TMCBLOG.com – Fungsi Universitas salah satunya adalah sebagai kawah candra dimuka Penghasil Calon Calon teknokrat yang bisa mengahsilkan ide orisinil yang bisa berguna bagi Bangsa dan masyarakat. Nah kali ini tmcblog mau share ke sobat semua salah satu hasil Riset Universitas Diponegoro Semarang yang sudah mematenkan Alat Penghemat Bahan Bakar Untuk Motor FI.
Menurut yang bisa tmcblog nukil dari Abstrak Paten Yang di daftarkan Oleh Undip Ke Pangkalan Data kekayaan Intelektual (PDKI) Besarnya jumlah sepeda motor di jalan menyebabkan angka penggunaan bahan bakar menjadi meningkat, sehingga diperlukan langkah untuk mengatasinya. Cara mengatasinya salah satunya adalah dengan meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar tersebut. Efisiensi penggunaan bahan bakar tersebut dapat ditingkatkan dengan memanipulasi ataupun mengatur nilai campuran bahan bakar dengan udara atau Air-to-fuel ratio (AFR) sesuai kebutuhan.
Akan tetapi mengatur nilai AFR secara elektronis agar penggunaan bahan bakar menjadi efisien cukup sulit dilakukan. Hal ini disebabkan karena sistem kerja sepeda motor modern sangat kompleks dan tidak linear, sehingga tidak bisa menggunakan sistem kontrol biasa. Permasalahan ini dapat diatasi dengan merancang suatu alat yang berfungsi sebagai pengatur (kontroler) AFR tambahan yang bekerja dengan basis logika Fuzzy / Fuzzy Logic
Kontroler ini akan diparalelkan dengan sistem kontrol (Electronic Control Unit – ECU) bawaan motor dan bekerja bergantian sesuai dengan keadaan. Dengan cara seperti itu maka penggunaan bahan bakar pada sepeda motor bisa diatur sedemikian rupa sesuai dengan kondisi pengereman dan derajat bukaan gas sepeda motor.
Gambar di atas Mungkin Bikin Sobat Seklaian Pusing .. Namun Simpelnya membaca diagram di atas Kira Kita begini, cmiiw :
- Cek Garis Merah itu adalah garis sensor dimana sistem FI ( ECU ) membaca sensor.
- Ada Garis merah ( sensor ) yang dari sebuah alat pendeteksi di bawah setang kanan ( 2 ). Itu tmcblog eprkirakan untuk membaca kondisi pengereman dan Bukaan gas
- Ada Garis merah ( sensor ) dari O2 sensor Untuk mengecek kadar emisi gas Buang (3 )
- Ada Garis merah ( sensor ) dari Katup di Throttle Body yang bertugas memberikan asupan udara ( 1 )
- dari 3 jalur sensor itu dibuat perhitungan dengan Logika Fuzzi sehingga menghasilkan perintah Via aktuator ( Garis Biru ) yang sepertinya mengarah ke Injector.
- Sinyalemen tmcblog adalah pengukuran Logika Fuzzi akan menghasilkan perintah seberapa deras Semprotan BBM bisa disemburkan Via Injector sehingga muaranya akan memproduksi tenaga yang pas dan Seimbang antara performa dan Ke-iritan/ hemat bbm.
Mohon maaf jika artikel kali ini harus membuat sobat sekalian befikir keras hehehe. Silahkan didiskusikan Jika ada Yang terlewat silahkan tulis di kolom komentar, semoga berguna dan semoga Karya anak anak Muda ini bisa bermanfaat dan terealisasi di dunia industri khususnya Produk Buatan Indonesia ke depan.
Taufik of BuitenZorg
Hmmmm menarique… Baca Dulu dahh..
Bisa buat cuci baju juga dong wak? Fuzzy logic kan…
Mumet
Saya maafkan ?
banyak angka2 tapi tidakada keterangan, benar2 membuat berpikir keras nih ?
udah malem wak,, besok aja saya cerna artikelnya,, hehe ?
Artikel ini apa suka dicopas bloger lain?
Besok lagi ah bacanya..!
semoga Karya anak anak Muda ini bisa bermanfaat dan terealisasi di dunia industri khususnya Produk Buatan Indonesia ke depan.
