TMCBLOG.com – Ducati gagal Lagi di 2019 ini baik WSBK maupun MotoGP. Jonathan Rea dan KRT telah Kunci gelar Di WSBK, Sementara Marc Marquez telah kunci Gelaran MotoGP 2019. Namun Melihat Hal ini, Claudio Domenicali melihatnya Bukan sebagai setengah gelas kosong, melinkan setengah gelas Penuh. Ia mencoba melihat hasil sementara jelang 4 Race terakhir MotoGP dengan sudut pandang yang lebih luas. Ducati melihat sama sekali ini bukan Honda yang menang, Ini Marc Marquez yang menang. Hampir di setiap komentar, Ducati sepertinya enggan bicara Bahwa Ducati kalah dari Honda.
Menurut sudut pandang Domenicali dan Ducati, Honda Hanya menang dengan Marc, sementara Pembalap Lain jauh sekali performanya baik Yang pakai RCV213V 2019 maupun 2018. ” Kami adalah perusahaan yang memiliki daya saing, tujuan utama kami adalah memenangkan Juara dunia, namun Tahun ini (2019) kita tahu bahwa kami tidak akan menang. Hasil (2019) positif, Mari Lihat apa yang Honda dan Marquez lakukan dan lalu lihat apa yang pembalap (Honda) lain lakukan? Kedua pembalap Kami memenangkan kejuaraan tahun ini, Bahkan Honda tidak memiliki dua Pembalap yang keduanya memenangkan Race. Ini artinya kami sudah bagus. Namun apakah sudah cukup Bagus? Tidak . . ”
Bahkan Sebelum Musim 2019 usai pun, Claudio sudah bisa melihat gambaran umum mengenai apa yang harus diperbaiki ducati Di 2020 nanti ” Biar nggak ada yang kesel, saya bagi menjadi dua saja : Satu bagian motor satu bagian lain Pembalap. Kami harus mencari bagian 50% motor di area kemampuan motor ( Desmosedici GP20) dalam memberikan kecepatan di Tengah tikungan dan keluesan dinamik dalam berpindah arah ( kanan ke kiri dan sebaliknya) di mana kami merasa kurang saat ini. Pembalap tidak ada hubungan dengan dua hal tersebut. Ini adalah masalah di mana Borgo Panigale punya tanggung jawab “
” 50% lainnya hadir dari Pembalap Karena mereka yang berjibaku melawan Marc Marquez. Karena Kita harus mengalahkan Marc Marquez. Jika Marc Tidak ada kami mungkin sudah memenangkan dua setengah bagian Kejuaraan dunia . Ini adalah fakta sejarah dan bukan asumsi saya ” ( jangan tanya tmcblog soal ‘dua setengah’ ya? karena tmcblog juga belum nemu maknanya 😀 )
Lalu secara Khusus Domenicali memberikan arahan kepada dua pembalapnya Dovizioso dan Petrucci “Buat saya , Marc memiliki talenta hebat, Namun juga bukan hanya Talenta. Ia adalah pembalap yang bisa memperlajari dan menganalisa karakter orang lain. (Marc) seorang pembalap yang menurut opini saya telah menemukan cara baru membalap dengan Sepedamotor : Gaya berkendaranya, bagaimana ia menopang dirinya dengan sikut, dan juga mengontrol ban depan motor “
Taufik of BuitenZorg
Duarr pertamax ☝
Tim gurem lg haluuu
calon
di dukung FBY..
di hujat FBR..
YfR kan sudah lah…
Domenicali tidak terima pabrikannya kalah terus sama pabrikan lain, nyinyir ngebacot kayak emak emak ngrumpi ??
Diopeni tali ini dah ketularan bani andai andai di mari
Jika-andai-kalau-halou mark tidak ada
???????
mantap boz komennya.. setengah itu ya tahun 2019 ini ducati menang separo..
Doohan juara
Criville juara
Rossi juara
Hayden juara
Stoner juara
Yamamam?
Ducali ?
mso trans….. tegal purwokerto PP
Podium..
Domenicali mbok yo legowo, Kalah yo kalah ora usah ngebacot kakean alasan.
Gile podium 3 coy.. jarang2 neh di blog nya wak haji
Mungkin maksud “dua setengah” itu 2 musim terakhir ducati jd juara dunia kalo marquez ga ada. Begitu jg pertengahan akhir musim ini yg mana peringkat 2 msh pembalap ducati, kalo marquez ga ada ducati yg saat ini memimpin
atau bisa jg dua setengah maksudnya di musim ini ducati juara konstruktor, team dan setengahnya juara pembalap (juara 2 & 3)
Sejarah hanya mengingat para Juara…
Penilaian tmc-blog sbg pengamat MotoGP juga kayanya sepakat dalam hal Dukaty > Hondaa ya wak?
