua pembalap bisa memberikan perbedaan ketika mereka mengerti harus bagaimana . .

Misalnya saja, bayangin aja nih sob, ada satu gerombolan tikungan cepat saling bersambut (T5,T6, T7, T8, T9) yang super flowing persis setelah pembalap melakukan chicane T2-T3 dilanjut T4 yang menuntut perubahan arah dengan baik. Atau bahkan satu kombinasi tikungan cepat seperti T11-T12-T13-T14-T15 yang mengarah ke chicane pelan di T16 dan T17 adalah satu hal yang sangat memompa adrenalin dan tentunya memeras skill pembalap sampai batas ujungnya.

Bisa sobat bayangi, sedang berada pada mode perubahan arah kanan-kiri atau sebaliknya yang membutuhkan tranfer bobot yang balance, pembalap harus lanjut mode lain di mana dibutuhkan satu saja mode transfer bobot yakni mengarah ke anti-sentripetal dari arah gerakan motor yang menikung rebah di satu kombinasi tikungan cepat. Dan tentunya perasaan sebaliknya, ini jelas membuat banyak pembalap menyukai Mandalika.

Balapan di sirkuit Mandalika untuk kelas MotoGP menghasilkan kategori slow laptime yakni untuk kelas primer MotoGP di angka 1 menit 31 detik-an, namun kita memiliki. Cek gambar berikut . .

Yes . . Walaupun slow laptime yang bisa jadi disebabkan utamanya karena low grip dari aspal sirkuit, namun rata-rata kecepatan untuk sirkuit ini termasuk tinggi di angka 165-168 km/jam-an. Bisa dibandingkan misalnya dengan Motegi di angka 143 km/jam-an atau sirkuit Catalunya yang juga flowing di angka 153-165 km/jam-an. Disinyalir karakter layout sirkuit Mandalika yang menarik ini lah yang membuat pembalap berani bela-belain terpanggang panasnya sirkuit dan panasnya mesin MotoGP.

Mandalika memang bukan rancangan perancang sirkuit terkenal seperti Hermann Tilke. Entah siapa yang punya drawing awalnya dari pihak Populous sebuah firma arsitektur asal Inggris dan juga dikerjakan oleh MRK1Consulting di Bahrain, yang layout sirkuit ini sendiri terinspirasi dari bentuk pulau Lombok jka dilihat via citra udara. Credit tinggi  kami berikan kepada desainer/perancaang sirkuit ini karena seakan tahu bagaimana menempatkan daerah ‘pelan’ setelah kombinasi daerah ‘cepat’. Daerah pelan tidak dibuatkan banyak tempat. Bisa dihitung satu tangan saja. Mungkin hanya maksimal tiga. Semua pembalap benci daerah trek yang pelan, namun daerah trek pelan tetap dibutuhkan terutama buat memberikan kesempatan pembalap pembalap yang tertinggal di daerah cepat bisa catch-up dan mengejar ketertinggalan mereka yang mungkin bisa mengembangkan jarak 0,1 sampai 0,5 detik di daerah kombinasi fast corner.

Mandalika akan memberikan hukuman keras kepada pembalap yang hanya mengandalkan strategi menguntit pembalap di depan untuk mempelajari dan melakukan overtake di satu tempat tertentu terutama dengan mengandalkan outbrake yang lebih baik. Sulit akan kejadian bisa melakukan overtake. Mandalika akan memberikan reward kepada pembalap cerdas seperti misalnya sebut Pecco Bagnaia pada balapan Ahad kemarin yang sangat percaya diri terhadap apa yang ia miliki.

Semisal yakin banget akan bisa overtake di T10, maka Ia akan akan mempersiapkan semenjak lepas dari dua tikungan kombinasi perubahan arah di T2 dan T3 yang mungkin jaraknya hanya 0,3-0,4 detik di belakang saat itu, lalu mulai mendekat sepanjang kombinasi tikungan cepat T5-T9 dan sampai akhirnya melakukan dengan baik di T10. Jadi bukan semata-mata otodidak menunggu momen tepat dan menggunakan kelebihan outbraking sepeda motor, semua harus disiapkan semenjak awal.