Aamiin …
Seperti piggyback kah?
Emm anu wak, udah tk baca, tapi kyanya tdr dlu, besok dibaca ulang sambil ngopi biar otak jalan lancar ?
Bedanya dengan piggyback mungkin ini bisa merubah AFR secara otomatis ya wak?
Tolong koreksi ya, hehe…
Fuzzy logic itu logika yg nilai kebenarannya antara 0 sampe 1 (biasanya logika matematika bernilai benar atau salah, kalo di fuzzy logic benar atau salah ada bobotnya masing2). Kalo liat sekilas skemanya, dia ngambil data2 dari sensor, ntar data2 itu diubah biar bisa diproses logika fuzzy. Data2 itu ntar dipetain, dihitung bobotnya masing2, diagregasi hasilnya, dibalikin lagi jadi data semula. Data hasil akhir ini keqnya yg jadi input buat ngatur pembakaran. Lebih jelasnya tentang fuzzy logic bisa baca2 di slidenya Rinaldi Munir (atau dimana aja yg penting valid sumbernya).
Nah itu.. Rinaldi Munir.. Jadi inget jaman kuliah dulu.. Hehe
Nah sip, secara saya ngantuk waktu maya kuliah ini dulu wkwk
agak membingungkan bila alat yg diklaim sbgai ‘penghemat bbm’ cma berfungsi mengatur debit masuk bhan bakar.. sedang rasio bbm-udara itu sudah pasti 11-15:1..
menurut sya bila ingin menghemat bbm ya ckup dgn ‘tidak digunakan’ bbm trsebut..
cara2nya bnyak misal dgn memadukan dgn teknik HHO jdi bbm bsa di seting miskin.. ato penambahan motor listrik yg membantu stop-go kendaraan.. mengurangi beban kerja mesin dgn mengurangi bobot kndaraan.. ato menambahkan ‘energi’ pda bbm itu sendri..
sistem ini punya satu celah yang belum dipakai motor disini. yaitu sensor pada pengereman. kebanyakan berupa switch, sementara banyak pengguna jalan yang sadar atau tidak sering ngerem tapi sambil/masih ngegas. dengan sistem ini, hal tersebut bisa diambil manfaat. bisa jadi ketika ngerem AFR tidak lagi 14:1, tapi 20:1, atau malah cut injection sama sekali, tergantung setingan yang dibuat.
Naah ada benernya juga itu yang dibilang verver. Klo cuma ngatur debet, mungkin dari ECU sendiri bisa lhah. Tapi optimalisasi ECUnya itu sendiri yang masih belum bisa untuk mengatur program kerja engine dalam berbagai kondisi
dan juga, sistem ini jauh lebih aman. ketika sedang full throttle tiba2 ada orang nyebrang, langsung tarik/injak tuas rem, injeksi akan berkurang/cut sendiri meski masih dalam proses nutup atau malah bikernya gk sempat tutup gas.
iya tuh, mungkin bisa dibuat sistemnya ky regenerative battery di kendaraan hybrid. yg kalau deselerasi/ngerem, bisa ngecas. kl di mesin biasa kalau deselerasi atau nge rem depan atau belakang, ecu nya memerintahkan injektor agar AFR nya bisa lean biar irit bahan bakar. kyknya membutuhkan o2 sensor yang lebih wide rentang kerjanya. dan sensor2 lain yg lebih banyak.
kl untuk self brake mgkn butuh sensor IR atau kamera yg bisa mendeteksi ada tidaknya obyek di depan. wah, tidak ekonomis lagi buat pabrikan kalau mw diproduksi massal..