Kalo iya, saya juga sbnrnya setuju aja dgn penyataan Pakde Dom.
• Secara power dan akselerasi, Hondaa 2019 ini memang gila, tapi meski gitu belumlah cukup VS Desmodromic (pernah ada artikel wak haji ttg ini)
• Secara handling, memang blm pernah ada yg bandingin langsung antara Hondaa 2019 vs Dukaty GP19, NAMUN layaknya motor V4 keduanya keliatan banget nikung dengan racing line yg agak ‘menyudut’. Wlpn memang naturalnya gitu, tapi dalam poin ini saya pribadi jg gak nemuin keunggulan handling Hondaa 2019 bila dibanding Dukaty. Malah yg ada cenderung dinilai ‘susah’ karena nguras fisik.
(In fact, hanya satu rider doang yg keliatannya enjoy nge-handle Hondaa 2019. Rider lain terlihat cupu dgn hasil rerata yg gak lebih baik dari Espargaro-KTM)
Menariknya, dgn bawa Hondaa aja Marc udah menang 2 kabupaten.
Gimana jadinya kalo bawa motor macem Desmo? (Bani Andai)
Domenicalli membagi menjadi 2 bagian terpisah
Motor dan pembalap
Imho rider, motor n tim itu satu kesatuan yang saling menutupi kelemahan
Cari rider yg sesuai dgn karakter motor, buat motor sesuai keinginan rider
Pemikiran si dominodikali.. Motor ducati itu sudah menang dari motor honda walaupun g ada yang mengendarai om..
Karena dia selalu bermimpi.. Seandainya.. Jika.. Kalau.. Dsb..
Padahal dia tau..mengalahkan honda itu adalah dgn menggunakan pembalap hebat layaknya mm93..
Sadar tidak punya kemampuan menggaet mm93.. Bersandiwara dan kampanye lah dia di micropon untuk mengalahkan honda..
Payah ni orang. Xixu
Jangan bisanya ngebajak rider tim lain. Bikin dong pembibitan sendiri,masa kalah sm katemi.
Hehe sory,klo bahas dukicot agak sensi sy gara2 open class ditambah regulasi unified ecu…?
Andai kalau ECU nya masih in house,
Sudah jelas ecu asimo-nya honda dan ecu motobot yamaha lebih unggul daripda ducita,
Pabrikan menang bacod doang…
Dah dikasih kelonggaran dengan uniform ECU masih kalah juga dan akhirnya tidak bisa Terima kenyataan..
…kami mungkin sudah memenangkan dua setengah bagian Kejuaraan dunia . Ini adalah fakta sejarah dan bukan asumsi saya ” ( jangan tanya tmcblog soal ‘dua setengah’ ya? karena tmcblog juga belum nemu maknanya ? )
———————————————-
Nganu wak, mungkin saja “salam dua setengah”
Ekekeke
Pesan telor 2.. setengah matang…
wkwk kemenangan berawal dari kerendahan hati.. XD koplak dh ni org.. sampe kapanpun juga gakan menang.. masih berpijak aja udh berasa di langit, apalagi klo udh bisa terbang pake aero wing wkwk
Wuah – jika seandainya kalo- marc ga ada, HRC bakal nyari alien andalan lain yg bakal mengganggu pesta kemenangan ducati. Kuatkanlah dirimu om dom.
Sepertinya emang om dom gak mau ngaku kalah ducati vs honda
mengakui marq memang hebat
Seolah mengerdilkan peran honda, bahwa marc lah yg memiliki andil besar memenangkan kejuaraan, tapi ada benarnya jg dah sebuah peringatan buat honda bila mqrc basen siapa yg bisa mengisi podium kalo yang lain cuma di urutan 10.
Tapi memang type italia kali ya suka ngomongain dapur org ??
Bensin biru 2 tak
Berarti secara gk langsung ngakui pembalap duc2 medioker dong ini orang?? Gp itu bukan cuma pembalap x, ada tim dibelakang ny, ada motor/pabrikan yg suport… Aneh2 aja emang koment2 petinggi duc ini wkwkwk
“Jack (Miller) adalah kandidat untuk tim pabrik 2021. Kami berharap Jack mengambil langkah maju. Karena di masa depan ia akan menjadi salah satu kandidat untuk mendapat tempat di garasi utama,” ujar Tardozzi, seperti yang dikutip dari Tuttomotoriweb
Plus ancaman buat petruk yg menurun performa nya
Menabg Dua setengah adalah :
Dua = dua pembalap nya.