Zona lambat itu tetap dibutuhkan, namun bukan artinya semua harus stop-and-go juga tikungannya. Dan perancang awal drawing Mandalika seperti tahu benar apa yang harus mereka rancang dari sejumput daerah di pesisir Pantai Seger ini. Tinggal memang kedepan permasalahan one racing line ini bisa kita pecahkan bersama sehingga mudah-mudahan akan membuat balapan semakin sengit di tahun depan. Mungkin mendekatkan balapan ARRC persis sepekan sebelum Grand prix dimulai? Silakan share opini mu sob.

Taufik of BuitenZorg | @tmcblog

 

 

 

44 COMMENTS

  1. Btw mandalika kan rancangan populus wak layoutnya, cuma sayang karena alasan safety 2 tikungan harus ilang. Kalo pake layout aslinya yg 19 tikungan kayanya seru ada tikungan menjelang bukit T10

  2. Overtaking spot nya variasinya gak terlalu banyak ya, terutama buat CC besar

    sedangkan buat CC kecil yg lebih ringkas dan lincah bisa lebih banyak terbukti di kelas Moto3 kemarin cucuk cucukannya seru

    • Krn CC besar dimensi motornya juga besar, sedangkan racing line nya terbatas lebarnya, belum lagi kecepatannya juga jauh lebih kenceng dibandingkan motor2 capung, lebih sulit utk memaksa masuk kecuali lawan didepan agak melebar dikit, terbukti Binder yg bbrp kali nyeruduk rider lain gara2 terlalu agresif,
      IMO ya

  3. Yg paling cantik sih emg sebelum T10, peralihan sektor 1 ke sektor 2, liat rider meliak liuk ringan dgn speed super tinggi seolah-olah di straight, setelah itu peralihan di sektor 3 ke sektor 4 juga asyik ngeliatnya, flowing dgn speed tinggi, emg kalo aja racing line lebih lebar lagi mungkin kita visa menyaksikan 3/4 rider berjejer sambil menikung cepat,, emg sirkuit ini kyknya di desain khusus utk balapan motor sih,
    dan juga krn proximity nya dekat pantai dan bukit2 yg masih terhitung tandus kalo kemarau jelas tanah yg kering bakal jadi abu yg mudah beterbangan, sirkuit nya jadi mudah banget kotor bahkan hanya berjarak satu malam setelah dibersihkan,

    • Dan seharusnya T16 dan T17 itu bisa jadi tikungan paling seru kalo ridernya berani ambil racing line yg berbeda (tentu resikonya bakal crash kalo ban tiba2 hilang grip gara2 kena pasir dan debu)

  4. Membawa satu event seperti ARRC sepekan sebelum seri MotoGP Indonesia digelar secara logika memang sangat memungkinkan, TAPI tidak realistis bagi MGPA (pengelola) yang mana punya budaya pada 1-2 pekan sebelum MotoGP dihelat itu trek harus steril dari kegiatan apapun dan sibuk untuk ngecat2 sana sini.
    Bukan begitu, bukan?

    • soalnya peralatan macam speaker, sensor limit, genset/ups dll sistem bongkar pasang buat event sekelas motogp , jd butuh steril tempat & waktu
      trus tukang ngecat & peralatan2 masih manggil dr luar

    • Ha ha.. nyindir sdm kita yang suka bikin project cuan sebelum even, etapi kemaren juga di spore trek f1 udah siap kok 2 minggu sebelumnya, bedanya dia masih open blokade buat jalan raya sehari-hari

    • Ya itu td bro, karena racing line masih sempit jd kelihatan boring. Mungkin kedepan klo sudah sering dipakai, racing line mulai lebar, jd seru tuh race-nya

  5. Tetep gak kelawan sama sirkuit yang ada naek turun, tapi gak portimao juga. Tapi kalau di adu macam Sepang seruan Mandalika kemarin sih.

  6. Yang ngakak om mobi mau ngerem di tikungan malah disuruh gaspol sama om Fitra, semenyenangkan itu ketika otak kita menguasai layout trek sirkuitnya

  7. Ini kmren saya aja yg denger, tapi teriakan penonton sering banget kedengeran masuk ? kayanya trek lain ga sebegitunya cmiiw

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

TERBARU

KONTEN PILIHAN

MOTOGP