Bagaimana dengan Minicon, Wak? Sudah pernah coba?
bagus idenya, but. bukanya di bawaan pabrik juga sudah ada pengaturan yang bertujuan sama? yang belum.dijual semisal dipadukan dngn bahan bakar hidrogen misalnya, apa nanti pembelian unit + pemasangan cukup worth it , apa busa plug and play atau harus pakai tenaga ahli buat instalasi? agar plug and pluy untuk beberapa jenis merek motor apa bisa? .
sepertinya bisa plug and play, karena cuma elektronik. sensornya sama saja, hanya bertambah di throttle dan rem. jikalau dijual, pasti mahal, lebih mahal dari ECU bawaan (karena mass product). tapi sistem ini penting dipatenkan dari segi keilmuan, karena pasti berguna.
kalo dari segi keilmuan hal sepele emang penting di PUBLIKASIKAN hehe, bagi ilmu, m
ungkin ini penting buat pabrikan jadi.kesatuan dngn ide2 lain dikemas dalam 1 paket produk. kalo cm 1 inovasi gini dibikin 1 tools tambahan bakal.malah boros biaya produksi
Maju terus anak muda Indonesia
Sebentar?
Penghematannya dimana?
Kalau membaca sensor O² & bukaan gas terus menyesuaikan debit seburan bensin injektor bukannya system injeksi close lop itu sendiri emang begitu?
Terus lebih hematnya dimana?
Apa algoritma lebih advan lebih lebih irit lg?
AFR berapa?
Kalau mau pabrikan tanpa alat tambahan jg bisa kan? Cuma kalau terlalu irit bukannya katanya lebih panas?
Atau kalau sebenarnya dari pabrikan sudah diset sangat amat irit sekali banget.
Dalam artiian mereka sudah ngejar irit, menemukan efisiensi maksimal, sedikit mengorbankan performa.
Alat ini bisa bikin irit lagi?
Kekeringan dong?
Bukan mau nyinyirin penemuan, saya apresiasi. Hanya ingin tanya agar lebih mengerti.
kalau dari patennya, penghematan bisa dilihat dari nomor 2 dan 6, yang lainnya sama saja, bagian throttle dan brake, kemungkinan ketika direm, meski masih ngegas, fuel bisa dicut/ubah lean AFR. misal ketika di kemacetan. biasanya banyak pemotor masih tarik gas sambil ngerem. itu termasuk pemborosan. ketika direm dan injection off, maka penghematan di kondisi kemacetan akan lumayan.
dan di Indonesia belum ada satupun brake sensor macam ini. paling adanya wheel speed sensor untuk ABS, yang kerjanya tidak terhubung dengan mesin.
masih ada celah penghematan di pengereman dan throttle. ketika mengerem, logikanya bisa dikurangi atau bahkan di cut fuel injectionnya. selama ini hanya ketika tutup gas, injeksi diputus atau dikurangi. dengan sistem ini, ketika mengerem, bahan bakar bisa dikurangi/cut tergantung setingan yang dipakai. hasilnya pasti lebih irit, karena banyak sekali pengguna yang mengaplikasikan rem dan gas bersamaan.
sistem begitu sudah ada di ECU bawaan motor, masbro. semua juga cut off injeksi bensin pas pengereman.
kalau setahu saya ketika tutup gas, kalau pengereman, masih belum. belum ada motor dengan sensor pengereman. adanya cuma switch saja.
Kalo kabel setan itu gmna wak beneran bikin irit apa kagak ??
Wah pagi pagi dah pusing,
Kantong kering, perut lapar, masuk angin, tambah puzzy puzzy
Puzzing seven keliling dah
Motor injeksi udh irit mau dibikin lbh irit lagi.
Injeksi itu sudah paling irit aplg untuk motor CC kecil, masih pengen irit LG????,semakin irit bukanya kinerja mesin agak berat,karena kurang suplai bahan bakar belum lg mudah overhead
injeksi bawaan pabrikan itu dirancang tuk emisi bersih atau EURO-EUROan ato AFR 14,7. soal irit malah identik dgn bensin agak banyak sedikit dari bawaan pabrik alias AFR 12,8.
piggyback ? sudah rame di pasaran, masbro. harganya murah2 dan programable lagi, bahkan beberapa bisa difine-tuning pakai trimpot.
Kalau mau lebih hemat, bukan sistem injeksi lagi. Harus pake sistem vaporisasi atau gasifikasi. Bagaimana BBM cair itu bisa dijadikan bentuk uap atau gas sebelum masuk ke ruang bakar. Dan tentunya tetap mempertimbangkan debit/flow sesuai kebutuhan mesin, baik saat idle, santai, sedang ataupun cepat.