Setengah = Ducati punya strong point dr 50% bagian motor ( mgkn saja speed atau akselerasi).
50% yg kalah adalah celengnya motor ditikungan..
bukan, maksudnya 2 setengah itu, 2 setengah tahun, karena di 2017 hampir jurdun, 2018 juga berpeluang jurdun, meski di motegi Marquez udah ngunci gelar, nah setengah itu di setengah tahun ini (2019)
Petrux guwak ae gak becus besut Desmo…
Tidak menampik kehebatan Honda dan para insinyurnya, tapi memang sulit membayangkan RCV213 tanpa Marc.
Bener bro, itu kalau kita berpikir tiba2 marq tidak ada di pembalap 2019. Apa yg honda lakukan adalah sebuah proses, punya marq yah maksimalkan potensinya.
Kalau ga ada marq yah honda tentu ga bikin motor seperti versi 2019 lah, pastinya bikin motor yg sesuai karakter rider yg dimiliki. Agak sulit kita berbicara tanpa marq karna honda memang mau memaksimalkan potensi marq dan itu terbukti dgn 6 gelar sejauh ini.
Jika tanpa marq?
Doohan juara
Rossi juara
Hayden juara
Stoner juara
Artinya honda punya sejarah menciptakan motor juara, tergantung rider yg mereka miliki dan memaksimalkan potensi ridernya.
Lorenzo??? Sepertinya nasib sial, dengan cedera sebelum pra musm dan diawal musim. Sudah pernah langsung ke jepang untuk didengarkan masukanx ke enginer, sayang cedera sepertinya mengurangi feeling atau semangatnya.
Ada jeda puasa gelar yg cukup panjang sejak Rossi ke Yama-ha. Cuma Hayden n Stoner yg juara
(total dua kali) dgn honda dari 2004 sampai 2013
Itu juga karena Hon-da merasa motor lebih penting dari rider jadinya Rossi pindah ke Yamaha.
Jadi motor doang ga cukup untuk dominan seperti sekarang dan Domenicali benar, itu faktor Marc.
Dengan rider lain mungkin menang seri, tapi belum tentu mendominasi kejuaraan.
Menurut gw goal dr motogp adalah juara dunia, bukan berapa banyak pembalap lu kompetitif, jadi jelas honda lebih berhasil karena honda mampu membuat motor yg kompetitif dan mampu mempunyai/mendapatkan pembalap yang bisa memaksimalkan kelebihan motor lu dan menutupi kekurangan motor lu. Ducati harus instropeksi diri, jika motor lu yg ga kencang mungkin pembalap lu yang ga kenceng, kesalahan memilih pebalap itu juga salah pabrikan, ga udah cari2 alesan honda menang karena markues (kalo gitu lu kalah karena ketidakbecusan lu memilih pebalap yang mampu memaksimalkan motor lu)
Satujuh,,,,jngan lpa ngopi Om,,,, #ngadem
Intinya sih, kegagalan jurdun itu karena dua faktor utama : kalo gak motornya bosok, ya pembalapnya bosok.
Tapi pakde Dom pengen mengungkap bahwa motor Dukaty itu engga bosok. Lebih karena ada Marc yg sangat alien, Kal-El… son of Jor-El dari planet krypton… kalo bukan karena elbow dan knee nya juga pasti tetep ngacir karena dia bisa terbang sebenernya
50% unsur pembalap dan motornya
50% cocot Domenicali yg harus lebih di rem???
Ternyata selain juara pembalap mikropon di motogp ada juga kategori juara pabrikan mikropon haha
Ternyata.. Pemain sinetron juga om dominodikali ini. Fasih banget memainkan microphon..
2 1/2 bagian kejuaraan..??
1. Pembalap
2. Pabrikan
3. Tim
4. Satelit
2.5 nya.. Mungkim juara pembalap, pabrikan dan team juara 2.. Xixi
Soalnya satelit pasti kena petronas..
Sepertinya memang ciri khas rata rata orang Italiano deh mas, big mouth rata rata
Udah punya pembalap yg cukup berkarakter Ducati -Iannone- malah didepak.
50% nya udah ga 100%. Kecuali bisa cuci otak Casey buat balap lagi.
IMO
Stoner mau pun juga udah telat, 2021 usia udah 36, tinggal encok sama rematiknya doang. Skill mungkin oke, masih bisa sering menang, tapi pasti kalah konsisten sama Marquez yang 2021 baru 28 dan kalau ibarat penganten, 28 itu usia perkasa lagi hot-hotnya muasin istri karena fisik ada di puncak kebugaran. Paling pol mentok kalaupun Stoner mau comeback dia cuma bakalaj jadi lawan kuat Marquez sampai Valencia
Benar juga, sy lupa variable usia.
2020 pasti kena gampar lagi ni ducati sama honda. Dan dominodikali bacot lagi..
Kalo lomba microphon.. Ni kandidat juara juga sepertinya.. Xixi
Ak rapopo
Selamat untuk mr. Domenicali
“setengahnya” karna posisi 2 tahun ini belum tentu dikunci oleh Dovi, Vina dan Rins masih punya peluang untuk pos 2 diklasemen akhir.
Cuih… Pabrikan sombong amat, bagaimana mau menjadi lebih baik, kalau gak kenal kekurangan diri sendiri, membandingkan rider pabrikan lain pula, dia gak sadar pabrikan mana yang motornya paling banyak di grid tapi ampass, balapan kok kayak monopoli semua ngakunya dia, mafia emang…
Kl sampe juara tim juga lewat, Ducati makin merana. Strategi Double Barrell yg dibanggakan dari awal pun ternyata masih kalah ampuh dibandingkan strategi bull and matador-nya Puig (Wlpun saat ini Bull-nya askit-sakitan)……………
Salah sendiri pembalap-pembalap bagus dibuang, malah pelihara pembalap alakadarnya. Mau nyinyir kaya apa juga, faktanya yang juara dunia Marc Marquez diatas RC213V, bukan Dovi apalagi Petrucci diatas Desmosedici GP19. Pernyataannya yang memgabaikan fakta Desmo kalah dari RCV karena Marquez justru semakij menguatkan bahwa pembalap mereka cuma kelas 2 kalau kata Om Dar so dulu.
iya ya.. mas darso ini sudah tidak kelihatan berkomentar kembali. lagi sibuk barangkali beliaunya. dikiti ini sebenarnya sedang memberi contoh kepada si ‘itu’ cara bernyanyi yang sopan dan halus mas. jadi kesimpulan nyanyian dikiti ini adalah pengakuan tak langsung terhadap hadno, dan mengalihkan ke rider-rider hadno.
dikiti dan hadno adalah pabrikan, jadi bernyanyilah menunjuk ridernya sebagai biang. tensinya beda bila pabrikan menunjuk rider, bukan pabrikannya secara langsung.
markes dan si ‘itu’ adalah rider, kesalahan si ‘itu’ adalah langsung menunjuk markes sebagai biang, seharusnya si ‘itu’ menunjuk pabrikan hadno sebagai biang, tentu tensi permusuhan pribadi tidak akan menjadi sengit dan panas seperti ini. hehe..
loh, sudah muncul ?? hehe..
kejadian komen nyangkut pernah dialami beberapa bulan lampau yang kemudian muncul sendiri setelah beberapa menit atau jam, apakah sedang ada maintenance, mas Taufik ??
kayaknya bukan issue itu, lebih dikarenakan saya lagi ada kegiatan lain sehingga belum bisa cek komentar yg nyangkut
loh, koment saya belum muncul di sini ?? hehe..
sudah muncul. hehe..
Saya juga kalau nyebut Om Dar so kena pending, Om Bangun. Mungkin ya, hanya spekulasi saya, nick Om Dar so mungkin sudah di filter biar gak komentar lagi. Saya padahal kangen sama prediksi2nya, soalnya awal tahun banyak bahas pembalap ini itu gimana nanti 2019 dan ternyata tembus. Kali aja Om Dar so baca komen ini mohon kembali Om, saya mau minta petunjuk nomor togell kali aja si Om juga jago?
hmm.. kalau nomor, coba sampean pinjam buku kuning nya telkom mas, kalau pinjam si ‘itu’ banyak nomor palsu. hehe..
Si itu kan cuma ada 4 sama 6 Om?
claudio domenicali dengan stefano domenicali ini apakah masih kerabat ya ?? hehe…
Faktanya nilai kemenangan Ducati tidak lebih 25% padahal punya 3 rider didepan, sementara Honda hanya dengan MM93 nilai kemengannya lebih dari itu..