Karena baik sistem karburator ataupun injeksi, outputnya masih belum berupa uap atau gas. Segingga otomatis masih belum efisien.
gas ada untungnya, juga ada ruginya,
untungnya, sudah homogen, tidak ada fase perubahan bahan bakar dari kabut (droplet/cair) ke gas/uap ketika langkah kompresi.
ruginya, karena tidak ada perubahan fase, maka penyerapan kalor tidak ada (cairan menguap jadi gas, membutuhkan/menyerap kalor), sehingga internal cooling tidak ada. internal cooling penting, buktinya salah setting AFR, mesin bisa jebol. jebolnya mesin terkait dengan internal cooling tadi.
mau tidak mau, mesin dirancang dengan pendinginan lebih baik untuk mengatasi minimnya internal cooling.
tidak adanya fase cair juga mengurangi efisiensi volumetrik kalau ditelaah. karena dalam fase gas, volume bahan bakar jauh lebih besar dibandingkan ketika cair. ketika cair, misalkan udara masuk 95%, cairan bbm 5%. nah, cairan bbm 5% tadi kalau menguap volumenya lebih dari 5%, bisa jadi (misal) 20%. sehingga volume udara bisanya cuma 80%. tentu saja AFR harus diatur ulang, sehingga udara tidak mungkin masuk 95% (sama ketika bbm cair/kabut).
wahhliat komen2 nya menariqueee… mirip2 komen2 blog jaman dulu yg reader nya ikut miikir, bukan kayak kebanyakan komen2 saat ini yg isi nya BeCe2an gag jelas..!! hehe
Untuk yang belum TbW, bukaan selongsong gas berhubungan langsung dengan bukaan katup di TB, kalo saat ngerem dan ngegas semprotan bahan bakar dikurangi, efeknya jadi overlean combustion, resiko overheat, atau mungkin mesin mati, repot kan? belum lagi pembakaran gak sempurna akibat overlean menghasilkan gas NOx, kerja catalytic malah berat dan gak awet.
Kalo yang udah TbW sih selain atur semprotan bahan bakar sekalian atur putaran servo katup TB, tapi bakal kerasa aneh respon mesin kalo mengambil sensor pengereman sebagai salah satu penentuan bukaan katup TB.
Lain2? Semua sudah diaplikasi di ECU motor2 jepang, dari sensor posisi bukaan gas, sensor tekanan udara manifold, sensor suhu udara, sensor suhu mesin (dipantau dari suhu oli atau air radiator), sensor CO/O2 di saluran pembuangan, sensor putaran mesin, sensor gigi netral, sensor kecepatan (contoh di all new CBR150 sensor kecepatan masuk ECU juga, tapi all new CB150R, Sonic 150R, dan supra GTR150 sensor kecepatan hanya masuk ke speedometer).
Data dari semua sensor2 tersebut dibaca secara real time dan digunakan untuk patokan pengaturan debit semprotan bahan bakar dan timing pengapian.
Kalo mau mengakalin, juga bukan diparallel, kalo diparallel, coba kalo modul tambahan menghentikan semprotan bahan bakar tapi ECU masih menyemprotkan, apa yang terjadi? Belum lagi kalo timing pengapian lagi dari ECU max advanced, debit bahan bakar dikurangin sampe bener2 lean, pasti knocking.
Mending jualan ECU yang bisa diprogram user dengan mapping bawaan yang banyak dari paling irit sampe paling utamain performa, sekarang micro controller STM32 (ARM 32bit) murah meriah, kontrol output pake MOSFET, pengukur dari input sensor2 kan sinyal analog, kalo mau lebih akurat bisa pake chip ADC sebelum masuk micro controller, kalo mau hemat pake ADC internal micro controller, tinggal reverensi tegangan aja yang harus akurat, regulator untuk 3V3 atau 5V juga murah meriah, softwarenya? Kalo gak bisa assembly, C, atau C++, pake library STM32 for Arduino IDE, bahasa pemrogramanya newbie friendly banget.
So please don’t try to reinvent the wheel, if you don’t understand how the wheels work.