Jika kondisi motor sebanding, ĺayak jika bos Ducati membayangkan MM93 naik ducati..??
bawa stoner lagi. di jamin juara . (juara seri lo ya.. bukan juara dunia..)
udah ada pembalap bagus yg mau klop sama duc duc malah di buang…eh malah nerusin pembalap yg dr jaman masih kaku ga bisa belok..dipake sampe sekarang….
jin jarpis ini bisa menjadi contoh salah satu jin tersukses di ajang balap bergengsi, hanya sangat disayangkan ada jin kuning yang lebih kuat daripada jin jarpis di ‘rumah’nya. hehe…
wala.. berhubung saya sedang makan, jadi ngakaknya saya tahan dulu mas. nanti nda keselek. hehe..
jika ecu tidak d seragamkan, ducati hanyalh penonton d balik duel honda yamaha….sblm 2013 marc gak ada d klas motogp, apkah ducati juara dua setengah kejuaraan?
angkuh benarrr ya ducati ini
“Jika Marq tidak ada maka kami akan memenangkan 2 stengah gelar kejuaraan dunia”
Kalau bahas ini ga ada habisnya, ntar yamaha juga ngomong kalau ga ada Dovi maka kami akan memenangkan 2 stengah gelar kejuaraan dunia. Trus Suzuki ntar ngomong juga ?
Oh dulu mungkin maksud klaim petinggi diciti yaitu bahwa diciti adalah founding father nya drama microphone, bukan motogp. Kami kami ini bisa jadi waktu itu salah dengar.
Sy sedih membaca tulisan om domicililin ini, kelihatan sekali beliau frustasi dan hancur hatinya melihat kenyataan balap motogp saat ini! Yg lebih dibutuhkan ducati saat adalah sikap kerendahan hati dan diam! Msh untung paduka, cal dan taka ga dapet motor yg sesuai mereka, kalo honda bisa memberikan motor yg kencang buat semua…kau pun teriak2 ke dorna om Dom?!
Honda, MM93 dan RC213V adalah sebuah proses yg panjang… Sejak naik kelas motogp 2013 bisa dikata baru di 2019 RCV lebih dominan masukan MM93 (ditambah cedera JL, CC dipramusim).
Jadi RC213V tidak serta merta dibuat tanpa pertimbangan ada rider yg mampu memaksimalkannya, dan tidak mungkin honda membuatnya jika profil pembalapnya adalah Zarco atau F1/4 (misalnya), karna mereka punya Marq yah mereka memaksimalkan potensi rider yg dimilikinya.
Honda tanpa MM93?? Yah ga mungkin RC213V seperti saat ini, mungkin lebih smooth lagi dari versi 2018 jika pembalapnya semisal zarco. Tergantung pembalap yg mereka miliki lah, buktinya honda telah juara dunia dengan selain MM93 sebelum2nya.
dengan melebihkan peran marc dan mengerdilkan peran honda, secara tidak langsung nih orang juga merendahkan peran kedua pembalapnya karena nih orang nganggap ducati lebih baik dari honda
Kalau saran saya pembalap pemakai mesin v4 klo mau bs cepat hrs latihan flat atau dirt bike. Bukan motocross saja. Sedangkan mesin i4 harus melatih kelenturan,harus banyak tikungan dengan menghindari banyak penggunaan rem. Ibaratnya v4 kungfu, i4 taichi.
Jangan salah, V4 juga mesin inline. Inline2 depan, inline2 belakang. Tapi Inline4 gak akan pernah jadi V diliat dari sisi manapun. Maksud saya, Inline gak akan pernah menyamai potensi V4, sementara V4 bisa saja suatu saat ditemukan sasis yang bisa selentur sasis I4 dan saat itulah keunggulan I4 sudah tidak ada lagi.
Saya rasa karakter mesin v4 gak bakal bisa selentur i4 kecuali powernya diturunin. Sedangkan potensi i4 bisa sekencang akselerasi dan topspeed v4 jika ecu bisa fix yg bs ngurangin spin ban blkg. Ibaratnya v4 honda powernya skrg sudah maksimal dan hanya MM yg bisa handle krn susah dibelokin,ducati lebih baik tapi kalah akselerasi krn powernya bs dkatakan lbh lunak sehingga pembalap lainnya lbh kompetitif. Suzuki bagus pembalapnya blm konsisten, yamaha membaik krn py ahli ecu Mgadda tp power M1 kadung diturunkan musim ini krn musim lalu bandul ringan yg blm py ahli ecu. Next musim depan semua team maksimal harusnya.
ini orang yg sama yg bilang bautista keluar dari ducati karena uang wak? sekelas ceo kok ngomongnya kayak bani andai ya, jika/kalau/andai gak ada mm93, ducati jurdun 2.5, ini ‘fakta’ bukan ‘asumsi’??? wkwkwk bang domi halu nih
Fakta sejarah yg mana ya yg di maksud sama om Dom ini…ada yang tahu mungkin?!?
Prestasi duc amburadul y gara2 mulut ni orang
Entah mengapa cirihad italiano gini amat
Merasa paling wah tp cemen mengakui kesalahan ?
Malah nunjukin ke publik “how desperate he was at this situation”. Gak perlu lah ngemis ke publik minta pengakuan begini, pengakuan begono. Gak perlu gak penting dan gak baik. Publik sudah punya pendapat sendiri. Pendapat publik akan berubah dengan sendirinya bila ada pembuktian di atas sirkuit, bukan di ujung microphone.
Ambil contoh suzuki, evolusi senyap nya sudah mulai menunjukkan hasil, tanpa drama dan tanpa microphone. Mungkin yg dibutuhkan dikiti saat ini, bukan lagi evolusi senyap tapi revolusi senyap.
Paling SAKIT kalo cuma jadi JUARA 2, apalagi 3 MUSIM.. Krna yg dikenang sejarah cuma yg jadi JUARA DUNIA!!!
Juara 2 adalah “The first Looser”
Artikel nya Ducati, padahal ngomongin Marquez juga… Hehehe. Emang ga ada abis nya ngomongin Marquez.
2 setengah yg dimaksud adalah
2017 setengah ,
2018 1
2019 1
Bukannya m3mbela H sih tp memang H pinter aja cari pembalap yg pas buat motor mereka. . . Udah tau kalau dov itu di H aja dlu medioker kenapa diambil malahan .. ya hasilnya tanggung .. kalau mau juara ya cari talent yg paling tidak mendekati bakat marc .. lihat yamam cari quarta ,, seharusnya sih belajar dri yamam tu , miller mau di naikin juga sama aja g jauh beda sama petruk mungkin diatas dikit lah. . Bukan malah ngurusi dapur orang yg kokinya udah jago , urusi aja dapur sendiri dan cari resep yg pas buat dapurnya ..
Yama dapet quart itu hoky dapet durian runtuh
Nyatanya d awal kepurusan satelit yama rekrut quart hanya sebagai pelengkab aja
Yg justru d gadang2 jadi anjaman buat mm justru si pangeran morbi lulusan engkong akademi
Buktinya quart hanya d kasih jatah 5 mesin ( harusnya 7) dan sunatan rpm karena alasan dana cupet
G juga, Wilco sendiri juga sebenarnya udah ngincer F1/4. Dia sendiri bilang ke Mat Oxley, “I had been watching him since CEV because it’s a high-level championship. He basically destroyed everybody, so his talent was clear, although a bit raw. Yamaha has also been watching him for a while. Four years ago Lin [Jarvis, Yamaha Racing’s managing director] asked me what I was seeing around the racetrack and who looked good, so I mentioned Fabio. As soon as Dani [Pedrosa] decided to retire and not join our new team for 2019, Fabio was at the top of our list.”
Jadi, wlpun diliputi sedikit keraguan Razlan, akibat performa F1/4 di Moto3 dan Moto2 (yg itu juga akibat salah milih manajer), sebenarnya F1/4 juga sudah menjadi andalan Wilco Zeelenberg. Itu sebabnya di musim pertamanya sebagai rookie dia hanya memperoleh lima mesin dengan rev limit untuk memperpanjang nyawa lima mesin agar bisa digunakan full season.
Itu stemen d tahun 2018 apa d thn 2019 ( musim sudah berjalan ) m
Karena g yakin waktu milih morbi makanya d anak tirikan cuma kasih 5 mesin aja . Andai sedari awal lebih percaya sama taro daripada si morbi
Istilah jatah 5 mesin g bakal ada
Kalau pun ada yg dapet jatah 5 mesin si morbi
IIRC, sepertinya itu statement di awal tahun antara pasca pengumuman Petronas SRT Line up atau pasca sesi test awal musim. Kemampuan rider scout Wilco emang cukup diakui, sama kaya Alzamorra (F1/4 pun binaan Alzamora di CEV dan musim awalnya di Moto3).