Apa cuma biar kelihatan ada penemuan atau inovasi aja ya?
mungkin sipenemu anak komputer coba membuat inovasi dibidang otomotif. antara programmer dengan user belum ada pengertian yang benar apa yg sebenarnya dibidang otomotif ini butuhkan. hehe. kalo dimotogp pembalap ngasih input ke mekanik apa yang ia minta dr bahasa pembalap,mekanik ngrubah permintaan pembalap tadi dngn bahasa teknik mesin, nah lalu dikomunikasikan ke programmer untuk nyetting ECU pirelli 😀
kalau untuk lean/cut injection, sebenarnya bisa aman tergantung yang nyeting. ketika throttle masih terbuka namun ngerem, injection bisa di cut (ini tergantung putaran mesin, kalau putaran rendah, sedang ngopling, dicut, ya mati). kalau diseting pada putaran tertentu, cut injection ini justru akan mendinginkan mesin (tidak ada pembakaran, tidak ada kalor), dan menambah efek engine brake.
kadar NOX untuk lean AFR, kalau dari paten bisa dihilangkan/kurangi, karena ada aktuator EGR valve (no7), dari lubang no 3. ketika super lean tanpa beban (justru suhu gas pembakaran rendah), ketika lean dan dirasa suhu tinggi (tergantung riset dan seting), katup egr bisa dibuka untuk menurunkan suhu.
dari sistem di atas sudah ada counter dari efek samping yang mungkin timbul. namun jelas, sistem ini digunakan bukan untuk plug n play dengan murah, sistem ini akan bekerja normal sesuai hipotesis jika pakai mesin baru yang didesain sesuai sistem ini.
semoga pabrikan mengundang siswa dan dosen pembimbing supaya diajarin betul apa kebutuhan dunia otomotif.
apresiasi usahanya, tapi masih jauh dari aplikasi
ECU pirelli, ban magneti marelli ya bro?
saya tau ente cuma bercanda, hehe…
Kalo perkiraan saya, cuma perkiraan ya (tapi berdasar pengalaman dan pengamatan), itu karya ilmiah mahasiswa (tugas akhir atau sejenisnya) karena menurut pandangan dosen pembimbing dan atau bahkan pihak universitas isinya itu “revolusioner” dan belum dipatenkan (pasti lah, buat apa modul pengatur terpisah, dari ECU aja sudah bisa mengatur hal2 tersebut, tambah sensor kedalaman pengereman) jadi mereka mendaftarkan hak paten rancangan tersebut (apa gak penelitian lebih lanjut? mayoritas ECU bawaan motor jepang kan sudah mepet ke lean).
sebenarnya dari segi keilmuan sistem diatas memang bisa menghemat bbm, dan aman bagi mesin. justru disinilah pentingnya hak paten. Indonesia boleh saja tidak punya pabrikan otomotif, tapi punya teknologinya. siapa yang mau pakai, harus ijin ke kita. kalau tidak, bisa dituntut secara hukum.
tapi dilihat lagi pada paten, modul 4 dan 6 itu dalam 1 kotak hijau, sehingga bukan modul terpisah, tapi menyatu dalam 1 ECU. bisa dibilang, ini bukan plug and play, tetapi ganti ECU dan ganti sistem,
Halaahhhh,, ga ngefek,,, motor injeksi yg sdh close loop sistemnya, sistem semprotan bahan bakarnya sdh bisa pake algoritma apapun termasuk fuzzy,, itu insinyur yg bikin motor udah bikin algoritma dan programing utk semprotan bahan bakar sampe botak,,, cari sensasi aja,,, ga usah malu2in lah,,, ga mgkn jg perusahaan bongkar rahasia coding dan algoritma sistem injeksi mereka,,, kecuali kalo undip bikin ecu dg logika fuzzy sendiri (standalone ecu) baru dah koar2….
Beda, sistem ini menitikberatkan peran brake dan throttle sensor sebagai parameter tambahan buat ecu (masa bodo ecu pk algoritma apa, atau dirancang sama berapa ilmuwan),
Nah, parameter brake dan throttle sensor ini belum ada yg mengaplikasikan /mempatenkan. Jadi point of viewnya bukan sekedar ecunya, tapi parameter tambahan yang belum diaplikasikan /dipatenkan,