Masalah F1/4 cuma dapat lima mesin, IMO, sepertinya lebih pada pertimbangan Dt. Razan berdasarkan kondisi keuangan tim dengan melihat perbandingan prestasi antara F1/4 dan Morbidelli (F1/4 juga baru naik kelas). Harap diingat, SRT harus leasing mesin yg sama dengan mesin factory untuk memikat Morbidelli, Tech three aja cuma sanggup (dan dikasih) leasing mesin dan sasis tahun lalu. Dan mungkin berkat pendekatan Wilco, akhirnya F1/4 pun dapat mesin yg sama hanya jumlahnya lebih sedikit, alih-alih mesin tahun lalu.
Dari sini dah keliatan yg jadi priyoritas srt y si morbi daripada si taro
Andai nilai kepercayaannya setara lebih logis kalau masing2 d kasih 6 mesin
Tp yah harapan besar d gantungkan pada morbi
Makanya cuma morbi yg d suport full sedari awal ( nilai kontrak )
Kayaknya nyindir diri sendiri ni, karena waktu Ducati juara dunia. Yang bisa mengendarai dan juara dunia di Ducati ya hanya Stoner. Hingga saat ini tidak ada lagi.
Kekuranganya ducduc gak bisa bwat motor sesuai permintaanya dovi sedangkan hondo memenuhi semua permintaan markes
Sama aj. Takeo juga cuma bisa menuhin permintaan Marquez terkait defisit power dan akselerasi doang. Sementara masalah handling RC213V, Takeo cuman bisa bertaruh sama kemampuan Marquez. Dan Marquez pun bilang wlpun terlihat mudah dengan dominasinya, tapi dia harus bersusah payah di tiap sesi. Saat Sachsenring dia bilang jumlah crashnya lebih sedikit, tapi orang lain pasti tidak memperhatikan berapa banyak jumlah safe yang harus dia lakukan. Cal pun setuju dengan pernyataan Marc, “I only crash three times, while Marc crashing six times, but he saved all six.”
IMO, buat engineer, ajang MotoGP adalah ajang pembuktian kemampuan mereka dalam menciptakan motor terbaik, sehingga baik Domenicalli maupun Kuwata pasti memiliki filosofi dasar mesin terbaik seperti apa. Dari situ, mereka mengembangkan kembali mesin tersebut berdasarkan masukan pembalapnya. Tapi belum tentu juga semua masukan itu akan diakomodasi, karena akan kembali lagi apakah permintaan tersebut sesuai dengan karakter dasar mesin idaman engineer, atau malah akan merusak karakter dasarnya yg mengakibatkan mesin tersebut tidak dapat berfungsi maksimal.
Begitu juga HRC dalam mendesain RC213V, selama ini filosofi dasar RC213V adalah lap time bike yang mengombinasikan mesin V4 yg powerful tapi dengan top smooth delivery dengan agility, sehingga RC213V didesain dengan pendekatan chassis around the engine. Puncak filosofi desain RC213V tersebut lahir dalam bentuk RC213V MY2018 yang memiliki front end feeling yang jempolan, dan dengan sasis yang agile plus power delivery yang smooth, RC213V dengan mudah melibas tikungan jauh lebih baik dibandingkan GP18.
Tapi sayangnya, Power dan akselerasi tetap merupakan kebutuhan utama untuk track balap modern saat ini yg sering kali didesain berdasarkan performa mobil F1. Itu makanya GP18 dengan mudah unggul di sebagian besar sirkuit, dan akhirnya untuk menutupi defisit dalam top speed, rider RC213V harus mengompensasinya dengan late hard braking saat entry corner, sehingga defisit akibat “softer engine performance” bisa ditutupi. Selain itu, dengan spec tyre saat ini, Motor yg memiliki akselerasi dan power serta kestabilan lebih baik dapat menghemat bannya dibandingkan motor lain (terutama yg mengandalkan late hard braking -sometimes at a lean angle). Sehingga makin lengkaplah kombinasi Dovi (master of tyre saving) dengan GP18, dan makin beratlah upaya Marc untuk menutupi gap deficit antara RC213V dengan GP18.
Berdasarkan kondisi tersebut, untuk meringankan beban Marc, akhirnya untuk filosofi RC213V MY2019, Takeo mengambil pendekatan “achieved high top speed and strong acceleration without compromising handling”. Pendekatan yang diambil yaitu dengan cara mengaplikasikan desain untuk mesin F1 Honda pada mesin RC213V yang valve train nya didesain untuk menciptakan area dimana terdapat perbedaan kenaikan torsi yang tajam. Problem bagi HRC saat itu, ketika engine yang optimal sudah jadi, mereka kesulitan developing chassis, karena ketiga rider utama mereka dalam masa pemulihan. Dan akhirnya chassis yang ideal untuk mendukung filosofi desain RC213V sebagai lap time bike pun tidak terwujud.
Takeo pun mengakui kl yang menjadi base development RC213V adalah Marc, karena Takeo percaya, Marc mampu untuk mengendalikan motor RC213V sesuai keinginannya, klpun gagal kemungkinan terburuk adalah terulangnya musim 2015. Hanya saja Repsol Honda seperti memperoleh “blessing in disguise”, dimana dengan motor yang memiliki power lebih baik, Marc bisa mengembangkan riding style yang berbeda untuk tiap jenis sirkuit walaupun harus push hingga limit di tiap sesi race.
Bagi Repsol-Honda, Marc memang kartu Joker mereka, tapi untuk bisa mengoptimalkan kartu utama mereka dalam permainan, HRC dan timnya pun harus menyediakan kombinasi kartu yang tepat sehingga kartu Joker pun dapat dengan fleksibel berubah menjadi kartu yang dapat mengalahkan kombinasi kartu lawan.
balik lagi, 2019 itu HRC pengen punya motor tercepat dan terkuat di grid. itu target utamanya.
bakal menarik itu sampai seberapa tinggi nilai kompromi yg didapatkan HRC soal kencang dan handling di motor 2020. apa ga makin puyeng ducatrok dkk klo RCV dapat 99,9 % buat speed dan 99,9 % juga buat handling dari target yg ditetapkan HRC
menurut saya, marc bisa mendominasi spt ini karena ecu seragam yg lebih bodoh, itu hanya mempertegas kemampuan marc dlm handling thortle seperti era motor 2tak, saya yakin RCV itu kencang dan agile spt era NSR dmana banyak pembalap honda mendominasi top 10, ecu yg skrg itu malah jd bottleneck di semua pabrikan, kalau marc/rossi/stoner boleh memilih, mereka akan lebih memilih ga usah pakai ecu sekalian , ibarat PC kartu grafis powerfull tp pakai driver generic bawaan windows ,jalan sih jalan tp fitur2 andalan pabrikan tidak bisa keluar
Ducati 1 Marc 2…
Yamaah 1 Marc 2…
Sizuki 1 Marc 2…
Marc 1 yg lain entah dimana…
dan kartu kedua itu bukan Paduka Hohe bro aim-1n…ada pergerakan HRC untuk mendorong sisa rc213v di lintasan agar sering 5 besar, siapa pembalap yg tertantang bisa juara juga dengan motor marc RC213v????
Untuk saat ini, y cuma George dan Cal sebagai kartu as lainnya.
Jiahaha,ternyata banyak juga yg baper klo lg bahas ni pabrikan…(termasuk gw).. ?
semoga lancar ducati
https://berbagibikerblog.blogspot.com/2019/10/tatap-muka-dengan-aprilia-shiver-900.html
cuma satu yg belum dukati laksanakan agar jurdun.. akuisisi tim honda repsol wkwk..
Moga2 ga omong besar doank nih orang. Duc Duc dah inovasi sana sini, sampe masuk area abu2 regulasi, mulai dari sendok angin sampe tutup panci, tp hasil gagal maning…gagal maning son
Apa yg disampaikan DOME. Emang benar dan sesuai realita rider RCV lainya jarang masuk 5 besar,dan itu emang murni skill mm yg berbicara,MAKANYA BUANG TU DOVI AMBIL MM,ato JL tp diberi kesempatan untuk adaptasi LG,UNTUK 3 MUSIM KEDEPAN,MM masih kuat ,UNTUK DOVI CUKUP JADI PENANTANG SAJA,KARENA DOVIZONG GAK DIHITUNG ALIAS HORE??,KARENA LAWAN MM KEMUNGKINAN SI QUAR2
Arti dari dua setengah? Artinya Ducati tidak bisa menerima kenyataan. Ducati telah menjelma mjd “bani andai”, memalukan!
Kadang menjadi rendah hati itu sulit. Bersyukur itu sesuatu yang langka.
Saat kita merasa kaya, saat kita merasa berkuasa, disaat kita merasa lebih…